Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. M DENGAN POST SECTIO CAESARIA


DIRUANG MATERNITAS GARUDA 6
RSUD BANTEN

Oleh :
Riki Septiawan
21292031023

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES FATIR HUSADA TANGERANG
TAHUN 2022
Jl. Raya Saga - Bunar No.20, Saga, Kec. Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten 15610

i
HALAMAN PENGESAHAN

Askep ini di Ajukan Oleh :


Nama : Riki Septiawan
NIM : 21292031023
Program Studi : Profesi Ners
Judul ASKEP : Asuhan Keperawatan pada Pasien ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Diruang Maternitas Garuda 6 RSUD Banten

Telah Mendapatkan Perstujuan Dari Pembimbing Akademik Dan Pembimbing Lahan


pada tanggal 10 Juli 2022

DEWAN PEMBIMBING

Pembimbing Akademik : Antonius Rino Vanchapo, S.Kep.,M.MKes (__________)


NIDN. 0825118801

Pembimbing Lahan : Neneng Mir’atul J, S.Kep.,Ners (__________)


NIP. 19870618 201503 2 002

Mengetahui,

Ketua STIKes Faathir Husada Ketua Program Studi Profesi Ners


STIKes Faathir Husada

Antonius Rino Vanchapo, S.Kep.,M.MKes Ns. Mizwar Taufiq Pirmansyah, M.Kep


NIDN. 0825118801 NIDN. 0404019103

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea
di RSU Banten”. Sholawat serta salam juga tidak lupa
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Karena berkat
rahmat dan hidayahnyalah yang menghantarkan kita semua dari jalan yang gelap
gulita menuju kejalan yang terang benderang seperti saat ini.
Laporan pendahaluan dan asuhan keperawatan maternitas ini dibuat dalam rangka
sebagai laporan tugas keperawatan maternitas di program profesi ners di STIKes Fathir
Husada.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iv
BAB I TINJAUAN TEORI
Pengertian ................................................................................................................. 1
Indikasi...................................................................................................................... 3
Patofisiologi... .......................................................................................................... 5
Patway.......... ............................................................................................................ 6
Komplikasi................................................................................................................ 7
Penatalaksanaan........................................................................................................ 7
Asuhan Keperawatan................................................................................................ 9
Pemeriksaan Penunjang............................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 16
Perencanaan Keperawatan ....................................................................................... 17
Implementasi Keperawatan ..................................................................................... 18
Evaluasi Keperawatan ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 20
ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... 21

iv
BAB 1
Tinjauan Teori

1. Pengertian
Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya memotong. Seksio Cesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2017).

Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari
rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991 dalam
Maryunani, 2016).

Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu
(laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam
Maryuani, 2017).

Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
(Prawirohardjo, 2016).

2. Jenis Seksio Sesaria

Menurut Prawirohardjo (2016) Liu (2007) Oxorn dan Forte (2016) terdapat beberapa jenis seksio
cesarea, yaitu :

1) Seksio cesarea klasik : Pembedahan secara Sanger.

1
Insisi ini ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus. Indikasi penggunaanya
meliputi :
a. Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
b. Jika akses ke segmen bawah terhalang oleh pelekatan ibroid uterus
c. Jika janin terimpaksi pada posisi tranversa
d. Pada keadaan segmen bawah vascular karena plasenta previa anterior
e. Jika ada karsinoma serviks
f. Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu. Kerugian:
a) Hemostasis lebih sulit dengan insisi vascular yang tebal
b) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
c) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
d) Penyembuhan terhambat karena involusi miometrial
e) Terdapat lebih besar risiko rupture uterus pada kehamilan berikutnya.

1) Seksio cesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower segmen caesarean


section).

2) Seksio cesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio


histerektomi). Pembedahan ini merupakan section caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus.
Indikasi :
a. Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal
b. Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus placenta previa dan
abruption placentae tertentu
c. Placenta accrete
d. Fibromyoma yang multiple dan luas
e. Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium
f. Rutur uteri yang tidak dapat diperbaiki
g. Sebagai metode sterilisasi kalau kelanjutan haid yang tidak dikehendaki demi
alasan medis

2
h. Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus
i. Pelebaran luka insisi yang mengenai pembuluh-pembuluh darah
sehingga perdarahan tidak bias dihentikan dengan pengiatan ligature.

3) Seksio cesarea ekstraperitoneal Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya


histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisata yang sering bersifat fatal.

1. Indikasi Seksio Cesarea


Indikasi seksio Cesarea menurut Rasjidi (2017) yaitu :
a. Indikasi mutlak
a) Indikasi ibu
 Panggul sempit absolut
 Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
 Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
 Stenosis serviks/vagina.
 Plasenta previa
 Disproporsi sefalopelvik
 Ruptura uteri membakat.

b) Indikasi janin
 Kelainan letak
 Gawat janin
 Prolapsus plasenta
 Perkembangan bayi yang terlambat
 Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.

b. Indikasi relatif
a) Riwayat seksio cesarea sebelumnya

3
b) Presentasi bokong
c) Distosia
d) Fetal distress
e) Preeklamsi berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
g) Gemeli, menurut Eastman, seksio cesarea dianjurkan :
 Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
 Bila terjadi interlock
 Distosia oleh karena tumor
 IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

c. Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
b) Wanita yang ingin seksio cesarea elektif karena takut bayinya mengalami
cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi risiko kerusakan
dasar panggul
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.

d. Kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2018) kontraindikasi dari seksio cesarea adalah:
a) Janin mati
b) Syok
c) Anemia berat
d) Kelainan kongenital berat
e) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f) Minimnya fasilitas operasi seksio cesarean

4
2. Patofisiologi
Seksio Caesarea Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut, kegagalan
melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir
yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik, ruptura uteri membakat, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal
dari janin seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang
terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.

Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai dikarenakan lebih aman
untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat mempengaruhi tonus otot pada
kandung kemih sehingga mengalami penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi
urin.

Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan terputusnya
inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi. Hal tersebut
merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat
menyebabkan munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya
hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah
keperawatan defisit perawatan diri.

Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi terhadap
masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak dilakukan
perawatan luka yang baik.

5
3. Pathway
Indikasi ibu Indikasi bayi
Sectio Caesarea

luka section pengaruh anastesi Adaptasi post partum


caesaria spinal
kurang pengetahuan
Trauma jaringan Tonus otot kandung kemih menurun

Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung kemih

Histamin dan Proteksi Kurang Perubahan eliminasi urin


prostaglandin
keluar
Invasi Bakteri Gangguan Eliminasi Urin

Merangsang area
sensorik Resti Infeksi

Nyeri Akut Gangguan Mobilisasi Fisik Defisit Perawatan Diri

6
4. Komplikasi
Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika
urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan,
infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio cesarea
dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2019).

Menurut Rasjidi (2019) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada
persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat disingkirkan.
Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio
plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri.

Sementara itu menurut Leveno (2018) menyatakan bahwa komplikasi pascaoperasi seksio
sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran
kemih, dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan,
meskipun jarang, dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans.

5. Penatalaksanaan Post Sectio Caesarea


a. Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2019) yaitu:
a) Ruang Pemulihan Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan
yaitu memantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi
fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
b) Pemberian Cairan Intravena Perdarahan yang tidak disadari di vagina
selama tindakan dan perdarahan yang tersembunyi didalam uterus atau
keduanya, sering menyebabkan perkiraan kehilangan darah menjadi lebih
rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan
Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.

7
c) Tanda-Tanda Vital Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien
dilakukan setiap setengah jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam
selama minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital
yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah
perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
d) Analgesik Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa
Meperidin 75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg
intramuskuler.
e) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus Kateter vesika urinaria
biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi dilakukan.
Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah
operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
f) Pemeriksaan laboratorium Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari
stelah pembedahan. Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat
kehilangan darah yang banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-
tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.
g) Menyusui Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila
klien memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk
menopang payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.
h) Pencegahan infeksi pasca operasi Infeksi panggul pasca operasi
merupakan penyebab tersering dari demam dan tetap terjadi pada 20%
wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis. Sejumlah uji klinis
acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan
saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.
i) Mobilisasi Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan
dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post
operasi penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubahmenjadi
posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut selama hari
demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan,

8
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca
operasi sectio caesarea
j) Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih.

6. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Pola Pengkajian Pola Fungsional Dongoes (2016) dan Kozier & Erb (2019)
a) Aktivitas dan istirahat Gejala:
kelemahan dan keletihan, keterbatasan dalam ambulasi, perubahan pola
istirahat, dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor mempengaruhi tidur
misalnya nyeri dan ansietas.
b) Sirkulasi darah
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kurang lebih 600- 800 ml.
Volume darah menurun seperti sebelum hamil.
c) Integritas ego Gejala :
faktor stress ( keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran ) masalah dalam
penampilan, misalnya lesi dalam pembedahan, masalah tentang keluarga,
penolakan terhadap keadaan saat ini, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak bermakna, rasa bersalah dan depresi. Tanda : ansietas, terjadi
penolakan, menyangkal, menarik diri, marah, harga diri rendah.
d) Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang dengan urine berwarna jernih pucat.
Pasien yang tidak terpasang kateter tetap diajnurkan untuk melakukan
kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca bedah, kecuali jika pasien dapat
buang air kecil sebanyak 100 cc atau lebih dalam suatu jangka. Pasien
kemungkinan mengalami konstipasi dengan tanda adanya perubahan bising
usus dan distensi abdomen.
e) Makanan atau cairan

9
Gejala: Membran mukosa yang kering ( pembatasan masukan atau periode
puasa pre operatif dan post operatif ) anoreksia, mual, muntah, haus. Tanda:
antopometri
A : BB: TB:
B : Hemoglobin : Hematokrit(HCT) :
C : mukosa bibir kering
D :-
f) Neurosensori
Kerusakan gerakkan dan sensasi dibawah tingkatan anastesi spinal
epidural. Setalah 24 jam pasien boleh duduk, miring ke kanan, miring ke
kiri serta melipat kaki agar perdarahan lancar.
g) Nyeri atau ketidaknyamanan
Terdapat beberapa cara untuk mengkaji klien dengan nyeri. Diantaranya
adalah (pengkajian PQRST) :
 Lokasi Nyeri:
Untuk memastikan lokasi nyeri yang dialami klien, perawat harus meminta
klien menunjukan daerah yang dirasakan tidak nyaman bagi klien.
 Skala Intensitas atau Tingkat Nyeri Penggunaan skala intensitas
nyeri adalah metode yang mudah dalam menentukan intensitas
nyeri klien. Sebagian besar skala menggunakan rentang 0-10
dengan 0 mengindikasikan “tidak nyeri” dan nomor tertinggi
mengindikasikan “kemungkinan nyeri terhebat” bagi klien tersebut.
Dimasukanya kata-kata penjelas pada skala dapat membantu
beberapa klien yang mengalami kesulitan dalam menentukan nilai
nyerinya. Klien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling
baik mewakili intesitas nyerinya.

Tidak semua klien dapat mengerti atau menghubungkan nyeri yang


dirasakan pada skala intensitas nyeri berdasarkan angka. Anak-
anak yang tidak dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan
secara verbal dan klien lansia yang mengalami kerusakan kognitif

10
atau sulit berkomunikasi tidak dapat menghubungkan nyeri yang
dirasakan pada skala intensitas nyeri berdasarkan angka. Maka dari
itu skala tingkat nyeri wajah adalah cara yang efektif untuk klien
tersebut. Skala wajah memiliki skala nomor pada tiap ekspresi
sehingga intensitas nyeri dapat didokumentasikan. Jelaskan pada
klien bahwa setiap wajah adalah wajah seseorang, yang terlihat
bahagia karena ia tidak merasa nyeri (sakit) dan yang terlihat sedih
karena ia merasakan nyeri (sakit).
 Kualitas Nyeri Penjelasan dengan kata sifat membantu orang untuk
mengkomunikasikan kualitas nyeri. Beberapa istilah yang sering
digunakan klien untuk menggambarkan nyeri misalnya terasa
seperti terbakar, seperti tertusuk, panas, tidak dapat ditahan dll.
Perawat perlu mencatat kata-kata sebenarnya yang digunakan klien
dalam menggambarkan nyeri karena kata-kata klien lebih akurat
dan deskriptif.
 Pola Nyeri Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kapan
nyeri berulang. Perawat perlu menanyakan kepada klien saat kapan
nyeri terjadi, berapa lama nyeri berlangsung, dan apakah terjadi
nyeri berulang.
 Faktor Presipitasi Aktivitas tertentu terkadang dapat
mengakibatkan nyeri. Seperti aktivitas-aktivitas yang berat pada
seseorang yang berisiko mengalami nyeri akan menyebabkan nyeri
terjadi. Faktor lingkungan seperti kondisi dingin atau panas yang
ekstrem dan kelembaban yang ekstrem dapat mempengaruhi
terjadinya nyeri. Selain itu stressor fisik dan emosional juga dapat
menyebabkan nyeri terjadi.
 Faktor yang Meringankan Nyeri Perawat meminta kien untuk
menjelaskan apa saja yang sudah klien lakukan untuk membantu
meringankan nyeri misalnya dengan obat tradisional atau dengan
memperbanyak istirahat. Perawat perlu mengkaji efek dari setiap

11
tindakan yang dilakukan terhadap nyeri, apakah tindakan tersebut
dapat meringankan nyeri atau justru memperburuk nyeri.
 Gejala Terkait Gejala terkait seperti mual, muntah, pusing dan diare
juga termasuk dalam penilaian klinis nyeri. Gejala tersebut dapat
berhubungan dengan awitan nyeri dan akan menyebabkan
terjadinya nyeri.
 Respons Perilaku dan Fisiologis Terdapat bermacam-macam
respon yang dilakukan klien terhadap nyeri. Ekspresi wajah
seringkali merupakan respons perilaku seseorang terhadap nyeri.
Respon fisiologis bervariasi sesuai dengan asal dan durasi nyeri.
Pada saat nyeri berlangsung sistem saraf simpatis terstimulasi yang
akan mengakibatkan respons fisiologis seperti peningkatan tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, pucat, diaforesis dan dilatasi
pupil.
 Respons Afekif Respons afektif terjadi berdasarkan situasi, derajat,
durasi nyeri, dan interpretasi nyeri. Perawat perlu mengeksplorasi
dan memahami perasaan klien misalnya rasa cemas, takut,
kelelahan, dan depresi. Karena banyak klien dengan nyeri yang
kronik menjadi depresi karena nyeri yang dialaminya tidak kunjung
reda.
 Efek Nyeri pada Aktifitas Sehari-hari Perawat meminta klien untuk
menjelaskan bagaimana nyeri telah mempengaruhi aktivitas sehari-
harinya seperti tidur, konsentrasi, bekerja, hubungan interpersonal,
hubungan perkawinan atau seks, aktivitas rumah tangga, aktivitas
di waktu luang, dan status emosional. Dengan mengetahui
bagaimana efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari klien dapat
membantu perawat memahami prespektif klien terhadap keparahan
nyerinya.
 Sumber Koping Setiap individu akan menunjukkan koping mereka
terhadap nyeri. Perawat dapat mendorong cara yang digunakan
klien untuk dapat meringankan nyeri. Strategi tersebut dapat berupa

12
penggunaan distraksi, berdoa, kegiatan keagamaan, maupun
dukungan dari orang terdekat.
h) Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
i) Keamanan Balutan abdomen tampak sedikit atau kering dan utuh. Jalur
parenteral bila digunakan, paten dan sisi bebas aritmia, bengkak dan nyeri
tekan.
j) Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Terjadi
pengeluaran lokhea yaitu lokhea rubra pada hari pertama sampai ke tiga
masa post partum, lokhea serosa pada hari kelima sampai hari ke sembilan
post partum, serta lokhea alba pada hari kesepuluh sampai enam minggu
post partum.
k) Pembelajaran Respon klien terhadap ketidaktahuan
l) Higiene Dilakukan personal higiene yang mungkin dibantu pihak keluarga

b. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : baik, sedang, atau buruk.
b) Tingkat kesadaran : composmentis, sopor atau somnolen.
c) Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : Mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi.
Batas normal tekanan darah adalah 110/60-140/90 mmHg.
 Nadi : Mengetahui denyut nadi pasien sehabis operasi, denyut nadi
akan lebih cepat. Batas normal denyu nadi 50-90 x/menit.
 Suhu : Mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak,
jika terjadi kenaikan suhu diatas 37°C, kemungkinan terjadi infeksi.
Batas normal 35,6-37,7°C.
 Respirasi : Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit. Batas normal 18-24x/menit.
d) Kepala : perlu dikaji untuk mengetahui bentuk kepala dan kebersihan
rambut
e) Mata : perlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut, kebersihan mulut.

13
f) Hidung : perlu dikaji untuk mengetahui adanya polip atau tidak.
g) Telinga : perlu dikaji untuk mengetahui ada serumen atau tidak.
h) Mulut : perlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut dan kebersihan mulut.
i) Leher : perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid.
j) Dada : mengetahui kesimetrisan, massa, lesi, dan suara paru, dan keadaan
jantung.
k) Mammae : perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran atau tidak,
puting susu menonjol atau tidak.
l) Abdomen : perlu dikaji untuk mengetahui luka post operasi dan DRA
(Diastasis Rektus Abdominis). Pemeriksaaan diastasis rectie yaitu
tujuannya untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak.
m) Ekstremitas : perlu dikaji untuk mengetahui terdapat edema, varises, dan
reflek pattela, nyeri tekan, atau panas pada betis. Adanya tanda Homan,
caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan dilakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis,
disimpulkan terdapat tanda homan.
n) Genetalia : perlu dikaji untuk mengetahui kebersihan pada genetalia.
Adanya perdarahan pada vagina.

7. Pemeriksaan penunjang
1) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kecepatan jaringan
2) Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT
3) Pemindaian positron emission tomography (PET)
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik, atau aliran darah dalam otak
4) Uji laboratorium

14
 Fungsi lumbal Menganalisis cairan serebrovaskular
 Hitung darah lengkap Mengevaluasi trombosit dan hematokrit
 Panel elektrolit
 AGD
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

15
BAB II

Tinjauan Teori Keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik (prosedur operasi section caesaria) (D.0077)
2. Risiko infeksi bd tindakan invasivedan adanya luka Sectio Caesare (D.0142)
3. Defisit pengetahuan b.d perawatan melahirkan Caesarea (D.0111)

B. Rencana Asuhan Keperawatan

NO PRIORITAS TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1 1. Nyeri akut bd agen pencedera Setelah dilakukan asuhan 1) identifikasi skala 1) untuk mengetahui
fisik (prosedur operasi section keperawatan selama 3x24 nyeri seberapakah rasa
caesaria) (D.0077) jam maka nyeri akut teratasi 2) identifikasi lokasi, nyeri yang dialami
1. DS: dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, oleh pasien
 Pasien mengatakan 1) Kemampuan frekuensi, kualitas, 2) untuk mengetahui
nyeri pada bagian perut menuntaskan aktivitas intensitas nyeri lokasi nyeri dan skala
bekas oprasi. (5) 3) identifikasi faktor nyeri yang muncul
 P: luka oprasi 2) Keluhan nyeri (5) yang memperberat saat nyeri
 Q: tertusuk-tusuk 3) Meringis (5) dan memperingan 3) untuk mengetahui

 R: Perut bawah 4) Gelisah (5) nyeri apa saja yang

 S: 6-7 5) Kesulitan tidur (5) Terapeutik: memperberat dan

16
 T: Menetap 6) Menarik diri (5) 4) control lingkungan meringankan rasa
2. DO: 7) Ketegangan otot (5) yang memperberat nyerinya
 Pasien tampak meringis (L.08066) nyeri 4) untuk mengurangi

 Pasien tampak gelisah 5) fasilitasi istirahat rasa nyeri yang


dan tidur dirasakan psaien dan
Kolaborasi: memberikan
6) Kolaborasi kenyaman
pemberian analgetik 5) untuk mengurangi
jika perlu rasa nyeri yang
(I.08238) dirasakan pasien
6) untuk membantu
proses penyembuhan
pasien
2 Risiko infeksi bd tindakan Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1) mencegah infeksi dan
invasive dan adanya luka Sectio keperawatan selama 3x24 1) Monitor tanda dan mempercepat
Caesare (D.0142) jam maka risiko infeksi gejala infeksi lokal penyembuhan luka
1. DS: - teratasi dengan kriteria hasil: dan siskemik 2) memfasilitasi waktu
2. DO: 1) kebersihan tangan Terapeutik: istirahat pasien dan
 Terdapat luka insisi pada (5) 2) Batasi jumlah memperbaiki kondisi
abdomen 2) kebersihan badan (5) pengunjung pasien
3) demam (5) 3) cuci tangan sebelum 3) untuk mencegah
4) nyeri (5) dan sesudah kontak terjadinya resiko

17
 Luka bersih tidak 5) bengkak (5) dengan pasien dan infeksi
rembes dan tidak 6) nafsu makan (5) lingkungan pasien mikroorganisme dari
bengkak 7) kadar sel darah putih 4) pertahankan teknik lingkungan pasien
 Leukosit 11,26 (5) aseptic pada pasien dan tenaga kesehatan
(L.14137) berisiko tinggi 4) untuk mecegah
Edukasi: terjadinya infeksi
5) jelaskan tanda dan 5) untuk mengetahui
gejala infeksi tanda-tanda infeksi
6) ajarkan cara dan mencegah
mencuci tangan terjadinya infeksi
dengan benar sejak awal
7) anjurkan 6) mengurangi
meningkatkan kontaminasi
asupan nutrisi mikroorganisme
(I.14539) 7) untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan
mempercepat proses
penyembuhan
3 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1) untuk mengetahui
perawatan melahirkan Caesarea keperawatan selama 3x24 1) identifikasi kesiapan kesiapan dan
(D.0111) jam maka defisit dan kemampuan kemampuan pasien
1. DS: pengetahuan teratasi menerima informasi

18
 Pasien mengatakan dengan kriteria hasil : terapeutik: dalam menerima
kurang mengerti 1) perilaku sesuai 2) sediakan materi dan informasi
perawatan setelah anjuran (5) media pendidikan 2) materi dan media
kelahiran karena 2) kemampuan kesehatan pendidikan untuk
merupakan hal yang menjelaskan 3) jadwalkan membantu
baru pengetahuan tentang pendidikan mempermudah pasien
2. DO: suatu topik (5) kesehatan sesuai dalam menerima
 Pasien lebih sering 3) perilaku sesuai kesepakatan informasi kesehatan
bertanya mengenai dengan pengetahuan 4) berikan kesempatan 3) untuk membuat
perawatan melahirkan (5) untuk bertanya kontrak waktu dengan
4) pertanyaan tentang edukasi: pasien yang terjadwal
masalah yang 5) ajarkan perilaku 4) untuk memberikan
dihadapi (5) hidup bersih dan kesempatan pada
5) persepsi yang keliru sehat pasien untuk bertanya
terhadap masalah (5) (I.12383) hal yang belum
(L.12111) dipahami
5) untuk meningkatkan
pemahaman pasien
pada hal apa saja yang
mempengaruhi
kesehatan

19
DAFTAR PUSTAKA

Aprina dan Anita. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Sectio Caesarea
. Jurnal Kesehatan, 8 (1), 90-99

Aizid, R (2016). Sehat dan cerdas dengan terapi musik. Jogjakarta: laksana

Asmadi. (2018). Teknik Prosedural Keperawatan : Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika

Cahyono. (2017). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea Pada Hari Ke 1-2. Jurnal AKP, 5 (2), 13-18

Moorhead, S, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC), edisi 5. Jakarta : Elsevier

Liu, David T.Y. (2017). Manual Persalinan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN POST SECTIO CAESAREA
DIRUANG MATERNITAS GARUDA 6
RSUD BANTEN

RIKI SEPTIAWAN
21292031023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes FAATHIR HUSADA TAHUN 2022 -2023
Jl. Raya Saga - Bunar No.20, Saga, Kec. Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten 15610
FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Nama Mahasiswa : RIKI SEPTIAWAN


NIM : 21292031023
Tempat Praktek : RSUD BANTEN
Tanggal Pengkajian : 04-07-2022

Identitas Klien
Nama : Malikhah Binti Santi
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Palka Rt/Rw003 Kec.Pabuaran Kab.serang
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Tanggal masuk RS : 04-07-2022
Tanggal pengkajian : 04-07-2022
Sumber informasi : Keluarga terdekat
Keluarga yang dapat dihubungi : Maryam

Status Kesehatan Saat Ini


 Alasan kunjungan /keluhan saat ini:
Pada saat pengkajian didapati Keluhan Utama pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
bekas operasi

 Faktor pencetus :
tidak ada masalah selama kehamilan
 Lamanya keluhan :
pasien mengatakan tidak pernah mengalami hal ini karena kelahiran anak kedua
 Timbulnya keluhan:
Masih terasa bagian perut pasca operasi
 Faktor yang memperberat:
Nyeri pada bagin perut
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Berikan posisi nyaman relaksasi
 Diagnosa medic :
Post Sectio Caesarea

Riwayat Keluarga :
Genogram
Riwayat Kesehatan yang Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami :


Pasien mengatakan tidak pernah dirawat dan melahirkan di rumah sakit sebelumnya
2. Alergi : Tidak Ada.
3. Imunisasi : KB.
4. Kebiasaan merokok, kopi, obat, dan alcohol : Tidak Pernah .
5. Obat-obatan : Tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
S : 36.h
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
BB/TB : 55kg/155cm

Kepala
Bentuk : rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala, dan rambut tidak rontok
Mata : keadaan sclera tidak ikhterik, konjungtiva merah muda, kebersihan gigi dan mulut
normal, tidak ada oedem pada wajah
Hidung : Bentuk simetris, lesi,jejas (-), tidak ada sumbatan.
Mulut dan Tenggorok : Simetris, lesi, luka (-), gigi lengkap , mukosa bibir kering.
Pernafasan: Keadaan pernafasan baik tidak tampak sesak.
Sirkulasi: Tampak Baik
Nutrisi: Nutrisi baik, Minum susu dan buah2an.
Eliminasi: Eliminasi BAK dan BAB baik tidak ada kelainan.

Kesehatan Reproduksi : Kehamilan :

No. Gg. Proses Lama Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaan


Kehamilan Persalinan Persalinan Persalinan Persalinan Nifas Dan bayi anak saat ini
Laktasi
1 Anak Normal 9 bulan BPM Spontan Tidak ada Tidak baik
Pertama ada
2 Anak SC 9 bulan RSUD SC Tidak ada Tidak baik
Kedua BANTEN ada

Pemeriksaan payudara : Keadaan baik simetris keluhan payudara : Tidak ada

Pemeriksaan Genetalia : Tampak bersih keluhan genetalia : Tidak ada


Usia menarche : 12 – 13 tahun

Siklus menstruasi : 28 Hari Karakteristik menstruasi : nyeri perut, pinggul, stress.

Menopause: 12 Bulan sejak haid terakhir


keluhan yang muncul selama ini : Tidak ada

Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi :


Sejak kapan : Remaja
Upaya yang dilakukan : Pandu anak-anak remaja kita dengan memberikan informasi yang tepat
agar mereka tidak salah melangkah dalam seks dan kesehatan reproduksinya.
Pembedahan: Dengan operasi section caesarea

Pemeriksaan papsmear terakhir : Tidak Pernah

Neurologi : Dapat ditangani oleh dokter spesialis neurologi.

Muskuloskeletal/Integumen : Ekstremitas atas : tidak ada oedem, kekuatan otot baik, turgor baik
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem, genetelia vulva tidak ada oedem, tidak ada REEDA
Integumen : Terdapat luka dibagian perut pasca post op sectio caesarea

Riwayat Lingkungan: Pasien Ny.M tinggal di kec.pabuaran, kondisi rumah cukup bersih, ada
ventilasi, ada jendela, kamar Ny,M cukup bersih, kamar mandi dan wc bersih.

Aspek psikososial :

1. Pola pikir dan persepsi: klien mengatakan tidak ada yang berubah dari dirinya meskipun setelah
melahirkan

2. Suasana hati : klien selam berada di rs tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri yang
sehari hari merawat anaknya dan mendampingi suaminya, klien berharap cepat lekas
pulang, dan kembali menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu.
3. Hubungan/komunikasi : Hubungan dengan suaminya sangat baik dan harmonis dan saling
berkomunikasi selalu dengan baik.

4. Kebiasaan Seksual : ketika suami dan istri saling ingin melakukan seksual bersama.

5. Pertahanan koping : klien merasa senang dengan kelahirannya yang sekarang

6. Sistem Nilai dan kepercayaan : Istri menilai seorang suaminya tidak ada nilainya karena
sang suaminya selalu mengerti dan saling percaya satu sama lain kepada istri.

7. Tingkat perkembangan :

Pemeriksaan Penunjang :

Tanggal (04-07-2022)
1. Hb 12 g/dl
2. leukosit 11,26 10^3/µl
3. HT 36.0 %
4. trombosit 335 10^3/µl
5. eritrosit 37.0 10^6/µl
6. GDS 129 mg/Dl
7. ureum 19.5 mg/dl
8. creatinin 0,4 mg/dl
9. Elektrolit Natrium 132 mmol/L

Tanggal (05-07-2022)
10. Hb 12 g/dl
11. leukosit 10,56 10^3/µl
12. HT 34,8%
13. trombosit 310 10^3/µl
14. eritrosit 36.0 10^6/µl
15. GDS 128 mg/Dl
16. ureum 19.5 mg/dl
17. creatinin 0,5 mg/dl
18. Elektrolit Natrium 136 mmol/L

TERAPI MEDIS:
1. Cefotaxim 2x1gr Vial IV
2. Antrain 500 mg 3x1 Ampul IV
3. Ranithidin 3x1 Ampul IV
4. Asam mefenamat 3x1 Tablet Oral

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengelompokkan Data Kemungkinan Masalah Keperawatan


Penyebab/Patofisiologi
1. DS: Sectio Caesarea Nyeri akut bd agen pencedera
 Pasien mengatakan fisik (prosedur operasi
nyeri pada bagian Luka section caesaria section caesaria) (D.0077)
perut bekas oprasi.
 P: luka oprasi Trauma jaringan
 Q: tertusuk-tusuk
 R: Perut bawah Jaringan terputus

 S: 6-7
 T: Menetap Histamin dan prostaglandin
Keluar
2. DO:
 Pasien tampak
Merangsang area sensorik
meringis

Nyeri akut
 Pasien tampak gelisah

1. DS: - Sectio Caesarea Risiko infeksi bd tindakan


2. DO: invasivedan adanya luka
 Terdapat luka insisi Luka section caesaria Sectio Caesare (D.0142)
pada abdomen
 Luka bersih tidak
Trauma jaringan
rembes dan tidak
bengkak
Jaringan terbuka
 Leukosit 11,26

Proteksi kurang

Invasi bakteri

Resti infeksi

1. DS: Post SC Defisit pengetahuan b.d


 Pasien mengatakan perawatan melahirkan
kurang mengerti Adaptasi post partum Caesarea (D.0111)
perawatan setelah
kelahiran karena Defisit pengetahuan
merupakan hal yang
baru
2. DO:
 Pasien lebih sering
bertanya mengenai
perawatan melahirkan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik (prosedur operasi section caesaria) (D.0077)
2. Risiko infeksi bd tindakan invasivedan adanya luka Sectio Caesare (D.0142)
3. Defisit pengetahuan b.d perawatan melahirkan Caesarea (D.0111)
INTERVENSI KEPERAWATN

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri akut bd agen pencedera fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1) identifikasi skala nyeri
(prosedur operasi section caesaria) selama 3x24 jam maka nyeri akut teratasi 2) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(D.0077) dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS: 3) identifikasi faktor yang memperberat
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas
 Pasien mengatakan nyeri dan memperingan nyeri
(5)
pada bagian perut bekas Terapeutik:
2) Keluhan nyeri (5)
oprasi.
3) Meringis (5) 4) control lingkungan yang memperberat
 P: luka oprasi
4) Gelisah (5) nyeri
 Q: tertusuk-tusuk
5) Kesulitan tidur (5) 5) fasilitasi istirahat dan tidur
 R: Perut bawah
6) Menarik diri (5) Kolaborasi:
 S: 6-7 7) Ketegangan otot (5)
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika
 T: Menetap (L.08066)
perlu
DO:
(I.08238)
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak gelisah

2 Risiko infeksi bd tindakan invasive Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:


dan adanya luka Sectio Caesare selama 3x24 jam maka risiko infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
(D.0142) teratasi dengan kriteria hasil:
dan siskemik
DS: - 1) kebersihan tangan (5) Terapeutik:
DO: 2) kebersihan badan (5)
2) Batasi jumlah pengunjung
 Terdapat luka insisi pada 3) demam (5)
3) cuci tangan sebelum dan sesudah
abdomen 4) nyeri (5)
kontak dengan pasien dan lingkungan
 Luka bersih tidak rembes dan 5) bengkak (5)
pasien
tidak bengkak 6) nafsu makan (5)
4) pertahankan teknik aseptic pada pasien
 Leukosit 11,26 7) kadar sel darah putih (5)
berisiko tinggi
(L.14137)
Edukasi:

5) jelaskan tanda dan gejala infeksi


6) ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
7) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(I.14539)
3 Defisit pengetahuan b.d perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
melahirkan Caesarea (D.0111) selama 3x24 jam maka defisit 1) identifikasi kesiapan dan kemampuan
DS: pengetahuan teratasi dengan kriteria menerima informasi
 Pasien mengatakan kurang hasil : terapeutik:
mengerti perawatan setelah 1) perilaku sesuai anjuran (5) 2) sediakan materi dan media pendidikan
kelahiran karena merupakan 2) kemampuan menjelaskan kesehatan
hal yang baru pengetahuan tentang suatu topik 3) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
DO: (5) kesepakatan
 Pasien lebih sering bertanya 3) perilaku sesuai dengan 4) berikan kesempatan untuk bertanya
mengenai perawatan pengetahuan (5) edukasi:
melahirkan 4) pertanyaan tentang masalah yang 5) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
dihadapi (5) (I.12383)
5) persepsi yang keliru terhadap
masalah (5)
(L.12111)
TINDAKAN KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Dan No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf


Jam (SOAP)
04-07-2022 DX 1 1) identifikasi skala nyeri S: RIKI
15:00 WIB 2) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Pasien mengatakan nyeri pada
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri bagian perut bekas oprasi.
3) identifikasi faktor yang memperberat dan  P: luka oprasi
memperingan nyeri  Q: tertusuk-tusuk
Terapeutik:  R: Perut bawah

4) control lingkungan yang memperberat nyeri  S: 6-7

5) fasilitasi istirahat dan tidur  T: Menetap

Kolaborasi: O:
 Pasien tampak meringis
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
 Pasien tampak gelisah
(I.08238)
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik:

4) control lingkungan yang


DX 2
memperberat nyeri
Observasi:
5) fasilitasi istirahat dan tidur
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan Kolaborasi:
siskemik
6) Kolaborasi pemberian analgetik
Terapeutik:
jika perlu
2) Batasi jumlah pengunjung (I.08238)
3) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
4) pertahankan teknik aseptic pada pasien S: -
berisiko tinggi O:
Edukasi:  Terdapat luka insisi pada abdomen
 Luka bersih tidak rembes dan tidak
5) jelaskan tanda dan gejala infeksi
bengkak
6) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
7) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Leukosit 11,26
(I.14539) A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
Observasi:

1) Monitor tanda dan gejala infeksi


lokal dan siskemik
Terapeutik:

1) Batasi jumlah pengunjung


2) cuci tangan sebelum dan sesudah
DX3 kontak dengan pasien dan
Observasi: lingkungan pasien
3) pertahankan teknik aseptic pada
1) identifikasi kesiapan dan kemampuan
pasien berisiko tinggi
menerima informasi
Edukasi:
terapeutik:
4) jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) sediakan materi dan media pendidikan
5) ajarkan cara mencuci tangan
kesehatan
dengan benar
3) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
6) anjurkan meningkatkan asupan
kesepakatan
nutrisi
4) berikan kesempatan untuk bertanya
(I.14539)
edukasi:
5) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(I.12383) S:
 Pasien mengatakan kurang mengerti
perawatan setelah kelahiran karena
merupakan hal yang baru
O:
 Pasien lebih sering bertanya
mengenai perawatan melahirkan
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
Observasi:

7) identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima informasi
terapeutik:

1) sediakan materi dan media


pendidikan kesehatan
2) jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3) berikan kesempatan untuk bertanya
edukasi:
4) ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
(I.12383)

05-07-2022 DX 1 1) identifikasi skala nyeri S: RIKI


15.00 WIB 2) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Pasien mengatakan nyeri pada
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri bagian perut bekas oprasi.
3) identifikasi faktor yang memperberat dan  P: luka oprasi
memperingan nyeri  Q: tertusuk-tusuk
Terapeutik:  R: Perut bawah

4) control lingkungan yang memperberat nyeri  S: 6-7

5) fasilitasi istirahat dan tidur  T: Menetap

Kolaborasi: O:
 Pasien tampak meringis
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
 Pasien tampak gelisah
(I.08238)
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik:

4) control lingkungan yang


memperberat nyeri
5) fasilitasi istirahat dan tidur
DX 2
Kolaborasi:
Observasi:
6) Kolaborasi pemberian analgetik
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
jika perlu
siskemik
(I.08238)
Terapeutik:

2) Batasi jumlah pengunjung


3) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak S: -
dengan pasien dan lingkungan pasien O:
4) pertahankan teknik aseptic pada pasien  Terdapat luka insisi pada abdomen
berisiko tinggi  Luka bersih tidak rembes dan tidak
Edukasi: bengkak
 Leukosit 11,26
5) jelaskan tanda dan gejala infeksi
A: masalah belum teratasi
6) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
P: Intervensi dilanjutkan:
7) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(I.14539) Observasi:

1) Monitor tanda dan gejala infeksi


lokal dan siskemik
Terapeutik:

1) Batasi jumlah pengunjung


2) cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
DX3 3) pertahankan teknik aseptic pada
Observasi: pasien berisiko tinggi
Edukasi:
1) identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi 4) jelaskan tanda dan gejala infeksi
terapeutik: 5) ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
2) sediakan materi dan media pendidikan
6) anjurkan meningkatkan asupan
kesehatan
nutrisi
3) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
(I.14539)
kesepakatan
4) berikan kesempatan untuk bertanya
edukasi:
S:
5) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(I.12383)  Pasien mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan post SC
O:
 Pasien bisa menjawab semua
pertayaan yang diberikan
 pasien bisa mengerti dengan semua
yang dijelaskan
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan:
Observasi:

1) identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima informasi
terapeutik:

1) sediakan materi dan media


pendidikan kesehatan
2) jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3) berikan kesempatan untuk bertanya
edukasi:
4) ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
(I.12383)

06-07-2022 DX 1 1) identifikasi skala nyeri S: RIKI


15.00 WIB 2) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Pasien mengatakan nyeri pada
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri bagian perut bekas operasi sedikit
3) identifikasi faktor yang memperberat dan berkurang
memperingan nyeri  P: luka oprasi
Terapeutik:  Q: tertusuk-tusuk
 R: Perut bawah
4) control lingkungan yang memperberat nyeri
5) fasilitasi istirahat dan tidur  S: 4-5

Kolaborasi:  T: Menetap
O:
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
 Pasien tampak lebih rileks
(I.08238)
 Pasien tampak lebih tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik:

4) control lingkungan yang


memperberat nyeri
5) fasilitasi istirahat dan tidur
DX 2
Kolaborasi:
Observasi:
6) Kolaborasi pemberian analgetik
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
jika perlu
siskemik
(I.08238)
Terapeutik:

2) Batasi jumlah pengunjung


3) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak S: -
dengan pasien dan lingkungan pasien O:
4) pertahankan teknik aseptic pada pasien  Terdapat luka insisi pada abdomen
berisiko tinggi  Luka bersih tidak rembes dan tidak
Edukasi: bengkak
 Leukosit 11,26
5) jelaskan tanda dan gejala infeksi
A: masalah teratasi sebagian
6) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
P: Intervensi dilanjutkan:
7) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(I.14539) Observasi:

1) Monitor tanda dan gejala infeksi


lokal dan siskemik
Terapeutik:

1) Batasi jumlah pengunjung


2) cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
DX3 3) pertahankan teknik aseptic pada
Observasi: pasien berisiko tinggi
Edukasi:
1) identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi 4) jelaskan tanda dan gejala infeksi
terapeutik: 5) ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
2) sediakan materi dan media pendidikan
6) anjurkan meningkatkan asupan
kesehatan
nutrisi
3) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
(I.14539)
kesepakatan
4) berikan kesempatan untuk bertanya
edukasi:
S:
5) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(I.12383)  Pasien mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan post SC
O:
 Pasien sudah bisa menjawab semua
pertanyaan yang diberikan
 pasien sudah bisa menerangkan
kembali penjelasan yang diberikan
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan:
Observasi:

Anda mungkin juga menyukai