Disusun oleh :
EKA MARYATI, S. Kep
NPM 230103092
A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah yang
berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga membahayakan
kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, mual
muntah juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi
terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul
kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi
pada multigravida (Rocmawati, 2011). Mual (nausea) dan muntah (emesis
gravidarum) adalah suatu yang wajar pada ibu hamil trimester 1. Kondisi ini akan
berubah jika mual muntah terjadi >10 kali dalam sehari, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan gizi, cairan elektrolit, dan dapat memengaruhi keadaan umum serta
menganggu kehidupan sehari-hari (Morgan, 2009).
Kehamilan menurut Morgan (2009) adalah merupakan proses produksi yang
memerlukan perawatan yang khusus agar persalinan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuai keinginan keluarga. Sedangkan
menurut Hutaean (2009), kehamilan merupakan peristiwa yang sangat ditunggu bagi
perempuan yang sudah menikah. Saat perempuan tidak lagi mendapat menstruasi dan
setelah melakukan pemeriksaan urin serta ditandai dengan hasil positif maka bisa
dikatakan hamil. Perempuan tersebut akan merasa senang begitu juga dengan
keluarganya.
Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan
meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang. Sedangkan
kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara-negara
berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu dinegara-negara berkembang
merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi yang hidup
jika dibandingkan dengan dengan rasio kematian ibu di 9 negara dan 51 negara
persemakmuran (Depkes, 2014). Komplikasi tersebut mengakibatkan lebih dari setengah
juta ibu yang mengalami kematian di setiap tahunnya, dari jumlah tersebut terjadi di Asia
dan Afrika subsahara diperkirakan mencapai 90%, kemudian terjadi pada negara
berkembang lainnya mencapai 10%, dan di Negara maju mencapai kurang dari 10%
(Prawirohardjo, 2009). Pada tahun 2011 data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil, yaitu 42.097 orang dengan presentase KI 88,62
% dan K4 80,12% (Sumai,Keintjem, &Manueke, 2014).
Masalah terbesar yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia
adalah angka kematian dan kesakitan pada perempuan hamil. Diperkirakan 15 %
kehamilan dapat mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstretic apabila tidak segera
ditangani maka dapat membahayakan janin maupun ibunya. Menurut survey demografi
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu di Indonesia tergolong
masih tinggi yaitu mencapai 100/100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 target yang
akan dicapai adalah 102 per tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen kesehatan
(Depkes) mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program
perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Depkes, 2010).
Morgan (2009); Fitriana (2014) menyatakan bahwa kondisi hiperemesis
gravidarum yang dijumpai pada kehamilan 16 minggu pertama yaitu mual dan muntah,
perempuan hamil pada trimester 1 mengalami mual muntah kurang lebih 66%
sedangkan mual disertai muntah mencapai 34%. Apabila semua makanan yang dimakan
dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit berkurang,
dan timbul asetonuria. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan.
Hiperemesis gravidarum juga berdampak negatif, seperti anemia. Sedangkan anemia
sendiri dapat mengakibatkan syok disebabkan kekurangan asupan gizi yang dimakan dan
diminum semua dimuntahkan semua.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa ibu hamil menurut Hutaean (2009),
yaitu perubahan pada sistem pencernaan, mengalami penurunan nafsu makan, ibu hamil
trimester 1 sering mengalami mual muntah yang merupakan perubahan saluran cerna dan
kenaikan kadar ekstrogen, progesterone, dan human chorionic gonadotropin (HCG)
dapat menjadi pencetus terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil. Meningkatnya
hormone progesterone dapat mengakibatkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung
melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan menurunnya sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terjadinya mual dan muntah. Selain itu, mual muntah juga
diperberat adanya faktor lain, seperti faktor psikologis, lingkungan, spiritual, dan
sosiokultural (Runiari, 2010).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah: Bagaimana menerapkan asuhan
Kebidanan Ibu Hamil.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
melalui pendekatan manejemen keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Definisi kehamilan
2. Mengetahui kehamilan Trimester I
3. Mengetahui kehamilan Trimester II
4. Mengetahui Trimester III
5. Megetahui Asuhan Keperawatan Terkini Pada Kehamilan
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Bagi peneliti, dapat memperaktikan teori yang didapat secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil
2. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan dalam
meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan keperawatan Ibu
Hamil
3. Bagi Klien dan Keluarga
Ibu Hamil Mendapatkan pelayanan sesuai standar keperawatan sehingga Ibu Puas
dengan pelayanan keperawatan yang telah diberikan
4. Bagi Profesi Perawat
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar dan asuhan kebidanan pada
masa Ibu Hamil dengan menggunakan pendekatan manajemen standart asuhan kebidanan
pada kehamilan.
I. Kajian Asuhan Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2020)
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta
melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi, 2017).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi (Walyani, 2015). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan ovum
(fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang lamanya
berkisar 40 minggu.
B. Kehamilan Trimester I
1) Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM I
a) Fertilisasi
Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan
sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamilan adalah
harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil
konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi pronukleus
betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan ekornya berubah menjadi
pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-tengah
sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, awal sebuah kehidupan baru makhluk
hidup.
Fisiologi Proses Kehamilan untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa,
ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implementasi) hasil konsepsi.
(Prawirohardjo, 2014 hal 141).
1) Pembuahan (Fertilisasi)
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan sel telur/ ovum (oosit sekunder) dan
sel benih/ spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba. Hanya satu
spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi maupun melakukan
penetrasi membrane sel ovum. (Prawirohardjo, 2014 hal 141
2) Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi pada stadium
blatokista (Blastula) umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang
uterus (endometrium), dekat pada fundusuteri. jIka nidasi terjadi maka disebut
kehamilan. (Prawirohardjo 2014 hal 143-145).
3) Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
(Prawirohardjo 2014 hal 145)
C. Kehamilan Trimester II
1) Perubahan fisiologi dan adaptasi pada kehamilan TM II
a. Vagina dan Vulva
Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh– pembuluh darah alat genetalia
membesar. Hal ini dapat di mengerti karena ogsigenasi dan nutrisi pada alat-alat
genetalia tersebut meningkat. (Sruyati,hal 76,2011)
b. Serviks Uteri
Konsistensi serviks lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan
akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. (Suryati,hal 77,2011)
c. Uterus
Pada kehamlian cukup bulan ,ukuran uterus adalah 30X 25x 20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000cc. Hal ini memungkin kan bagi ade kuat nya akomodasi
pertumbuhan janin. (Suryati ,76, 2011)
d. Ovarium
Pada usia 16 minggu plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi korpus
luteum graviditatum. (Suryati ,hal 76 ,2011)
e. Sistem Payudara
Pada kehamilan setelah 12 minggu dari puting susu dapat mengeluarkan cairan
putih agak jernih disebut dengan colostrum. Colostrum ini berasal dari asinus yang
mulai bersekresi. (Suryati,h;79,2011)
f. Sistem Endokrim
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterom serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH.
g. Sistem Perkemihan
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena
uterus sudah mulai keluar dari uterus. (Marmi,2011)
h. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat.
i. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar dengan pembuluh -pembuluh yang membesar pula, mamma
dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
darah akan bertambah banyak kira-kira 25 % dengan puncak kehamilan 32
minggu. ( Prawiroharjo hal 96 ,2008 ).
2. Diagnosis Kehamilan
a. Tanda – tanda tidak pasti :
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de
graaf dan ovulasi.
2) Mual dan muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung
yang berlebihan. Biasanya terjadi pada bulan – bulan awal kehamilan dan akan
berakhir pada akhir triwulan pertama. Hal ini biasanya terjadi pada pagi hari
atau sering disebut dengan morning sickness of pregnancy, namun bila
terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan disebut dengan
hiperemesis gravidarum
3) Mengidam
Mengidam biasanya terjadi bulan – bulan pertama dan akan hilang sesuai
bertambah tuanya usia kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan adanya iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
5) Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan usia 12 minggu ke atas. Ada beberapa bagian dimana
pigmentasi terlihat jelas, yaitu: sekitar pipi, cloasma gravidarum, diding
perut ,striae livide, striae nigra, linea alba menjadi hitam, sekitar payudara;
hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar
montgomery makin mononjol.
6) Anoreksia atau tidak ada selera makan
Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan tetapi setelah itu nafsu
makan kembali.
7) Epulis (hipertropi dari pupil gusi)
Biasanya terjadi pada trimester I karena adanya hipertrofi papilla ginggivae /
hipertrofi gusi.
8) Varices
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
9) Payudara tegang
Keadaan ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli aerola dan alveoli pada mamma glandula montgomeri.
Ujung saraf tertekan sehingga menyebabkan rasa sakit, terutama pada hamil
pertama.
10) Sering kencing
Pada awal kehamilan karena ada desaka rahim ke depan, kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Pada trimester II sudah mulai menghilang
karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada trimester III
gejala ini muncul kembali karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan
menekan kembali kandung kencing.
11) Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus dan menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.
5. Gerakan Janin
Perhitungan gerakan janin merupakan salah satu cara pemantauan kesejahteraan
janin. Perhitungan gerakan janin dilakukan untuk mendeteksi dini penurunan
keadaan janin, sehingga dapat mengatasi masalah yang akan menimbulkan
kematian. Perhitungan gerakan janin dimulai saat usia kehamilan mencapai usia
>16 minggu. Monitoring pergerakan janin dengan menggunakan alat
(Electrocardiograf) dinilai tidak bermanfaat pada ibu tanpa resiko dan dapat
meningkatkan kejadian section secarea. Namun, penilaian tersebut memiliki
kegunaan yang baik untuk mendeteksi distress janin pada ibu dengan penyulit
kehamilan, terutama mendeteksi kesejahteraan janin pada akhir persalinan.
(Husin, 2013).
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika berdasarkan hasil pemeriksaan primer
diperlukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan diagnosis kondisi janin, meliputi:
1) Pemeriksaan Pencitraan
a) Ultrasounografi (USG)
Ultrasonografi merupakan alat yang bekerja dengan mengeluarkan
gelombang suara, gelombang tersebut akan memantul pada jaringan
sehingga menimbulkan refleksi bentuk dari jaringan yang ditumbuknya.
Gelombang suara yang dikeluarkan oleh Ultrasonografi sebesar 1-10 MHz.
Ultrasonografi Memiliki keakurasian untuk menghitung usia kehamilan
pada usia 12 minggu. Ultrasonografi sudah dapat mendeteksi kehamilan
pada usia kehamilan 6 minggu, dimana kantung kehamilan dapat tertangkap
dan tervisualisasikan pada monitor Ultrasonografi, tetapi kelainan tropoblas
tidak dapat dideteksi pada usia ini. Selain itu gerakan jantung dapat terlihat
pada usia 8 minggu. Ultrasonografi dapat mendeteksi teradinya
pertumbuhan janin terhambat dengan baik ketika usia kehamilan 12-28
minggu, yaitu dengan menghubungkan diameter biparietal dengan garis
usia kehamilan. Selain itu keabnormalan pada janin dan kelainan cairan
amnion dapat dideteksi dengan baik pada trimester III. (Husin, 2013)
b) Pemeriksaan Glukosa
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui
ada tidaknya glukosa pada urine yang merupakan skrining terhadap
Diabetes Gestational. Cara benedic merupakan salah satu cara yang paling
sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan glokosa urin, hal ini
berkaitan dengan spesifisitas 90% dan sensitivitas 80% sehingga masih
sering digunakan untuk uji konfirmasi. (Husin, 2013).
Cara menilai hasil :
- Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
- Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
- Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5%glukosa)
- Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
- Positif (++++) : Merah keruh (>dari 3,5 % glukosa)
c) Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul selama kehamilan digunakan untuk mendeteksi
beberapa kondisi klinis seperti kelainan anatomi dan penyakit menular
seksual, mengevaluasi ukuran panggul dan menilai bagian serviks sebagai
deteksi adanya tanda inkompeten (berhubungan dengan keguguran berulang
pada trimester dua) atau untuk memprediksikan kelahiran preterm.
Berdasarkan hasil systematic review, Peto menyatakan bahwa pemeriksaan
panggul ini tidak dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
kelahiran preterm ataupun memperkirakan usia kehamilan dengan tepat,
namun dapat digunakan untuk memprediksi proses persalinan seseorang,
yaitu ketika hasil pelvimetri dengan menggunakan X-ray menggambarkan
kesempitan memiliki kemungkinan sebesar 95% untuk dilakukannya
persalinan sectio secareae. Pemeriksaan panggul atau pelvimetri dapat
dilakukan dengan spekulum, pemeriksaan bimanual, rektovaginal,
penggunaan X-ray, ataupun Magnetic Resonance Imaging (MRIVDRL
(Venereal Disease Research Laboratory). (Husin, 2013).
e) Imunisasi
Konsepsi prakonsepsi mencakup penilaian terhadap imunitas, Vaksin terdiri
dari toksoid-misalnya, tetanus, bakteri atau virus yang sudah mati misalnya
influenza, pnemokokus, hepatitis B, meningokokus dan rabies, atau virus
hidup yag dilemahkan termasuk varisela-zoster, campak, gondongan, polio,
rubella, cacar air dan demam kuning. Untuk memastikan perlindungan
terhadap ibu dan bayi, ibu hamil yang belum pernah disuntikkan tetanus
harus mendapatkan 3 vaksin yang berisi tetanus dan mengurangi difteri
tetanus. Tetanus merupakan penyakit akut dan fatal yang disebabkan oleh
exotoxin yang ditimbulkan oleh clostridium tetani. Tetanus timbul pada
bayi baru lahir dari ibunya yang tidak mempunyai perlindungan pasif
sirkulasi antibodi yang cukup. (Husin, 2013).
f) Berat Badan
Kenaikan berat badan pada ibu hamil minimal naik sebanyak 9 kg selama
hamil atau 1 kg setiap bulannya (Buku KIA, 2020). Salah satu pengukuran
yang digunakan untuk mengkaji jenis tubuh adalah dengan menggunakan
indek Ouetelet atau indeks massa tubuh (IMT/ body mass index (BMI).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Indeks masa
tubuh dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar
adipositas dalam tubuh seseorang. Indeks masa tubuh tidak mengukur
lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa Indeks
masa tubuh berkorelasi dengan pengukuran secara angsung lemak tubuh
seperti underwater weighing dan dual energy xray absorbtiometry. (Husin,
2013).
g) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri,
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80. Pemeriksaan tekanan darah merupakan salah satu langkah dalam
mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsiaeklampsia.
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik
>140/90 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah penting untuk menilai apakah
ibu hamil mengalami hipertensi kronik, preeklampsia eklampsia atau
hipertensigestasional. (Husin, 2013).
h) Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe sebagai penyebab
warna sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (O2) ke
dalam jaringan dan mengambil gas CO2 dari jaringan ke paruparu. Bila
kadar hemoglobin berkurang di bawah normal, maka akan mengganggu
aktivitas dalam tubuh. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih
rendah dari harga normal (13 gr%) disebut sebagai anemia. Hemoglobin
adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated
protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin
(tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb
C. Patofisiologis
Perasaan mual diakibatkan oleh berbagai faktor, keluhan ini terjadi pada trimester
pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual
dan muntah dapat berlangsung berbulan- bulan. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung
spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum
yang lebih berat (Fauziyah, 2012).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik,
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida dalam urin. Selain
itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula
dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.Kekurangankalium sebagai akibat muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati, disamping dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (sindroma Mallory-weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya, robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan tranfusi atau
tindakanoperatif. (Fauziyah, 2012).
D. Diagnosis
Diagnosis Hiperemisis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar,dapat diketahui
dengan terdapatnya aminore,mual,dan muntah berlebihan sampai mengganggu
kehidupan sehari hari dengan berbagai tingkat ( manuaba, 2008 )
Diagnosis hiperemisis gravidarum dapat dengan mudah ditegakkan melalui
gambaran klinis seperti aminore, mual dan muntah berlebihan sampai mengganggu
aktifitas sehari hari ,nyeri perut bagian bawah ( tidak berhubungan dengan persalinan
normal ) ( sulistyawati,2013 )
Menurut Tiran (2009), mual sering kali merupakan gejala pertama yang dialami
ibu yang sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama tidak datang.
Oleh karena itu rasa mual didiagnosis oleh diri sendiri, dan dalam banyak kasus,
ditangani oleh diri sendiri. Akan tetapi, kemampuan koping wanita yang mengalami
mual dan muntah selama kehamilan sangat beragam, yang akan dipengaruhi oleh
kepribadian dan sikapnya terhadap penyakit, komitmen keluarga dan pekerjaan,
kesehatan umum dan ketersediaan mekanisme pendukung. Jika dehidrasi, gangguan
elektolit, malnutrisi protein-kalori dan defisiensi vitamin turut dialami ibu hamil,
hospitalisasi sangat penting untuk kesehatan ibu dan janin. Akan tetapi, penting untuk
menyingkirkan dugaan penyebab lain terjadinya muntah berlebihan sebelum diagnosis
hiperemesis gravidarum ditegakkan.
Wanita yang sebelumnya memiliki riwayat hiperemesis gravidarum secara
personal atau memiliki ibu dengan riwayat hiperemesis akan lebih rentan terhadap
kondisi, begitu juga wanita yang memiliki penyakit hati. Diagnosis banding yaitu
Perlemakan hati akut, Gastroeneteritis, Hernia hiatus, Infeksi helicobacter pylori,
Hepatitis, Hiperkalsemia, Kondisi intra abdomen, Hipertens iintracranial (benigna),
Pielonefritis dan Refluks esophagitis sebagai gambaran dari adanya masalah medis.
E. Penanganan
Menurut Fauziyah (2012), strategi penanganan hiperemesis gravidarum
berdasarkan tingkat keparahan tanda dan gejalanya. Penanganan dapat berupa edukasi,
hidrasi, medikasi, hospitalisasi, dan konseling psikosomatik apabila dibutuhkan.
Penanganan yang pertama yaitu dapat berupa edukasi tentang diet dan gaya hidup
untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup ibu hamil. Ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah yang ringan dapat diberikan edukasi tentang nutrisi
seperti asupan makanan dan minuman dalam porsi kecil tapi sering (sepanjang hari).
Makanan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak dan asam. Merekomendasi
sering memakan snack, kacang dan biskuit. Ditambah dengan minuman pengganti
elektrolit dan suplemen nutrisi dianjurkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan
kecukupan asupan kalori. Jika bau pada makanan yang baru dimasak (panas) dapat
memicu muntah, maka dianjurkan untuk menyediakan selalu makanan dingin. Edukasi
tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stres dan istirahat dapat
mengurangi muntah. Dukungan emosional juga penting untuk mencegah hiperemesis
gravidarum menjadi lebih parah.
a. Medikasi
Jika tanda dan gejala tidak dapat ditangani dengan edukasi diet dan gaya hidup,
maka dosis rendah antiemesis dapat diberikan. Semua intervensi farmakologi harus
berdasarkan keamanan, kemanfaatan, dan biaya yang efektif. Antiemesis dapat
mengurangi muntah pada kehamilan muda dan lebih tinggi dibandingkan dengan
placebo. Ondansetron, salah sau jenis obat yang paling umum digunakan, obat
yang efektif dan memiliki sedikit efek samping. Pyridoxine yang diberikan 3 kali
sehari dengan dosis 10-25 mg yang dimulai dengan dosis rendah dapat mengurangi
gejala dan terbukti lebih efektif dari pada placebo. Dosis sehari-hari dapat
ditingkatkan hingga mencapai 200 mg tanpa efek samping. Antihistamin dan anti
kholinergik seperti meclizine, dimenhydrinate, dan diphenhydramine juga
menunjukan lebih efektif dari pada placebo (Fauziah, 2012). Namun demikian efek
samping yang dihasilkan berbeda- beda pada masing-masing pengobatan.
Sementara itu, medikamentasi dapat menyebabkan kebingungan, drowsiness,
mulut kering, yang lebih parah dapat menyebabkan kompulsi, penurunan
kesadaran, mempengaruhi jantung dan menyebabkan halusinasi (doxyamine,
metoclopramide, dimenhydrinate, diphenhydramin, dan promethazine). Sakit
kepala, nyeri otot atau tremor dan demam juga dapat terjadi. Diazepam memiliki
efek yang positif pada pasien dengan hiperemesis gravidarum, kemungkinan
karena efek sedativenya. Diazepam dapat mengurangi hospitalisasi dan
meningkatkan kepuasan pasien. Akan tetapi, penggunaan sering diazepam,
kemungkinan dapat menyebabkan ketergantungan (Fauziyah, 2012)
b. Intervensi non-farmakologi
Pengobatan akupresur dapat digunakan untuk pengobatan alternatif untuk
hiperemesis gravidarum. Seperti pemberian aroma terapi, Aromaterapi adalah
nama yang diberikan untuk cabang jamu unik yang menggunakan obat dan sifat
terapeutik dari minyak yang ditemukan di berbagai tanaman (Rankin, 2004).
Sebenarnya minyak atsiri dapat digunakan dengan berbagai cara. Mereka dapat
diterapkan pada bagian tubuh tertentu melalui pijatan (Harga dan Harga, 2002).
Selain itu, beberapa tetes dapat dioleskan pada sapu tangan atau tisu untuk
membantu orang tidur. Lainnya diformulasikan menjadi garam mandi atau gel
yang dapat dilarutkan ke dalam air mandi yang mengalir untuk memberikan aroma
yang menenangkan. Cara yang paling populer untuk menggunakan essential oil
adalah dengan meletakkannya di alat yang memungkinkan baunya menyebar ke
udara (Nanayakkara, 2001). Selain itu, aromaterapi dianggap sebagai cara yang
ideal untuk mengatasi emosi karena indra penciuman berhubungan langsung
dengan pusat emosi dan memori di otak. Minyak atsiri membawa pesan pola dasar
yang mendalam yang bekerja atas dasar fisik dan spiritual penyakit untuk
menyembuhkan tubuh, pikiran dan jiwa (Perry & Perry, 2006)
Aromaterapi mungkin dianggap alami dan karena itu risikonya lebih rendah
daripada obat-obatan. Lebih jauh, aromaterapi dapat ideal untuk membendung
mual di pagi hari bila menggunakan minyak esensial yang tepat seperti minyak
esensial jahe, kapulaga atau peppermint dua kali sehari dalam bentuk makan atau
minum (Chittumma, et al. 2007). Meskipun aromaterapi telah digunakan dalam
persalinan selama berabad-abad, tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang
meneliti apakah pengobatan tersebut berhasil (Allaire, Moos & Wells, 2000).
Semua studi sampai sekarang meneliti efek aromaterapi dianggap sebagai cara
untuk mengurangi mual dan muntah melalui minum atau makan (Arsenault &
Lane, 2002; Smith, et al. 2004, Borrelli, et al. 2005). Selain itu untuk menurunkan
depresi, kecemasan, nyeri punggung selama kehamilan (Field, 2010). Serta
meredakan nyeri intrapartum (Dhany, 2008; Luka Bakar, dkk. 2007; Luka Bakar,
dkk. 2000).
Menurut Peneltian Pengaruh Inhalasi Aromaterapi terhadap Mual dan Muntah
pada Awal Kehamilan: Uji Coba Terkontrol Acak Percontohan Rania Mahmud
Abdel Ghani1*, Adlia Tawfik Ahmed Ibrahim2, 2013 Menghirup campuran dua
parfum minyak lavender dan peppermint dapat meminimalkan keparahan episode
mual, meningkatkan tingkat energi dan mengurangi sensasi kelelahan, penggunaan
menggunakan minyak esensial sesuai panduan jurnal di berikan dua kali sehari
IV. AROMATERAPI
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah destilasi minyak esensial, konsentrasi tinggi, dan harum
berasal dari ekstrak tumbuhan yang mudah mengalami penguapan (Supatmi &
Agustiningsih, 2015). Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan
minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan fisik dan dapat mempengaruhi
kesehatan emosional seseorang (Koensoemardiyah, 2009)
2. Kandungan Aromaterapi
Komponen utama dalam aromaterapi adalah minyak atsiri atau disebut juga
minyak essensil. Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari
tanaman aromatik essensial. Minyak atsiri ini dapat langsung memberikan efek
terhadap badan. Minyak atsiri adalah penyembuh yang kuat (powerful healing
agent). Minyak ini sangat pekat dan berkekuatan sangat besar dalam
menyembuhkan (interesly energetic) (Koensoemardiyah, 2009).
3. Indikasi Aromaterapi
Penggunaan Aromaterapi Menurut indikasi penggunaan aromaterapi antara lain:
a. Dapat digunakan untuk semua usia.
b. Klien yang mengalami nyeri dan kecemasan.
c. Klien yang mengalami insomnia dan depresi.
d. Klien yang mengalami kegelisahan dan perasaan tegang.
e. Klien yang mengalami mual dan muntah (Setyoadi & Kushariyadi, 2011)
f. Kontra Indikasi
4. Kontraindikasi Penggunaan Aromaterapi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual muntah hebat lebih dari 10 kali
sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan
berat badan atau membahayakan janin dalam kandungannya. Mual dan muntah
berlebihan yang terjadi pada wanita hamil dapat menyebabkan terjadinya ketidak
seimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu
keempat sampai kesepulluh kehamilan dan selanjuttnya akan membaik pada usia
kehamilan 20 minggu, namun pada beperapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada
usia kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Pengobatan akupresur dapat digunakan untuk pengobatan alternatif untuk
hiperemesis gravidarum. Seperti pemberian aroma terapi, Aromaterapi adalah nama
yang diberikan untuk cabang jamu unik yang menggunakan obat dan sifat terapeutik
dari minyak yang ditemukan di berbagai tanaman (Rankin, 2004). Sebenarnya minyak
atsiri dapat digunakan dengan berbagai cara. Mereka dapat diterapkan pada bagian
tubuh tertentu melalui pijatan (Harga dan Harga, 2002).
Selain itu, beberapa tetes dapat dioleskan pada sapu tangan atau tisu untuk
membantu orang tidur. Lainnya diformulasikan menjadi garam mandi atau gel yang
dapat dilarutkan ke dalam air mandi yang mengalir untuk memberikan aroma yang
menenangkan. Cara yang paling populer untuk menggunakan essential oil adalah
dengan meletakkannya di alat yang memungkinkan baunya menyebar ke udara
(Nanayakkara, 2001). Selain itu, aromaterapi dianggap sebagai cara yang ideal untuk
mengatasi emosi karena indra penciuman berhubungan langsung dengan pusat emosi
dan memori di otak. Minyak atsiri membawa pesan pola dasar yang mendalam yang
bekerja atas dasar fisik dan spiritual penyakit untuk menyembuhkan tubuh, pikiran
dan jiwa (Perry & Perry, 2006)
Aromaterapi mungkin dianggap alami dan karena itu risikonya lebih rendah
daripada obat-obatan. Lebih jauh, aromaterapi dapat ideal untuk membendung mual di
pagi hari bila menggunakan minyak esensial yang tepat seperti minyak esensial jahe,
kapulaga atau peppermint dua kali sehari dalam bentuk makan atau minum
(Chittumma, et al. 2007). Meskipun aromaterapi telah digunakan dalam persalinan
selama berabad-abad, tidak ada penelitian berkualitas tinggi yang meneliti apakah
pengobatan tersebut berhasil (Allaire, Moos & Wells, 2000). Semua studi sampai
sekarang meneliti efek aromaterapi dianggap sebagai cara untuk mengurangi mual
dan muntah melalui minum atau makan (Arsenault & Lane, 2002; Smith, et al. 2004,
Borrelli, et al. 2005). Selain itu untuk menurunkan depresi, kecemasan, nyeri
punggung selama kehamilan (Field, 2010). Serta meredakan nyeri intrapartum
(Dhany, 2008; Luka Bakar, dkk. 2007; Luka Bakar, dkk. 2000).
Menurut Peneltian Pengaruh Inhalasi Aromaterapi terhadap Mual dan Muntah
pada Awal Kehamilan: Uji Coba Terkontrol Acak Percontohan Rania Mahmud Abdel
Ghani1*, Adlia Tawfik Ahmed Ibrahim2, 2013 Menghirup campuran dua parfum
minyak lavender dan peppermint dapat meminimalkan keparahan episode mual,
meningkatkan tingkat energi dan mengurangi sensasi kelelahan, penggunaan
menggunakan minyak esensial sesuai panduan jurnal di berikan dua kali sehari,
sebelum tidur siang atau tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati, A. T., Amdad, A., & Nurdiati, D. S. (2018). Upaya ibu hamil risiko tinggi untuk
mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyo. BKM Journal of Community Medicine
and Public Health, 67-71.
Prawirorahardjo, Sarwono, 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC. 2010
Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2013
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstectri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC. 2011
Fauziah Siti dan Sutejo. Ns. 2012. Buku Ajar Maternitas Kehamilan. Jakarta : Kencana
Prenada Media
Runiari, Nengah. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum:
Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika