Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Post Pastum


Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan cara membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesarea juga didefinisikan
sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim(Amru sofia,
2013). Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada
dinding depan perut. (Amin & Hardhi, 2013). Sectio Caesarea adalah proses
persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk
mengeluarkan bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2014).

B. Pengertian Indikasi Kasus


Preeklamsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension (PIH)
kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan Tekanan darah meningkat,
oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya preeklamsia terjadi pada ibu yang usia
kehamilannya 20 minggu keatas atau tiap triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37
minggu tersebut umumnya preeklamsia biasa terjadi hingga minggu pertama setelah
persalinan (Lalenoh, 2018). Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
Wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan (Muzalfah et al, 2018).

C. Etiologi
1) Indikasi Ibu
- Panggul sempit absolute
- Placenta previa
- Rupture uteri mengancam
- Partus lama
- Partus tak maju
- Preeklamsia dan hipertensi
2) Indikasi janin
- Letak lintang
- Letak belakang
- Gawat janin
- Janin besar
3) Kontra indikasi
- Janin mati
- Syok, anemia berat
- Kelainan congenital berat

D. Pathofisiologis
Tindakan Sectio Caesarea dilakukan apabila ada indikasi pada ibu ataupun
bayi seperti panggul sempit, plasenta previa, Cephalopelvik dispoportion, ruptur uteri,
partus lama dan preeklamsi yang menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan. Sebelum pembedahan dimulai klien dilakukan tindakan anestesi baik
umum ataupun Regional. Selama proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen, sehingga menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Setelah proses pembedahan berakhir
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka Post Sectio Caesarea, dan setelah
efek obat anestesinya habis akan menimbulkan rangsangan pada area sensorik
memicu pengeluran histamin dan prostaglandin sehingga klien merasa nyeri dan tidak
nyaman. Selain itu luka Post Sectio Caesarea apabila tidak di rawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi. Efek lain dari obat anestesi berpengaruh
terhadap jalan nafas menjadi tidak efektif, akibat secret yang berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup.
Klien dalam masa nifas akan mengalami gangguan eliminasi urine karena
terjadi penurunan sensitivitas pada kandung kemih yang menyebabkan distensi
kandung kemih sehingga terjadi udem di uretra. Pengaruh lainnya yaitu terjadi
penurunan produksi progesteron dan esterogen yang menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus secara adekuat, di tandai dengan pengeluaran lochea, dan sebaliknya
kontraksi yang tidak adekuat menyebabkan perdarahan sehingga klien kekurangan
volume cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan adanya resiko syok
hipovolemik. Selain itu Hemoglobin terjadi penurunan karena tidak terpenuhinya
oksigen di dalam darah akibatnya terjadi kelemahan sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri. Klien dengan Post Sectio Caesarea akan mengalami masa adaptasi
Post Partum baik dari aspek Intelektual berupa kurang pengetahuan dan kurang
informasi, dari aspek fisiologis ejeksi ASI yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit sehingga nutrisi bayi tidak terpenuhi, dan timbul
masalah ketidakefektifan pemberian ASI.
E. Pathway
F. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan William R.Forte, 2010) :
1. Segmen Bawah : Insisi Melintang Karena cara ini memungkinkan kelahiran
per abdominal yang aman sekaligus dikerjakan kemudian pada saat persalinan
dan sekalipun rongga rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmen bawah
uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen Bawah : Insisi membujur Cara membuka abdomen dan
menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat
dengan scapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari
cedera pada bayi
3. Sectio Caesarea Klasik: Insisi Longitudinal digaris tengah dibuat dengan
scalpel kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah
dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar
karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta plasenta
dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini
hampir sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea
Klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan
teknis dalam menyingkapkan segmen bawah.
4. Sectio Caesarea Extraperitoneal : Pembedahan extraperitoneal dikerjakan
untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami
infeksi luas, dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat
fatal. Ada beberapa metode sectio caesarea extraperitoneal seperti metode
waterz, latzko, dan norton, T. Tehnik pada prosedur ini relative lebih sulit,
sering tanpa sengaja masuk kedalam vacum peritoneal dan isidensi cedera
vesica urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap
disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.
5. Histerektomi Caesarea : Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Jika memungkinkan histerektomi
harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan
subtoral lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan
subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien
terjadi syok atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada
kasus-kasus semacam ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya
secepat mungkin.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin Huda (2015) Pemeriksaan Diagnostik Sectio Caesarea ada 10 yaitu:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Elektrolit
4. Hemoglobin/Hemotokrit
5. Golongan darah
6. Urinalisasi
7. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
8. Ultrasound sesuai pesanan
H. Komplikasi
1. Infeksi Puerperal terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c. Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik, infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar; sebelum timbul infeksi nifas, telah terjadi
infeksi intra partum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama
2. Perdarahan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan dan placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dan data-data dari pasien.
agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah , kebutuhan kesehatan klien baik secara
fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian juga sangat penting untuk dapat
merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat bagi klien.
1. Identitas klien:
Meliputi nama, umur, ras, atau suku, alamat, nomor telepon, agama,
status perkawinan, pekerjaan dan tanggal anamnesa. Umur juga hal yang
penting karena ikut menentukan prognosis kehamilan. Kalau umur terlalu
lanjut atau terlalu muda, maka persalinan lebih banyak resikonya
(Chapman & Cathy, 2013).
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama saat Masuk Rumah Sakit


Alasan klien datang ke tempat bidan atau klinik, yang diungkapkan
dengan kata-katanya sendiri (Chapman & Cathy, 2013)

b. Keluhan Utama saat Dikaji


Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien
operasi. Biasanya pada klien post operasi seksio sesarea mengeluh
nyeri pada bagian luka operasi (Maryunani, 2015), keluhan ini
diuraikan dengan cara PQRST : Pada post partum dengan SC biasanya
klien mengeluh nyeri dirasakan bertambah apabila pasien banyak
bergerak dan dirasakan berkurang apabila klien istirahat, pada post
partum dengan SC biasanya klien mengeluh nyeri pada luka jahitan
yang sangat perih seperti di iris – iris dan nyeri dirasakan di daerah
abdomen biasnaya tidak ada penyebarannya kedaerah lain, skala nyeri
yang dirasakan klien dan seberapa besar gangguannya diukur dengan
skala nyeri 0-10, pada klien postpartum dengan SC biasanya nyeri
dirasakan hilang timbul dengan frekuensi tidak menentu tergantung
aktifitas yang dilakukan (Chapman & Cathy, 2013).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien dengan postpartum SC akan mengalami penyakit yang sama
sebelumnya (Hipertensi/ plasenta previa), sehingga pada kehamilan
berikutnya akan dilakukan operasi SC (Maryunani, 2015).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga memiliki
penyakit yang sama dengan pasien atau keluarga memiliki riwayat
penyakit keterunan seperti Diabetes, Hipertensi, Penyakit Jantung, dan
sebagainya, sehingga klien dilakukan operasi SC. (Chapman & Cathy,
2013)

3. Riwayat Ginekologi dan Obstetri


a. Riwayat Kehamilan Dahulu
Meliputi tanggal terminasi, usia gestasi, temap melahirkan, bentuk
persalinan (spontan, SC, forcep, atau vakumekstraksi), masalah
obstetrik, dalam kehamilan (preeklampsia dan lain – lain), dalam
persalinan (malpresentasi, drip oksitosin), dalam nifas (perdarahan,
infeksi kandungan, bagaimana laktasi), berat bayi lahir, jenis kelamin
bayi, kelainan konginetal bayi, status kehidupan bayi jika meninggal
apa penyebabnya (Chapman & Cathy, 2013).

b. Riwayat Kehamilan Sekarang


Usia kehamilan, keluhan selama kehamilan, gerakan anak pertama
dirasakan oleh klien, imunisasi TT, perubahan berat badan selama
hamil, tempat pemeriksaan kehamilan dan keterangan klien dalam
memeriksakan kehamilannya (Sulistyawati, 2009)

c. Riwayat Persalinan Sekarang


Merupakan persalinan yang ke berapa bagi klien, tanggal melahirkan,
jenis persalinan, lamanya persalinan, banyaknya perdarahan, jenis
kelamin anak, berat badan dan Appereance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration (APGAR) score dalam 5 menit pertama dan 5 menit kedua
(Sulistyawati, 2009)

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


Merupakan kegiatan dalam pekerjaan dan aktivitas klien sehari-hari
serta kegiatan waktu luang saat sebelum melahirkan dan saat di rawat
di rumah sakit

5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Pemeriksaan Fisik Ibu
a. Keadaan Umum : Pada klien dengan post partum biasanya kesadaran
composmentis, dan penampilan tampak baik dan terkadang sedikit
pucat (Sulistyawati, 2009).
b. Tanda-tanda vital : tanda-tanda vital biasanya ada kenaikan pada suhu,
frekuensi nadi 65-80 x/menit, mepada hari pertama dan kembali normal
pada hari ketiga, tekanan darah dan respirasi normal (Sulistyawati,
2009).
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Perhatikan bentuk kepala, distribusi rambut, bersih, warna rambut,
adanya nyeri tekan dan lesi.

2) Wajah
Perhatikan bentuk wajah, ada pitting edema pada dahi, terdapat
chloasma gravidarum

3) Mata
Warna konjungtiva dan sklera, bentuk mata, kebersihan, pergerakan
bola mata, reflek pupil terhadap cahaya, fungsi penglihatan,
kelainan dan gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).

4) Telinga
Bentuk, kebersihan telinga, fungsi pendengaran, adakah gangguan
pendengaran.

5) Hidung
Bentuk, pernapasan cuping hidung, kebersihan, ada tidak nyeri
tekan, gangguan pada fungsi penciuman

6) Mulut
Keadaan bibir, mukosa bibir, keadaan lidah, adakah gigi yang
berlubang, ada tidak gangguan pada fungsi pengecapan, adakah
nyeri saat menelan

7) Leher
Ada tidak pembesaran tyroid dan kelenjar limfe, peritonitis, nyeri
saat menelan, adakah peningkatan vena jugularis dan kaku kuduk.

8) Dada
- Paru-paru
Amati pola nafas apakah ada suara tambahan seperti wheezing,
ronchi dan kaji respirasi dalam satu menit

- Jantung
Bunyi jantung regular S1 lebih terdengar pada ICS 5 dan S2 lebih
terdengar di ICS 2 dan 3, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti
gallop dan murmur

- Payudara
Periksa bentuk, ukuran, dan simetris atau tidak pada payudara.
Puting payudara menonjol, datar atau masuk 45 kedalam. Adakah
kolostrum atau cairan lain yang keluar dari puting klien, periksa
payudara untuk mengetahui adanya retraksi atau dimpling, lakukan
palpasi secara sistematis dari arah payudara dan aksila kemungkinan
terdapat massa atau pembesaran pembuluh limfe

9) Abdomen
Pada periode postpartum abdomen manjadi lunak dan lembut.
Adanya/tidak striae dan linea gravidarum, TFU pada saat bayi lahir
setinggi pusat, 2 hari setelah melahirkan TFU 2 jari di bawah pusat,
1 minggu setelah melahirkan TFU pertengahan sympisis, 6 minggu
setelah melahirkan bertambah kecil dan setelah 8 minggu, kontraksi
uterus teraba seperti papan (Mitayani, 2009).

10) Genetalia
Kebersihan, ada tidaknya edema pada vulva, pengeluaran lochea
rubra pada hari pertama dengan jumlah sedang dan sampai lochea
serosa pada hari ketiga dengan jumlah sedang berbau amis atau
kadang tidak berbau.

11) Ekstrimitas
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi saat hamil akan
kembali pada masa nifas. Adaptasi ini termasuk relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravid ibu sebagai respon
terhadap uterus yang membesar. Serta adanya perubahan ukuran
pada kaki
6. Data Psikologis
a. Adaptasi Psikologi Post Partum
Ada 3 periode dalam adaptasi post partum yaitu Taking In, Taking
Hold, Letting Go (Nurjanah et al. 2013).

b. Konsep Diri Rohmah & Walid, 2009 :


1) Gambaran Diri Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar.
2) Ideal diri Persepsi individu tentang bagaimana klien harus
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau personal
tertentu.
3) Harga diri Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
4) Peran diri Sikap dan perilaku, nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisi di masyarakat.
5) Identitas diri Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

7. Data Sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitar
8. Kebutuhan Bounding Attachment
Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap interaksi dengan bayi
secara nyata baik fisik, emosi maupun sensori (Nurjanah et al. 2013).
9. Kebutuhan Pemenuhan Seksual
Mengidentifikasi tentang kebutuhan klien terhadap pemenuhan seksual
pada masa post partum/nifas (Nurjana eta al. 2013)
10. Data Spiritual
Nilai-nilai dan keyakinan klien terhadap sesuatu dan menjadi sugesti
yang amat kuat sehingga mempengaruhi gaya hidup klien, dan berdampak
pada kesehatan klien. Termasuk juga praktik ibadah yang yang dijalankan
klien sebelum sakit sampai sampai saat sakit (Warohmah & Walid, 2009)
11. Pengetahuan tentang Perawatan Diri
Mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan diri; breast care,
perawatan luka perineum dan episiotomi, perawatan luka dirumah,
senam nifas, KB dan lain-lain (Mitayani, 2009).

Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul


1. Nyeri Akut (D. 0077) berhubungan dengan Agens cedera fisik
2. Ketidaknyamanan Pasca Partum (D.0075) berhubungan dengan involusi uterus
3. Risiko Infeksi (D. 0142) berhubungan dengan luka insisi
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan

1 Nyeri Akut Observasi


Setelah dilakukan
(D. 0077)
intervensi - Identifikasi lokasi,
keperawatan karakteristik, durasi,
selama 2 x 24 jam, frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri intensitas nyeri
(L.08066) - Identifikasi skala nyeri
menurun, dengan - Idenfitikasi respon
Kriteria Hasil: nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang
- Keluhan nyeri
memperberat dan
- Meringis
memperingan nyeri
- Sikap protektif
- Identifikasi
- Gelisah
pengetahuan dan
- Kesulitan tidur
keyakinan tentang nyeri
- Frekuensi nadi
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Manajemen Nyeri Kode SIKI


Ketidaknyam Setelah dilakukan
(I. 08238)
anan Pasca intervensi
Partum keperawatan Observasi :

(D.0075) selama 2 x 24 jam, 1. Identifikasi lokasi,


maka : Status karakteristik, durasi,
Kenyamanan frekuensi, kualitas,
Pasca Partum intensitas nyeri
(L.07061) 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat, dengan 3. Identifikasi faktor yang
Kriteria Hasil : memperberat dan
memperingan nyeri
- Keluhan tidak
4. Identifikasi pengetahuan
nyaman
dan keyakinan tentang
- Meringis
nyeri
- Luka
episiotomy Terapeutik :
- Kontraksi
1. Berikan teknik
uterus
nonfarmakologis untuk
- Hemoroid
mengurangi rasa nyeri
- Merintih
2. Pertimbangkan jenis dan
- Menangis
sumber nyeri dalam
- Berkeringat
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi :

1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3 Pencegahan Infeksi Kode


Risiko Infeksi Setelah dilakukan
SIKI (I. 14539)
(D.0142) intervensi
keperawatan Observasi :

selama 2 x 24 jam, 1. Monitor tanda dan gejala


Tingkat Infeksi infeksi lokal dan sistemik
(L. 14137)
Terapeutik :
menurun, dengan
Kriteria Hasil: 1. Berikan perawatan kulit
pada area edema
- Nyeri
2. Cuci tangan sebelum dan
- Kemerahan
sesudah kontak dengan
- Demam
pasien dan lingkungan
- Kebersihan
pasien
tangan
3. Pertahankan teknik aseptik
- Bengkak
pada pasien beresiko tinggi
- Periode
menggigil Edukasi :
- Letargi
1. Jelaskan tanda dan gejala
- Sel darah putih
infeksi
2. Ajarkan cara mencucui
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai