Oleh :
Riki Septiawan
21292031023
i
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PEMBIMBING
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea
di RSU Banten”. Sholawat serta salam juga tidak lupa
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Karena berkat
rahmat dan hidayahnyalah yang menghantarkan kita semua dari jalan yang gelap
gulita menuju kejalan yang terang benderang seperti saat ini.
Laporan pendahaluan dan asuhan keperawatan maternitas ini dibuat dalam rangka
sebagai laporan tugas keperawatan maternitas di program profesi ners di STIKes Fathir
Husada.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iv
BAB I TINJAUAN TEORI
Pengertian ................................................................................................................. 1
Indikasi...................................................................................................................... 3
Patofisiologi... .......................................................................................................... 5
Patway.......... ............................................................................................................ 6
Komplikasi................................................................................................................ 7
Penatalaksanaan........................................................................................................ 7
Asuhan Keperawatan................................................................................................ 9
Pemeriksaan Penunjang............................................................................................ 14
BAB II TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 16
Perencanaan Keperawatan ....................................................................................... 17
Implementasi Keperawatan ..................................................................................... 18
Evaluasi Keperawatan ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 20
ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... 21
iv
BAB 1
Tinjauan Teori
1. Pengertian
Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya memotong. Seksio Cesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2017).
Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari
rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991 dalam
Maryunani, 2016).
Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu
(laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam
Maryuani, 2017).
Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
(Prawirohardjo, 2016).
Menurut Prawirohardjo (2016) Liu (2007) Oxorn dan Forte (2016) terdapat beberapa jenis seksio
cesarea, yaitu :
1
Insisi ini ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus. Indikasi penggunaanya
meliputi :
a. Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
b. Jika akses ke segmen bawah terhalang oleh pelekatan ibroid uterus
c. Jika janin terimpaksi pada posisi tranversa
d. Pada keadaan segmen bawah vascular karena plasenta previa anterior
e. Jika ada karsinoma serviks
f. Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu. Kerugian:
a) Hemostasis lebih sulit dengan insisi vascular yang tebal
b) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
c) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
d) Penyembuhan terhambat karena involusi miometrial
e) Terdapat lebih besar risiko rupture uterus pada kehamilan berikutnya.
2
h. Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus
i. Pelebaran luka insisi yang mengenai pembuluh-pembuluh darah
sehingga perdarahan tidak bias dihentikan dengan pengiatan ligature.
b) Indikasi janin
Kelainan letak
Gawat janin
Prolapsus plasenta
Perkembangan bayi yang terlambat
Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
b. Indikasi relatif
a) Riwayat seksio cesarea sebelumnya
3
b) Presentasi bokong
c) Distosia
d) Fetal distress
e) Preeklamsi berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
f) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
g) Gemeli, menurut Eastman, seksio cesarea dianjurkan :
Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
Bila terjadi interlock
Distosia oleh karena tumor
IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
c. Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
b) Wanita yang ingin seksio cesarea elektif karena takut bayinya mengalami
cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi risiko kerusakan
dasar panggul
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality
image setelah melahirkan.
d. Kontraindikasi
Menurut Rasjidi (2018) kontraindikasi dari seksio cesarea adalah:
a) Janin mati
b) Syok
c) Anemia berat
d) Kelainan kongenital berat
e) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f) Minimnya fasilitas operasi seksio cesarean
4
2. Patofisiologi
Seksio Caesarea Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut, kegagalan
melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-tumor jalan lahir
yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik, ruptura uteri membakat, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat berasal
dari janin seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang
terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai dikarenakan lebih aman
untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat mempengaruhi tonus otot pada
kandung kemih sehingga mengalami penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi
urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan terputusnya
inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi. Hal tersebut
merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan prostaglandin ini akan
menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat
menyebabkan munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya
hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah
keperawatan defisit perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi terhadap
masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak dilakukan
perawatan luka yang baik.
5
3. Pathway
Indikasi ibu Indikasi bayi
Sectio Caesarea
Merangsang area
sensorik Resti Infeksi
6
4. Komplikasi
Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika
urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan,
infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio cesarea
dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2019).
Menurut Rasjidi (2019) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada
persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat disingkirkan.
Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio
plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri.
Sementara itu menurut Leveno (2018) menyatakan bahwa komplikasi pascaoperasi seksio
sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis dibandingkan dengan persalinan
pervaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran
kemih, dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan,
meskipun jarang, dapat menyebabkan fasiitis nekrotikans.
7
c) Tanda-Tanda Vital Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien
dilakukan setiap setengah jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam
selama minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital
yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah
perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
d) Analgesik Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa
Meperidin 75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg
intramuskuler.
e) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus Kateter vesika urinaria
biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi dilakukan.
Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah
operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
f) Pemeriksaan laboratorium Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari
stelah pembedahan. Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat
kehilangan darah yang banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-
tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.
g) Menyusui Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila
klien memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk
menopang payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.
h) Pencegahan infeksi pasca operasi Infeksi panggul pasca operasi
merupakan penyebab tersering dari demam dan tetap terjadi pada 20%
wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis. Sejumlah uji klinis
acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan
saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.
i) Mobilisasi Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan
dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post
operasi penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubahmenjadi
posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut selama hari
demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan,
8
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca
operasi sectio caesarea
j) Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih.
6. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Pola Pengkajian Pola Fungsional Dongoes (2016) dan Kozier & Erb (2019)
a) Aktivitas dan istirahat Gejala:
kelemahan dan keletihan, keterbatasan dalam ambulasi, perubahan pola
istirahat, dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor mempengaruhi tidur
misalnya nyeri dan ansietas.
b) Sirkulasi darah
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kurang lebih 600- 800 ml.
Volume darah menurun seperti sebelum hamil.
c) Integritas ego Gejala :
faktor stress ( keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran ) masalah dalam
penampilan, misalnya lesi dalam pembedahan, masalah tentang keluarga,
penolakan terhadap keadaan saat ini, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak bermakna, rasa bersalah dan depresi. Tanda : ansietas, terjadi
penolakan, menyangkal, menarik diri, marah, harga diri rendah.
d) Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang dengan urine berwarna jernih pucat.
Pasien yang tidak terpasang kateter tetap diajnurkan untuk melakukan
kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca bedah, kecuali jika pasien dapat
buang air kecil sebanyak 100 cc atau lebih dalam suatu jangka. Pasien
kemungkinan mengalami konstipasi dengan tanda adanya perubahan bising
usus dan distensi abdomen.
e) Makanan atau cairan
9
Gejala: Membran mukosa yang kering ( pembatasan masukan atau periode
puasa pre operatif dan post operatif ) anoreksia, mual, muntah, haus. Tanda:
antopometri
A : BB: TB:
B : Hemoglobin : Hematokrit(HCT) :
C : mukosa bibir kering
D :-
f) Neurosensori
Kerusakan gerakkan dan sensasi dibawah tingkatan anastesi spinal
epidural. Setalah 24 jam pasien boleh duduk, miring ke kanan, miring ke
kiri serta melipat kaki agar perdarahan lancar.
g) Nyeri atau ketidaknyamanan
Terdapat beberapa cara untuk mengkaji klien dengan nyeri. Diantaranya
adalah (pengkajian PQRST) :
Lokasi Nyeri:
Untuk memastikan lokasi nyeri yang dialami klien, perawat harus meminta
klien menunjukan daerah yang dirasakan tidak nyaman bagi klien.
Skala Intensitas atau Tingkat Nyeri Penggunaan skala intensitas
nyeri adalah metode yang mudah dalam menentukan intensitas
nyeri klien. Sebagian besar skala menggunakan rentang 0-10
dengan 0 mengindikasikan “tidak nyeri” dan nomor tertinggi
mengindikasikan “kemungkinan nyeri terhebat” bagi klien tersebut.
Dimasukanya kata-kata penjelas pada skala dapat membantu
beberapa klien yang mengalami kesulitan dalam menentukan nilai
nyerinya. Klien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling
baik mewakili intesitas nyerinya.
10
atau sulit berkomunikasi tidak dapat menghubungkan nyeri yang
dirasakan pada skala intensitas nyeri berdasarkan angka. Maka dari
itu skala tingkat nyeri wajah adalah cara yang efektif untuk klien
tersebut. Skala wajah memiliki skala nomor pada tiap ekspresi
sehingga intensitas nyeri dapat didokumentasikan. Jelaskan pada
klien bahwa setiap wajah adalah wajah seseorang, yang terlihat
bahagia karena ia tidak merasa nyeri (sakit) dan yang terlihat sedih
karena ia merasakan nyeri (sakit).
Kualitas Nyeri Penjelasan dengan kata sifat membantu orang untuk
mengkomunikasikan kualitas nyeri. Beberapa istilah yang sering
digunakan klien untuk menggambarkan nyeri misalnya terasa
seperti terbakar, seperti tertusuk, panas, tidak dapat ditahan dll.
Perawat perlu mencatat kata-kata sebenarnya yang digunakan klien
dalam menggambarkan nyeri karena kata-kata klien lebih akurat
dan deskriptif.
Pola Nyeri Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kapan
nyeri berulang. Perawat perlu menanyakan kepada klien saat kapan
nyeri terjadi, berapa lama nyeri berlangsung, dan apakah terjadi
nyeri berulang.
Faktor Presipitasi Aktivitas tertentu terkadang dapat
mengakibatkan nyeri. Seperti aktivitas-aktivitas yang berat pada
seseorang yang berisiko mengalami nyeri akan menyebabkan nyeri
terjadi. Faktor lingkungan seperti kondisi dingin atau panas yang
ekstrem dan kelembaban yang ekstrem dapat mempengaruhi
terjadinya nyeri. Selain itu stressor fisik dan emosional juga dapat
menyebabkan nyeri terjadi.
Faktor yang Meringankan Nyeri Perawat meminta kien untuk
menjelaskan apa saja yang sudah klien lakukan untuk membantu
meringankan nyeri misalnya dengan obat tradisional atau dengan
memperbanyak istirahat. Perawat perlu mengkaji efek dari setiap
11
tindakan yang dilakukan terhadap nyeri, apakah tindakan tersebut
dapat meringankan nyeri atau justru memperburuk nyeri.
Gejala Terkait Gejala terkait seperti mual, muntah, pusing dan diare
juga termasuk dalam penilaian klinis nyeri. Gejala tersebut dapat
berhubungan dengan awitan nyeri dan akan menyebabkan
terjadinya nyeri.
Respons Perilaku dan Fisiologis Terdapat bermacam-macam
respon yang dilakukan klien terhadap nyeri. Ekspresi wajah
seringkali merupakan respons perilaku seseorang terhadap nyeri.
Respon fisiologis bervariasi sesuai dengan asal dan durasi nyeri.
Pada saat nyeri berlangsung sistem saraf simpatis terstimulasi yang
akan mengakibatkan respons fisiologis seperti peningkatan tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, pucat, diaforesis dan dilatasi
pupil.
Respons Afekif Respons afektif terjadi berdasarkan situasi, derajat,
durasi nyeri, dan interpretasi nyeri. Perawat perlu mengeksplorasi
dan memahami perasaan klien misalnya rasa cemas, takut,
kelelahan, dan depresi. Karena banyak klien dengan nyeri yang
kronik menjadi depresi karena nyeri yang dialaminya tidak kunjung
reda.
Efek Nyeri pada Aktifitas Sehari-hari Perawat meminta klien untuk
menjelaskan bagaimana nyeri telah mempengaruhi aktivitas sehari-
harinya seperti tidur, konsentrasi, bekerja, hubungan interpersonal,
hubungan perkawinan atau seks, aktivitas rumah tangga, aktivitas
di waktu luang, dan status emosional. Dengan mengetahui
bagaimana efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari klien dapat
membantu perawat memahami prespektif klien terhadap keparahan
nyerinya.
Sumber Koping Setiap individu akan menunjukkan koping mereka
terhadap nyeri. Perawat dapat mendorong cara yang digunakan
klien untuk dapat meringankan nyeri. Strategi tersebut dapat berupa
12
penggunaan distraksi, berdoa, kegiatan keagamaan, maupun
dukungan dari orang terdekat.
h) Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
i) Keamanan Balutan abdomen tampak sedikit atau kering dan utuh. Jalur
parenteral bila digunakan, paten dan sisi bebas aritmia, bengkak dan nyeri
tekan.
j) Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Terjadi
pengeluaran lokhea yaitu lokhea rubra pada hari pertama sampai ke tiga
masa post partum, lokhea serosa pada hari kelima sampai hari ke sembilan
post partum, serta lokhea alba pada hari kesepuluh sampai enam minggu
post partum.
k) Pembelajaran Respon klien terhadap ketidaktahuan
l) Higiene Dilakukan personal higiene yang mungkin dibantu pihak keluarga
b. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : baik, sedang, atau buruk.
b) Tingkat kesadaran : composmentis, sopor atau somnolen.
c) Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : Mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi.
Batas normal tekanan darah adalah 110/60-140/90 mmHg.
Nadi : Mengetahui denyut nadi pasien sehabis operasi, denyut nadi
akan lebih cepat. Batas normal denyu nadi 50-90 x/menit.
Suhu : Mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak,
jika terjadi kenaikan suhu diatas 37°C, kemungkinan terjadi infeksi.
Batas normal 35,6-37,7°C.
Respirasi : Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit. Batas normal 18-24x/menit.
d) Kepala : perlu dikaji untuk mengetahui bentuk kepala dan kebersihan
rambut
e) Mata : perlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut, kebersihan mulut.
13
f) Hidung : perlu dikaji untuk mengetahui adanya polip atau tidak.
g) Telinga : perlu dikaji untuk mengetahui ada serumen atau tidak.
h) Mulut : perlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut dan kebersihan mulut.
i) Leher : perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid.
j) Dada : mengetahui kesimetrisan, massa, lesi, dan suara paru, dan keadaan
jantung.
k) Mammae : perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran atau tidak,
puting susu menonjol atau tidak.
l) Abdomen : perlu dikaji untuk mengetahui luka post operasi dan DRA
(Diastasis Rektus Abdominis). Pemeriksaaan diastasis rectie yaitu
tujuannya untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak.
m) Ekstremitas : perlu dikaji untuk mengetahui terdapat edema, varises, dan
reflek pattela, nyeri tekan, atau panas pada betis. Adanya tanda Homan,
caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan dilakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis,
disimpulkan terdapat tanda homan.
n) Genetalia : perlu dikaji untuk mengetahui kebersihan pada genetalia.
Adanya perdarahan pada vagina.
7. Pemeriksaan penunjang
1) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kecepatan jaringan
2) Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT
3) Pemindaian positron emission tomography (PET)
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik, atau aliran darah dalam otak
4) Uji laboratorium
14
Fungsi lumbal Menganalisis cairan serebrovaskular
Hitung darah lengkap Mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
AGD
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
15
BAB II
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik (prosedur operasi section caesaria) (D.0077)
2. Risiko infeksi bd tindakan invasivedan adanya luka Sectio Caesare (D.0142)
3. Defisit pengetahuan b.d perawatan melahirkan Caesarea (D.0111)
16
T: Menetap 6) Menarik diri (5) 4) control lingkungan meringankan rasa
2. DO: 7) Ketegangan otot (5) yang memperberat nyerinya
Pasien tampak meringis (L.08066) nyeri 4) untuk mengurangi
17
Luka bersih tidak 5) bengkak (5) dengan pasien dan infeksi
rembes dan tidak 6) nafsu makan (5) lingkungan pasien mikroorganisme dari
bengkak 7) kadar sel darah putih 4) pertahankan teknik lingkungan pasien
Leukosit 11,26 (5) aseptic pada pasien dan tenaga kesehatan
(L.14137) berisiko tinggi 4) untuk mecegah
Edukasi: terjadinya infeksi
5) jelaskan tanda dan 5) untuk mengetahui
gejala infeksi tanda-tanda infeksi
6) ajarkan cara dan mencegah
mencuci tangan terjadinya infeksi
dengan benar sejak awal
7) anjurkan 6) mengurangi
meningkatkan kontaminasi
asupan nutrisi mikroorganisme
(I.14539) 7) untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan
mempercepat proses
penyembuhan
3 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1) untuk mengetahui
perawatan melahirkan Caesarea keperawatan selama 3x24 1) identifikasi kesiapan kesiapan dan
(D.0111) jam maka defisit dan kemampuan kemampuan pasien
1. DS: pengetahuan teratasi menerima informasi
18
Pasien mengatakan dengan kriteria hasil : terapeutik: dalam menerima
kurang mengerti 1) perilaku sesuai 2) sediakan materi dan informasi
perawatan setelah anjuran (5) media pendidikan 2) materi dan media
kelahiran karena 2) kemampuan kesehatan pendidikan untuk
merupakan hal yang menjelaskan 3) jadwalkan membantu
baru pengetahuan tentang pendidikan mempermudah pasien
2. DO: suatu topik (5) kesehatan sesuai dalam menerima
Pasien lebih sering 3) perilaku sesuai kesepakatan informasi kesehatan
bertanya mengenai dengan pengetahuan 4) berikan kesempatan 3) untuk membuat
perawatan melahirkan (5) untuk bertanya kontrak waktu dengan
4) pertanyaan tentang edukasi: pasien yang terjadwal
masalah yang 5) ajarkan perilaku 4) untuk memberikan
dihadapi (5) hidup bersih dan kesempatan pada
5) persepsi yang keliru sehat pasien untuk bertanya
terhadap masalah (5) (I.12383) hal yang belum
(L.12111) dipahami
5) untuk meningkatkan
pemahaman pasien
pada hal apa saja yang
mempengaruhi
kesehatan
19
DAFTAR PUSTAKA
Aprina dan Anita. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Sectio Caesarea
. Jurnal Kesehatan, 8 (1), 90-99
Aizid, R (2016). Sehat dan cerdas dengan terapi musik. Jogjakarta: laksana
Asmadi. (2018). Teknik Prosedural Keperawatan : Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika
Cahyono. (2017). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea Pada Hari Ke 1-2. Jurnal AKP, 5 (2), 13-18
Moorhead, S, dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC), edisi 5. Jakarta : Elsevier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat: Jakarta Selatan.
20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN POST SECTIO CAESAREA
DIRUANG MATERNITAS GARUDA 6
RSUD BANTEN
RIKI SEPTIAWAN
21292031023
Identitas Klien
Nama : Malikhah Binti Santi
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Palka Rt/Rw003 Kec.Pabuaran Kab.serang
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Tanggal masuk RS : 04-07-2022
Tanggal pengkajian : 04-07-2022
Sumber informasi : Keluarga terdekat
Keluarga yang dapat dihubungi : Maryam
Faktor pencetus :
tidak ada masalah selama kehamilan
Lamanya keluhan :
pasien mengatakan tidak pernah mengalami hal ini karena kelahiran anak kedua
Timbulnya keluhan:
Masih terasa bagian perut pasca operasi
Faktor yang memperberat:
Nyeri pada bagin perut
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi:
Berikan posisi nyaman relaksasi
Diagnosa medic :
Post Sectio Caesarea
Riwayat Keluarga :
Genogram
Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pengkajian Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg
S : 36.h
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
BB/TB : 55kg/155cm
Kepala
Bentuk : rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala, dan rambut tidak rontok
Mata : keadaan sclera tidak ikhterik, konjungtiva merah muda, kebersihan gigi dan mulut
normal, tidak ada oedem pada wajah
Hidung : Bentuk simetris, lesi,jejas (-), tidak ada sumbatan.
Mulut dan Tenggorok : Simetris, lesi, luka (-), gigi lengkap , mukosa bibir kering.
Pernafasan: Keadaan pernafasan baik tidak tampak sesak.
Sirkulasi: Tampak Baik
Nutrisi: Nutrisi baik, Minum susu dan buah2an.
Eliminasi: Eliminasi BAK dan BAB baik tidak ada kelainan.
Muskuloskeletal/Integumen : Ekstremitas atas : tidak ada oedem, kekuatan otot baik, turgor baik
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem, genetelia vulva tidak ada oedem, tidak ada REEDA
Integumen : Terdapat luka dibagian perut pasca post op sectio caesarea
Riwayat Lingkungan: Pasien Ny.M tinggal di kec.pabuaran, kondisi rumah cukup bersih, ada
ventilasi, ada jendela, kamar Ny,M cukup bersih, kamar mandi dan wc bersih.
Aspek psikososial :
1. Pola pikir dan persepsi: klien mengatakan tidak ada yang berubah dari dirinya meskipun setelah
melahirkan
2. Suasana hati : klien selam berada di rs tidak bisa menjalankan perannya sebagai istri yang
sehari hari merawat anaknya dan mendampingi suaminya, klien berharap cepat lekas
pulang, dan kembali menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu.
3. Hubungan/komunikasi : Hubungan dengan suaminya sangat baik dan harmonis dan saling
berkomunikasi selalu dengan baik.
4. Kebiasaan Seksual : ketika suami dan istri saling ingin melakukan seksual bersama.
6. Sistem Nilai dan kepercayaan : Istri menilai seorang suaminya tidak ada nilainya karena
sang suaminya selalu mengerti dan saling percaya satu sama lain kepada istri.
7. Tingkat perkembangan :
Pemeriksaan Penunjang :
Tanggal (04-07-2022)
1. Hb 12 g/dl
2. leukosit 11,26 10^3/µl
3. HT 36.0 %
4. trombosit 335 10^3/µl
5. eritrosit 37.0 10^6/µl
6. GDS 129 mg/Dl
7. ureum 19.5 mg/dl
8. creatinin 0,4 mg/dl
9. Elektrolit Natrium 132 mmol/L
Tanggal (05-07-2022)
10. Hb 12 g/dl
11. leukosit 10,56 10^3/µl
12. HT 34,8%
13. trombosit 310 10^3/µl
14. eritrosit 36.0 10^6/µl
15. GDS 128 mg/Dl
16. ureum 19.5 mg/dl
17. creatinin 0,5 mg/dl
18. Elektrolit Natrium 136 mmol/L
TERAPI MEDIS:
1. Cefotaxim 2x1gr Vial IV
2. Antrain 500 mg 3x1 Ampul IV
3. Ranithidin 3x1 Ampul IV
4. Asam mefenamat 3x1 Tablet Oral
ASUHAN KEPERAWATAN
S: 6-7
T: Menetap Histamin dan prostaglandin
Keluar
2. DO:
Pasien tampak
Merangsang area sensorik
meringis
Nyeri akut
Pasien tampak gelisah
Proteksi kurang
Invasi bakteri
Resti infeksi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Kolaborasi: O:
Pasien tampak meringis
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Pasien tampak gelisah
(I.08238)
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik:
Kolaborasi: O:
Pasien tampak meringis
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Pasien tampak gelisah
(I.08238)
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik:
Kolaborasi: T: Menetap
O:
6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Pasien tampak lebih rileks
(I.08238)
Pasien tampak lebih tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan:
1) identifikasi skala nyeri
2) identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
3) identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik: