Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PEMBERIAN AROMATHERAPY LAVENDER

DAN MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


KECEMASAN PADA IBU BERSALIN KALA I
PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH PUSKESMAS MEKAR BARU
TANGERANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

INDAH MEILANI WURYANDARI

195410426115

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D ILMU KEBIDANAN
JAKARTA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran janin, plasenta, dan
selaputnya dari dalam rahim seorang wanita melalui panggul, vagina, dan
introitus vagina atau lubang luar vagina, yang terjadi pada usia kehamilan
yang cukup yaitu, 37 minggu atau lebih (Fauziah, 2015). Persalinan
merupakan proses fisiologis atau proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar, sehingga memungkinkan ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan merupakan
proses fisiologis, namun pada ibu primipara biasana merasakan nyeri lebih
hebat dibandingkan dengan ibu multipara. Salah satu yang mempengaruhi
proses persalinan adalah faktor psikologis yaitu berupa kecemasan. Nyeri
persalinan muncul karena adanya kontraksi rahim yang menyebabkan dilatasi
dan penipisan serviks dan iskemia rahim yang diakibatkan kontraksi arteri
miometrium. Nyeri yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas yang dapat
memicu produksi hormon progstatglandin yang dapat menyebabkan stress dan
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri. (Maryunani, 2015).
World health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi
210 juta kehamilan di seluruh dunia, dan 20 juta perempuan mengalami
kesakitan saat persalinan. Pada tahun 2014 jumlah proporsi kelahiran
menurut tempat bersalin di Indonesia sebanyak 21,4% di Rumah Sakit,
38,0% di Klinik/Rumah bersalin/Praktek nakes, 7,3% di Puskesmas/Pustu,
3,7% di Polindes/Poskesdes, dan 29,6% di Rumah/lainnya (Kemenkes RI,
2014). Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2015), mendapatkan persentase
pertolongan pada persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia mendapatkan jumlah yang cenderung meningkat dari tahun 2005
sampai tahun 2015, dan terjadi penurunan dari 90,88% kelahiran pada tahun
2013 menjadi 88,55% kelahiran pada tahun 2015.
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung – ujung saraf
khusus (Annisa, 2015). Pada persalinan kala I, nyeri yang dirasakan bersifat

2
viseral yang ditimbulkan dari kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang
dipersyarafi oleh serabut aferen simpatis dan ditransmisikan ke medula
spinalis pada segmen Thorakal 10 – Lumbal 1 melalui serabut saraf delta dan
serabut syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan fundus uteri. Nyeri akan
bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada uterus yang melawan
hambatan oleh leher rahim/uterus dan perineum (Maryunani, 2015). Artikel
Jepang mengatakan bahwa 77.8% wanita di Prancis mengalami nyeri
persalinan, 61% untuk di Inggris, 26% di Norwegia sedangkan di negara
Jepang angka nyeri persalinan hanya 5.2% (Warnock, 2017).
Terdapat banyak metode untuk mengatasi nyeri persalinan. Cara untuk
mengatasi nyeri persalinan, yaitu dengan metode farmakologis dan
nonfarmakologis. Farmakologis seperti pemberian berbagai suntikan untuk
menghilangkan nyeri, sedangkan non farmakologis mengurangi nyeri tanpa
menggunakan obat-obatan diantaranya seperti pendamping persalinan,
perubahan posisi, sentuhan / massage, kompres hangat dingin, aromaterapi,
teknik pernapasan Lamaze, hipnotis, akupuntur, music dan lain – lain
(Annisa, 2017). Dalam pemberian metode farmakologis, nyeri persalinan
akan berkurang secara fisiologis, namun kondisi psikologis dan emosional ibu
akan terabaikan (Makvandi, 2016). Sedangkan untuk metode non-
farmakologis bersifat efektif tanpa efek samping yang merugikan dan dapat
meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaannya dan kekuatannya (Maryunani, 2015). Beberapa penelitian
menunjukkan efektivitas aromaterapi untuk rasa sakit dan kecemasan
terhadap pasien rawat inap di RS Abbott Northwestern (Rivard R, 2014).
Tehnik lainnya dapat dilakukan dengan Distraksi pendengaran (terapi music)
yaitu pemberian teknik murotal sebagai managemen nyeri (Zakiyah, 2015).
Sebagian besar pasien seringkali menganggap penanganan nyeri dengan
pemberian obat-obatan adalah satu-satunya pilihan terbaik. Namun metode
Non farmakologis jika diterapkan juga sangat membantu dalam
menghilangkan rasa nyeri (Muchtaridi, 2015).
Banyak penelitian terkini mengemukakan bahwa terapi komplementer
khususnya aromaterapi dengan minyak esensial mampu untuk memberikan

3
kenyamanan dan mencegah terjadi infeksi. Aromaterapi berupa minyak
esensial lavender merupakan salah satu terapi komplementer yang mampu
mengatasi nyeri dan infeksi karena sebagai analgetik anti inflamasi, dan
antimikroba (Muchtaridi, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Turlina dan Fadhilah (2017) dengan judul
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Lamongan didapatkan hasil P
= 0.001 0.05 (P ≤ 0.05) yang berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi
lavender terhadap penurunan tingkat nyeri persalinan kala I. Dalam penelitian
Mirzaei F (2015) mengatakan bahwa Aromaterapi dengan lavender
memperbaiki status kegelisahan selama persalinan dan mengurangi
sekresi kortisol dari kelenjar adrenal dan meningkatkan sekresi serotonin.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilarini, Winarsih, Idhayanti (2017)
dengan judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap
Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu Bersalin didapatkan hasil
bahwa adanya pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap
pengendalian nyeri persalinan kala 1 fase aktif.
Selain itu Terapi musik religi dipercaya dapat menenangkan fisik, psikis
dan spiritual yang pada akhirnya dapat menurunkan kala nyeri persalinan. Sri
Karyati dan Noor Hidayah dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi
Terapi Musik Religi sebagai Upaya Menurunkan Skala Nyeri Persalinan di
Kab.Kudus Tahun 2015” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
skala nyeri antara kelompok yang mendapat terapi musik religi dengan yang
tidak mendapatkannya dengan nilai p=0,00 (Karyati dan Hidayah, 2015).
Terapi berupa suara dapat mengatur hormon-hormon yang berhubungan
dengan stres antara lain ACTH, prolaktin dan hormon pertumbuhan serta
dapat meningkatkan kadar endhorpin sehingga dapat mengurangi nyeri
(Campbell, 2002 dalam Rahma Yana, Sri Utami dan Safri, 2015).
Terapi murotal Al-Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah
dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi
direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di
Florida, Amerika Serikat, dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa

4
mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan
ketenangan dan menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Remolda, 2009
dalam Rahma Yana, Sri Utami, Safri, 2015). Terapi bacaan AlQur’an terbukti
mengaktifkan selsel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi
gelombang yang ditangkap oleh tubuh, menurunkan stimuli reseptor nyeri
dan otak teransang mengeluarkan analgesik opioid natural endogen untuk
memblokade nociceptor nyeri. (Harefa, 2010 dalam Rahma Yana, Sri Utami
dan Safri, 2015).
Puskesmas Mekar Baru adalah salah satu fasilitas kesehatan untuk
persalinan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender dan Murotal terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I Primigravida di Puskesmas
Mekar Baru karena belum ada tindakan untuk managemen nyeri persalinan
secara non farmakologi di tempat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas masalah yang dapat di rumuskan dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Aromatherapy Lavender dan
Murotal Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Persalinan Kala I
Primigravida di Puskesmas Mekar Baru Tahun 2020?”

1.3 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Aromatheraphi Lavender
dan Murotal Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I
Primigravida.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui intensitas nyeri sebelum pemberian Aromatherapy
Lavender dan Murotal pada pembukaan 4-6 cm pada kelompok
intervensi.

5
2. Mengetahui intensitas nyeri sesudah pemberian Aromatherapy
Lavender dan Murotal pada pembukaan 4-6 cm pada kelompok
intervensi.

1.4 Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi intervensi yang bisa diaplikasikan untuk
perawatan ibu bersalin yang mengalami kecemasan dalam menghadapi
persalinan yaitu dengan menggunakan aromaterapi lavender dan
murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu
bersalin.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan status kesehatan terutama
dalam mengembangkan ilmu kebidanan dan sebagai bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
4. Manfaat Penulis
Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan tentang manfaat aromaterapi dan murotal .

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Persalinan
2.1.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu bersalin, persalinan yang normal
terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/ setelah usia kehamilan
37 minggu atau lebih tanpa penyulit (Fauziah, 2015).
Menurut Jannah (2015) persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar.
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42) minggu,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu 18 jam tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin.

2.1.1.2 Sebab-sebab mulainya persalinan


1. Teori penurunan kadar hormon progresteron
Hormon progresteron merupakan hormon yang menimbulkan
relaksasi pada otot-otot rahim. Sedangkan hormon estrogen
meninggikan kerentaan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam
darah. Progresteron menghambat kontraksi uterus selama
kehamilan, sehingga membantu mencegah ekspulsi fetus.
Sebaliknya estrogen mempunyai kecenderungan meningkatkan
derajat kontraktilitas terus. Baik progesteron maupun estrogen
disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin
bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke-
7 dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan
sekresi progresteron tetap konstan atau mungkin sedikit
menurun sehingga terjadi kontraksi braxton hicks saat akhir

7
kehamilan yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi
persalinan (Annisa, 2017).
2. Teori oksitosin
Menjalang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin
dalam otot rahim, sehingga mudah terangsang mudah
terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan
kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung
(Annisa, 2017).
3. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia
kehamilan menyebabkan turunannya kadar estrogen dan
progesteron. Hal ini menyebabkan kejang pada pembuluh
darah sehingga akan menimbulkan kontraksi (Annisa, 2017).
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intervena dan extramnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan (Annisa, 2017).
5. Distensi rahim (keregangan otot rahim)
Seperti halnya dengan kandung kemih yang bila dindingnya
terengang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim.
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka semakin
otot-otot rahim akan semakin teregang. Rahim yang membesar
dan meregang menyebabkan iskemi otot-otot rahim, sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenter sehingga timbl adanya
kontraksi (Annisa, 2017).

8
6. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus franken
hauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala janin, akan timbul kontraksi uterus (Annisa, 2017).
7. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin juga memegang
peranan dalam terjadinya persalinan. Pada janin anencepalus
(keadaan abnormal pada otak dan batang otak), kehamilan
sering lebih lama dari biasanya (Annisa, 2017).

2.1.1.3 Tanda dan Gejala Persalinan


Menurut Sulisdian (2019), ada sejumlah tanda dan gejala
peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seorang
wanita sedang mendekati waktu bersalin. Tanda dan gejala
tersebut antara lain :
1. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelu
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam
pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya
menancap (engaged) setelah lightening, yang biasanya oleh
wanita awam disebut “kepala bayi sudah turun”. Lightening
menimbulkan perasaan tidak nyaman akibat tekanan pada
bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal – hal
yang akan dialami ibu antara lain :
a. Ibu jadi sering berkemih
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh
c. Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan pada
saraf yang menjalar melalui formina iskiadika mayor dan
menuju tungkai
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema
dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis

9
minor menghambat aliran balik darah dari ekstremitas
bawah.
2. Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada
kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam
pintu atas panggul. Hal ini menyebabkan kandung kencing
tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing.
3. False Labor
Persalinan palsu terjadi dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.
Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat
kontraksi bracston hiks yang tidak nyeri, yang telah terjadi
sejak enam minggu kehamilan.
4. Perubahan serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”, kalau
tadinya selama hamil serviks masih lunak dengan konsistensi
seperti pudin dan mengalami sedikit penipisan (effacement)
dan kemungkinan sedikit dilatasi. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapan untuk peralinan.
5. Bloody Show
Plak lendir disekresi sebagai hasil ploriferai kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar
pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan.
Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud dengan bloody
show.

2.1.1.4 Tahapan Persalinan


Sulisdian (2019) tahapan persalinan dibagi menjadi 4 :
1. Kala I (Kala pembukaan)
Persalinan Kala I atau kala pembukaan adalah periode
persalinan yang dimulai dari his persalinn yang pertama

10
sampai pembukaan servik menjadi lengkap. Berdasarkan
kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi :
a. Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah
dari 0-3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
b. Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
membutuhkan waktu 6 jam yang terbagi lagi menjadi :
1) Fase Akselerasi ( Fase Percepatan), dari pembukaan 3-4
cm yang dicapai dalam 2 jam.
2) Fase Dilaktasi Maksimal, dari pembukaan 4-9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
3) Fase Dekselerasi (Kurangnya kecepatan), dari
pembukaan 9-10 cm yang dicapai dalam 2 jam.
2. Kala II
Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan
yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) samapai
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam primigravida dan 1
jam pada Multigravida. Pada kala ini his lebih cepat dan kuat,
kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi normal kepala
janin sudah masuk dalam rongga panggul.
3. Kala III
Kala III atau kala Uri adalah periode persalinan yang
dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.
Berlangsung tidak lebih dari 30 mnit. Sesudah bayi lahir uterus
teraba keras fundus uteri agak diatas pusat. Berapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya.
4. Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.
Dalam klinik, atas pertimbangan- pertimbangan praktis masih
diakui adanya kala IV persalinan meskipun masa setelah
plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas
(puerpurium), mengingat pada masa ini sering timbul

11
perdarahan. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV
adalah :
a. Tingkat kesadaran ibu bersalin
b. Pemeriksaan TTV : TD, Nadi, Suhu, Respirasi
c. Kontraksi Uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal
jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
e. Isi kandung kemih

2.1.2 Nyeri
2.1.2.1 Defenisi Nyeri
Defenisi nyeri menurut Azis (2009), bahwa nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat
sangat subyektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam
hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
(Judha, dkk 2015)
Nyeri adalah suatu ketidaknyamanan, bersifat subyektif,
sensori, dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan
aktual dan potensial untuk merusak jaringan atau digambarkan
sebagai sesuatu yang merugikan. (Monahan, et 2007 dalam
Solehati dan Kosasih 2015).
Rasa Nyeri pada persalinan merupakan bentuk dari rasa tidak
menyenangkan karena adanya kontraksi (pemendekan) otot
Rahim. Kontraksi ini yang menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontraksi ini
menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks), dengan
adanya pembukaan serviks maka akan terjadi persalinan (Judha,
2012).
Nyeri menyebabkan keletihan, sehingga tenaga kesehatan
memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk meredakan
nyeri persalinan, mengurangi distres, dan mengurangi kecemasan

12
pasien (Murray, 2013).

2.1.2.2 Fisiologis Nyeri


Rasa nyeri yang dialami selama persalinan disebabkan karena
adanya nyeri viseral dan somatik. Nyeri viseral merupakan rasa
nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks dan iskemia
uterus pada persalinan kala I. Pada nyeri somatik terjadi pada ibu
pada akhir kala I dan kala II persalinan (Judha, 2012). Zat-zat
kimia yang merangsang rasa nyeri antara lain: bradikin, serotonin,
histamin, ion kalium, dan asam asetat. Sedangkan enzim
proteolitik dan subtansi P akan meningkatkan sensivitas dari
ujung saraf nyeri. Semua zat kimia ini berasal dari dalam sel. Bila
sel-sel tersebut mengalami kerusakan maka zat-zat tersebut akan
keluar merangsang reseptor nyeri, sedangkan pada mekanik
umumnya karena spasme otot dan kontraksi otot. Spasme otot
akan menyebabkan penekanan pada pembulu darah sehingga
terjadi iskemia pada jaringan, sedangkan pada kontraksi otot
terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan suplai
nutrisi sehingga jaringan kekurangan nutrisi dan oksitosin yang
mengakibatkan terjadinya mekasisme anaerob dan menghasilkan
zat besi sisa, yaitu asam laktat yang berlebihan. Kemudian, asam
laktat tersebut akan merangsang serabut rasa nyeri.
Impuls rasa nyeri dari organ yang terkena akan dihantarkan ke
sistem saraf pusat (SSP) melalui dua mekanisme, yaitu sebagai
berikut:
1. Pertama, serabut-serabut A delta bermielin halus dengan garis
tengan 2-5 μm akan menghantarkan impuls dengan kecepatan
12-30 m/s. Serabut ini berakhir pada neuron-neuron pada
lamina IV-V.
2. Kedua, serabut-serabut tidak bermielin berdiameter 0,5-2 μm.
Serabut ini berakhir pada neuron-neuron lamina I. Impuls nyeri
akan berjalan ke SSP melalui traktus spinatalamikus lateral,

13
kemudian diteruskan ke girus post sentral dari corteks serebri,
lalu di corteks serebri inilah nyeri dipersepsikan. (Solehati dan
Kosasih 2015).

2.1.2.3 Mekanisme Nyeri


Mekanisme nyeri merupakan serangkaian proses
elektrofisiologis yang terjadi karena adanya kerusakan jaringan
sebagai sumber rangsang nyeri hingga dipersepsikan nyeri secara
kolektif (Zakiyah, 2015). Terdapat 4 proses yang terjadi pada
respon nyeri yaitu :
1. Proses Transduksi
Proses Transduksi (transduction) merupakan proses
berubahnya stimuli nyeri (noxius stimuli) diubah menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf
(nerve ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan)
suhu (panas atau dingin) atau kimia (substansi nyeri).
2. Proses Transmisi
Transmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus
dipindahkan dari saraf perifer melalui medula spinalis (spinal
cord) menuju otak.
3. Proses Modulasi
Proses modulasi (modulation) adalah terjadinya interaksi
antara system analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh
dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla
spinalis. Proses ini merupakan proses desenden yang dikontrol
oleh otak. System analgesic endogen meliputi enkefalin,
endorphin, serotonin, dan noradrenan, memiliki efek yang
dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medula
spinalis. Kornu Posterior dapat diibaratkan sebagai pintu yang
dapat terbuka dan tertutup yang dipengaruhi oleh sistem
analgesic endogen. Proses modulasi juga dapat mempengaruhi
subjektifitas dan derajat nyeri yang dirasakan seseorang.

14
4. Persepsi
Persepsi hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik
yang dimulai dari proses transduksi dan transmisi, sehingga
menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal sebagai
persepsi nyeri. Persepsi menyadarkan pasien dan bereaksi atau
berespon.

2.1.2.4 Faktor yang mempengaruhi nyeri


Menurut Potter dan Perry (2005) dalam Judha dkk (2015) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri, antara lain:
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi
nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia dini
dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi
terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna
dalam respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis
kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam
mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah
menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita,
akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-
faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap
individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan niai-nilai budaya mempengaruhi secara
individu mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
Menurut Clancy dan Vicar (Perry dan Potter, 2005),
menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku
psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat

15
mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiat endogen dan
sehingga terjadilah persepsi nyeri.
4. Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap
nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar
belakang individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan
tantangan. Misalnya seorang wanita yang melahirkan akan
mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan
pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan
nyeri klien berhubungan dengan makna nyeri.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan
respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian
dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka tenaga
medis menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu
meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya
selama waktu pengalihan.
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan yang ansietas. Pola
bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas.
Prince (Perry dan Potter 2005), melaporkan suatu bukti bahwa
stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistim limbik dapat
memproses reaksi emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem
limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang terhadap
nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

16
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan
menyebabkan sesasi nyeri semakin intensitif dan menurunkan
kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum
pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka
lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi
nyeri terasa lebih berat dan jika mengalami suatu proses
periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.
8. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa
individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa
yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh
maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya
klien akan lebih siap untuk melakukan tindakantindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang
membuat merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi
mengatasi nyeri.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri
adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana
sikap mereka terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan,
kehadiran orang yang bermakna bagi pasien akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada
keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat
klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang
memberi dukungan sangatlah berguna karena akan membuat
seseorang merasa lebih nyaman. Kehadiran orang tua sangat
penting bagi anak-anak yang mengalami nyeri.

17
2.1.2.5 Tanda dan gejala nyeri
Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan
respom psikologis berupa (Judha, 2015) :
1. Suara
a. Menangis
b. Merintih
c. Menarik/mengembuskan nafas
2. Ekspresi Wajah
a. Meringgis
b. Menggigit lidah, mengatupkan gigi
c. Dahi berkerut
d. Tertutup rapat/ membuka mata atau mulut
e. Menggigit bibir
3. Pergerakan Tubuh
a. Kegelisahan
b. Mondar-mandir
c. Gerakan menggosok atau berirama
d. Bergerak melindungi bagian tubuh
e. Immobilisasi
f. Otot tegang
4. Interaksi Sosial
a. Menghindari percakapan dan kontak social
b. Berfokus aktivitas atau mengurangi nyeri
c. Disorientasi waktu

2.1.3 Nyeri Persalinan


2.1.3.1 Definisi Nyeri
Persalinan Menurut Cunningham (2004) dalam Judha dkk
(2015), Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium,
merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada
masing-masing individu.

18
Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada
setiap ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya,
persiapan persalinan dan dukungan (Perry & Bobak, 2004 dalam
Judha dkk, 2015).
Rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang
menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar
ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan
mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks ini
maka akan terjadi persalinan. (Judha dkk, 2015).

2.1.3.2 Mekanisme Nyeri


Prinsip dasar nyeri pada persalinan mengikuti serangkaian
jalur serat saraf nyeri seperti pada mekanisme penjalaran nyeri
pada umumnya, dimana proses nosisepti tesebut dikelompokkan
menjadi empat tahap, antara lain adalah sebagai berikut (Negara
dan Winata, 2013).
1. Tranduksi
Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri
atau stimulasi noksius menjadi aktifitas listrik yang terjadi
pada ujung-ujung saraf sensoris. Beberapa mediator radang
seperti: prostaglandin, serotonin, bradikinin, leukotrien,
substansi P, kalium, histamin, dan asam laktat merupakan
beberapa zat algesik yang mampu mengaktifkan atau
mensensitisasi reseptor-reseptor nyeri. Serat saraf afferent A-
delta dan C adalah serat saraf sensorik yang mempunyai fungsi
meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke sentral yaitu menuju
susunan saraf pusat. Adanya interaksi antara zat algesik
dengan reseptor nyeri menyebabkan terbentuknya impuls
nyeri. Apabila ambang nyeri dari nosiseptor terlampaui, maka
energi atau stimulus mekanik, suhu dan kimia akan diubah

19
menjadi potensial aksi elektrikal atau transduksi yang
kemudian akan ditransmisikan sepanjang serat saraf ke arah
medula spinalis.
2. Transmisi
Transmisi merupakan proses penyaluran impuls nyeri
melalui serabut Adelta dan C setelah terjadinya proses
tranduksi. Serat afferent Adelta dan C meneruskan impuls
nyeri ke sentral, yaitu kornu dorsalis medula spinalis. Serat A-
delta mempunyai diameter lebih besar dibanding dengan serat
C. Serat A-delta menghantarkan impuls lebih cepat (12-30
m/s) dibandingkan dengan serat C (2 sampai 3 m/s).
3. Modulasi
Modulasi merupakan proses interaksi antara sistem
analgesik endogen dengan input nyeri yang masuk ke dalam
kornu dorsalis medula spinalis. Impuls nyeri yang diteruskan
oleh serat-serat A-delta dan C ke sel-sel neuron nosisepsi di
kornu dorsalis medula spinalis tidak semuanya diteruskan ke
sentral melalui traktus spinotalamikus. Di daerah ini akan
terjadi interaksi antara impuls yang masuk dengan sistem
inhibisi, baik sistem inhibisi endogen maupun sistem inhibisi
eksogen. Apabila impuls yang masuk lebih dominan, maka
penderita akan merasakan sensibel nyeri, sedangkan bila efek
sistem inhibisi yang lebih kuat, maka penderita tidak akan
merasakan sensibel nyeri.
4. Persepsi
Impuls yang diteruskan ke kortek sensorik akan mengalami
proses yang sangat komplek, salah satunya adalah proses
interpretasi dan persepsi yang pada akhirnya akan
menghasilkan persepsi nyeri.

20
Gambar 2.1. (Negara dan Winata, 2013).

Mekanisme nyeri yang terjadi selama proses persalinan, baik


pada kala I dan II dapat dijelaskan sebagai berikut (Negara dan
Winata, 2013):
1. Kala I Persalinan, nyeri pada kala I persalinan berasal dari
adanya kontraksi uterus dan dilatasi serviks melalui serat saraf
afferent yang terdapat pada uterus dan servik menuju ke kornu
dorsalis medula spinalis setinggi Thorakal X (Th10) sampai
Lumbal I
( L1) (Gambar 2). Kemudian respon dari adanya nyeri tersebut
akan menghasilkan efek, baik secara reflek maupun melalui
kontrol pusat saraf, melalui serat saraf efferent simpatik yang
mengakibatkan terjadinya kontraksi miometrium uterus dan
vasokonstriksi pembuluh darah di sekitar genitalia interna dan
juga serat saraf efferent parasimpatik yang mengakibatkan

21
terjadinya relaksasi miometrium uterus dan vasodilatasi
pembuluh darah di sekitar genitalia interna. Oleh karena
adanya kedua respon saraf tersebut, mengakibatkan terjadinya
kontraksi uterus yang bersifat ritmis dan intermitten.
2. Pada akhir kala I dan awal kala II persalinan, nyeri disebabkan
oleh rangsangan noxious dari struktur pelvis yang lainnya yang
diinervasi oleh serat saraf sensoris segmen bawah lumbal dan
sakral. Tekanan pada jaringan periuterin memperberat nyeri.
3. Selama persalinan perineum mengalami distensi akibat
dorongan janin, peregangan perineum menghasilkan signal
nyeri melalui persarafan sensorik nervus pudendus yang
memasuki susunan saraf pusat melalui syaraf sakral 2, 3 dan 4.
Karena itu nyeri perineal dirasakan pada dermatom sakral 2, 3
dan 4. Rangsang nyeri pada persalinan ini juga mempengaruhi
susunan saraf otonom, sistim kardiovaskular, pernafasan dan
otot rangka.

Gambar 2.2. Persarafan Uterus

Jalur persarafan nyeri selama proses persalinan, terkait


dengan penyebab, mekanisme saraf yang terkait, dan lokasi
nyeri yang dirasakan oleh ibu selama persalinan.

22
Tabel 2.1 Jalur Persarafan Nyeri (Negara dan Winata, 2013)

2.1.3.3 Penyebab Nyeri Persalinan


Maryunani (2015) mengatakan ada beberapa uraian yang
menyebabkan nyeri selama persalinan:
1. Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari
korpus fundus uterus.

23
2. Adanya iskemik miometrium dan serviks karena kontraksi
sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau
karena adanya vasokonstriksi akibat aktivitas berlebihan dari
sarfa simpatis.
3. Adanya peradangan pada otot uterus.
4. Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim
menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari
sistem saraf simpatis.
5. Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Nyeri
persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks
dan segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi,
peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama
kontraksi.
6. Rasa nyeri pada setiap fase persalinan dihantarkan oleh
segmen saraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala I terutama
berasal dari uterus.
7. Berkurangnya suplai oksigen otot uterus akibat kontraksi yang
semakin sering
8. Peregangan leher rahim/dilatasi serviks (penipisan dan
pelebaran).
9. Bayi menekan persarafan di dan sekitar leher rahim dan vagina
10. Jaringan disekitar uterus dan panggul ikut tertarik dan
tegang akibat kontraksi uterus dan gerakan bayi yang mulai
turun dalam rahim.
11. Tekanan pada uretra, kandung kemih dan anus. 12.
Peregangan otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina. 13.
Rasa takut dan cemas, yang akan meningkatkan pelepasan
hormon stres sehingga persalinan semakin lama dan semakin
nyeri.

24
2.1.3.4 Lokasi Nyeri Persalinan
Dermaton spinal yang berkaitan dengan area nyeri persalinan
adalah T10 dan L1. Perhatikan bahwa T10 terletak didekat
umbilikus. Nyeri selama kala II persalinan berada di area S2-S4
yang dipengaruhi oleh saraf pudendal dan saraf nyeri somatik
(Murray, 2013).

2.1.3.5 Tingkat Nyeri dalam Persalinan


Judha (2012) mengatakan bahwa tingkat persalinan
digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu
saat proses persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi
keparahan nyeri itu sendiri.

Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan


cara menanyakan tingkatan intensitas atau merujuk pada skala
nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan
rasa nyeri. Adapun skala pengukuran nyeri menurut Zakiyah
(2015) sebagai berikut:
1. Skala Numerik

Gambar 2.3 (Zakiyah, 2015)

2. Skala Deskriptif Intensitas Nyeri Sederhana

Gambar 2.4 (Zakiyah 2015)

25
3. Visual Analog Scale (VAS)

Gambar 2.5 (Zakiyah, 2015)

2.1.3.6 Penyebab Rasa Nyeri


Menurut Judha (2012) rasa nyeri persalinan muncul karena 4
sebab yaitu:
1. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan
serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri myometrium
karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang
timbul disebutnyeri visceral.
2. Regangan Otot Dasar Panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak
seperti nyeri visceral, rectum, dan perineum, sekitar anus.
Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan
peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan
bagian terbawah janin.
3. Episiotomi
Pada peristiwa episiotomi, nyeri dirasakan apabila ada
tindakan episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir
mengalami laserasi maupun rupture pada jalan lahir.
4. Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan
rasa cemas, takut dan tegang memicu produksi hormone
prostaglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menambah rasa nyeri.

26
2.1.3.7 Penyebab Nyeri Persalinan Kala I
Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik dimana
nyeri menyertai proses fisiologis normal. Meskipun persepsi nyeri
dalam persalinan berbeda-beda diantara wanita, terdapat suatu
dasar fisiologis terhadap rasa tidak nyaman / nyeri selama
persalinan. Nyeri selama kala I persalinan berasal dari :
1. Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang utama
2. Peregangan segmen uterus bawah
3. Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan
4. Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi ( Wesson
dalam Maryunani, 2010 )
5. Area nyeri, meliputi dinding abdomen bawah dan area-area
pada bagian bawah dan sekrum atas

Gambar 2.5. (Maryunani, 2015)

2.1.3.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri


Persalinan
Taufik, 2011 mengatakan bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi persepsi terhadap nyeri diklasifikasikan menjadi 3
bagian yaitu :
1. Kualitas Sensori
Kualitas respon merupakan persepsi atau tanggapan fisik
terhadap rasa sakit, seperti kejang-kejang dan menusuj-nusuk
di perut. Pasien yang berbeda dapat merasakannya secara
berbeda pula. Ada yang menganggap kondisinya itu sakit, ada
pula yang menganggapnya biasa saja.

27
2. Kualitas Afeksi
Kualitas Afeksi merupakan pengaruh rasa sakit pada emosi
dan motivasi, seperti mengakibatkan kelelahan atau ketakutan.
Sakit terus-menerus yang dirasakan mengakibatkan individu
merasa kelelahan bahkan ketakutan. Pasien membayangkan
kengerian-kengerian yang mungkin terjadi akibat kondisi
tubuh pasien.
3. Kualitas Evaluatif
Kualitas Evaluatif merupakan ekspresi yang digunakan
untuk menggambarkan pengalaman secara keseluruhan, seperti
rasa sakit yang tak tertahankan. Seseorang seringkali
menggambarkan pengalamannya sendiri secara berlebihan,
sehingga ekspresi kata-kata yang muncul terdengar lebih
dahsyat dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi. Rasa
sakit yang sebenarnya biasa saja akan menjadi luar biasa
tergantung dari bagaimana seseorang mempersepsi dan
mengekspresikannya.
Sedangakan Persepsi rasa nyeri menurut Judha dkk (2015)
adalah sesuatu hal yang dirasakan oleh seseorang yang akan
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga menimbulkan reaksi
terhadap rasa sakit, berbagai faktor tersebut antara lain:
1. Rasa takut atau kecemasan Rasa takut atau kecemasan akan
meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut
terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri
saat pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa
takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan
kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan
menambah kecemasan.
2. Kepribadian Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa
sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih
lemah dalam menghadapi stres dibanding ibu yang rileks dan
percaya diri.

28
3. Kelelahan Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam
persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya
oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan
kurang mampu mentolerir rasa sakit.
4. Faktor sosial dan budaya Faktor sosial dan budaya juga
berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya
mengharapkan stooicisme (sabar dan membiarkannya)
sedangkan budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk
menyatakan perasaan.
5. Pengharapan Pengharapan akan memberi warna pada
pengalaman. Ibu yang realistis dalam pengharapannya
mengenai persalinannya adalah tanggapannya terhadap hal
tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ibu
merasa percaya diri bahwa ibu akan menerima pertolongan dan
dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ibu akan
menerima analgesik yang sesuai.

2.1.3.9 Efek nyeri persalinan


Terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan nyeri pada
persalinan dapat mempengaruhi proses kelahiran itu sendiri.
Pengaruh utama yang terjadi adalah karena terpicunya sistem
simpatis dimana terjadi peningkatan kadar plasma dari
katekolamin, terutama epinefrin. (Maryunani, 2015).
Nyeri yang diakibatkan oleh persalinan dapat disimpulkan
menjadi beberapa hal di bawah ini:
Psikologis : Penderitaan, ketakutan, dan kecemasan.
Kardiovaskuler : Peningkatan kardiak output, tekanan darah,
frekuensi nadi dan resistensi perifer sistemik.
Neuroendokrin :Stimulasi sistem simpato-adrenal,
peningkatan kadar plasma katekolamin, ACTH,
kortisol, ADH, β-endorfin, β-lipoprotein, renin,
angiotensin.

29
Metabolik : Peningkatan kebutuhan O2 , asidosis laktat,
hiperglikemia, lipolisis.
Gastrointestinal : Penurunan pengosongan lambung.
Rahim/uterus : Inkoordinasi kontraksi uterus/rahim.
Uteroplasenta : Penurunan aliran darah uteroplasenta
Fetus/janin : Asidosis akibat hipoksia pada janin.

2.1.3.10 Managemen Nyeri Non Farmakologi


Zakiyah (2015) mengemukakan manajemen nyeri
nonfarmakologi terbagi atas :
1. Pemberian Kompres Panas Dingin
Area pemberian kompres panas dan dingin dapat
menimbulkan respon sistemik dan respon lokal. Stimulasi di
kirimkan ke impuls - impuls dari perifer ke hipotalamus
kemudian terjadi perubahan sensasi temperatur tubuh secara
normal. Tubuh manusia dapat bertoleransi pada temperatur
yang kuas, temperatur permukaan kulit yang normal yaitu
34oC.
Kompres panas yaitu memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang diperlukan
untuk terapi. Terapi hangat bermanfaat untuk melancarkan
peredaran darah, mengurangi rasa sakit, merangsang gerakan
peristaltic usus, dan memberikan kenyamanan pada pasien.
Pemberian kompres hangat diberikan pada pasien dengan
radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan pada
saat kedinginan.
Kompres dingin yaitu memberikan rasa dingin pada daerah
tertentu dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air
basah atau air es, sehingga memberikan efek dingin pada
daerah tersebut. Tujuan pemberian kompres dingin yaitu
untuk mengurangi rasa nyeri akibat edema atau trauma untuk

30
mencegah kongesti kepala, mempersempit pembuluh darah,
dan mengurangi arus darah lokal.
2. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
TENS merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
menurunkan nyeri dengan menggunakan gelombang bifasik
melalui elektoda pada kulit, umumnya berupa stimulator
mesin kecil yang dioperasikan dengan baterai dengan arus
keluaran 0-50 mA. Frekuensi bervariasi dari 2 Hz sampai 300
Hz. Frekuensi rendah digunakan untuk nyeri kronis
sedangkan dari 80 Hz sampai 120 Hz untuk nyeri akut.
Indikasi dilakukannya TENS yaitu pada pasien neuralgi
pascaherpes, kausalgia, nyeri pantom, nyeri kronis, dan
selama persalinan.
3. Masase
Masase merupakan memberikan tekanan dengan
menggunakan tangan pada jaringan lunak, otot, tendon dan
ligamentum tanpa menyebabkan perubahan posisi sendi yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengahsilkan relaksasi
dan memperbaiki sirkulasi.
4. Akupresur
Akupresur merupakan suatu teknik dengan melakukan
penekanan-penekanan pada titik pengaktif (trigger point),
dalam hal nyeri titik pengaktif sama halnya dengan titik
akupuntur. Penekanan titik akupuntur bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi, mengurangi nyeri dan lain-lain.
5. Relaksasi
Relaksasi merupakan metode yang digunakan untuk
mengurangi nyeri dengan menggunakan strategi imajinasi
atau gambaran mental yaitu dengan membayangkan sesuatu
untuk mengurangi nyeri.

31
6. Refarming
Refarming merupakan teknik yang mengajarkan tentang
cara memonitor fikiran yang negatif menjadi fikiran yang
positiif, sehingga dengan persepsi pasien yang positif nyeri
dapat lebih berkurang.
7. Hipnotis
Hipnotis merupakan teknik terapi dengan memberikan
sugesti pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
pada pasien.
8. Biofeedback
Biofeedback merupakan cara untuk membantu pasien saat
mengalami nyeri dengan menggunakan kekuatan fikiran
untuk mengontrol tubuh. Pasien diajarkan untuk dapat
mempengaruhi respon psikologi terhadap dirinya sendiri
tentang rasa nyeri yang sedang dirasakan.
9. Plasebo
Plasebo merupakan memberikan bahan-bahan tanpa sifat
farmakologi misalnya gula atau pil. Pemberian plasebo ini
dilakukan karena pasien percaya bahwa pil yang diminum
akan mendatangkan pengaruh positif meskipun pil tersebut
tidak memiliki khasiat apapun.
10. Distraksi
Distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri dengan
memfokuskan perhatian pasien pada suatu stimulus daripada
rasa nyeri dan emosi negatif. Distraksi ada beberapa jenisnya,
yaitu distraksi visual, distraksi pendengaran (mendengarkan
music), distraksi pernafasan, dan distraksi intelektual.

2.1.4 Aromaterapi Lavender


2.1.4.1 Defenisi Aromaterapi
Aromaterapi merupakan bagian dari sekian banyak metode
pengobatan alami yang telah dipergunakan sejak berabad-abat.

32
Aromaterapi bersal dari kata aroma yang berarti harum dan
wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan
atau penyembuhan. Aromaterapi adalah penggunaan terkendali
esensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki, 2012).
Aromaterapi menggunakan minyak lavender dipercaya dapat
memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang
(carminative) setalah lelah beraktivitas. (Dewi, 2013).

2.1.4.2 Bunga Lavender


Bunga lavender memiliki 25-30 spesies, beberapa diantaranya
adalah lavandula angustifiola, lavandula lattifolia, lavandula
stoechas (Fam. Lamiaceac). Asal tumbuhan ini adalah dari
wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika tropis dan ke timur
sampai India. Lavender juga menyebar di Kepulauan Kanari,
Afrika Utara dan Timur, Eropa Selatan dan Mediterania, Arabia,
dan India (Dewi, 2013).
Nama Lavender berasal dari bahasa Latin “lavera” yang
berarti menyegarkan dan orang-orang Roma telah memakainya
sebagai parfum dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Manfaat
bunga lavender adalah dapat dijadikan minyak esensial yang
sering dipakai sebagai aromaterapi karena dapat memberikan
manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi yang sangat
membantu pada orang yang mengalami insomnia (Dewi, 2013).

2.1.4.3 Zat yang Terkandung pada Minyak Lavender


Minyak Lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas
beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga
lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak
esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-
myrcene (5,33%), pcymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol
(0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol
(4,64%), linalyl acetate (26,32%) , geranyl acetate (2,14%), dan

33
caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat
disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah
linalyl asetat dan linalool (C10H18O). (Mclain DE, 2009)
Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk
mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti
cemas/relaksasi) menggunakan Geller conflict test dan Vogel
conflict test. Linalool, yang juga merupakan kandungan utama
lavender, memberikan hasil yang signifikan pada kedua tes. Dapat
dikatakan linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan
pada efek anti cemas (relaksasi) pada lavender. (Mclain DE,
2009).

2.1.4.4 Kerja Ekstrak Lavender Sebagai Media Relaksasi


Minyak Lavender terdapat kandungan linalil dan linalol yang
dihirup masuk ke hidung ditangkap oleh bulbus olfactory
kemudian melalui traktus olfaktorius yang bercabang menjadi
dua, yaitu sisi lateral dan medial. Pada sisi lateral, traktus ini
bersinap pada neuron ketiga di amigdala, girus semilunaris, dan
girus ambiens yang merupakan bagian dari limbik. Jalur sisi
medial juga berakhir pada sistem limbik. Limbik merupakan
bagian dari otak yang berbentuk seperti huruf C sebagai tempat
pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada. Bagian
dari limbik yaitu amigdala bertanggung jawab atas respon emosi
kita terhadap aroma. Hipocampus bertanggung jawab atas memori
dan pengenalan terhadap bau juga tempat bahan kimia pada
aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori
otak kita terhadap pengenalan bau-bauan. Oleh karena itu, bau
yang menyenangkan akan menciptakan perasaan tenang dan
senang sehingga dapat mengurangi kecemasan. Selain itu, setelah
ke limbik aromaterapi menstimulasi pengeluaran enkefalin atau
endorfin pada kelenjar hipothalamus, PAG dan medula rostral
ventromedial. Enkefalin merangsang daerah di otak yang disebut

34
raphe nucleus untuk mensekresi serotonin sehingga menimbulkan
efek rileks, tenang dan menurunkan kecemasan. Serotonin juga
bekerja sebagai neuromodulator untuk menghambat informasi
nosiseptif dalam medula spinalis. Neuromodulator ini menutup
mekanisme pertahanan dengan cara menempati reseptor di kornu
dorsalis sehingga menghambat pelepasan substansi P.
Penghambatan substansi P akan membuat impuls nyeri tidak
dapat melalui neuron proyeksi, sehingga tidak dapat diteruskan
pada proses yang lebih tinggi di kortek somatosensoris dan
transisional (Hutasoit dalam Karlina, dkk, 2015). Minyak
lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki
efek menenangkan. Penelitian yang dilakukan terhadap manusia
mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan,
mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro Enchepalo
Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan
mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan
beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi.
Didapatkan pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan
dari kekuatan gelombang alpha di daerah frontal, yang
menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk. (Yamada,
2005).

2.1.4.5 Manfaat Aromaterapi Lavender


Lavender secara tradisional diduga memiliki berbagai sifat
terapeutik dan kuratif, mulai dari mengurangi stress. Ada bukti
yang berkembang yang menunjukkan bahwa minyak lavender
bisa menjadi obat yang efektif dalam pengobatan beberapa
gangguan neurologis.
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal
memiliki efek sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive pada
manusia. Karena minyak lavender dapat memberi rasa tenang,
sehingga dapat digunakan sebagai manajemen stres. Selain itu,

35
beberapa tetes minyak lavender dapat membantu menanggulangi
insomnia, memperbaiki mood seseorang, menurunkan tingkat
kecemasan, meningkatkan tingkat kewaspadaan, dan tentunya
dapat memberikan efek relaksasi. (Dewi, 2013)
Lavender merupakan salah satu jenis aromaterapi.
Aromaterapi lavender menurut Tarsikah dalam Susilarini (2017)
merupakan salah satu minyak esensial analgesik yang
mengandung 8% terpena dan 6% keton. Monoterpena merupakan
jenis senyawa terpena yang paling sering ditemukan dalam
minyak atsiri tanaman. Pada aplikasi medis monoterpena
digunakan sebagai sedatif. Minyak lavender juga mengandung
30-50% linalil asetat. Linalil asetat merupakan senyawa ester
yang terbentuk melalui penggabungan asam organik dan alkohol.
Ester sangat berguna untuk menormalkan keadaan emosi serta
keadaan tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki khasiat
sebagai penenang serta tonikum, khususnya pada sistem saraf.
Wangi yang dihasilkan aromaterapi lavender akan menstimulasi
talamus untu mengeluarkan enkefalin, berfungsi sebagai
penghilang rasa sakit alami. Enkefalin merupakan
neuromodulator yang berfungsi untuk menghambat nyeri
fisiologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey J. Gedney, Psyd., Toni
L. Glover, MA., RN., dan Roger B, Fillingim, PhD. dengan judul
“Sensory and Affective Pain Discrimination After Inhalation of
Esensial Oils”. Metode penelitian yang digunakan adalah
randomized crossover design dengan melakukan penelitian 26
orang sehat, tidak merokok, dan tidak dalam pengobatan (13 laki-
laki dan 13 wanita belum menopause). Dalam studi ini
didemonstrasikan bahwa inhalasi dari minyak esensial lavender
dan rosemary tidak menemukan hasil adanya efek analgesik.
Tetapi evaluasi subjek secara retrospektif dari pengaruh aroma
terhadap perubahan intensitas nyeri dan nyeri yang tidak

36
mengenakkan menunjukkan mereka memperoleh manfaat yang
menguntungkan, khususnya untuk lavender. Jadi dalam evaluasi
klinis secara retrospektif tentang efektivitas treatment,
aromaterapi dapat menimbulkan perubahan hubungan klinis pada
laporan pasien mengenai rasa nyeri. Oleh karena itu
kecenderungan efek samping yang diperoleh dari penelitian ini
adalah bahwa aroma terapi dapat membantu dalam terapi yang
berhubungan dengan nyeri dan adanya kerusakan jaringan (Dewi,
2013).
Menurut hasil dari beberapa jurnal penelitian, didapatkan
kesimpulan bahwa minyak esensial dari bunga lavender dapat
memberikan manfaat relaksasi (carminative), sedatif, mengurangi
tingkat kecemasan, dan mampu memperbaiki mood seseorang.
(Dewi, 2013).

2.1.5 Murottal
2.1.5.1 Pengertian Murotal
Maula (2012) yang mengatakan bahwa Murottal merupakan
rekaman pembacaan al-quran yang difokuskan pada benar
salahnya bacaan dan lagu.

2.1.5.2 Manfaat Murotal


Menurut Alkahel (2011) terapi murotal ketika didengarkan
terbukti dapat mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah
getaran suara menjadi gelombang yang ditangkap oleh tubuh,
menurunkan stimulus reseptor nyeri dan otak terangsang
mengeluarkan analgesic opioid natural endogen. Opioid ini
bersifat permanen untuk memblokade nociceptor nyeri. Bacaan
Al-Qur’an juga memberi efek distraksi dan relaksasi pada pasien
nyeri persalinan kala I sebagaimana terapi music (Handayani,
2014).

37
Menurut Aizid (2011) music dengan tempo lambat atau largo
(60 ketukan per menit) akan menyebabkan orang yang
mendengarkan akan mengalami relaksasi, karena music ini
mampu menurunkan gelombang otak dan detak jantung.
Terapi murotal yang diperdengarkan pada ibu bersalin
menurut Widayati (2011) dapat digunakan sebagai penenang jiwa
karena murotal memiliki irama yang konstan, teratur dan tidak
ada perubahan irama yang mendadak. Tempo murotal juga berada
diantara 60-70 ketukan/menit, serta nada rendah sehingga
mempunyai efek relaksasi yang dapat menurunkan kecemasan
dan nyeri persalinan (Handayani, 2014).
Murotal mampu merangsang perasaan bahagia, sehingga bisa
memulihkan saraf-saraf di otak yang rusak. Setiap orang yang
mendengarkan pasti akan merasakan suatu perasaan bahagia,
senang dan nyaman, sehingga murotal dapat menjadi obat dari
berbagai macam penyakit ( Aizid, 2011).
Sebagai seorang mukmin, meyakini bahwa Al-Qur’an pastilah
memiliki pengaruh “power positif” bagi pembacanya atau orang
yang mau berinteraksi dengannya, sesuai dengan Kalam Allah
dalam Surah Al-Isra’ :8. Selain itu juga terdapat sabda Rasulullah
SAW yang artinya : “Sembuhkanlah diri kamu sendiri dengan dua
obat(Asy-Syifa), Al-Qur’an dan madu:, (HR Ibnu Majah). Besar
kecilnya “power positif” tergantung pada kondisi batin orang
yang berinteraksi dengannya (El Qudsi, 2013). Prinsip dari
timbulnya respon relaksasi , yaitu terjadi keseimbangan antara
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Pemberian terapi murotal pada ibu bersalin mengantarkan
keadaan otak ibu pada gelombang Alpha, merupakan keadaan
energy otak pada frekuensi 8 Hz – 15 Hz. Keadaan ini ditandai
dengan sikap relaks dan tenang sehingga dapat menghilangkan
rasa nyeri pada ibu bersalin (Al-Hafidz, 2014).

38
Terapi murotal pada ibu bersalin dilakukan kira-kira selama
30 menit, namun apabila rasa nyeri belum mengalami perubahan
dapat dilakukan pengulangan sampai rasa nyeri berkurang (Aizid,
2011).

2.1.5.3 Pengaruh Murottal


Mendengarkan ayat-ayat qur’an, seorang muslim dapat
merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar, secara umum
mereka merasakan adanya penurunan depresi, ketenangan jiwa
dan sedihan (Siswantinah, 2011).
Terapi Al-Quran diperdengarkan melalui ear phone
mengeluarkan bunyi kemudian mengalami vibrasi sehingga
menghasilkan gelombang suara yang dapat didengar oleh telinga,
kemudian diteruskan ke N VIII (Nervus verstibulocochlearis) dan
diubah menjadi impuls listrik selanjutnya diteruskan ke korteks
serebri yang berhubungan dengan perasaan tidak dipersepsikan.
Apabila suara dipersepsikan dengan baik maka suara dapat
menimbulkan ketenangan. Hal ini menyebabkan Hypotalamus
dan hypofisis anterior mengeluarkan opiate alami yaitu beta
endorphin melalui jalur desenden masuk melalui spinal cord
(medulla spinalis) dan terjadi modulasi (proses interaksi antara
analgesic endogen yang dihasilkan tubuh dengan input nyeri yang
masuk ke kornu posterior medulla spinalis di kornu dorsalis.
Hormone beta endorphin memblokade aktifitas listrik sebagai
impuls nyeri dari serviks di medulla spinalis, sehingga aktifitas
listrik sebagai impuls nyeri tidak sampai ke otak yang dapat
menimbulkan persepsi nyeri (Wahida, 2015).
Faradisi (2012) mengatakan bahwa bacaan Al-Quran yang
dilantunkan dengan tempo lambat, lembut dan penuh penghayatan
dapat menimbulkan respon relaksasi bagi pendengarnya. Faktor
lain yang dapat menimbulkan respon relaksasi adalah keyakinan
bahwa Al-Qur’an kitab suci yang mengandung firman Allah yang

39
merupakan pedoman hidup bagi manusia. Mendengarkan murotal
Al-Qur’an membawa subjek lebih dekat dengan Allah serta
menuntun subjek untuk mengingat dan menyerahkan segala
permasalahan yang dimiliki kepada Allah (Wahida, 2015).

2.2 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi nyeri :

Indikasi Persalinan Kala I : 1. Usia 6. Ansieta


2. Kebudayaan 7. Dukungan
- Sakit dikarenakan adanya 3. Keletihan 8. Jenis Kelamin
his yang kuat dan teratur
4. Gaya toping 9. Perhatian
- Keluar lendir bercampur
darah 5. Pengalaman 10. Makna nyeri
- Serviks membuka (dilatasi)

Persalinan
Nyeri
Kala I

Terapi Farmakologi : Terapi Non Farmakologi :

Obat analgetik, non Metode panas dingin


narkotika, pethidhine, Pijat
epidural, entonox. Teknik bernafas yang benar
Akupuntur
Distraksi
Refleksiologi
Gerakan
Penurunan Hypnobirthing
nyeri Aromateraphy

Sumber : Jodha (2015), solehati dan Kosasih (2015), Dewi (2013),


Maryunani (2015), Jaelani (2009).

2.3 Kerangka Konsep


Variable Independent Variable Dependent
Aromateraphy Lavender pada ibu
bersalin Nyeri Persalinan Kala I

Murotal Al-Quran pada ibu bersalin

40
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian pada hakekatnya adalah suatu
jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Notoatmodjo,
2012).
Ada pengaruh hubungan pemberian Aromateraphy Lavender dan Murottal
Al-Quran terhadap penurunan Intensitas Nyeri Kala I pada ibu bersalin.

41
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan pre-
post. Kedua kelompok subjek diberikan pengamatan awal terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, setelah itu 1 kelompok diberikan intervensi
relaksasi nafas dalam sedangkan kelompok kedua diberikan intervensi
aromaterapi, kemudian dilakukan pengamatan akhir (Nursalam,2017).
Rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan penelitian
Pretest Intervensi Posttest

O1 X O2

O3 Y O4

Keterangan:

O1 : pengukuran tingkat kecemasan sebelum diberikan tindakan


relaksasi nafas dalam.
X : intervensi pemberian teknik relaksasi nafas dalam.
O2 : pengukuran tingkat kecemasan setelah diberikan teknik
relaksasi nafas dalam.
O3 : pengukuran tingkat kecemasan sebelum diberikan
aromaterapi lavender
Y : intervensi pemberian aromaterapi lavender
O4 : pengukuran setelah diberikan aromaterapi lavender

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua pasien ibu bersalin
Primigravida di Puskesmas Mekar Baru.

42
3.2.2 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan
cara Non Probability Sampling berupa teknik Purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penetapan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2012).
Jumlah anggota sampel yang di ambil dari masing-masing
kelompok eksperimen (kelompok aromateraphy lavender dan murotal
Al-Quran) yaitu 10 orang, sehingga total sampel yang digunakan
sebanyak 20 orang.
1. Kriteria inklusi
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
yang ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut :
a. Kelompok Aromaterapi Lavender:
1) Pasien yang akan bersalin primigravida kala I
2) Pasien berumur 17-50 tahun.
3) Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap aroma
lavender.
b. Kelompok Murotal Al-Quran :
1) Pasien yang akan bersalin primigravida kala I
2) Pasien berumur 17-50 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria dimana subyek penelitian tidak layak dijadikan
sampel karena tidak memenuhi syarat sampel penelitian, yaitu:
• Tidak bersedia menjadi subjek penelitian
• Pasien yang tidak sadar
• Pasien yang menjalani operasi cyto.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Puskesmas Mekar Baru.

43
3.4 Waktu Penelitian
Penelitian Ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2020.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, mausia dan lain-lain). Variabel penelitian
merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel
merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau di dapatkan oleh suatuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Nursalam, 2016). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
3.5.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variable bebas, risiko
atau sebab, dan mempengaruhi. Variable independent dalam penelitian
ini adalah pijat bayi (Nursalam, 2016).

3.5.2 Variabel Terikat (Dependent)


Variabel bebas (Dependent Variable) yaitu variable tergantung,
terikat, akibat atau efek, terpengaruh. Variable dependent dalam
penelitian ini adalah berat badan bayi usia 0 - 6 bulan.

3.6 Definisi Operasional Penelitian


Definisi opersional adalah mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diteliti (Notoadmodjo, 2012). Berdasarkan
definisi tersebut maka definisi operasional tentang Pengaruh pemberian
aromaterapi lavender dan murotal Al-Quran terhadap Intensitas nyeri Ibu
bersalin kala I di Puskesmas Mekar Baru.

44
Tabel 3.3 Definisi Operasional
Cara Ukur/ Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
alat ukur Ukur
Variabel Dependent
Nyeri Nyeri persalinan 1.Lembar observasi 1.sebelum Nominal
Persalinan sebagai kontraksi diberikan
miometrium, Pijat bayi dilakukan 3 hari intervensi
merupakan proses sekali dengan duruasi 2.Sesudah
fisiologis dengan waktu pemijatan 15 menit diberikan
intensitas yang berbeda selama 30 hari. intervensi
pada masing-masing
individu.
Variabel Independent

Aromateraphy Salah satu jenis Terapi menggunakan Nilai satuan Rasio


Lavender relaksasi yang minyak aromaterapi gram
menggunakan yang di teteskan ke
minyak esensial tissue sebanyak 2-3 tetes
yang terbuat dari dan dihirup melalui
tumbuhan Lavender hidung selama 10 menit
yang memiliki
manfaat menurunkan
rasa cemas dan
memberi ketenangan
diri yang diberikan
secara inhalasi yaitu
melalui tissue.
Murottal Al- Murottal merupakan Terapi menggunakan Nilai satuan Rasio
Quran rekaman pembacaan al- audio diperdengarkan gram
quran yang difokuskan selama 15 menit
pada benar salahnya
bacaan dan lagu.

3.7 Instrumen Penelitian


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel
independen yaitu nyeri persalinan menggunakan lembar observasi.
3.7.1 Alat dan bahan
Penelitian ini bahan dan alat yang akan dipakai, yaitu minyak
aromateraphy, tissue, handphone.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data


Dalam peroses pengumpulan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh diantaranya:

45
3.8.1 Sumber Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer (Natoatmodjo, 2018). Data primer adalah data yang secara
langsung diambil dari objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Data primer diperoleh langsung dari hasil observasi.
3.8.2 Cara Pengumpulan Data
Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan
materi dan konsep yang akan digunakan dalam penelitian kemudian
melakukan studi pendahuluan sekitar bulan Januari sampai April di
Puskesmas Mekar Baru Tangerang tahun 2020. Setelah itu melakukan
konsultasi dengan pembimbing terkait penelitian yang akan dilakukan.
Selanjutnya peneliti mengurus peijinan untuk kelancaran dalam
penelitian yang akan peneliti lakukan, selanjutnya peneliti melakukan
pengambilan data yang didahului dengan pemilihan sampel atau
responden yang sesuai dengan kriteia inklusi dan eksklusi.
Penelitian menggunakan dua kelompok untuk penelitian ini. Pada
saat penelitian berlangsung, penelitian meminta persetujuan kepada
orang tua yang akan diberikan terapi pijat bayi.
Setelah itu peneliti datang ke Puskesmas setiap ada ibu bersalin
primigravida untuk dilakukan penelitian.
Sebelum dilakukan relaksasi dengan aromateraphy atau
murrotal pasien diberi lembaran pre-test dan di evaluasi kembali
setelah diberikan tindakan.

3.9 Teknik Pengolahan Data


Data yang telah diperoleh dari hasil pemeriksaan kemudian dilakukan
pengolahan data sebagai berikut (Ariani, 2014).
3.9.1 Editing (Penyuntingan Data)
Hasil yang dikumpulkan disunting terlebih dahulu. Jika masih ada
data yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan ulang, maka
harus dikeluarkan.
3.9.2 Coding (Membuat Kode)
Kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di

46
setiap instrument penelitian.
3.9.3 Scoring
Mengisi kolom - kolom lembar kode sesuai dengan jawaban
masing – masing pertanyaan.
3.9.4 Tabulating
Membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.
3.9.5 Cleaning (Pemberihan Data)
Yaitu mengecek kembali kebenaran hasil entri data dan
membuang data – data yang tidak akurat, tidak lengkap atau
meragukan.
3.9.6 Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah teknik analisa univariat dan
bivariat, yaitu suatu data untuk mengetahui melihat efektivitas
aromateraphy lavender dan murotal Al-Quran terhadap Intensitas
Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu bersalin di Puskesmas Mekar Baru
Tangerang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak komputer. Mencari makna penelitian tidak hanya menjelaskan
hasil penelitian tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari
data yang diperoleh melalui penelitian tersebut. Tujuan dari analisis
data yang memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan, memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian,
merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.
Jenis data terdiri dari (Notoadmodjo, 2018).
1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karateristik setiap variable penelitian, pada
umumnya pada analisis univariat hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentse dari tiap variabel (Natoadmodjo, 2018).
Analisis univariat dalam ini untuk melihat efektivitas
Aromateraphy Lavender dan Murottal Al-Quran terhadap Nyeri
Persalinan Kala I di Puskesmas Mekar Baru.

47
2. Analisis Bivariat
Anilisa yang dilakukan terhadap dua varibel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2018). Untuk
mengetahui variabel independen (Aromateraphy Lavender dan
Murotal Al-Quran) terhadap variabel dependen (Nyeri persalinan
kala I) dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat
kesalahan α : 0,05 dengan bantuan software SPSS. Uji tersebut
digunakan untuk mengetahui perbandingan nyeri persalinan kala I
sebelum dan sesudah di beri aromateraphy lavender dan murotal
Al-Quran, jika nilai P (velue) < α (0,05) artinya Ho ditolak dan
Ha diterima berarti ada perbedaan terhadap nyeri persalinan kala I
ibu sebelum dan sesudah di beri aromateraphy lavender dan
murotal Al-Quran.

3.9.7 Etika Penelitian


Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku
untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak
penelitian, dan yang diteliti (Nursalam, 2016).
Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan
peneliti terhadap subyek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh
peneliti bagi masyarakat. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbal
balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai yang diteliti
(Natoadmodjo, 2018).
Macam – macam etika umum penelitian yaitu :
3.9.7.1 Hak dan Kewajiban Responden

1. Hak untuk di hargai privasi


Privasi adalah hak setiap orang. Semua orang
mempunyai hak memperoleh imbalan atau kompensasi
untuk memperoleh privasi atau kebebasan pribadinya.
2. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan
3. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan
akibat dari informasi yang diberikan.

48
3.9.7.2 Hak dan Kewajiban Peneliti atau Pewawancara
1. Hak peneliti
Bila responden bersedia diminta informasinya
(menyetujui inform consent), peneliti mempunyai hak
memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya
dan selengkap-lengkapnya dari responden atau informan.
2. Kewajiban peneliti
3. Menjaga privasi responden
4. Menjaga kerahasiaan responden
5. Memberikan kompensasi (Natoatmodjo, 2018).
Adapun prinsip-prinsip etika penelitian adalah:
1. Prinsip manfaat (beneficence)
Tulisan manfaat yang didapatkan melalui keikutsertaan
dalam penelitian secara spesifik. Bagian-bagian dari prinsip
beneficiece antara lain bebas dari bahaya (non maleficiece).
Penelitian ini sudah disertakan dengan surat ijin penelitian
yang dilakukan tidak membahayakan jiwa dan
membahayakan responden atau orang sekitar lingkungan
yang terkait dalam penelitian ini. Perlakuan yang dilakukan
sudah mengalami uji etik yang sesuai dengan prosedur
penelitian. Kemudian responden bebas dari ekploitasi,
memperoleh manfaat dari penelitian, mempertimbangkan
risiko dan manfaat penelitian.
2. Prinsip menghormati hak reponden
Peneliti akan menghormati hak responden yang terlibat
dalam penelitian, termasuk diantaranya yaitu hak untuk
membuat keputusan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam
penelitian ini, hak untuk dijaga kerahasiaannya berkaitan
dengan data yang diperoleh selama penelitian. Responden
akan mengisi sebuah surat Informend Consent sebagai surat
pernyataan dalam keikutsertaan pada penelitian ini.
3. Prinsip keadilan (justice)

49
Penelitian akan memperlakukan semua yang terlibat dalam
penelitian secara adil dan tidak membeda-bedakan
berdasarkan ras, agama atau status ekonomi dan social.
Penelitian memperlakukan responden sesuai dengan desain
penelitian dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk
mendapat perlakuan yang sama dan hak dijaga privasi.

50
LEMBAR KONSULTASI / BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Indah Meilani Wuryandari


NPM : 195401426115
Program Studi : Diploma IV Kebidanan
JUDUL : Pengaruh Pemberian Aromateraphy Lavender dan
Murotal Al-Quran terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I pada Ibu bersalin Primigravida
di Puskesmas Mekar Baru Tangerang Tahun 2020
PEMBIMBING MATERI : 1. Jenny Siauta, S.ST., M.Keb
2. Bunga Tiara Carolin, S.ST., M.Bmd

HARI SARAN
NO MATERI PARAF
TANGGAL PEMBIMBING

1. Jum’at 13- Judul


04-2020

2. Sabtu 14-04 Judul Judul di ACC


- 2020

51

Anda mungkin juga menyukai