Di Susun Oleh :
210141040013
A. Definisi
Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di
perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi (Juditha dan
Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2014). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan
cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesarea
juga di definisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Amru sofia, 2013). Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada
dinding depan perut. (Amin & Hardhi, 2013). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
(Mochtar,1998 dalam siti dkk 2013).
B. Etiologi
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Amin Huda (2015) Pemeriksaan Diagnostik Sectio Caesarea yaitu:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Elektrolit
4. Hemoglobin/Hemotokrit
5. Golongan darah
6. Urinalisasi
7. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
8. Ultrasound sesuai pesanan
F. Penatalaksanaan Medik dan Implikasi Keperawatan
Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau dengan cermat
jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik.
b. Pemberian Cairan Intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang
tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan kehilangan
darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu disiapkan
untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan Kristaloid
ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
c. Tanda-Tanda Vital
Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah jam setelah 2
jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang
stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah
perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
d. Analgesik
Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan.
e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi
dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah
operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
f. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan. Pemeriksaan
dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang banyak selama operasi atau
menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.
g. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien memutuskan untuk
tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara yang bisa mengurangi
rasa nyeri pada payudara.
h. Pencegahan infeksi pasca operasi
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan tetap
terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis. Sejumlah uji
klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan saat
Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.
i. Mobilisasi
Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat didudukkan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubahmenjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut selama hari
demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi sectio caesarea
j. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24-48 jam atau lebih.
FORMAT PENGKAJIAN PASCAPARTUM
B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6 = 15
Tanda –tanda vital
TD : 132/71 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,4ºC
2) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut panjang hitam merata,tidak ada nyeri tekan dan keluhan
nyeri kepala.
Skelera : tidak icterus
Konjungtiva : tidak anemis
Wajah : simetris
Mulut dan bibir : simetris,bibir lembab,warna pink
Gigi dan gusi : tidak ada gigi berlubang,tidak ada perdarahan gusi
3) Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis
4) Dada
Simetris, menggunakan pernapasan dada,tidak ada nyeri tekan,suara napas vesikuler
a) Payudara
Pengeluaran kolostrum : ada ASI
Keadaan putting susu dan areoal : putting susu menonjol keluar, besar dan areoal berwarna
coklat
Bentuk dan ukuran payudara ; bentuk payudara normal dan berukuran besar.
b) Paru-paru
Suara napas tambahan : tidak ada ,suara napas vesikuler
Ekspansi dada : waktu inspirasi sama dengan waktu ekspirasi
c) Jantung
Suara jantung : terdengar bunyi jantung I dan II LUB DUB
5) Abdomen
Simetris ,tidak ada nyeri tekan,perut masih membesar, tampak luka jahitan
a) TFU : 2 jari dibawah pusat ,hari pertama post partum
b) Bising usus : 12 x/menit
c) Kondisi luka operasi : Luka tampak dijahit 15 cm
a) Lochea : Rubra
Warna : Merah seperti menstruasi
Bau : Bau seperti menstruasi
Jumlah : ± 20 cc
6) Anus
Hemoroid : tidak ada
7) Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah lengkap , terpasang infus NaCl 0.9% pada tangan kiri
Edema : tidak ada piting edema, tidak ada nyeri tekan
Refleks patella: positif
C. PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP
1) Perawatan bayi
Pasien merupakan seorang ners sehingga memiliki pengetahuan yang baik dalam merawat
bayi
2) Laktasi
Pasien mengetahui pentingnya pemberian ASI pada bayi, pasien memberikan ASI yang
cukup pada bayi.
3) Kontrasepsi : Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan
4) Senam nifas : Pasien mengatakan akan melakukan senam nifas dirumah ketika nyeri sudah
menurun
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
E. THERAPI MEDIS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik yang dibuktikan dengan
ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri yang dibuktikan dengan
penurunan keterampilan motorik kasar