SECTIO CAESAREA
NOVITA (21101037)
YOYIN (21101054)
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kepada pembaca dan yang terpenting yaitu kepada kami sendiri mengenai
“sectio caesarea”. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan
dan saran serta usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan mohon kritikan dan sarannya yang membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………........ii
BAB PENDAHULUAN.............................................................................................1
LATAR BELAKANG…………………………………………………………..….......1
RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..………2
TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...3
KESIMPULAN…………………………………………………………………………..10
SARAN……………………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..……10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi abdomen.Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada
25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”,
sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,
sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan
membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre
eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah
dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%(Winkjosastro, 2005).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka
kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar
adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen
dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-
15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis
resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008).
Pada tahun 2007-2008 jumlah persalinan dengan tindakan section caesarea di
Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan
keseluruhannya atau 19,46 %. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut
sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002).
1
B. Rumusan Masalah
1. Defenisi section caesarea apa?
2. Etiologi dari sectio caesaria
3. Apa saja yang menjadi indikasinya
4. Tujuan dari sectio caesarea?
5. Apa saja jenis jenis sectio caesarea?
6. Jelaskan patofisiologi sectio caesarea
7. Bagaimana penatalaksanaan medis post sectio caesarea?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang sebelum sectio caesarea?
C. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari sectio caesaria.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari section caesaria.
c. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai indikasi dari section caesaria.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari section caesaria.
e. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai jenis-jenis dari section caesaria.
f. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai komplikasi dari section caesaria.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari section caesaria.
h. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiolagi dari section caesaria.
i. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari section caesaria.
j. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis post section caesaria.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005) Sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau
vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar,
1998)
Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina
akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal.
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006). Sectio caesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina
atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
B. Etiologi
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
3
C. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
( Dystasia).
Fetal distress
His lemah / melemah
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
Bayi besar ( BBL
≥4,2 kg )
Plasenta previa4
Kalainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepaladan panggul)
Rupture uteri mengancam
Hydrocephalus
Primi muda atau tua
Partus dengan komplikasi
Panggul sempit
Problema plasenta
4
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak lintang atau
presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia karena tumor, gawat
janin dan sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
5
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
- Sayatan memanjang (longitudinal)
- Sayatan melintang (tranversal)
- Sayatan huruf T (T Insisian)
Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka
SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir
kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama
2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk
tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
6
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keluhan utama pada
kandung kemih post operatif tinggi.
F. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi
post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi
intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya
infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
H. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
8
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka
dan diganti.
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan. (Manuaba, 1999)
9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah Rahim maka perlu dilakukan section caesarea. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat.
Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu,Dini2003.Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspa Swara
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan edisi 31. Jakarta : EGC.
Cunningham, Gary F. 2006. Obstetri Williams edisi 21 volume 1. Jakarta : EGC. Hal 466
Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah I, Bandung : Yayasan IKAPI
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramed
10