Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :
EKA MARYATI, S. Kep
NPM 230103092

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRING SEWU
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah yang
berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga membahayakan
kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, mual
muntah juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi
terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul
kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi
pada multigravida (Rocmawati, 2011). Mual (nausea) dan muntah (emesis
gravidarum) adalah suatu yang wajar pada ibu hamil trimester 1. Kondisi ini akan
berubah jika mual muntah terjadi >10 kali dalam sehari, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan gizi, cairan elektrolit, dan dapat memengaruhi keadaan umum serta
menganggu kehidupan sehari-hari (Morgan, 2009).
Kehamilan menurut Morgan (2009) adalah merupakan proses produksi yang
memerlukan perawatan yang khusus agar persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuai keinginan keluarga. Sedangkan
menurut Hutaean (2009), kehamilan merupakan peristiwa yang sangat ditunggu bagi
perempuan yang sudah menikah. Saat perempuan tidak lagi mendapat menstruasi dan
setelah melakukan pemeriksaan urin serta ditandai dengan hasil positif maka bisa
dikatakan hamil. Perempuan tersebut akan merasa senang begitu juga dengan
keluarganya.
Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan
meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang. Sedangkan
kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara
berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu dinegara-negara berkembang
merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi yang hidup
jika dibandingkan dengan dengan rasio kematian ibu di 9 negara dan 51 negara
persemakmuran (Depkes, 2014). Komplikasi tersebut mengakibatkan lebih dari setengah
juta ibu yang mengalami kematian di setiap tahunnya, dari jumlah tersebut terjadi di Asia
dan Afrika subsahara diperkirakan mencapai 90%, kemudian terjadi pada negara
berkembang lainnya mencapai 10%, dan di Negara maju mencapai kurang dari 10%
(Prawirohardjo, 2009). Pada tahun 2011 data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil, yaitu 42.097 orang dengan presentase KI 88,62
% dan K4 80,12% (Sumai,Keintjem, &Manueke, 2014).
Masalah terbesar yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia
adalah angka kematian dan kesakitan pada perempuan hamil. Diperkirakan 15 %
kehamilan dapat mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstretic apabila tidak segera
ditangani maka dapat membahayakan janin maupun ibunya. Menurut survey demografi
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu di Indonesia tergolong
masih tinggi yaitu mencapai 100/100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 target yang
akan dicapai adalah 102 per tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen kesehatan
(Depkes) mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program
perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Depkes, 2010).
Morgan (2009); Fitriana (2014) menyatakan bahwa kondisi hiperemesis
gravidarum yang dijumpai pada kehamilan 16 minggu pertama yaitu mual dan muntah,
perempuan hamil pada trimester 1 mengalami mual muntah kurang lebih 66%
sedangkan mual disertai muntah mencapai 34%. Apabila semua makanan yang dimakan
dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit berkurang,
dan timbul asetonuria. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan.
Hiperemesis gravidarum juga berdampak negatif, seperti anemia. Sedangkan anemia
sendiri dapat mengakibatkan syok disebabkan kekurangan asupan gizi yang dimakan dan
diminum semua dimuntahkan semua.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa ibu hamil menurut Hutaean (2009),
yaitu perubahan pada sistem pencernaan, mengalami penurunan nafsu makan, ibu hamil
trimester 1 sering mengalami mual muntah yang merupakan perubahan saluran cerna dan
kenaikan kadar ekstrogen, progesterone, dan human chorionic gonadotropin (HCG)
dapat menjadi pencetus terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil. Meningkatnya
hormone progesterone dapat mengakibatkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung
melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan menurunnya sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terjadinya mual dan muntah. Selain itu, mual muntah juga
diperberat adanya faktor lain, seperti faktor psikologis, lingkungan, spiritual, dan
sosiokultural (Runiari, 2010).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah: Bagaimana menerapkan asuhan
Kebidanan Ibu Hamil.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
melalui pendekatan manejemen keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Definisi kehamilan
2. Mengetahui kehamilan Trimester I
3. Mengetahui kehamilan Trimester II
4. Mengetahui Trimester III
5. Megetahui Asuhan Keperawatan Terkini Pada Kehamilan

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Bagi peneliti, dapat memperaktikan teori yang didapat secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil
2. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan dalam
meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan keperawatan Ibu
Hamil
3. Bagi Klien dan Keluarga
Ibu Hamil Mendapatkan pelayanan sesuai standar keperawatan sehingga Ibu Puas
dengan pelayanan keperawatan yang telah diberikan
4. Bagi Profesi Perawat
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar dan asuhan kebidanan pada
masa Ibu Hamil dengan menggunakan pendekatan manajemen standart asuhan kebidanan
pada kehamilan.
I. Kajian Asuhan Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2020)
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta
melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi, 2017).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi (Walyani, 2015). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan ovum
(fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang lamanya
berkisar 40 minggu.

B. Kehamilan Trimester I
1) Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM I
a) Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan
sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamilan adalah
harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil
konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi pronukleus
betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan ekornya berubah menjadi
pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-tengah
sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, awal sebuah kehidupan baru makhluk
hidup.
Fisiologi Proses Kehamilan untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa,
ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implementasi) hasil konsepsi.
(Prawirohardjo, 2014 hal 141).
1) Pembuahan (Fertilisasi)
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan sel telur/ ovum (oosit sekunder) dan
sel benih/ spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi maupun melakukan
penetrasi membrane sel ovum. (Prawirohardjo, 2014 hal 141
2) Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi pada stadium
blatokista (Blastula) umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
uterus (endometrium), dekat pada fundusuteri. jIka nidasi terjadi maka disebut
kehamilan. (Prawirohardjo 2014 hal 143-145).
3) Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
(Prawirohardjo 2014 hal 145)

b) Adaptasi Fisiologi dan anatomi Maternal


1. Sistem reproduksi
a. Vagina dan vulva
Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva menglami peningkatan
pembuluh darah sehingga nampak semakin merah dan kebiruan. Hormon
kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan
memproduksi mukosa vagina yang tebal.Sel-sel vagina yang glikogen terjadi
akibat stimulasi estrogen. Selama masa hamil pH sekresi vagina menjadi
asam. Peningkatan pH membuat wanita hamil lebih rentang terhadap infeksi
vagina, khususnya jamur . (Suryati ,hal 73 ,2011)
b. Serviks Uteri
Pada trimester pertama kehamilan ,berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara
keseluruhan. (Suryati ,hal 74 ,2011)
c. Uterus
Pada minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti
buah avokad, seiring dengan perkembangan kehamilan, daerah fundus dan
korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada kehamilan 12
minggu. (Suryati ,hal 75 ,2011)
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum
berdiameter kira-kira 3cm, kemudingan korpus mengecil setelah plasenta
terbentuk. (Marmi,h;40,2011)
2. Sistem Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibar hormon estrogen dan progesteron
akan tetapi belum mengeluarkan asi. Estrogen menimbulkan sistem saluran,
sedangkan progesteron menambah sel-sel pada payudara.(Suryati,h;77,2011)
3. Sistem Endokrim
Perubahan besar pada sistem endokrim yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin dan nifas.
(Marmi ,2011)
4. Sistem Perkemihan
Pada awal kehamilan kandung keih tertekan sehingga sering timbul kencing.
Ginjal pada kehamilan bertambah besar panjang bertambah 1-1,5 cm, volume
renal meningkat 60ml dari 10 ml pada wanita yang tidsk hsmil.Protein urin
secara normal disekresikan 200-300 mg/hari, bila melebihi 300 mg/hari maka
harus diwaspadai terjadi komplikasi. (Marmi,hal 45,2011)
5. Sistem Pencernaan
Perubahan yang nyata akan terjadi pada hipersalivasi sering terjadi sebagai
kompenisasi dari dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan.
(Suryati,h:83,2011)
6. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi
keplasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh -pembuluh yang membesar
pula ,mamma dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam
kehamilan. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 % dengan
puncak kehamilan 32 minggu.( Prawiroharjo hal 96 ,2008 ).
7. Ketidak nyaman
Mengalami ketidaknyamanan sering buang air kecil, kelelahan keputihan sering
terjadi, mengidam, mual muntah.

2) Keluhan Kehamilan Pada TM I


1. Mudah lelah
Melonjak homon progesteron di awal kehamilan bisa membuat ibu hamil mudah
lelah dan mengantuk, hal ini karena tubuh sedang beradaptasi untuk menunjang
pertumbuhan bayi di dalam kandungan dan segala perubahan yang terjadi di dalam
tubuh.
2. Mual dan muntah
Penyebab adalah peningkatan hormon kehamilan, hormon HCG Yng membuat
pergerakan saluran cerna melambat, mual sat hamil sebetulnya tergolong normal
dan bisa terjadi kapan saj, namun kebanyakan wanita hamil merasakan mual paling
parah (hyperemesis gravidarum) di pagi atau biasa di sebut morning sickness.
3. Payudara terasa nyeri
Nyeri pada payudara bisa juga di sertai dengan pembengkakan. Kondisi tersebut
karena saat ini payudara bumil sedang mempersiapkan aslauran ASI untuk
menyusui si kecil nantinya.
4. Suasana hati jadi kacau
Meski kehamilan merupakan hal yang di nantikan, tetapi kehamilan bisa membuat
stres dan mengacaukan suasana hati, hal ini akibat hormon kehamilan rasa lelah,
pikiran negatif san rasa cemas terkait kehamilan dan parenting setelah bayi lahir.

3) Patologi pada kehamilan trimester I menurut irianti, dkk (2014) yaitu :


1) Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah suatu keadaan mual muntah pada
kehamilan yang menetap dengan frekuensi muntah lebih dari 5 kali sehari.
Penatalaksanaan : mengenali tanda dan gejala HEG sehingga dapat melakukan
upaya deteksi dini.jika ibu datang dengan keadaan dehidrasi disertai penurunan
tingkat kesadaran melakukan penatalaksanaan awal sebagai upaya penstabilan
keadaan ibu sebelum dilakukan penatalaksanaan lanjut. Terapi yang diberikan
yaitu vitamin B1 100 mg dicampur dengan 100 ml cairan fisiologis diberikan
dalam waktu 30-60 menit perminggu, pemberian antiemetic, vitamin B6, dan terapi
seroid yang diberikan dokter dirumah sakit. Kewenangan bidan dalam
penatalaksanaan HEG adalah melakukan penatalaksanaan pada HEG ringan dan
deteksi dini untuk dilakukan pengalihan asuhan.
2) Abortus, yaitu berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
umur kehamilan kurang dari 20 – 22 minggu. Penatalaksanaan : deteksi dini
komplikasi sebagai penegak diagnosis dan penatalaknsaan lanjut. Macam -macam
abostus, yaitu :
- Abortus Iminens : biasanya diawali dengan keluhan perdarahan perevaginam
ada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. penderita mengeluh mulas sedikit
atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
- Abortus insipiens: penderita akan merasa mulas karena adanya kontraksi yang
sering dan kuat,perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
uterus dan umur kehamilan.
- Abortus kompletus : seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
- Abortus inkompletus : semua hasil konsepsi keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal.
- Missed abortion: biasanya penderita tidak merasakan keluhan apapun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
- Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih secara
berturut-turut.
3) Kehamilan ektopik, yaitu kehamilan diluar rongga rahim, dimana telur telah
dibuahi berimplantasi dan tumbuh dilokasi lain selain lapisan dalam rahim.
Penatalaksanaan : kewenangan bidan dalam kasus kehamilan ektopik yaitu dengan
memperhatikan faktor risiko yang dimiliki ibu saat pemeriksaan kehamilan
sehingga mampu melakukan deteksi dini. Diagnose pasti yaitu USG oleh dokter
dan pemeriksaan laboratorium. Jika terdapat tanda– tanda syok lakukan
pencegahan syok dengan memberikan larutan isotonis parenteral sebelum ibu
dilakukan perawatan lebih lanjut.
4) Molahidatidosa, yaitu kelainan tropoblas pada kehamilan, dimana sel-sel viili
korialis berkembang membentuk gelembung-gelembung putih seperti anggur,
berisi cairan yang akan menyebabkan kegagalan dalam pembentukan janin,sel-sel
tersebut akan berkembang menjadi sel-sel hidropik. Penatalaksanaan : mengenali
tanda dan gejala sebagai penegakan diagnosis pada molahidatidosa ditentukan dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan.

C. Kehamilan Trimester II
1) Perubahan fisiologi dan adaptasi pada kehamilan TM II
a. Vagina dan Vulva
Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh– pembuluh darah alat genetalia
membesar. Hal ini dapat di mengerti karena ogsigenasi dan nutrisi pada alat-alat
genetalia tersebut meningkat. (Sruyati,hal 76,2011)
b. Serviks Uteri
Konsistensi serviks lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan
akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. (Suryati,hal 77,2011)
c. Uterus
Pada kehamlian cukup bulan ,ukuran uterus adalah 30X 25x 20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000cc. Hal ini memungkin kan bagi ade kuat nya akomodasi
pertumbuhan janin. (Suryati ,76, 2011)
d. Ovarium
Pada usia 16 minggu plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi korpus
luteum graviditatum. (Suryati ,hal 76 ,2011)
e. Sistem Payudara
Pada kehamilan setelah 12 minggu dari puting susu dapat mengeluarkan cairan
putih agak jernih disebut dengan colostrum. Colostrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi. (Suryati,h;79,2011)
f. Sistem Endokrim
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterom serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH.
g. Sistem Perkemihan
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena
uterus sudah mulai keluar dari uterus. (Marmi,2011)
h. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat.
i. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh -pembuluh yang membesar pula, mamma
dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
darah akan bertambah banyak kira-kira 25 % dengan puncak kehamilan 32
minggu. ( Prawiroharjo hal 96 ,2008 ).

2) Keluhan kehamilan Pada TM II


a. Pusing, merupakan timbulnya perasaan melayang karena peningkatan volume
plasma darah yang mengalami peningkatan hingga 50%.
Kebutuhan fisiologi : hindari berdiri secara tiba-tiba, hindari berdiri terlalu lama,
jangan lewatkan waktu makan, dan berbaring dalam keadaan miring serta waspadai
keadaan anemia
b. Sering berkemih, seiring bertambahnya usai kehamilan, massa uterus akan
bertambah dan ukuran uterus mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar
kearah luar pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Asuhan yang dapat
dilakukan bidan terkait seringnya berkemih dijelaskan lebih lanjut pada keluhan
sering berkemih di trimester III.
c. Nyeri perut bawah,disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar
dari rongga panggul menuju rongga abdomen. Kebutuhan fisiologis : menghindari
berdiri secara tiba- tiba dari posisi jongkok, mengajarkan posisi tubuh yang baik
sehingga memperingan gejala nyeri yang mungkin timbul.
d. Nyeri punggung keluhan ini di mulai pada usia kehamilan 12 minggu dan akan
meningkat pada saat usia kehamilan 24 minggu hingga menjelang persalinan.
Kebutuhan fisiologis : menjaga posisi tubuhnya, senam hamil,dan menambah
waktu istirahat.
e. Secret vagina yang berlebih / leucorrhea
Kebutuhan fisiologis : menjaga kebersihan dirinya dengan mengganti celana dalam
sesering mungkin.

3) Patologi Pada kehamilan Trimester II


a. Penyakit penyerta pada ibu hamil seperti nyeri perut, keputihan, penambahan
ukuran uterus dapat terjadi (molahidatidosa, makrosomnia, hidramnion atau
polahidramnion, dan oligohidramnion), dan penyakit penyerta lainnya.
Penatalaksanaan : melakukan deteksi dini yaitu mengenali tanda/gejala yag muncul
untuk penegakan diagnosis sementara dalam asuhan antenatal.
b. Preeklamsia ringan merupakan tekanan darah ≥140/90 mmHg disertai protein urine
dalam urine pada usia kehamilan di atas 20 minggu, pada wanita yang tidak
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
Penatalaksanaan : menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi
konsumsi garam.
c. Preeklamsia berat merupakan peningkatan tekanan darah >160 mmHg sistol dan
>110 mmHg diastole, protein urine +3 atau +4. Penatalaksanaan dengan pemberian
bolus MgSO4 g IM dilanjutkan dengan MgSO4 g IM.
d. Eklamsia merupakan keadaan preeklamsia yang disertai dengan penurunan tingkat
kesadaran dan disertai reaksi kejang, baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
Penatalaksanaan :deteksi dini dan memberikan terapibolus MgSO4 2 g IV
dilanjutkan dengan MgSO4 4 g IM setiap 4 jam dan nifedipin 10 mg peroral
dilanjutkan 10 mg setiap 4 jam.
e. Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi akibat
dari proses kehamilan, dimana peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi
akibat proses kehamilan tanpa disertai dengan protein urine. Hiperemesis
gestasional terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Penatalaksanaan
dengan istirahat cukup, kurangi konsumsi garam dan deteksi dini sebagai
penetapan diagnose.
f. Gangguan kesejahteraan janin. Penatalaksanaan kewenangan bidan adalah deteksi
dini untuk penegakan diagnose.

D. Kehamilan Trimester III


1) Perubahan fisiologi dan adaptasi pada kehamilan TM III
1. Sistem reproduksi
a. Vagina dan vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan
mukosa mengendornya jaringan ikat. Perubahan ini mengakibatkan bertambah
panjangnya dinding vagina (Marmi,2011).
b. Serviks uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterm ,terjadi penurunan penurunan lebih lanjut
dari konsentrasi kolagen. Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan
hingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berkurang. (Marmi ,hal 75,2011)
c. Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan membesar dalam rongga pelvis dan seiring
perkembangannya uterus akan menyentung dinding abdomen. (Suryati,76,2011)
d. Ovarium
Pada trimester III korpus lateum graviditatum sudah mulai tidak berfungsi,
karena oleh plasenta yang telah terbentuk.
2. Sistem Payudara
Pada trimester III pertunbuhan kelenjar mammae membuat ukuran payudara
semakin meningkat. (Suryati,hal:79 2011)
3. Sistem endrokrin
Kelenjar tyroid akan mengalami pmbesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan
akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. ( Suryati ,hal
78 ,2011)
4. Sistem Perkemihan
Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering
muncul akan timbul lagi karena kandung kemih akan tertekan kembali.
(Suryati ,hal 80,2011)
5. Sistem Pencernaan
Perut kembung juga sering terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar
dalam rongga perut.(Suryati,hal:83,2011)
6. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruh oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh -pembuluh yang membesar pula ,mamma
dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
darah akan bertambah banyak kira-kira 25 % dengan puncak kehamilan 32
minggu.( Prawiroharjo hal 96 ,2008 ).
2) Keluhan kehamilan pada Trimester III
a. Sering berkemih
Kebuthan fisiologis : sering berkemih hal normal akibat dari perubahan yang
terjadi, mengurangi asupan cairan 2 jam sebeleum tidur agar istirhat ibu tidak akan
terganggu.
b. Varises dan wasir
Kebutuhan fisiologis :menghindari memaksakan mengejan saat defekasi jika tidak
ada rangsangan untuk mengedan, sedangkan varises atau kram melakukan exercise
selama kehamilan dengan teratur, menjaga sikap tubuh yang baik, tidur dengan
posisi kaki sedikit ditinggikan dan dalam keadaan miring.
c. Sesak Nafas
Kebutuhan fisiologis : mengurangi aktifitas yang berat dan berlebihan ibu hamil
perlu memperhatikan posisi pada saat duduk dan berbaring
d. Bengkak pada kaki
Kebutuhan fisiologis : menghindari duduk dengan posisi kaki menggantung, saat
tidur posisi kaki sedikit ditinggikan, dan hindari pakaian ketat.
e. Kram pada kaki
Kebutuhan fisiologis : meluruskan kaki dan menekan tumit.
f. Gangguan tidur, mudah lelah dan pusing
Kebutuhan fisiologi : minum air hangat, melakukan aktivitas yang tidak
menimbulkan stimulasi sebelum tidur, dan mandi air hangat.
g. Nyeri perut bawah
Kebutuhan fisiologis : pemberian analgesic harus mendapatkan pemantauan dari
bidan atau dokter.
h. Heardburn/ perasaan panas pada perut
Kebutuhan fisiologis : mengubah gaya hidup dan pola nutrisi.
i. Kontraksi Braxton hicks dapat menjadi penyebab persalinan palsu.

E. Pemberian Obat dan Suplemen Dalam Kehamilan


Rekomendasi Suplemen dalam kehamilan
a. Fe (Zat Besi)
Anemia pada wanita hamil 50% karena defiensi zat besi. Kebutuhan ibu hamil
akan zat besi meningkat dari 18 mg/hari menjadi 27 mg /hari. Di rekomendasikan
oleh WHO setiap bumil konsumsi suplementasi Fe 60mg/hari selama 6 bulan (bila
kurang dari 6 bulan 120 mg perhari) lanjutkan hingga 3 bulan postpartum. Tidak
dikonsumsi bersama teh , kopi, susu , karena dapat menstimulassi asam lambung
Efek terjadi perubahan warna feses dan urine
b. Asam folat
As. Folat atau Vit B6 Selama hamil 6000 ug/hari, defisiensi abnormalitas pada ibu
(anemia, neuropati perifer) janin (ab.kongenetal, NTB) menurunkan risiko
persalinan prematur dan BBLR, Asam Folat tidak boleh di berikan secara
berlebihan terutama pada pengoabtan epilepsi
c. Vitamin B12 (cynocobalamin)
Rekomendari 6 mcg/hari
Defisiensi Vit B12 (jarang terjadi) menyebabkan anemia megaloblastik,
hyperhomocysteinemia : vaskulopati plasenta
d. Vitamin B kompleks
B2, B6, B9, B12 , Kebutuhan riboflavin meningkat 7% dari saat kondisi tidak
hamil, Suplementasi pyridoxin selama kehamilan menurunkan risiko terjadinya
depresi postpartum
e. Vitamin A
Supelemen Vitamain A mengurangi AKI, AKB, dan mencegah terjadinya night-
blindness, gunakan jenis beta karoten
f. Vitamin K
Di berikan TIII untuk mencegah kolestasis, supelem di berikan 75 mcg (usia 14-18
th) dan 90 mcg (usia > 19 thn)
g. Vitamin D
Terdiri dari 2 jenis, D3 (cholescalciferol: salomn, makarel, tuna, sarden), D4
(ergocalciferl: jamur) , kebutuhan tubuh akan vitamin D adalah 5 ug/hari, ibu hamil
di anjurkan berjemur pada sinar matahari setidaknya 5-15 menit setiap hari,
membantu pemenuhan vit D dengan konsumsi susu
h. Kalsium
Dosisi yang di rekomendasikan 1000 mg/hari hanya pada ibu yang tidak dapat
mengonsumsi susu dan komsusi makanan alternatif lain. Untuk mencegah
hipertensi kalsium menghambat hipertensi, kalsium menghambat penyerapan iron/
fe untuk memaksimalkan penyerapan kedanya diberikan jarak untuk mengonsumsi.
i. Vitamin C
Makanan dan buah sumber vitamin C: buah asam, tomat, kentang, daun hijau ,
brokoli, strawberry, blewah, jika kondisi tubuh normal tidak selalu di butuhkan
suplementasi vit C karena dapat di penuhi oleh sumber makanan, vit C di konsumsi
60 mg/hari, peran vit C efektif pada pencegahan PROM penurunan risiko
preeklamsia mengurangi risiko alergi meningkatkan penyerapan zat besi non heme
j. Omega 3
Asam lemak poliunsaturated inilah asal omega 3 dan omega 6, omega 3 : EPA,
DHA, ALA , Omega 6 : LA. EPA+DHA memperbaiki fungsi membran sel
perkembangan otak dan retina, aumulasi DHA+EPA pada otak dan penglihatan
janin memaksimalkan pertumbuhan fungsinya.
k. FOS-GOS
Memperbaiki produksi mikroba usus ibu meningaktkan laktobasilus dan bakteri
bifidus di usus ibu, bermanfaat pada proses pencernaan makanan dan pembentukan
mekanisme pertahanan tubuh alami dari bakteri patogen.

II. Asuhan Kebidanan Terkini Pada Kehamilan


1. Pemeriksaan Kehamilan
Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan
proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai
orangtua (Wagiyo & Putrono, 2016).
Menurut Depkes RI (2005, dalam Rukiah & Yulianti, 2014) mendefinisikan bahwa
pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan
bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi
ibu dan janin (Purwaningsih & Fatmawati, 2010)
Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Wagiyo (2016)
adalah sebagai berikut :
1. Timbang Berat Badan (T1)
Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan.
Kenaikan berat bada normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu
mulai trimester kedua
2. Ukur Tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg. apabila
diketahui tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai
adanya preeklamsi.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu
hingga batas pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari
pemeriksaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan janin sesuai dengan usia
kehamilan.
4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4) Tablet Fe
merupakan tablet penambah darah. Selama masa pertengahan kehamilan, tekanan
sistolik dan diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi karena
vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan (Indriyani,
2013).
5. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T5)
Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi
tetanus neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang disebabkan oleh
masuknya kuman Clostridium Tetani ke tubuh bayi merupakan penyakit infeksi
yang dapat mengakibatkan kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku
kuduk, dan kejang. Imunisasi TT dianjurkan 2 kali pemberian selama kehamilan,
yaitu TT1 diberikan pada kunjungan awal dan TT2 dilakukan pada 4 minggu
setelah suntukan TT1(Bartini, 2012).
6. Pemeriksaan Hb (T6)
7. Pemeriksaan VDRL (T7)
8. Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara (T8)
9. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9)
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10). Biasanya dokter atau bidan
akan memberikan informasi mengenai rujukan apabila diketahui adanya masalah
dalam kehamilan termasuk rencana persalinan.
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
(T13)
14. Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14).

2. Diagnosis Kehamilan
a. Tanda – tanda tidak pasti :
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de
graaf dan ovulasi.
2) Mual dan muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Biasanya terjadi pada bulan – bulan awal kehamilan dan akan
berakhir pada akhir triwulan pertama. Hal ini biasanya terjadi pada pagi hari
atau sering disebut dengan morning sickness of pregnancy, namun bila
terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan disebut dengan
hiperemesis gravidarum
3) Mengidam
Mengidam biasanya terjadi bulan – bulan pertama dan akan hilang sesuai
bertambah tuanya usia kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan adanya iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
5) Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan usia 12 minggu ke atas. Ada beberapa bagian dimana
pigmentasi terlihat jelas, yaitu: sekitar pipi, cloasma gravidarum, diding
perut ,striae livide, striae nigra, linea alba menjadi hitam, sekitar payudara;
hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar
montgomery makin mononjol.
6) Anoreksia atau tidak ada selera makan
Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan tetapi setelah itu nafsu
makan kembali.
7) Epulis (hipertropi dari pupil gusi)
Biasanya terjadi pada trimester I karena adanya hipertrofi papilla ginggivae /
hipertrofi gusi.
8) Varices
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
9) Payudara tegang
Keadaan ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli aerola dan alveoli pada mamma glandula montgomeri.
Ujung saraf tertekan sehingga menyebabkan rasa sakit, terutama pada hamil
pertama.
10) Sering kencing
Pada awal kehamilan karena ada desaka rahim ke depan, kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester II sudah mulai menghilang
karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada trimester III
gejala ini muncul kembali karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan
menekan kembali kandung kencing.
11) Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus dan menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.

b. Tanda mungkin hamil


1) Pembesaran uterus
2) Pada pemeriksaan dijumpai :
a. Tanda hegar (ismus uteri mengadakan hipertropi sehingga lebih lunak dan
lebih panjang)
b. Tanda braxton hicks (kontraksi tidak teratur yang tidak menimbulkan rasa
nyeri pada waktu pemeriksaan)
c. Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol jelas kejurusan
tersebut.
d. Tanda goodell
Pelunakkan serviks dikarenakan pembuluh darah dalam serviks bertambah
dan karena timbulnya edema dari serviks dan hiperplasia kelenjar – kelenjar
serviks.
e. Tanda chadwicks
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna ungu kebiruan pada
mukosa vagina, vulva, dan serviks akibat meningkatnya hormon estrogen.
f. Teraba ballotement
Adalah gerakan janin yang belum engaged, teraba pada minggu ke 10 – 18.

c. Tanda Pasti Kehamilan


1) Teraba bagian – bagian janin dan dapat dikenal bagian – bagian janin
2) Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung bayi
3) Dapat dirasakan gerakan janin
4) Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin
5) Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin, dan dapat
diperkirakan usia kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin. (Arsinah
dkk, 2010).

d. Diagnosis banding kehamilan


1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil
tetapi dengan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukan kehamilan.
2) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak
disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata. Perdarahan banyak saat
menstruasi.
3) Kista ovarium. Pembesara perut tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi
terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut melampaui usia kehamilan.
Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif.
4) Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan.
Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi penumpukan darah dalam rahim. Tanda
dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif karena himen
in perforata.
5) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi maka pembesaran
perut akan menghilang. (Manuaba, 2012)
3. Pemantaun Pertumbuhan dan Kesejahteraan Janin
Selain ditujukan untuk terciptanya kehamilan dan kondisi ibu yang aman
pemeriksaan antenatal rutin juga untuk memastikan kondisi janin yang baik.
Pemeriksaan antenatal yang berorientasi pada janin difokuskan pada dua hal, yaitu
pemantauan pertumbuhan janin (fetal growth) dan pemantauan kesejahteraan janin
(fetal well-being). Berikut beberapa alat dan metode pemantauan pertumbuhan janin
dan pemantauan kesejahteraan janin :
a. Pemeriksaan Primer
1. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pengukuran TFU (tinggi fundus uteri) merupakan salah satu metode
pengukuran sederhana dengan cara mengukur perut ibu dari simpisis pubis
hingga fundus uteri menggunakan pita ukur, pengukuran dilakukan pada
kehamilan trimester kedua dan ketiga. Pada usia kehamilan 24 minggu
direkomendaikan pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara
berkelanjutan, dan setiap pengukuran dituliskan dalam prenatal growth
chart/fetal growth chart. Hasil pengukuran dan pencatatan tersebut dapat
digunakan sebagai sarana deteksi dini abnormalitas pertumbuhan janin dan
panduan kapan dapat dilakukan rujukan atau intervensi tambahan/penunjang
lainnya. (Husin, 2013).

2. Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)


Perhitungan indeks masa tubuh ibu hamil dapat menjadi indikator
pertumbuhan janin. Studi Mitra (2012) menjelaskan bahwa IMT maternal
menggambarkan kondisi nutrisi maternal, dan secara konsisten berkaitan dengan
pertumbuhan berat dan panjang janin. Kenaikan 1 kg berat badan maternal pada
trimester 1 berkorelasi dengan kenaikan berat badan bayi baru lahir sebesar 31
gram. Setiap 1 kg kenaikan berat badan pada trimester 2, berkorelasi dengan
kenaikan berat badan bayi baru lahir sebesar 26 gram. Berdasarkan studi
Lakhanpal (2012), indeks masa tubuh maternal secara statistik tidak
menimbulkan perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya IUGR (intrauterine
growth restriction) pada janin yang dikandungnya. (Husin, 2013).
3. Taksiran Berat Janin (TBJ)
Taksiran berat badan janin merupakan suatu estimasi atau perkiraan berat badan
berdasar pada hasil perhitungan kasar pengukuran luar uterus.
Taksiran berat badan janin dapat dihitung dengan menggunakan beberapa cara
yaitu :
a. Jhonson's
Taksiran berat janin (gram) = 155 X (TFU - K)
Keterangan :
TFU= Dalam satuan cm, dihitung dengan menggunakan pita ukur dan
dilakukan 2 kali pengukuran
K = 12 jika kepala belum memasuki pintu atas panggul (stasion +) 11
jika sudah memasuki pintu atas panggul (stasion 0)
b. Metode TFU sederhana Metode ini memiliki akurasi 80% dengan tingkat
kepercayaan 95% sehingga metode ini dapat digunakan untuk memprediksi
berat janin kasar. Taksiran berat janin (gram) = 100 (TFU - 5 cm)
Keterangan :
TFU= dalam satuan cm, dihitung dengan menggunakan pita ukur dan
dilakukan 2 kali pengukuran. 5 cm sebagai standar deviasi pengukuran yang
telah menjadi konstanta baku.
c. Dare’s Formula
Taksiran berat janin (gram) = TFU x Lingkar Perut
Keterangan:
TFU= Dalam satuan cm, dihitung dengan menggunakan pita ukur dan
dilakukan 2 kali pengukuran Lingkar perut dalam satuan cm, dihitung
dengan Menggunakan pita ukur.
Dari ketiga cara pengukuran perkiraan berat badan janin, tidak terdapat
perbedaan yang mencolok diantara ketiganya. Dimana ketepatan dalam
mendeteksi berat badan lahir rendah serta berat badan lahir berlebih, dapat
ditentukan dengan hampir tepat. Dalam penghitungan taksiran berat janin, USG
merupakan salah satu alat rujukan yang dapat memprediksi dengan tepat yaitu
dengan kepekaan sebagai antara 65%-88%. (Husin, 2013).
4. Denyut Jantung Janin (DJJ).
Salah satu penentu kesejahteraan janin adalah denyut jantung. Perubahan ritme
dan frekuensi denyut jantung janin menjadi tanda adanya gangguan dalam
vaskulerisasi plasenta, yang menyebabkan turunnya kadar oksigen yang
diterima oleh janin sehingga menimbulkan keadaan fetal distress. Pada usia
kehamilan 20 minggu denyut jantung janin mulai mengalami penurunan dari
155 denyutan/menit menjadi 144 denyutan/menit hingga usia 30 minggu. Pada
kehamilan cukup bulan denyutan memiliki jumlah rata-rata 140 denyutan/menit.
(Husin, 2013)

5. Gerakan Janin
Perhitungan gerakan janin merupakan salah satu cara pemantauan kesejahteraan
janin. Perhitungan gerakan janin dilakukan untuk mendeteksi dini penurunan
keadaan janin, sehingga dapat mengatasi masalah yang akan menimbulkan
kematian. Perhitungan gerakan janin dimulai saat usia kehamilan mencapai usia
>16 minggu. Monitoring pergerakan janin dengan menggunakan alat
(Electrocardiograf) dinilai tidak bermanfaat pada ibu tanpa resiko dan dapat
meningkatkan kejadian section secarea. Namun, penilaian tersebut memiliki
kegunaan yang baik untuk mendeteksi distress janin pada ibu dengan penyulit
kehamilan, terutama mendeteksi kesejahteraan janin pada akhir persalinan.
(Husin, 2013).

b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika berdasarkan hasil pemeriksaan primer
diperlukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan diagnosis kondisi janin, meliputi:
1) Pemeriksaan Pencitraan
a) Ultrasounografi (USG)
Ultrasonografi merupakan alat yang bekerja dengan mengeluarkan
gelombang suara, gelombang tersebut akan memantul pada jaringan
sehingga menimbulkan refleksi bentuk dari jaringan yang ditumbuknya.
Gelombang suara yang dikeluarkan oleh Ultrasonografi sebesar 1-10 MHz.
Ultrasonografi Memiliki keakurasian untuk menghitung usia kehamilan
pada usia 12 minggu. Ultrasonografi sudah dapat mendeteksi kehamilan
pada usia kehamilan 6 minggu, dimana kantung kehamilan dapat tertangkap
dan tervisualisasikan pada monitor Ultrasonografi, tetapi kelainan tropoblas
tidak dapat dideteksi pada usia ini. Selain itu gerakan jantung dapat terlihat
pada usia 8 minggu. Ultrasonografi dapat mendeteksi teradinya
pertumbuhan janin terhambat dengan baik ketika usia kehamilan 12-28
minggu, yaitu dengan menghubungkan diameter biparietal dengan garis
usia kehamilan. Selain itu keabnormalan pada janin dan kelainan cairan
amnion dapat dideteksi dengan baik pada trimester III. (Husin, 2013)

2) Pemeriksaan Pada Ibu Hamil.


a) Protein Urine
Pemeriksaan protein urin yaitu untuk mengetahui adanya protein di dalam
urin. Proteinuria pada ibu hamil adalah adanya protein dalam urine dalam
konsentrasi lebih besar dari 0,3 gr/liter urine 24 jam atau dalam konsentrasi
lebih besar dari 1 gr/liter. Proteinurina merupakan penanda objektif, yang
menunjukkan terjadinya kebocoran endotel yang luas, suatu ciri khas
syndrome preeclampsia. Protein urin normal pada ibu hamil sangat kecil,
yaitu kurang dari 1,0 gr protein/hari, 2/3 dari jumlah tersebut adalah protein
yang dikeluarkan dari tubulus. Biasanya protein yang melebihi batas lebih
dari 1,5 mg protein/hari sudah tidak normal, ini dapat dijumpai pada
kerusakan-kerusakan membran kapiler glomerulus, atau karena gangguan
mekanisme reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme
tersebut. Tindakan ini penting karena pemeriksaan protein urine merupakan
penapisan rutin terhadap salah satu tanda preeklampsi. (Husin, 2013)

b) Pemeriksaan Glukosa
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada tidaknya glukosa pada urine yang merupakan skrining terhadap
Diabetes Gestational. Cara benedic merupakan salah satu cara yang paling
sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan glokosa urin, hal ini
berkaitan dengan spesifisitas 90% dan sensitivitas 80% sehingga masih
sering digunakan untuk uji konfirmasi. (Husin, 2013).
Cara menilai hasil :
- Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
- Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
- Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5%glukosa)
- Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
- Positif (++++) : Merah keruh (>dari 3,5 % glukosa)

c) Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul selama kehamilan digunakan untuk mendeteksi
beberapa kondisi klinis seperti kelainan anatomi dan penyakit menular
seksual, mengevaluasi ukuran panggul dan menilai bagian serviks sebagai
deteksi adanya tanda inkompeten (berhubungan dengan keguguran berulang
pada trimester dua) atau untuk memprediksikan kelahiran preterm.
Berdasarkan hasil systematic review, Peto menyatakan bahwa pemeriksaan
panggul ini tidak dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
kelahiran preterm ataupun memperkirakan usia kehamilan dengan tepat,
namun dapat digunakan untuk memprediksi proses persalinan seseorang,
yaitu ketika hasil pelvimetri dengan menggunakan X-ray menggambarkan
kesempitan memiliki kemungkinan sebesar 95% untuk dilakukannya
persalinan sectio secareae. Pemeriksaan panggul atau pelvimetri dapat
dilakukan dengan spekulum, pemeriksaan bimanual, rektovaginal,
penggunaan X-ray, ataupun Magnetic Resonance Imaging (MRIVDRL
(Venereal Disease Research Laboratory). (Husin, 2013).

d) Palpasi Abdomen - Manuver Leopold


Pemeriksaan abdomen dilakukan pada usia kehamilan ibu 25 minggu dan
untuk menegaskan pertumbuhan janin sesuai dengan usia kehamilan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah :
1) Mengobservasi tanda-tanda dari kehamilan
2) Menilai perkembangan dan pertumbuhan janin
3) Auskultasi jantung janin
4) Mengetahui bagian lokasi janin
5) Mendeteksi adanya ketidaknormalan
6) Adapun terdapat empat maneuver dalam pemeriksaan ini, yaitu :
a. Manuver pertama, untuk menentukan tinggi dari fundus. Bokong
memberikan sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa
keras dan bulat serta lebih mudah bergerak (melenting).
b. Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan
meletakkan telapak tangan di salah satu sisi abdomen ibu, dan
dengan memberikan tekanan lembut tetapi dalam. Pada satu sisi,
dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan-ekstremitas
janin. Dengan memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior,
transversal atau posterior dapat ditentukan orientasi janin.
c. Manuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jarijari satu
tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas
simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tidak engaged, akan terasa
massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara
kepala dan bokong ditentukan seperti ada manuver pertama. Namun,
jika bagian terendah janon telah masuk jalan lahir (enganged), hasil
manuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian terbawah polus janin
berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui manuver
keempat.
d. Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksaan menghadap ke
arah kaki ibu dan dengan ujung tiga jari pertama masing-masing
tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis apertura
pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui manuver
ketiga.

e) Imunisasi
Konsepsi prakonsepsi mencakup penilaian terhadap imunitas, Vaksin terdiri
dari toksoid-misalnya, tetanus, bakteri atau virus yang sudah mati misalnya
influenza, pnemokokus, hepatitis B, meningokokus dan rabies, atau virus
hidup yag dilemahkan termasuk varisela-zoster, campak, gondongan, polio,
rubella, cacar air dan demam kuning. Untuk memastikan perlindungan
terhadap ibu dan bayi, ibu hamil yang belum pernah disuntikkan tetanus
harus mendapatkan 3 vaksin yang berisi tetanus dan mengurangi difteri
tetanus. Tetanus merupakan penyakit akut dan fatal yang disebabkan oleh
exotoxin yang ditimbulkan oleh clostridium tetani. Tetanus timbul pada
bayi baru lahir dari ibunya yang tidak mempunyai perlindungan pasif
sirkulasi antibodi yang cukup. (Husin, 2013).
f) Berat Badan
Kenaikan berat badan pada ibu hamil minimal naik sebanyak 9 kg selama
hamil atau 1 kg setiap bulannya (Buku KIA, 2020). Salah satu pengukuran
yang digunakan untuk mengkaji jenis tubuh adalah dengan menggunakan
indek Ouetelet atau indeks massa tubuh (IMT/ body mass index (BMI).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Indeks masa
tubuh dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar
adipositas dalam tubuh seseorang. Indeks masa tubuh tidak mengukur
lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa Indeks
masa tubuh berkorelasi dengan pengukuran secara angsung lemak tubuh
seperti underwater weighing dan dual energy xray absorbtiometry. (Husin,
2013).

g) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80. Pemeriksaan tekanan darah merupakan salah satu langkah dalam
mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsiaeklampsia.
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik
>140/90 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah penting untuk menilai apakah
ibu hamil mengalami hipertensi kronik, preeklampsia eklampsia atau
hipertensigestasional. (Husin, 2013).

h) Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe sebagai penyebab
warna sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (O2) ke
dalam jaringan dan mengambil gas CO2 dari jaringan ke paruparu. Bila
kadar hemoglobin berkurang di bawah normal, maka akan mengganggu
aktivitas dalam tubuh. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih
rendah dari harga normal (13 gr%) disebut sebagai anemia. Hemoglobin
adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated
protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin
(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb

berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan


berwarna merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah
vena mengandung karbondioksida. (Husin, 2013).

i) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) merupakan salah satu pemeriksaan
yang digunakan untuk mengetahui status gizi pada ibu hamil selain
menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Pengukuran lingkar lengan atas
pada ibu hamil juga digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi ibu
hamil yang beresiko mengalami Kurang Energi Kronis (KEK). Selain itu,
lingkar lengan atas juga digunakan sebagai prediktor bagi ibu terhadap
resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Kurang
energi kronis pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
seperti anemia, perdarahan dan rentan terhadap penyakit infeksi. Kondisi
kesehatan bayi yang dilahirkan nanti oleh ibu hamil sangat dipengaruhi oleh
keadaan gizi ibu baik sebelum maupun selama masa kehamilannya. (Husin,
2013)

j) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri


Pemeriksaan tinggi fundus uteri bertujuan untuk menentukan usia
kehamilan dan pertumbuhan janin, serta untuk mengidentifikasi kehamilan
ganda dan komplikasi yang mungkin dapat muncul. Berat janin merupakan
salah satu pertimbangan untuk membuat keputusan yang nantinya akan
berhubungan dengan persalinan. Perkiraan usia kehamilan dapat dilakukan
melalui tiga metode, yaitu dengan menghitung periode menstruasi
terakhir/perhitungan berdasarkan hari pertama haid terakhir, pengukuran
tinggi fundus uteri ibu dan melalui USG. (Husin, 2013).
III. Hyperemesis Gravidarum
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual muntah hebat lebih dari 10 kali
sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan
berat badan atau membahayakan janin dalam kandungannya. Mual dan muntah
berlebihan yang terjadi pada wanita hamil dapat menyebabkan terjadinya ketidak
seimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu
keempat sampai kesepulluh kehamilan dan selanjuttnya akan membaik pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beperapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
usia kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada primigravida, hal ini merupakan
gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala
ini 40 - 60% dialami oleh multigravida. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala mual
dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan (Sumai, dkk, 2014).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan arena penyakit seperti
appendistritis, pielititis dan sebagainya (Joseph, Nugroho, 2011).
Hiperemesis gravidarum merupakan keluhan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil yang terjadi mulai dari minggu ke 6 kehamilannya dan bisa berlangsung sampai
minggu ke 12 atau lebih (Lisnawati, 2013).

B. Tanda Dan Gejala Hiperemesis Gravidarum


Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga
tingkatan (Manuaba, 2012).
1) Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini
klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun,
dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan
mata cekung.
2) Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun suhu tubuh kadang-kadang
naik, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
3) Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke
ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada
tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan retina. (Runiari.
N, 2010).

C. Patofisiologis
Perasaan mual diakibatkan oleh berbagai faktor, keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual
dan muntah dapat berlangsung berbulan- bulan. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung
spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum
yang lebih berat (Fauziyah, 2012).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik,
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida dalam urin. Selain
itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula
dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.Kekurangankalium sebagai akibat muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati, disamping dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (sindroma Mallory-weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya, robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan tranfusi atau
tindakanoperatif. (Fauziyah, 2012).

D. Diagnosis
Diagnosis Hiperemisis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar,dapat diketahui
dengan terdapatnya aminore,mual,dan muntah berlebihan sampai mengganggu
kehidupan sehari hari dengan berbagai tingkat ( manuaba, 2008 )
Diagnosis hiperemisis gravidarum dapat dengan mudah ditegakkan melalui
gambaran klinis seperti aminore, mual dan muntah berlebihan sampai mengganggu
aktifitas sehari hari ,nyeri perut bagian bawah ( tidak berhubungan dengan persalinan
normal ) ( sulistyawati,2013 )
Menurut Tiran (2009), mual sering kali merupakan gejala pertama yang dialami
ibu yang sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama tidak datang.
Oleh karena itu rasa mual didiagnosis oleh diri sendiri, dan dalam banyak kasus,
ditangani oleh diri sendiri. Akan tetapi, kemampuan koping wanita yang mengalami
mual dan muntah selama kehamilan sangat beragam, yang akan dipengaruhi oleh
kepribadian dan sikapnya terhadap penyakit, komitmen keluarga dan pekerjaan,
kesehatan umum dan ketersediaan mekanisme pendukung. Jika dehidrasi, gangguan
elektolit, malnutrisi protein-kalori dan defisiensi vitamin turut dialami ibu hamil,
hospitalisasi sangat penting untuk kesehatan ibu dan janin. Akan tetapi, penting untuk
menyingkirkan dugaan penyebab lain terjadinya muntah berlebihan sebelum diagnosis
hiperemesis gravidarum ditegakkan.
Wanita yang sebelumnya memiliki riwayat hiperemesis gravidarum secara
personal atau memiliki ibu dengan riwayat hiperemesis akan lebih rentan terhadap
kondisi, begitu juga wanita yang memiliki penyakit hati. Diagnosis banding yaitu
Perlemakan hati akut, Gastroeneteritis, Hernia hiatus, Infeksi helicobacter pylori,
Hepatitis, Hiperkalsemia, Kondisi intra abdomen, Hipertens iintracranial (benigna),
Pielonefritis dan Refluks esophagitis sebagai gambaran dari adanya masalah medis.

E. Penanganan
Menurut Fauziyah (2012), strategi penanganan hiperemesis gravidarum
berdasarkan tingkat keparahan tanda dan gejalanya. Penanganan dapat berupa edukasi,
hidrasi, medikasi, hospitalisasi, dan konseling psikosomatik apabila dibutuhkan.
Penanganan yang pertama yaitu dapat berupa edukasi tentang diet dan gaya hidup
untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup ibu hamil. Ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah yang ringan dapat diberikan edukasi tentang nutrisi
seperti asupan makanan dan minuman dalam porsi kecil tapi sering (sepanjang hari).
Makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak dan asam. Merekomendasi
sering memakan snack, kacang dan biskuit. Ditambah dengan minuman pengganti
elektrolit dan suplemen nutrisi dianjurkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan
kecukupan asupan kalori. Jika bau pada makanan yang baru dimasak (panas) dapat
memicu muntah, maka dianjurkan untuk menyediakan selalu makanan dingin. Edukasi
tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stres dan istirahat dapat
mengurangi muntah. Dukungan emosional juga penting untuk mencegah hiperemesis
gravidarum menjadi lebih parah.
a. Medikasi
Jika tanda dan gejala tidak dapat ditangani dengan edukasi diet dan gaya hidup,
maka dosis rendah antiemesis dapat diberikan. Semua intervensi farmakologi harus
berdasarkan keamanan, kemanfaatan, dan biaya yang efektif. Antiemesis dapat
mengurangi muntah pada kehamilan muda dan lebih tinggi dibandingkan dengan
placebo. Ondansetron, salah sau jenis obat yang paling umum digunakan, obat
yang efektif dan memiliki sedikit efek samping. Pyridoxine yang diberikan 3 kali
sehari dengan dosis 10-25 mg yang dimulai dengan dosis rendah dapat mengurangi
gejala dan terbukti lebih efektif dari pada placebo. Dosis sehari-hari dapat
ditingkatkan hingga mencapai 200 mg tanpa efek samping. Antihistamin dan anti
kholinergik seperti meclizine, dimenhydrinate, dan diphenhydramine juga
menunjukan lebih efektif dari pada placebo (Fauziah, 2012). Namun demikian efek
samping yang dihasilkan berbeda- beda pada masing-masing pengobatan.
Sementara itu, medikamentasi dapat menyebabkan kebingungan, drowsiness,
mulut kering, yang lebih parah dapat menyebabkan kompulsi, penurunan
kesadaran, mempengaruhi jantung dan menyebabkan halusinasi (doxyamine,
metoclopramide, dimenhydrinate, diphenhydramin, dan promethazine). Sakit
kepala, nyeri otot atau tremor dan demam juga dapat terjadi. Diazepam memiliki
efek yang positif pada pasien dengan hiperemesis gravidarum, kemungkinan
karena efek sedativenya. Diazepam dapat mengurangi hospitalisasi dan
meningkatkan kepuasan pasien. Akan tetapi, penggunaan sering diazepam,
kemungkinan dapat menyebabkan ketergantungan (Fauziyah, 2012)

b. Intervensi non-farmakologi
Pengobatan akupresur dapat digunakan untuk pengobatan alternatif untuk
hiperemesis gravidarum. Seperti pemberian aroma terapi, Aromaterapi adalah
nama yang diberikan untuk cabang jamu unik yang menggunakan obat dan sifat
terapeutik dari minyak yang ditemukan di berbagai tanaman (Rankin, 2004).
Sebenarnya minyak atsiri dapat digunakan dengan berbagai cara. Mereka dapat
diterapkan pada bagian tubuh tertentu melalui pijatan (Harga dan Harga, 2002).
Selain itu, beberapa tetes dapat dioleskan pada sapu tangan atau tisu untuk
membantu orang tidur. Lainnya diformulasikan menjadi garam mandi atau gel
yang dapat dilarutkan ke dalam air mandi yang mengalir untuk memberikan aroma
yang menenangkan. Cara yang paling populer untuk menggunakan essential oil
adalah dengan meletakkannya di alat yang memungkinkan baunya menyebar ke
udara (Nanayakkara, 2001). Selain itu, aromaterapi dianggap sebagai cara yang
ideal untuk mengatasi emosi karena indra penciuman berhubungan langsung
dengan pusat emosi dan memori di otak. Minyak atsiri membawa pesan pola dasar
yang mendalam yang bekerja atas dasar fisik dan spiritual penyakit untuk
menyembuhkan tubuh, pikiran dan jiwa (Perry & Perry, 2006)
Aromaterapi mungkin dianggap alami dan karena itu risikonya lebih rendah
daripada obat-obatan. Lebih jauh, aromaterapi dapat ideal untuk membendung
mual di pagi hari bila menggunakan minyak esensial yang tepat seperti minyak
esensial jahe, kapulaga atau peppermint dua kali sehari dalam bentuk makan atau
minum (Chittumma, et al. 2007). Meskipun aromaterapi telah digunakan dalam
persalinan selama berabad-abad, tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang
meneliti apakah pengobatan tersebut berhasil (Allaire, Moos & Wells, 2000).
Semua studi sampai sekarang meneliti efek aromaterapi dianggap sebagai cara
untuk mengurangi mual dan muntah melalui minum atau makan (Arsenault &
Lane, 2002; Smith, et al. 2004, Borrelli, et al. 2005). Selain itu untuk menurunkan
depresi, kecemasan, nyeri punggung selama kehamilan (Field, 2010). Serta
meredakan nyeri intrapartum (Dhany, 2008; Luka Bakar, dkk. 2007; Luka Bakar,
dkk. 2000).
Menurut Peneltian Pengaruh Inhalasi Aromaterapi terhadap Mual dan Muntah
pada Awal Kehamilan: Uji Coba Terkontrol Acak Percontohan Rania Mahmud
Abdel Ghani1*, Adlia Tawfik Ahmed Ibrahim2, 2013 Menghirup campuran dua
parfum minyak lavender dan peppermint dapat meminimalkan keparahan episode
mual, meningkatkan tingkat energi dan mengurangi sensasi kelelahan, penggunaan
menggunakan minyak esensial sesuai panduan jurnal di berikan dua kali sehari

IV. AROMATERAPI

1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah destilasi minyak esensial, konsentrasi tinggi, dan harum
berasal dari ekstrak tumbuhan yang mudah mengalami penguapan (Supatmi &
Agustiningsih, 2015). Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan
minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan dapat mempengaruhi
kesehatan emosional seseorang (Koensoemardiyah, 2009)
2. Kandungan Aromaterapi
Komponen utama dalam aromaterapi adalah minyak atsiri atau disebut juga
minyak essensil. Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari
tanaman aromatik essensial. Minyak atsiri ini dapat langsung memberikan efek
terhadap badan. Minyak atsiri adalah penyembuh yang kuat (powerful healing
agent). Minyak ini sangat pekat dan berkekuatan sangat besar dalam
menyembuhkan (interesly energetic) (Koensoemardiyah, 2009).
3. Indikasi Aromaterapi
Penggunaan Aromaterapi Menurut indikasi penggunaan aromaterapi antara lain:
a. Dapat digunakan untuk semua usia.
b. Klien yang mengalami nyeri dan kecemasan.
c. Klien yang mengalami insomnia dan depresi.
d. Klien yang mengalami kegelisahan dan perasaan tegang.
e. Klien yang mengalami mual dan muntah (Setyoadi & Kushariyadi, 2011)
f. Kontra Indikasi
4. Kontraindikasi Penggunaan Aromaterapi

Kontraindikasi penggunaan aromaterapi antara lain :


a. Klien yang mengalami kanker.
b. Klien dengan gangguan sirkulasi.
c. Klien dengan gangguan jantung.
d. Klien yang menderita migran.
e. Klien dengan kelainan atau penyakit kulit seperti infeksi, peradangan akibat
gigitan serangga, varises, patah tulang atau jaringan parut yang baru, luka
memar, peradangan akut, atau dalam keadaan demam yang pemakaiannya
terutama dengan metode pemijatan
f. Klien dengan hipertensi sebaiknya tidak menggunakan aromaterapi mawar dan
spike lavender.
g. Klien hamil dengan trimester pertama.
h. Klien dengan asma parah atau riwayat beberapa alergi.
i. Klien dengan tumor yang tergantung dengan esterogen seharusnya tidak
menggunakan minyak dengan senyawa menyerupai esterogen seperti adas,
adas manis, bijaksana, dan clary bijaksana (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
5. Metode Penggunaan Aromaterapi
Metode dalam pemberian aromaterapi antara lain:
a. Ingesti Ingesti yaitu cara masuknya minyak atsiri ke dalam badan melalui
mulut dan kemudian ke saluran pencernaan. Minyak atsiri yang digunakan
dalam metode ini harus dalam keadaan terlarut. Para aromatolog biasanya
menggunakan alkohol dan madu atau minyak sebagai pelarutnya. Dosis yang
digunakan yatu 3 tetes, tiga 20 kali sehari dengan penggunaan maksimal yaitu
3 minggu (Koensoemardiyah, 2009).
b. Olfaksi atau inhalasi Aromaterapi yang digunakan dengan metode inhalasi
yaitu akses minyak atsiri melalui hidung memiliki rute yang jauh lebih cepat
dalam penanggulangan emosi seperti stress dan depresi dibanding dengan
metode yang lain (Koensoemardiyah, 2009). Aromaterapi yang diberikan
dengan inhalasi tersebut akan mengirim pesan ke bagian olfaktorius kemudian
proses ini dilanjutkan dengan pengolahan impuls pada sistem limbik dalam
otak. Aromaterapi ini menimbulkan persepsi yang segar, relaksasi dan nyaman
bagi pasien. Dalam kondisi ini akan menekan stimulasi stress yang
menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman serta dapat menekan reflek mual
dan muntah (Supatmi & Agustiningsih, 2015).
Inhalasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1) Dengan bantuan botol semprot Botol semprot (spray bottle) biasanya
diguanakan untuk menghilangkan udara yang berbau kurang enak pada
kamar pasien. Dengan dosis 10-12 tetes dalam 250 ml air, kemudian
dikocok dengan kuat terlebih dahulu, setelah itu disemprotkan ke kamar
pasien.
2) Di hirup melalui tissue Inhalasi menggunakan kertas tissue yang
mengandung minyak atsiri 5-6 tetes (terkecuali pada anak kecil, orang tua
dan ibu hamil yaitu 3 tetes) sangat efektif bila dibutuhkan hasil yang
cepat, dengan 2-3 kali nafas dalam-dalam. Sedangkan untuk mendapatkan
efek yang panjang maka tissue dapat diletakkan pada dada 21 sehingga
minyak atsiri akan menguap akibat panas dari badan dan tetap bisa
terhirup oleh nafas pasien.
3) Dihisap melalui tangan Inhalasi menggunakan telapak tangan adalah
metode yang baik, namun metode ini sebaiknya dilakukan hanya pada
orang dewasa saja. Dengan dosis satu tetes minyak atsiri yang diteteskan
pada telapak tangan kemudian ditelangkupkan kemudian digosokkan satu
sama lain setelah itu ditutupkan ke hidung. Saat melakukan cara ini
sebaiknya mata pasien dalam keadaan terpejam. Lalu pasien dianjurkan
untuk menarik nafas dalam-dalam. Cara ini sering dilakukan untuk
mengatasi kesukaran dalam pernafasan atau dalam kondisi stress.
4) Penguapan Cara ini digunakan untuk mengatasi problem respirasi dan
masuk angin. Cara ini menggunakan suatu wadah dengan air panas yang
diteteskan minyak atsiri 4 tetes atau 2 tetes untuk anak dan wanita hamil.
Caranya yaitu kepala pasien menelungkup di atas wadah dan disungkup
dengan handuk sehingga tidak ada uap yang keluar sehingga pasien dapat
menghirupnya dengan maksimal. Selama perlakuan ini, pasien diminta
untuk menutup matanya (Koensoemardiyah, 2009). Pemberian minyak
aromaterapi secara inhalasi ini diberikan selama 5 menit, dihirup melalui
hidung dengan jarak aromaterapi 5 cm dari hidung. Sedangkan dalam
pemberian aromaterapi untuk pasien mual dan muntah dapat diberikan
selama 10- 15 menit (Supatmi & Agustiningsih, 2015).
c. Absorbsi melalui kulit Metode aromaterapi dengan absorbsi melalui kulit
banyak menggunakan air, minyak sayur atau bahan dari lotion untuk
mengencerkan dan meratakan minyak atsiri ke permukaan kulit. Berbagai
aplikasinya anatara lain:
1) Kompres
Kompres sering digunakan untuk menangani luka bakar dan pada area
yang sangat sakit, misalnya arthritis, fraktur, dll. Untuk menangani
bengkak pada lutut dibutuhkan baskom air (kira-kira 200 ml) dan 5-6 tetes
minyak atsiri. Bahan (kain dengan kualitas tertentu) untuk mengompres
dicelupkan pada larutan minyak atsiri kemudian diperas, lalu ditempelkan
ditempat yang sakit, setelah itu ditutup dengan plastik atau karet untuk
mencegah penguapan. Kain kompres ini didiamkan selama 2 jam atau
bahkan bisa sepanjang malam.
2) Gargarisma dan cuci mulut
Gargarisma baik digunakan pada pasien yang habis menjalani operasi
amandel atau operasi mulut yang agak serius. Minyak atsiri yang
ditambahkan gargarisma (2-3 tetes dalam setengah gelas) digunakan untuk
berkumur. Untuk anak-anak, minyak atsiri harus dilarutkan dahulu dengan
seikit madu sebelum ditambahkan ke dalam air supaya minyak atsiri
tersebar merata.
3) Semprot (spray)
Semprot sering digunakan pada permukaan kulit yang sedang sakit dan
tidak boleh disentuh, misalnya herpes atau luka bakar. Dalam
pembuatannya menggunakan 15-20 tetes dalam 50 ml air suling.
4) Mandi (bath)
Inhalasi dengan bantuan air yang terbaik adalah engan mandi. Mandi
aromaterapik ini berguna untuk antiseptik kulit dan relaksasi. Pada
aplikasi ini diperlukan minyak atsiri 6-8 tetes yang dimasukkan dalam air
hangat. Dosis untuk anak-anak dan orang tua yaitu setengahnya. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, sebaiknya pasien berendam selama 10
menit.
d. Pijat (massage)
Dalam aplikasi ini biasanya dilakukan pijat oleh ahlinya. Untuk melakukan
pijat digunakan minyak atsiri 15-20 tetes dalam 20 ml minyak pembawa atau
lotion. Penerapan pijat ini dapat mengurangi obat penghilang rasa nyeri secara
signifikan pada perawatan rematik (Koensoemardiyah, 2009),

6. Macam Macam Dan Khasiat/ Fungsi Aromaterapi


Jenis- jenis aromaterapi yang digunakan dalam terapi komplementer antara lain:
a. Aromaterapi Lavender. Aromaterapi lavender mempunyai efek menenangkan,
mengurangi stress, menimbulkan efek relaksasi, anti spasmodik, merangsang
produksi sedatif tubuh yang dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kerja
syaraf parasimpatis dan menurunkan kerja parasimpatis serta meningkatkan
“mood” sehingga dapat mengurangi depresi seseorang (Supatmi &
Agustiningsih, 2015).
b. Aromaterapi Lemon Aromaterapi lemon dapat mengurangi masalah gangguan
pernafasan, tekanan darah tinggi, pelupa, stress, pikiran negatif dan rasa takut
(Setiyanti, 2008)
c. Aromaterapi Mawar Aromaterapi mawar memiliki khasiat dalam membuat sel
menjadi muda kembali, bersifat antiseptik dan anti radang sehingga sering
digunakan dalam krim dan lotion yang berfungsi memperbaiki kondisi kulit.
Bau dari minyak mawar ini juga berfungsi sebagai antidepresan, sedatif dan
mengurang stress (Koensoemardiyah, 2009).
d. Aromaterapi Peppermint Aromaterapi peppermint dapat digunakan untuk obat
gosok dapat membuat otot-otot perut menjadi relaks, meringankan nyeri sendi,
kejang otot dan artritis. Apabila aromaterapi peppermint ini dihirup atau
digosokkan di dada maka dapat meringakan hidung mampet atau sesak nafas
(Koensoemardiyah, 2009). Selain itu aromaterapi peppermint berfungsi dalam
melemaskan otot-otot yang kram, memperbaiki gangguan ingestion, digestion,
menurunkan terjadinya mual dan muntah serta mengatasi ketidakmampun
flatus (Supatmi & Agustiningsih, 2015).
e. Aromaterapi Cengkih Aromaterapi cengkih merupakan minyak yang paling
kuat daya antiseptiknya yang sering digunakan untuk obat gigi dan untuk
meringankan nyeri otot dan artritis. Dalam pengunaannya sering dicampurkan
pada obat gosok (Koensoemardiyah, 2009).

7. Mekanisme Kerja Aromaterapi


Salah satu metode dalam menggunakan aromaterapi yaitu dengan inhalasi.
Aromaterapi yang digunakan dengan metode inhalasi memiliki rute yang jauh lebih
cepat dalam penanggulangan emosi seperti stress dan depresi disbanding dengan
metode yang lain (Koensoemardiyah, 2009). Dengan pemberian minyak
aromaterapi secara inhalasi ini diberikan selama 5 menit, dihirup melalui hidung
dengan jarak aromaterapi 5 cm dari hidung. Sedangkan dalam pemberian
aromaterapi untuk pasien mual dan muntah dapat diberikan selama 10- 15 menit.
Aromaterapi yang diberikan dengan inhalasi tersebut akan mengirim pesan ke
bagian olfaktorius kemudian proses ini dilanjutkan dengan pengolahan impuls pada
sistem limbik dalam otak. Aromaterapi ini menimbulkan persepsi yang segar,
relaksasi dan nyaman bagi pasien. Dalam kondisi ini akan menekan stimulasi stress
yang menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman serta dapat menekan reflek mual
dan muntah (Supatmi & Agustiningsih, 2015).

V. PENILAIAN MUAL DAN MUNTAH


Instrument pengambilan data adalah suatu alat yang diperlukan dalam
pengumpulan data ( Notoatmojo,2012 ). Alat untuk mengukur mual muntah yang
telah teruji validasi da reabilitasnya yaitu. :

a. Numerik rating scale (NRS)


merupakan jenis instrument berupa skala pengukuran dapat di gunakan untuk
mengetahui tingkat mual dan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan
mual. Numerik Rating Scale (NRS), adalah terdiri dari skor 0 sampai 10 dimana
dikelompokkan yaitu dengan yang pertama skor 0 berarti non atau tidak mual
muntah, selanjutnya skor 1 sampai 3 dikategorikan mild atau ringan mual
muntahnya, lanjut ke skor 4 sampai 6 dinilai moderate atau mual muntah sedang
dan kelompok yang terakhir yaitu skor 7 sampai 10 yaitu severe yaitu mual muntah
dengan skor tertinggi atau terjadi mual muntah
b. Duke Descriptive Scale (DDS)
Instrument ini memuat data mual muntah dengan frekuensi, keparahan dan
kombinasi aktifitas. Tipe dari kuesioner ini adalah skala ceklist, kelemahan
kuesioner ini adalah terbatasnya informasi.
c. Visual Analog Scale (VAS)
Instrument penelitian berupa rentan skala dengan menggunakan angka 0-10 untuk
mengetahui gejala. Instrument ini yang simple dan paling banyak digunakan dalam
penelitian
d. Index Nausea vomiting and Retching (INVR) Rhodes Index
Nausea Vomiting and Retching yang dipopulerkan oleh Rhodes digunakan untuk
mengukur mual, muntah dan retching dengan skala Likert yaitu 0-4.
e. Marrow Assessment Of Nausea and Emesis and Functional Living Index
Emesis
Instrumen ini dilengkapi dengan data awal, intensitas, keparahan, dan durasi dari
nausea dan vomitting (Rhodes dan Mc Daniel, 2004)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual muntah hebat lebih dari 10 kali
sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan
berat badan atau membahayakan janin dalam kandungannya. Mual dan muntah
berlebihan yang terjadi pada wanita hamil dapat menyebabkan terjadinya ketidak
seimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu
keempat sampai kesepulluh kehamilan dan selanjuttnya akan membaik pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beperapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
usia kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Pengobatan akupresur dapat digunakan untuk pengobatan alternatif untuk
hiperemesis gravidarum. Seperti pemberian aroma terapi, Aromaterapi adalah nama
yang diberikan untuk cabang jamu unik yang menggunakan obat dan sifat terapeutik
dari minyak yang ditemukan di berbagai tanaman (Rankin, 2004). Sebenarnya minyak
atsiri dapat digunakan dengan berbagai cara. Mereka dapat diterapkan pada bagian
tubuh tertentu melalui pijatan (Harga dan Harga, 2002).
Selain itu, beberapa tetes dapat dioleskan pada sapu tangan atau tisu untuk
membantu orang tidur. Lainnya diformulasikan menjadi garam mandi atau gel yang
dapat dilarutkan ke dalam air mandi yang mengalir untuk memberikan aroma yang
menenangkan. Cara yang paling populer untuk menggunakan essential oil adalah
dengan meletakkannya di alat yang memungkinkan baunya menyebar ke udara
(Nanayakkara, 2001). Selain itu, aromaterapi dianggap sebagai cara yang ideal untuk
mengatasi emosi karena indra penciuman berhubungan langsung dengan pusat emosi
dan memori di otak. Minyak atsiri membawa pesan pola dasar yang mendalam yang
bekerja atas dasar fisik dan spiritual penyakit untuk menyembuhkan tubuh, pikiran
dan jiwa (Perry & Perry, 2006)
Aromaterapi mungkin dianggap alami dan karena itu risikonya lebih rendah
daripada obat-obatan. Lebih jauh, aromaterapi dapat ideal untuk membendung mual di
pagi hari bila menggunakan minyak esensial yang tepat seperti minyak esensial jahe,
kapulaga atau peppermint dua kali sehari dalam bentuk makan atau minum
(Chittumma, et al. 2007). Meskipun aromaterapi telah digunakan dalam persalinan
selama berabad-abad, tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang meneliti apakah
pengobatan tersebut berhasil (Allaire, Moos & Wells, 2000). Semua studi sampai
sekarang meneliti efek aromaterapi dianggap sebagai cara untuk mengurangi mual
dan muntah melalui minum atau makan (Arsenault & Lane, 2002; Smith, et al. 2004,
Borrelli, et al. 2005). Selain itu untuk menurunkan depresi, kecemasan, nyeri
punggung selama kehamilan (Field, 2010). Serta meredakan nyeri intrapartum
(Dhany, 2008; Luka Bakar, dkk. 2007; Luka Bakar, dkk. 2000).
Menurut Peneltian Pengaruh Inhalasi Aromaterapi terhadap Mual dan Muntah
pada Awal Kehamilan: Uji Coba Terkontrol Acak Percontohan Rania Mahmud Abdel
Ghani1*, Adlia Tawfik Ahmed Ibrahim2, 2013 Menghirup campuran dua parfum
minyak lavender dan peppermint dapat meminimalkan keparahan episode mual,
meningkatkan tingkat energi dan mengurangi sensasi kelelahan, penggunaan
menggunakan minyak esensial sesuai panduan jurnal di berikan dua kali sehari,
sebelum tidur siang atau tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Rocmawati. 2011. “Faktor - Faktor Yang Berhungan Dengan Kejadian Hiperemesis


Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di PuskesmaMattirobulu Kabupaten Pindrang.”

Ratnawati, A. T., Amdad, A., & Nurdiati, D. S. (2018). Upaya ibu hamil risiko tinggi untuk
mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyo. BKM Journal of Community Medicine
and Public Health, 67-71.

Yulaikhah, L. (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53)

Widatiningsih, S. and Dewi, C. H. T. (2017) Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Transmedika.

Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Prawirorahardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;


2010

Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC. 2010

Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2013

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstectri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC. 2011

Fauziah Siti dan Sutejo. Ns. 2012. Buku Ajar Maternitas Kehamilan. Jakarta : Kencana
Prenada Media
Runiari, Nengah. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum:
Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai