Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY I P2 A0 AH2 POST SC ATAS


INDIKASI PANGGUL SEMPIT DIBANGSAL KANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas Profesi Ners

Disusun Oleh:
UNI PRIHARTINA
24.19.1324

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
SU
R YA
G
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIII
S

LO
S TI KE

BAL

O
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
A
Y

GY T
AKAR

HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Maternitas Pasien
Ny I P2 A0 Ah2 Post Sc hari ke 1 Atas Indikasi Panggul Sempit Dibangsal Kana
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari” Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya
Global Yogyakarta Tahun 2019.

Yogyakarta, Desember 2019

Mahasiswa

Uni Prihartina

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( RR. Viantika Kusumasari S.Kep., Ns., M.Kep ) ( Yustriningsih S.ST )


LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka


dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dindinguterus melalui depan perut atau vagina. atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2009).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat


badan diatas 500gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &
Wiknjosastro, 2006).

B. Etiologi
a. Indikasi Ibu
- Panggul sempit absolute
- Placenta previa
- Ruptura uteri mengancam
- Partus lama
- Partus tak maju
- Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
a) Kelainan letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang
janinnya hidup
dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus dito
long dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul
sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara lain.

2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin besar
c. Kontra Indikasi
a) Janin mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital berat

C. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.
Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika
perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio
caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan
pada placenta previa walaupun anak sudah mati.

D. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis )
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
 Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
padacorpus uteri.
 Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus
2. Sectio caesarea Ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dandengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih memanjang
 tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak


adareperitonial yang baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan sedangkan pada luka bekas SC pro+unda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.0ntuk mengurangi kemungkinan
ruptura uteri dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu
lekas hamil lagi. Sekurang-kurangnya dapat istirahat selama , tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik.
untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10 cm
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum Perdarahan kurang dibandingkan dengan cara klasik
kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :
- Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
- Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
E. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa haridalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
In+eksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
in+eksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lamakhususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti :
- Luka kandung kemih
- Embolisme paru – paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

F. Prognosis
 Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah
yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih amandari pada
dahulu.
 Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten
< 2/1000 faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah
kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya
persalinan berlangsung.
 Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung darikeadaan
yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di
negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka
kematian perinatal sekitar 4 - 56

(Mochtar, 2005)

G. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptureuteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf
- saraf di sekitar daerah insisi. hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
H. Patway

Kelainan / hambatan selama hamil


dan proses persalinan misalnya :
plasenta previa sentralis / lateralis,
panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, ruptur
uterimengancam% partus lama /
tidak maju% preeklamsia%distonia
serviks% malpresentasi janin
Sectio Caeserea ( SC) Kurang Ansietas
Informasi

Luka Post Op SC Insisi dinding Tindakan


Abdomen Anastesi

Terputusnya Inkonitas
Resiko Infeksi jaringan, pembuluh Imobilisasi
darah dan syaraf-syaraf
disekitar daerah insisi

Intoleransi
Merangsang Aktivitas
pengeluaran Histamin

Defisit
perawatan
Nyeri Akut Diri
I. Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan darikadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
 Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
 Urinalisis / kultur urine
 Pemeriksaan elektrolit

J. Penatalaksanaan medis Post SC


a. Pemberian cairan
Karena 9 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-8 jam setelah operasi.
- Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
- Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
- Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semi fowler)
- Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalansendiri, dan
pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
-
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dankeadaan
penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiapinstitusi.
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2 x 24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90 – 75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapatdiberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C

f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi, dan pernafasan.
(Manuaba, 2005)

K. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan pembedahan
e. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi

L. Intervensi keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen a. Pain level Pain management
injuri fisik pembedahan b. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah diberikan asuhan 2. Observasi reaksi nonverbal
keperawatan 3 × 24 jam, klien dan ketidaknyamanan
mampu mengontrol nyeri dengan 3. Gunakan teknik komunikasi
kriteria Hasil : terapeutik untuk mengetahui
- Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri passien
berkurang dengan 4. Ajarkan tentang teknik
menggunakan manajemen nonfarmakologi (Stimulasi
nyeri Kutaneus Kompres Panas)
- Mampu mengenali nyeri 5. Kolaborasikan dengan dokter
(skala, instensitas, jika ada keluhan dan
frekuensi, dan tanda nyeri) tindakan nyeri tidakberhasil
- Mampu mengontrol
nyerimampu menggunakan
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri)
2. Risiko tinggi infeksi Domain 11 :
 Immune status
berhubungan dengan Keamanan/perlindungan
 Knowledge : Infection control
trauma jaringan / luka Kelas 1 : Infeksi
 Risk control
kering bekas operasi 00004 : Resiko infeksi.
Kriteria hasil :
1. Pertahankan tehnik aseptik
o Klien bebas dari tanda 2. Batasi pengunjung bila perlu
dan gejala infeksi
3. Cuci tangan setiap sebelum
o Menunjukan
dan sesudah melakukan
kemampuan untuk
tindakan keperawatan
mencegah timbulnya
4. Kaji suhu badan klien
infeksi
5. Penatalaksanaan pemberian
o Jumlah leukost dalam obat antibiotik.
batas normal
o Menunjukan perilaku
hidup sehat
o Status imun dan
gastrointertinal dalam
batas normal.

3.
 Self care : ADLs Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
 Toleransi aktivitas Kelas 4 : Respons
 Konservasi energi Kardiovaskuler/Pulmonal.
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi dalam o Observasi adanya
aktivitas fisik tanpa pembatasan klien
disertai peningkatan dalam melakukan
tekanan darah, nadi aktivitas
dan pernapasan o Kaji adanya faktor
 Mampu melakukan yang menyebabkan
aktivitas sehari-hari kelelahan
(ADLS) secara o Bantu klien untuk
mandiri melakukan
 Keseimbangan aktivitas yang bisa
aktivitas dan istirahat. dilakukan
 o Bantu klien untuk
memilih aktivitas
yang disuskai
o Observasi nutrisi
dan sumber energi
yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai