Anda di halaman 1dari 59

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut world healt organization (WHO) tahun 2013, angka

kelahiran bayi di dunia sekitar 15 juta kelahiran per tahunnya. Di

indonesia pada tahin 2015 jumlah ibu hamil mencapai 5.382.779

dengan cakupan persalinan mencapai 88,55%, begitu pulu dengan

kunjungan ibu post partum sebanyak 87,06% (Depkes RI, 2015)

Di Rumah Sakit Royal Viktoria Asutralia di laporkan bahwa

90% wanita mengalami nyeri perineum nyeri di rasakan saat

berjalan(33%), saat duduk (39%) , dan pada saat tidur (45%).

Proses persalinan normal mengalami robekan perineum

sebanyak 90%.kejadian robekan perineum. Di dunia terjadi di asia

sebanyak 50%,maka prevalen ibu bersalin yang mengalami luka

perineum di indonesia sebanyak 86% menurut data Word Healt

Organization ( WHO) pada tahun 2012.

Dan pada tahun 2013 total dari keseluruhan 1.951 kelahiran

spontan pervaginam, 57% ibu yang memperoleh jahitan perineum, dan

28% karena episiotomi dan 29% karena mengalami robekan spontan.

Maka di timbulkan dampak dari ruptur perineum itu adalah nyeri yang

di rasakan oleh para ibu pada daerah parineum.


Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Pusdatin Jakarta, pada tahun 2011 jumlah ibu nifas di indonesia

sebanyak 4.975.636 jiwa (Yana, 2015)

Post partm atau masa nifas ( puerperium ) masa dimana atau

sejak bayi dilahirkan dan ber iringan plasenta keluar lepas dari rahim,

lama masa nifas ini 6- 8 minggu dengan di sertainya pulih kembali

organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mana

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang

bersangkutan saat melahirkan ( Prety,2017)

Episiotomi adalah insisi yang dilakukan pada perineum untuk

memeperbesar mulu vagina (Rohani, 2011). Pada dasar nya tindakan

ini sering dilakukan dengan insiden yang berdeda –beda, di Amerika

tindakan episiotomi sebanyak 50%-90% dilakukan pada ibu yang

melahirkan anak pertamanya(Sondakh,2013) dan pada umunya

tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya robekan

perineum yang lebih luas ( Rohani, 2011)

Namun tindakan episotomi dapat menimbulkan beberapa

damapak diantaranya dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan

yang berlangsung lama sehingga di perlukan suatu upaya untuk

menurunkan intensitas nyeri tersebut ( Rohani, 2011)

Nyeri adalah keluhan tersering pada pasien yang mengaling

suatu tindakan pembedahan ( Aprian, 2018)

Dan nyeri perineum merupakan sumber morbiditas yang

memberikan makna bagi para ibu setelah melahirkan, tapi tidak hanya
selama masa pascapersalinan awal melainkan juga untuk jangka

waktu yang cukup panjang ( Boston dan Hall,2013 )

Nyeri perineum yang di alami adalah hal yang fisiologis pada ibu

post partum, tetapi nyeri ini mempengaruhi kemampuan ibu untuk

melakukan mobilisasi sehingga dapat mengakibatkan komplikasi

seperti perdarahan post partum.

Dapat di artikan juga nyeri merupakan pengalaman sensori dan

emosi yang sangat tidak menyenagkan di akibatkan adanya kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial, dengan di gambarkan dengan

istilah seperti (international association for the study of pain ); awitan

berat yang tiba –tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai

berat dengan akhir yang dapat di antisipasi (Wilkinson,2014)

Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau

wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau

penyembuhan. Sehingga aroma therapy dapat di artikan sebagai: “

suatu cara perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan

menggunakan minyak essensial (Jaelani,2009)

Salah satu aromaterapi yang sering di gunakan untuk

mengurangi nyeri yaitu aromaterapi lavender. Lavender merupakan

tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae yang memiliki 25-30

spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika

tropis dan ke timur sampai india lavender tumbuh baik di ketinggian

600- 1350 mdpl dimana semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin

baik kualitas minyak yang dihasilkan (Nuraini,2014).


Saat ini lavender telah dikembangkan di seluruh dunia.

Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna ungu ini memiliki

khasiat yang sangat bermanfaat bagi manusia.Minyak aromaterapi

lavender dikenal sebagai minyak penenang, efek sedatif, terjadi

karena adanya senyawa – senyawa coumarin dalam minyak tersebut

(Khasani, 2013)

Secara teoritis aromaterapi lavender bekerja mempengaruhi

tidak hanya fisik tetapi tingkat emosi. Kandungan lavender oil yang

terdiri dari linalool, linalool acetate, mampu salah satunya yaitu

meredakan rasa nyeri (Nuraini, 2014).

TABEL 1.1

PERSALINAN NORMAL DI RSUD SITI AISYAH KOTA

LUBUKLINGGAU

No TAHUN JUMLAH PRESENTASI(%)

1 Tahun 2017 121 37,3%

2 Tahun 2018 77 23,7%

3 Tahun 2019 126 38,8%

Jumlah 324 100%

Sumber : catatan rekam medik RSUD Siti Aisyah

Berdasarkan tabel di atas data yang di peroleh dari catatan

rekam medik RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklingau menunjukkan

bahwa angka kejadian persalinan normal ibu cukup tinggi dalam 3

tahun terakhir, yaitu pada tahun 2017 berjumlah 121 orang, pada
tahun 2018 berjumlah 77 orang, dan pada tahun 2019 berjumlah 126

orang

Pada hasil data di atas terlihat jelas bahwa angka post partum

dengan persalinan nornal pada ibu kelahiran primipara tahun 2017

dengan presentase 37,3%. Tahun 2018 dengan presentase 23,7%.

Tahun 2019 dengan presentase 38,8%.

Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Siti Aisyah kota

Lubuklinggau penaganan nyeri perineum pada ibu post partum yang

mengalami episiotomi biasaya menggunakan teknik farmakologis

obat-obatan pereda nyeri seperti obat analgesik contohnya

paracetamol terlebih dahulu, paracetamol aman di gunakan untuk ibu

menyusui, jika membutuhkan penghilang rasa sakit yang begitu kuat

bisa menggunakan ibu profen.

Dan pada umunyanya nyeri dapat di atasi dengan cara yaitu

farmakologi dan non farmakologi untuk meringankan nyeri biasanya

menggunakan analgesik yang di bagi menjadi dua yaitu analgesik non

narkotik dan analgesik narkotik. Sedangakan tipe non farmakologis

untuk mengurangi nyeri yang sering di gunakan antara lain yaitu

dengan meditasi,relaksasi nafas dalam, hipnosis,terapi musik,dan

penggunaan aromaterapi (Sulistyo,2013 dalam Swandari)


1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas maka di

dapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah penerapan

aromaterapi lavender untuk menurunkan skala nyeri perineum pada

ibu post partum di ruang An-Nissa RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau Tahun 2020

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan dengan Penerapan

aromaterapi lavender untuk menurunkan skala nyeri

perineum pada ibu post partum di Ruang An- nissa RSUD

Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2020

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada ibu post partum di Ruang An-

nissa RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2020.

2. Memaparkan hasil analisa data pada ibu post partum di

Ruang An-nissa RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Tahun 2020.

3. Mengidentifikasi rumusan diagnosa keperawatan pada ibu

post partum dengan penerapan aromaterapi lavender di

Ruang An- nissa RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Tahun 2020.
4. Memaparkan intervensi pada ibu post partum di Ruang An-

nissa RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2020.

5. Melakukan evaluasi setelah memberikan intervensi pada ibu

post partum di Ruang An-nissa RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau Tahun 2020.

6. Melakukan penerapan aromaterapi lavender untuk

menurunkan skala nyeri perineum pada ibu post partum di

Ruang An- nissa RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi

1. Institusi pendidikan

Memberikan manfaat yang positif bagi

perkembangan ilmu dan praktik keperawatan maternitas

mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Palembang Program

Studi DIII Keperawatan Lubuklinggau.

2. Instansi RSUD Siti Aisyah

Untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan

evaluasi yang Diperlukan dalam pelaksanaan praktek

keperawatan di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau.

1.4.2 Ibu Post Partum

Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai

tindakan alternatif non farmakologis untuk mengurangi nyeri


perineum pada ibu post partum sehingga setelah proses

persalinan terasa nyaman, tenang, dan aman. sebagai jawaban

tuntunan obstetrik modern


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Post Partum

2.1.1 Definisi

a. Post partum

Post partum (puerperium) berasal dari bahasa latin

yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “ parous” yang

mengandung arti melahirkan, masa nifas di mulai dari setelah

plasenta di lahirkan dan beakhir ketika alat kandunga kembali

seperti sebelum hamil. masa nifas belangsung sekitar 6-8

minggu ( Yulianti,2015)

Post partum merupakan masa enam minggu sejak bayi

dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim , sampai

enam minggu berikutnya, di sertai dengan pulihnya kembali

organ- organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

yang berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009)

a. Masa Nifas

Pada masa nifas akan terjadi perubahan-perubahan

fisiologis salah satunya adalah uterus yang dimana uterus

akan berinvolusi. Involusi adalah suatu proses di mana


uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat

sekitar 60 gram. selain itu pada masa nifas ibu juga sering

mengeluh tentang nyeri pada perut (rahim) , badan

lelah,capek atau letih, tubuh melar dan perut membuncit,

serta kerenggangan kulit (Anggraini,2010)

2.1.2 Etiologi

Terjadinya persalinan di sebabkan oleh beberapa teori

sebagai berikut:

a. Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum persalinan di mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos

rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila kadar progesterone menurun.

b. Teori penuaan plasenta

Tuanya plasenta menyebabkan menurunnya kadar

estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim

c. Teori distensi rahim

rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan

iskemia otot –otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi

utero – plasenter.

d. Teori iritasi mekanik

Di belakang serviks terletak gangglion servikal


( fleksus frankerhauser) bila ganglion ini di geser dan di

tekan, akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi partus

Persalinan dapat di timbulkan dengan jalan :

1) Gangguan laminaria : beberapa laminaria di

masukkan keadaan servikalis dengan tujuan

merangsang fleksus frankenhauser.

2) Aminotomi : pemecahan ketuban

3) Oksitosin drips :pemberian oksitosin menurut

tetesan infuse

4) Misoprostol : cytotec / gastru

2.1.3 Klasifikasi post partum

Menurut ( walyani, 2014) klasifikasi nifas di bagi dalam

tiga (3) periode yaitu :

a. Post partum dini

Yaitu keputihan di mana ibu telah diperbolehkan

berdiri, berjalan- jalan . dalam agama islam di anggap telah

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Post partum intermedial

Yaitu keputihan menyeluruh alat –alat genetalial yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Post partum terlambat

Yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan


mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.1.4 Manifestasi klinis

Adapun tanda-tanda persalinan yaitu:

a. Lightening atau pengosongan

Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lega

dan lebih mudah bernapas. Tetapi akibat pergeseran ini

terjadi peningkatan tekanan pada kandung kemih sehingga

akan lebih sering berkemih.

b. Persalinan palsu

Selama 4-8 minggu akhir masa kehamilan rahim

menjalani kontraksi tak tertentu dan bersifat sporadic. Pada

bulan terakhir kehamilan, kadanag-kangan setiap 10-20

menit dengan intensitas lebih besar. Mengeluh merasa nyeri

yang menetap pada punggung bagian 11 bawah dan tekanan

pasa sakroiliaka. Kadang-kadang mengalami kontraksi yang

kuat dan sering (Blaxton hicks).

c. Pembukaan serviks

Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatan

kandung kemih air dan lisi kolagen. Pembukaan secara

serentak atau penipisan sementara serviks itu melebar

kedalam segmen bawah uterus. Lender vagina yang keluar

semakin banyak akibat besar nya konggesti selaput lendir

vagina. Lendir serviks berwarna kecokelatan atau bercak


darah (bloody show) keluar. Serviks menjadi atau matang

sebagian menipis dan berdilatasi ketuban pecah dengan

spontan (Jensen, 2014).

1) Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan

a) Power yang berkontraksi dan retraksi otot-otot

rahim plus kerja otot- otot polunter dari ibu yaitu

kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu

mengejan atau meneren.

b) Passage bagian tulang punggung, serviks, vagina

dan dasar panggul (diselacement).

c) Passagger terutama janin (secara khusus bagian

kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan

ketuban/amnion.

2) Gambar jalannya persalinan secara klinis ditemukan

sebagai berikut:

a) Tanda persalinan sudah dekat

b) Terjadinya lightening

c) Terjadinya His permulaan

3) Tanda persalinan

a) Terjadinya His persalinan

b) Terjadinya pengeluaran pembawa tanda

c) Terjadinya pengeluaran cairan

4) Pembagian waktu persalinan

a) Kala I :kala sampai pembukaan lengkap


b) Kala II :kala pengeluran janin

c) Kala III :kala pengeluaran plasenta dan selaput

ketuban

d) Kala IV :kala observasi 2 jam post partum

2.1.5 Patofisiologi post partum

a. Adaptasi fisiologis

1) Involusi uterus

Dimana kembalinya uterusa ke keadaan sebelum

hamil setelah melahirkan, dan proses ini di mulai setelah

plasenta keluar akibat adanya kontraksi otot-otot polos

uterus.pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di

tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian

fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam

waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm

di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 samapai 2 cm

setiap 24 jam. Pada hari pasca partu ke enam fundus

normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan

simpisis pubis ( Bobak , 2010)

2) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang

di lepas dari kelenjar hifofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengoperasi pebuluh darah dan

membantu hemostatis. Selama 1-2 jam pertama pasca


partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan

menjadi tidak teratur. Untuk memeprtahankan kontraksi

uterus, suntikaan oskitosin secra intravena atau

intramuskular di beri segera setelah plasenta lahir

(Suhermi,2009)

3) Payudra

Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada

perempuan atau manarke : pada bayi, anak-anak, dan

laki-laki,kelenjar ini hanya berbentuk rudimeneter. Fungsi

ini dipengaruhi oleh hormone esterogen dan progesterone.

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang

dipengaruhi oleh hormone : (Frisca, 2012)

a. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak

melalui pubertas, masa firtilitas sampai klimakterium

dan menopouse sejak pubertas pengaruh esterogen

dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan

juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus

dan timbulnya asinus.

b. Perubahan kedua adalah sesuai dengan daur haid.

Sekitar hari kedelapan haid, payudara akan lebih

besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya

terjadi pembersaran maksimal. Kadang kadang timbul

benjolan yang nyeri dan tidak rata.


c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan

menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi lebih

besar karena epitel duktus lobules dan duktus

alveolus berpolifirasi dan tumbuh duktus baru.

Selama kehamilan dan setelah kehamilan tua setalah

melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum

karena adanya sekresi hormone prolaktin dimana

alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan kesinus

kemudian melalui duktus keputing susu.

2.1.6 Komplikasi post partum

Menurut marmi, 2016 komplikasi pada ibu post partum

adalah sebagai berikut :

a) Perdarahan pervagina

b) Infeksi masa nifas

c) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

d) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

e) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

f) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

g) Rasa sakit, merah,lunak,dan pembengkakan di kaki


2.1.7 Web Of Cautions sumber: 1.Bobak ,L.M,2004.Maternity Nursing,Edisi 4,EGC:Jakarta
2.Doengoes, EM.2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.EGC:Jakarta
Persalinan dengan
Persalinan yang lama
episiotomi
Gawat janin
Tidak kooperatip Masa
Gawat ibu nifas

Terputusnya
Perubahan Perubahan
jaringan
fisiologis psikologis

Uterus
Menekan Merusak MK: Taking in
kontraksi Taking Letting go
pembuluh pembuluh Resiko hold
syraf darah Infeksi
Kondisi ibu Belajar tentang
Tidak Mampu
Adekuat hal baru dan
MK: Perdarahan lemah menyesuaik
adekuat
mengalami
Nyeri an diri dan
perubahan
Akut Kontraksi Terpfokus mandiri
Kontraksi yang
Resiko defisit uterus kuat pada diri
utterus signifikan
cemas volume cairan sendiri
Lochea lemah Butuh Mener
Involusi
Butuh pelayaan dan informasi ima
aa
Takut perlindungan tanggu
BAB Kuman mudah Perda
Nyeri Atonia ng
Defisit Kurang
berkembang rahan
uteri jawab
MK: Resiko perawatan pengetahuan

Konstipasiasi diri
2.1.8 Penatalaksanaan atau perawatan post partum

Penanganan ruptur perineum di antaranya dapat

dilakukan dengan melakukan tindakan penjahitan luka lapis

demi lapisan, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang

kososng terbuka kearah vagina yang biasanya dapat di masuki

bekuan bekuan darah yang akan menyebabkan luka. Selain itu

dapat di lakukan dengan cara memeberikan antibiotik yang

cukup (Saleha,2009)

prinsip yang harus di perhatikan dalam menagani

ruptur perineum sebagai berikut:

a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan

setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan

tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta

tidak lengkap.

b. Bial plasenta telah lahir lengkap dan kotraksi uterus

baik, dapat di pastikan bahwa perdarahan tersebut

berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya di

lakukan penjahitan

Dalam menagani asuhan keperawatan pada ibu

post partum spontan, dilakukan berbagai macam

penatalaksanaan , diantaranya:

a. Monitori TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari

140/90mungkin menandakan preeklamsia suhu


tubuh meningkat menandakan terjadianya

infeksi, stress atau dehidrasi

b. Pemberian cairan Intravena

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan

kemampuan peredaran darah dan menjaga

agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka

cairan pengganti merupakan tindakan vital,

seperti Dextrose atau Ringer

a) Pemberian oksitosin

Di berikan segera setelah plasenta di

lahirkan oksitosin (20 unit) di tambahkan

dengan cairan infuse atau di berikan secara

intramuskuler untuk membantu kontraksi

uterus dan mengurangi perdarahan post

partum.

b) Obat nyeri

Obat –obatan yang mengontrol rasa

sakit termasuk sedative, alaraktik,narkotik,

dan antagonis narkotik. Anastesi hilang

sensori, obat ini di berikan secara regional /

umum ( Hamilto,2009)

2.1.9 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari asuhan masa nifas normal menurut

Ambarwati dan wulandari (2010) diantaranya sebagai berikut:


a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangan nya selama masa transisi awal

mengasuh anak

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisiologis

maupun psikologi.

2) Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian

imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum

Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai

dengan kembali nya tubuh dalam keadaan seperti hamil atau

mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).

2.2.1 Pengkajian

Pengakajian merupakan langkah pertama dari proses

keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan

data yang akurat dari klien untuk mengetahui berbagai masalah

yang ada (Hidayat, 2013).


Hal hal yang harus dikaji yaitu:

a. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan bertujuan untuk mendapatkan

dan mengenal psikososial, suku dan latar belakang budaya

yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien, sakit,

penyakit yang dialami dan kebutuhan terkait pendidikan

kesehatan (Nirman, 2013)

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah:

1) Biodata klien

Biodata klien berisi tentang: nama, umur, pendidikan,

pekerjaan, suku, agama, alamat, nomor medical record,

dan tanggal pengkajian.

2) Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemunuhan

kebutuhan sehari-hari misalnya pola makan, buang air

kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat dan

mobilisasi.

3) Riwayat persalinan ini meliputi adakah komplikasi,

laserasi atau episiotomi.

4) Obat atau suplemen yang di konsumsikan saat ini

misalnya tablet zat besi.

5) Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi,

penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua

termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang,

kecemasan dan kekhawatiran.


b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses assesment

yang dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi

mengenai gambaran lengkap tentang fungsi fisiologis.

(Nirman, 2013) antara lain:

1) Keadaan umum dan kesadaran

2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan

pernapasan.

3) Payudara: pembesaran, puting susu (menonjol atau

mendatar, adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI atau

kolostrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang,

atau benjolan abnormal.

4) Abdomen: tinggi fundus uteri, kontraksi usus.

5) Kandung kemih kosong atau penuh.

6) Genitalia dan perineum: pengeluaran lochea (jenis,

waarna,jumlah dan bau), edema, peradangan, keadaan

jahitan, nanah, tanda-tanda infeksi pada luka jahitan,

kebersihan perinium dan hemoroid pada anus (Suherni,

2013).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat

yang menggambarkan kondisi klien yang diobservasi di

lapangan (Nurarif, 2015). Ada beberapa diagnosa keperawatan

pada ibu dengan post partum yaitu:


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Tujuan : untuk menurunkan skala nyeri pada klien, dengan

kriteria hasil :

SLKI :tingkat nyeri

1. Keluhan nyeri

2. Meringis

3. Gelisa

4. Sikap protectif

5. Kesulitan tidur

Intervensi :

SLKI : manajemen nyeri

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik dan frekuensi nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

Terapeutik

1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

1. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik


2.2.3 Intervensi Keperawatan

Tahap ini merupakan proses penyusunan berbagai

intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,

menghilangkan, atau mengurangi masalah-masalah klien.

Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan

keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan

kelemahan dari klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan

praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil

keputusan, menulis tujuam, serta memulihkan dan membuat

strategi keperawatan yang aman dan memenuhi tujuan, menulis

intruksi keperawatan dan bekerja sama dengan tingkat kesehatan

lainnya (Hidayat, 2013)

2.2.4 Implementasi

Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam

proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

strategikeperawatan (tindakan keperawatan) yang telah di

rencanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai

hal,diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada klien ,

teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,

pemahaman tentang hak-hak klien, tingkat perkembangan klien

(Hidayat, 2013).

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan .

tahap ini sangat penting untuk menentukan perbaikan kondisi

atau kesejahteraan klien (Lestari, 2016).

2.3 Konsep Nyeri

2.3.1 Definisi

Caffery sebagaimana dikutip oleh potter & perry (2005),

menyatakan nyeri adalah segalah sesuatu yang dikatakan

seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja ketika


seseorang menyatakan bahwa ia merasa nyeri . nyeri merupakan

sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian

tubuh,nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses.

International Association for the study of pain (IASP)

mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian –kejadian dimana tejadi kerusakan

(potter & perry,2005).

Distruktif jaringan seperti di tusuk –tusuk , panas

terbakar ,melilit ,seperti emosi,pada perasan takut, mual dan

mabuk .terlebih lagi ,setiap perasaan nyeri dan intesitas sedang

sampai kuat di sertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk

melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu.

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh

,timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan

individu bereassidengan memindahkanstimulus nyeri. Nyeri

adalah pengalaman sensori nyeri dan emosianal yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Seringkali

dijelaskan dalam istilah proses distruktif , jaringan seperti

ditusuk –tusuk ,panasterbakar, melilit, seperti emosi, perasan

takut, mual dan takut.


Secara umum nyeri di gambarkan sebagai keadaan yang

tidak nyaman, akibat dari ruda paksa pada jaringan. Terdapat

pula yang menggambarkan nyeri sebagai suatu pengalaman

sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau

menggambarkan suatu istilah kerusakan. Asosiasi internasional

studi nyeri

Nyeri biasa terjadi karena adanya rangsangan mekanik

atau kimia pada daerah kulit di ujung –ujung syraf bebas yang

biasa di sebut nosireseptor. Pada kehidupan nyeri dapat bersifat

lama dan ada yang singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya

inilah maka nyeri di bagi menjadi dua, yaitu nyeri kronis dan

nyeri akut, beda di antara keduanyaadalah:

a. Nyeri akut : sebagian besar , di akibatkan oleh penyakit,

radang,atau injuri jaringan. Nyeri jenis ini biasanya

awitannya datang tiba-tiba, sebagai contoh, setelah trauma

atau pembedahan dan munkin menyertai kecemasan atau

distres emosional.nyeri akut mengindikasikan bahwa

kerusakan atau cedera sudah terjadi. Nyeri akut biasanya

berkurang sejalan dengan terjadonya penyembuhan. Nyeri ini

umumnya terjadi kurang dari 6(enam) bulan penyebab nyeri

paling sering adalah tindakan diagnosa dan pengobatan.

Dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.


b. Nyeri kronik: secara luas di percaya menggambarkan

penyakitnya. Nyeri ini konstan dan intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik sulit untuk

menentukan awitannya. Nyeri ini dapat menjadi lebih berat

yang di pengaruhi oleh lingkungan dan faktor kejiwaan.

Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama(lebih dari enam

bulan) di bandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap

pengobatan. Nyeri ini dapat dan sering menyebabkan

masalah yang berat bagi pasien

2.3 Konsep Nyeri perineum

2.3.1 Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual

dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk

mencari bantuan perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare,

2002 ).

Nyeri perineum dapat terjadi setelah persalinan

pervaginam akibat laserasi spontan pada saat bayi lahir dan

dapat diperparah apabila terdapat robekan pada perineum

yang disebabkan tindakan episiotomi. Tindakan ini akan

memerlukan penjahitan dan dengan penjahitan tersebut dapat

menyebabkan nyeri pada daerah luka jahitan.


Nyeri luka perineum akan dirasakan setelah persalinan

sampai beberapa hari pasca persalinan. Bagi seorang

perempuan kekuatan otot perineum sangat penting, karena

robekan perineum yang terjadi selama proses persalinan dapat

menyebabkan melemahnya otot-otot dasar panggul. Selain

itu, robekan perineum dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

dan dispareunia.

Nyeri perenium merupakan nyeri yang diakibatkan

oleh robekan yang terjadi pada perenium, vagina, serviks,

atau uterus dapat terjadi secara sepontan atau akibat tindakan

manipulatif pada pertolongan persalinan. Nyeri perineum

sebagai manifestasi dari luka bekas penjahitan yang

dirasakan pasien akibat rupter perineum (Prawirohardjo,

2015).

2.3.2 Intensitas Nyeri dan Skala Pengukuran Nyeri

Indikator adanya intensitas nyeri yang paling penting

adalah laporan ibu tentang nyeri itu sendiri, namun demikian,

intensitas nyeri juga dapat ditentukan dengan berbagai macam

cara. Salah satu caraya adalah dengan menanyakan kepada ibu

untuk menggambarkan nyeri atau rasa tidak nyamannya.

Metode lain adalah dengan meminta ibu untuk menggambarkan

beratnya nyeri atau rasa tidak nyamanya dengan menggunakan

skala. Skor/nilai skala nyeri dapat dicatat pada flow chart untuk
memberikan pengkajian nyeri yang berkelanjutan. Metode yang

ketiga adalah dengan meminta ibu untuk membuat tanda X

(silang) pada skala analog. Penggunaan skala intensitas nyeri

adalah mudah dan merupakan metode terpercaya dalam

menentukan intensitas nyeri ibu. Skala seperti ini memberikan

konsistensi bagi petugas kesehatan untuk berkomunikasi dengan

klien dan petugas kesehatan lainnya. Komponen-komponen

nyeri yang paling penting dinilai adalah PAIN:

Pattern (pola-nya), Area, Intensitas dan Nature (sifat-nya)

a. Pola nyeri (pattern of pain)

Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi dan

interval tanpa nyeri. Oleh karena itu, petugas kesehatan

dapat menentukan kapan nyeri dimulai; berapa lama

nyeri berlangsung; apakah nyeri ini berulang; dan jika

ya, lamanya interval tanpa nyeri; dan kapan nyeri

terakhir terjadi. Pola nyeri diukur dengan

menggunakan kata-kata (verbal). Ibu diminta untuk

menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan,

intermiten atau transiet. Ibu juga ditanyakan waktu dan

kapan nyeri mulai berlangsung dan berapa lama nyeri

berlangsung untuk mengukur saat serangan nyeri dan

durasi nyeri.

b. Area nyeri (Area of Pain)


Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri

terasa. Petugas kesehatan dapat menentukan lokasi

nyeri dengan menanyakan pada pasien untuk

menunjukkan area nyeri pada tubuh.

c. Intensitas nyeri (Intensity of Pain)

Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa.

Intensitaas nyeri dapat diukur dengan menggunakan

angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.

d. Sifat nyeri (Nature of Pain)

Sifat nyeri adalah bagaimana nyeri terasa pada pasien.

Sifat nyeri/kualitas nyeri dengan menggunakan kata-

kata. Menurut Wiarto (2017),

Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur

skala nyeri, yaitu:

1) Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan

telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau

nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala

numerik dari 0 hingga 10, dibawah ini, nol (0)

merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,

sedangkan sepuluh (10) merupakan suatu nyeri

yang sangat hebat.


Gambar 2.2 Numeric Rating Scale (NRS) (Sumber: Wiarto, 2017, p. 17)

b. Visual Descriptif Scale (VDS)

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus tanpa

angka. Bisa bebas mengekspresikan nyeri, arah kiri menuju tidak

sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira

nyeri yang sedang. Pasien diminta menunjukkan posisi nyeri

pada garis antara kedua nilai ekstrem. Bila Anda menunjuk

tengah garis, berarti menunjukkan nyeri sedang.

c. Visual Analogue Scale (VAS)

Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan

menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Skala berupa suatu

garis lurus yang panjangnya biasanya 10 cm (atau 100mm) dengan

penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya seperti angka

0 (tanpa nyeri) sampai angka 10 (nyeri hebat).


Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS) (Sumber: Wiarto, 2017)

Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas

nyeri pada skala 1 sampai 3, rasa nyeri seperti gatal atau tersetrum

atau nyut-nyutan atau melilit atau terpukul atau perih atau mules.

Intensitas nyeri pada skala 4 sampai 6, seperti ham atau kaku atau

tertekan atau sulit bergerak atau terbakar atau ditusuk-tusuk. Sangat

nyeri pada skala 7 sampai 9 tetapi masih dapat dikontrol oleh klien.

Intensitas nyeri sangat berat pada skala 10 nyeri tidak terkontrol

(Potter & Perry 2005).

a. Wong-Baker FACES Pain Ratting Scale

Skala ini terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum hal ini

menunjukkan tidak adanya nyeri kemudian secara bertahap

meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih,

sampai wajah yang sangat ketakukan hal ini menunjukkan nyeri yang

sangat hebat (Potter & Perry, 2005).


Gambar 2.4 Wong-Baker FACES Pain Ratting Scale (Sumber: Wiarto,

2017)

Keterangan dari gambar diatas adalah angka 0 menunjukkan sangat

bahagia sebab tidak ada rasa sakit, angka 2 menunjukkan sedikit

mneyakitkan, angka 4 menunjukkan lebih menyakitkan, angka 6

menujukkan lebih menyakitkan lagi, angka 8 menunjukkan jauh lebih

menyakitkan dan angka 10 menunjukkan benar-benar menyakitkan.

2.3 Konsep Aromaterapi Lavender

2.3.1 Definisi

Aromaterapi adalah salah satu jenis pengobatan

alternatif yang menggunakan bahan cairan tidak menimbulkan

efek samping bagi tubuh. Aromaterapi dikenal sebagai minyak

esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang

bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan

seseorang, mengurangi stres, menenangkan pikiran,

membangkitkan semangat dan meningkatkan konsentrasi.

Aromaterapi yang dapat digunakan adalah aromaterapi

lavender (Widyarto, 2015).

2.3.2 Essential Oil

Essential oil atau disebut “sumber kehidupan” dari

tumbuhan.Cairan murni ini disuling dari berbagai bagian

tanaman (Hutasoit, 2002)


Struktur minyak esensial sangatlah rumit, terdiri dari

berbagai unsur senyawa kimia yang masing-masing mempunyai

khasiat terapeutik serta unsur aroma tersendiri dari setiap

tanaman. Essential oil mempengaruhi tubuh dengan tiga cara:

secara fisik/tubuh, kulit, rambut dan organ tubuh; secara energi-

aura dan pikiran secara sadar dan dibawah sadar

(Poerwardi,2006)

Essential oil yang digunakan disini merupakan cairan

hasil sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji,

getah, daun dan rempah-rempah yang memiliki khasiat untuk

mengobati. Proses penyulingan bisa berbeda-beda, tergantung

dari jenis dan tanamannya.Proses penyulingan yang paling

populer dewasa ini ialah dengan menggunakan uap (Hutasoit,

2002).

Proses penyulingan dimulai dengan menempatkan

bagian dari tanaman yang mengandung minyak dalam tong

yang terbuat dari stainless steel kemudian dipanaskan. Uap

yang ada menimbulkan tekanan pada tanaman tersebut,

sehingga mengeluarkan essential oil dari sel-selnya. Setelah

didinginkan, cairan ini secara alami terpisahkan dari air.

Residu air yang tertinggal, biasanya digunakan untuk

kebutuhan kosmetik yang dikenal dengan sebutan “floral

water” atau “air bunga” (Hutasoit, 2002). Menurut Poerwardi

(2006 ) beberapa minyak esensial yang


2.3.3 Cara Kerja Aromaterapi Lavender

Akses aroma lavender melalui hidung merupakan rute

yang jauh lebih cepat dibanding cara lain dalam penangulangan

problem emosional seperti stress dan depresi, termasuk berbagai

jenis sakit kepala (nyeri), karena hidung mempunyai kontak

langsung dengan bagian -bagian otak yang bertugas merangsang

terbentuknya efek yang di timbulkan oleh minyak lavender,

hidung sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya

memodifikasi suhu dan kelembaban udara yang masuk serta

mengumpulkan benda asing yang mungkin ikut terhirup. Saraf

otak (cranial) pertama bertanggung jawab terhadap indera

pembau dan menyampaikan pada sel - sel reseptor. Ketika

minyak lavender dihirup, molekul yang mudah menguap

(volatile) dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap”

hidung dimana silia – silia yang lembut muncul dari sel-sel

reseptor. Ketika molekul- molekul itu menempel pada rambut

rambut tersebut, suatu pesan elektronika akan ditransmisikan

melalui bola dan saluran olfaktori ke dalam sistem limbic. Hal

ini akan merangsang memori dan respons emosional.

Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator,

memunculkan pesan – pesan yang harus disampaikan ke bagian

lain otak serta bagian badan yang lain. Pesan yang di terima itu

kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan


senyawa elektrokimia yang menyebabkan euporia, relaks, atau

sedatif. Sistem limbik ini terutama digunakan dalam ekspresi

emosi. Dalam hal ini ( inhalasi) dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti : inhalasi dengan menggunakan botol

semprot, inhalasi dengan dihirup dengan tissue, dihirup melalui

telapak tangan dan penguapan ( Dwijayanti, 2014 ).

2.3.4 Aplikasi Minyak Lavender

a. Melalui indra penciuman

Cara paling sederhana adalah dengan mencium aroma

dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut aroma-

terapi. Untuk dapat dicium, suatu objek harus bersifat mudah

menguap atau dapat larut dalam air (water soluble) ataupun

larut dalam lemak (lipid soluble). Selaput plasma terbentuk

dari lemak. Pada saat tercium, suatu aroma melebur dalam

lipid agar dapat tertangkap oleh rambut-rambut penciuman

(olfactory cilia). Pesan aroma tersebut lalu dikirim ke otak

yang akan meneruskan pesan ke thalamus untuk

mengidentifikasikan aroma. Setelah bau ter identifikasikan,

maka bau diteruskan ke bagian yang bernama hypothalamus

untuk menjelaskan hal yang mengingatkan pada aroma

tersebut. Misalnya bau harum melati mengingatkan kita akan

bau kamar pengantin (Poerwadi, 2006).


Menurut (Hutasoit,2002) beberapa bahan yang diperlukan

untuk memulai aromaterapi adalah:

1) Anglo pemanas (oil burner/vaporizer)

Oil burner yang ideal memiliki mangkuk yang terbuat

dari keramik.Gunanya, agar essentsial oil tidak

meresap atau merembes keluar.Nyalakan lilin yang

berada dibawah mangkuk, isi mangkuk dengan air,

diamkan hingga panas. Setelah itu tuangkan 2-3 tetes

essensial oil ke dalam mangkuk yang berisi air hangat

tadi.

2) Lilin pemanas kecil (tea candle)

Jenis lili yang baik ialah yang terbuat dari beeswax

atau lilin tawon,karena dapat bertahan hingga 8 jam.

3) Kotak kayu

Essential oil yang baik di kemas dalam botol kaca

berwarna gelap (cokelat, hijau atau biru tua),

kemudian simpan essential oil tersebut dalam kotak

kayu. Hindari dari sinar matahari dan lembab seperti

kamar mandi.

b. Penyerapan melalui kulit

Pada saat membalurkan minyak esensial yang telah

dicampur dengan minyak dasar pada kulit, minyak tersebut


akan diserap oleh pori-pori dan diedarkan oleh pembuluh

darah ke suluruh tubuh. Prosees penyerapan ini terjadi sekitar

20 menit (Poerwadi, 2006,).

(Menurut Hutasoit ,2002) beberapa cara yang dapat

dilakukan yaitu:

1) Kompres

Biasanya kompres dilakukan untuk

menanggulangi pembengkakan, mengurangi rasa sakit

atau menurunkan suhu badan tinggi. Tuangkan 5 tetes

dari 3 jenis essential oil (jika ingin dikombinasikan)

ke dalam baskom yang berisikan air hangat atau

dingin, rendam handuk kecil, peras dan letakkan pada

area yang memerlukan.

2) Pijat

Cara yang satu ini sangat digemari untuk

menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki

sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk

mengeluarkan racun sera meningkatkan kesehatan

pikiran. Kombinasikan essential oil dengan carrier oil-

2:1 yaitu 2 tetes essential oil ditambah 1 militer

minyak pijat.

3) Baluran
Pilih essential oil yang telah di campur dengan

carrier oil (minyak dasar) lalu balurkan pada tubuh

setelah mandi.

4) Berendam

Berendam dalam air hangat untuk

mengendurkan otot yang tegang, mengurangi rasa

sakit, pegal dan dapat membantu agar tidur lebih lelap.

Tuangkan 2-3 tetes essential oil kedalam bak mandi.

5) Semprot

Campurkan kira-kira 90 ml air dengan 5 tetes

dari 3 jenis essential oil di dalam botol yang memiliki

alat penyemprot. Semprotkan pada tubuh sebagai

penyegar.

2.3.5 Jenis Aromaterapi

a. Basil (Ocimum basilicum)

Rempah yang satu ini banyak digunakan dalam

pengobatan tradisional India yang dikenal dengan nama

Ayurverda. Sarinya diambil dari bagian bunga rempah. Dapat

meningkatkan ketegasan, konsentrasi, rasa percaya diri,

perasaan bahagia, seimbang, kejernihan pikiran, relaksasi,

keyakinan dalam pengambilan keputusan. Selain itu dapat

mengurangi masalah pernapasan, rasa takut, depresi,

kelelahan menta, insomnia dan kegelisahan hysteria.


b. Ylang-Ylang (Canagium odaratum)

Bunganya berbagai warna tetapi, yang kuning

memberikan essential oil terbaik. Minyak murni ini memiliki

efek menyeimbangkan hormon. Sari minyaknya diambil dari

bagian bunganya. Kegunaannya dapat meningkatkan

sensualitas, perasaan gembira, kehangatan, rasa percaya diri,

keterbukaan, relaksasi, rasa nyaman dan rasa tentram. Dapat

mengurangi depresi, kesulitan tidur, rasa tegang, stress saat

menstruasi, lemah seksual, perasaan frustasi, rasa labil dan

rasa bersalah.

c. Tea-tree (Melaleuca alternifolis)

Essential oil ini sangat baik untuk menangani bau

kaki dengan cara dicampur dengan air hangat sebagai

rendaman. Baik untuk masalah kulit seperti bercak dan

jerawat. Sari minyaknya diambil dari bagian daun. Selain itu

dapat meningkatkan keberanian, rasa percaya diri, kesehatan

mental dan energi. Dapat pula mengurangi masalah

pernapasan dan flu.

d. Geranium (Pelargonium graveolens)

Jenis tanaman satu ini sangat banyak. Bunganya

beraneka warna.Sari minyaknya didapat dari bunga rempah.

Dapat meningkatkan ketenangan, keseimbangan, rasa

nyaman, bahagia, rasa aman, rasa percaya diri, pemikiran

yang logis. Dapat pula mengurangi masalah menopause,


stress, depresi, pengusir serangga, rasa cemas, emosional,

sering terjadinya perubahan sikap.

e. Lavender (Lanvandula officinalis)

Bunganya berwarna lembayung muda, memiliki

aroma yang khas dan lembut sehingga dapat membuat

seseorang menjadi rileks ketika menghirup aroma lavender.

Tanaman lavender kini dibudidayakan di berbagai penjuru

dunia, sari minyaknya diambil dari bagian pucuk bunga yang

memililki komponen kimia utama yaitu linalil asetat dan

linalool (Hutasoit, 2002).

Minyak esensial lavender diserap oleh tubuh melalui

dua cara yaitu indra penciuman dan melalui kulit. Cara paling

sederhana melalui indra penciuman, oleh sebab itu terapi ini

disebut aroma – terapi. Indra penciuman dapat merangsang

daya ingat yang bersifat emosional dengan memberikan

reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangat lembut

dan menyenangkan dapat membangkitkan semangat maupun

perasaaan tenang dan santai (Poewardi, 2006).

Manfaat lavender dapat membantu keseimbangan

fisik dan mental. Aroma dan kelembutan minyak esensial

dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Secara fisik dapat

mengurangi nyeri dan secara psikis dapat mengurangi

ketegangan, rasa tertekan, stres dan emosi tidak seimbang

serta dapat meningkatkan ketenangan (Hutasoit, 2002).


Untuk dapat dicium, suatu objek harus bersifat mudah

menguao atau dapat larut dalam air (water souble) ataupun

larut dalam lemak (lipid- souble). Selaput plasma hidung

terbentuk dari lemak (lipid). Pada saat tercium, suatu aroma

melebur dalam lipid agar dapat tertangkap oleh rambut-

rambut penciuman (olfactory cilis). Pesan aroma tersebut lalu

dikrim ke otak yang akan meneruskan pesan ke thalamus

untuk mengindentifikasikan aroma. Setelah bau

teridentifikasi, maka bau diteruskan ke bagian yang bernama

hypothalamus untuk menjelaskan halyang mengingatkan kita

pada aroma tersebut (Poerwadi, 2006).

Penelitian Azima, dkk (2014) di Hospitals of Shiraz

University of Medical Science Shiraz, Iran terhadap 160

responden primipara menyatakan bahwa aromaterapi

mempengaruhi tubuh melalui tiga cara yaitu efek

farmakologis dari hormon dan enzim yang dapat

menyebabkan perubahan kimia dalam tubuh; efek

psikologis, termasuk efek relaksasi dan sedatif pada tubuh;

dan dampak fisiologis akibat respons otak terhadap

penghirupan aroma. Studi yang dilakukan pada masalah ini

menunjukkan bahwa aroma lavender menekan sistem saraf

simpatik (Heuberger et al, 2004; Toda et al, 2008).

Senyawa volatile dapat masuk ke aliran darah melalui

mukosa hidung atau paru-paru, atau langsung menuju inti


saraf penciuman dan melewati sistem limbic yang dapat

mempengaruhi sistem saraf simpatik (Toda and

Morimoto,2008). Burns et al (2000) dalam Azima, dkk

(2014) menyatakan bahwa aromaterapi lavender

mempengaruhi intensitas nyeri perineum dan kecemasan ibu

setelah melahirkan merupakan faktor penting dalam tingkat

keparahan nyeri perineum.

Minyak aromaterapi mengurangi hormon stress dan

meningkatkan sekresi beta-endorfin, dengan demikian

persepsi nyeri perineum berkurang. Hur dan Park (2003)

menyatakan bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan

nyeri perineum pada ibu post partum

2.4 Konsep Episiotomi

2.4.1 Definisi

Episiotomi adalah suatu sayatan di dinding belakang

vagina agar bukaan lebih lebar sehingga bayi dapat keluar

dengan lebih mudah. Dapat di mengerti jika kaum wanita

khawatir kalau-kalau sayata atau robekan akan memengaruhi

vagina dan perineum ( kulit antara vagina dan anus) sehingga

kelak hubungan seksual akan menyakitkan, atau area tersebut

menjadi jelek, atau tidak memungkinkan penggunaan tampon.

Di anjurkan untuk melakukan episiotomi pada

primigravida atau pada wanita dengan perineum telah kaku.


Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah menipis dan

kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.

Pada masa lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara

rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk

mencegah trauma pada kepala janin, mecegah kerusakan pada

spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang

mendukung manfaat episiotomi (Enkim,Keiser,Renfew Dan

Nelson,1995; Wooley, 1995).

2.4.2 Jenis Episiotomi

a. Episiotomi mediana

Di kerjakan pada garis tengah ,keuntugan episiotomi mediana

ialah tidak menimbulkan perdarahan banyak dan penjahitan

kembali lebih mudah, sehingga sembuh per primam dan

hampir tidak berbekas. Bahayanya ialah dapat menimbulkan

ruptur perinei totalitis. Dalam hal ini muskulus sfingter ani

eksterus dan rektum ikut robek pula. Perawatan ruptura

perinei totalitis harus di kerjakan serapi- rapinya, agar jangan

sampai gagal dan timbul inkontinensia alvi.

b. Episiotomi mediolateral
Di kerjakan pada garis tengah yang dekat muskulus sfingter

ani, dan di perluas ke sisi

c. Episiotomi lateral

Yang sering terjadi perdarahan

2.5 Konsep perineum

2.5.1 Definisi

Perineum adalah otot, ,kulit dan jaringan yang ada

diantara kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada

perineum sering terjadi saat proses presalinan. Hal ini karna

desakan kepala atau bagian tubuh janian secara tiba-tiba,

sehingga kulit dan jarinag perineum robek.

Berdasarkan tingkat keparahanya, trauma perineum di

bagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma dearajat satu di

tandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran

vagina. Perdahannya biasa sedikit. Trauma derajat dua, luka

sudah mencapai otot. Trauma derajat tiga dan empat meliputi

daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat empat telah

mencapai otot –otot anus, sehingga perdarahan nya pun lebih

banyak. Trauma perineum lebih sering terjadi pada keadaan –

keadaan seperti ukuran janin telalu besar, proses persalinan yang

lama, serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)

Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa

nyeri yang bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan.


Terkadang dokter/bidan melakukan episiotomi, yaitu

mengguntung perineum untuk mengurangi trauma berlebihan

pad daerah perineum dan mencegah robekan perineum yang

tidak beraturan. Dengan episiotomi, perineum di gunting agar

jalan lahir lebih luas. Dengan demikian perlukaan yang terjadi

dapat diminimalkan

2.6 Luka Di Jalan Lahir

2.6.1 Definisi

Perdarah dalam keadaan di mana plasenta telah lahir

lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat di pastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir perlukaan

jalan lahir terdiri dari

2.6.2 Jenis-jenis robekan

a. Robekan perineum

Robekan perineum terjadi hampir semua pesalinan

pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

tengah dan bisa menjadi laus apabila kepala janin lahir terlalu

cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasanya, kepala

janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang

lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.

Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan

yang membentuk perinium ( Cunningham,1995). Terletak


antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm

(Prawirohardjo,1999). Jaringa pertama menopang pirinium

adalah diafragma pelvis dan urogenital.diafragma pelvis

terdidri dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di

bagian posterio serta selubung fasia dari otot-otot ini.

Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar

bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior.

Dari permukaan dalam spina ishiaka dan fasia obturatorius.

Serabut otot berinsersi pada tempat –tempat berikut

ini.di sekitar vagina dan rektum, membentuk sfingter yang

efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah di bawah

rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak

di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga

antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma

urogenital terdiri dari muskulus perinialis trans versalis

profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia

interna dan eksterna( Cunningham,1995)

Persatuan antara mediana levatorani yang terletak

antara anus dan vagina di perkuat oleh tendon sentralis

perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus

perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna.

Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan

merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama

persalinan, kecuali di lakukan episiotomi yang memadai pada


saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi yang

memadai pada saat yang tepat, infeksi setempat pada luka

episiotomi yang memadai pada saat yang tepat, infeksi

setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa

puerperium yang paling sering di temukan pada genetalia

eksterna.

Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat

persalinan pada bagian perinium di mana muka janin

menghadap (Prawirohardjo S,1999). Luka perinium, dibagi

atas 4 tingkatan :

1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina

dengan atau tanpa mengenai kulit perinium

2) Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina

dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai

spingter ani

3) Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan

otot spingter ani

4) Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum

b. Robekan Serviks

Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9

bibir depan dan bibir belakang serviks di jepit dengan klem

fenster kemudian serviks di tarik sedikit untuk menentukan

letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan di jahit


dengan catgut kromik dari ujung untuk menghentikan

perdaraham

c. Ruptur uteri

Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus

uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau

persalinan yang lama, presentasi abnormal ( terutama terjadi

penipisan pada segmen bawah uterus ).

2.7 Kerangka konsep

Post Partum Tindakan


Spontan Episiotomi
Pada
Perineum&
Nyeri Pada
Perineum

Farmakologis Non farmakologis

Obat-obatan Aromaterapi

Analgesik Lavender

Sumber : Bobak (2004), Koensoemardiyah


(2009),Primidiati(2002),Potter&Perry(2006) Masuk ke hidung melalui bulbus
olfactory

Menuju sasaran yaitu sistem limbik


 Amygdale
 Hippocampus

Sistem Endokrin

Kelenjar Pituitari

Hormon Endorfin

Tenang Penghilang Raphe


Relaks Rasa Sakit Nucleus
Alami Dan
Penghasil
Perasaan
Sejahtera
BAB III
Sekresi

Nyeri Perineum Serotinin


Berkurang nn
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitia ini adalah deskriptif dengan menggunakan

metode pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang

dilakukan dengan meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus

yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok pertanyaan yang berkenan

dengan “how” atau “why”. Unit tunggal dapat berarti 1 orang atau

sekelompok pendudukan yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo,

2012).

Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pengurangan

nyeri pada ibu post partum sesudah dilakukan pemberian aromaterapi.

Penelitian study kasus ini bertujuan untuk menganalisis penerapan

aromaterapi lavender untuk menurunkan skala nyeri perineum pada

ibu post partum di ruang an-nissa RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau tahun 2020

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah klien post partum di ruang rawat

inap RS Siti Aisyah Kota Lubuklinggau tahun 2019. Adapun kriteria

inklusi dan eksklusi subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kriteria inklusi :
1. Ibu post partum yang bersedia menjadi responden

penelitian.

2. Ibu post partum hari ke 1

3. Ibu post partum yang kooperatif dengan perawat.

4. Ibu post partum yang melahirkan normal (pervaginam)

dan mengalami ruptur derajat 2

5. Ibu post partum yang mengalami jahitan perineum

6. Ibu post partum yang bertempat tinggal di kota

lubuklinggau.

Kriteria eksklusi :

1. Ibu post partum yang melahirkan dengan tindakan operasi

atau vakum

2. Ibu post partum yang mengalami vaginitis, hematom dan

abses di perineum

3. Ibu post partum yang memiliki riwayat alergi obat

4. Ibu post partum yang memiliki penyakit asma

3.3 Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah penerapan

aromaterapi lavender untuk menurunkan skala nyeri perieum pada

ibu post partum di Ruang An-nissa RSUD Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau Tahun 2020.

3.4 Definisi Operasional


1. Post partum adalah suatu masa kelahiran sampai masa pemulihan

organ-organ reproduksi kembali normal dengan waktu 6-8 minggu.

2. Aromaterapi lavender Terapi yang menggunakan essential oil atau

sari minyak murni aroma lavender.

3. Nyeri perineum 0 : tidak nyeri 1-3 : nyeri ringan 4-6 : nyeri sedang

7-9 : nyeri berat 10 : nyeri sangat berat

3.5 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan

observasi langsung pada ibu post partum di Ruang An-nissa

RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau setelah di berikan

aromaterapi lavender.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah berupa lembar ceklist untuk mengetahui

penurunan nyeri setelah di berikan aromaterapi lavender, yang

dirancang oleh penulis sesuai dengan tujuan yang diinginkan

(Nursalam, 2008).

3.6 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan di Ruang An-Nisa RSUD Siti Aisyah

Kota Lubuklinggau.

3.7 Analisa Data dan Penyajian Data


3.7.1 Analisa data

Pengolaan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis

desriptif adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendiskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu

kesimpulan (Notoatmodjo, 2014).

3.7.2 Penyajian Data

Setelah dilakukan pengolaan data dan didapatkan hasil

penelitian, maka data hasil penelitian akan disajikan dalam

bentuk teks (tekstular) dan tabel.

3.8 Etika Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo (2014), secara garis besar dalam

melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus

dipegang teguh yakni:

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for

Human Dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak

subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan

penelitian. Disamping itu, penelitian juga memberikan

kebebasan kepada subjek untuk berpartisipasi atau tidak dalam

penelitian.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Penelitian

(Respect for Privacy and Confidentially) Peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan

identitas subjek.
3. Keadilan dan Inklusivitas/keterbukaan (Respect for Justice an

Inclusiveness) Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh

penelitian dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian.

Untuk itu, lingkungan peneliti perlu dikondisikan sehingga

memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa

semua objek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan

yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan

sebagainya.

4. Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits) Sebuah penelitian hendaknya

memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat

pada umumnya, dan subjek penelitian pada khusunya.

Penelitian hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subjek.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai