Anda di halaman 1dari 2

A.

Kesimpulan

1. Cultural care terhadap kesehatan ibu hamil adat Tolotang dapat dilihat dari perlakuan
khusus terhadap ibu hamil, seperti budaya pantangan memakan kerak nasi, pantangan duduk
di pintu, keluar rumah sore hari, tidak boleh tidur di lantai yang berlubang (harus pakai tikar)
serta anjuran memperlancar aliran selokan dan jalan-jalan pagi bagi ibu hamil tua dapat
diberikan cultural care maintenance or preservation. Sedangkan pantangan memakan udang,
cumi, kepiting dikenakan rencana tindakan cultural care accomodation or negotiation.
Adapun pantangan memakan daun kelor, pantangan perilaku tidur siang diberikan rencana
tindakan cultural care repatterning or restructuring.

2. Cultural care terhadap kesehatan ibu bersalin adat Tolotang terkait kepercayaan dalam
menghadapi persalinan. Untuk penolong persalinan masyarakat telah mempercayakannya
pada bidan desa. Sedangkan kepercayaan mereka terkait pengobatan tradisional dengan pergi
ke orang pintar dan meminum sisa kucing dapat dikenai rencana tindakan cultural care
maintenance or preservation, karena tidak merugikan kesehatan.

3. Cultural care dalam perspektif Leininger terhadap kesehatan ibu nifas/menyusui adat
Tolotang dapat dilihat dari perlakuan khusus terhadap ibu. Adapun budaya-budaya yang
dapat diberi rencana tindakan cultural care maintenance or preservation, seperti pantangan
memakan makanan yang panas, pedas, asam, dan singkong, pantangan perilaku seperti
larangan mengangkat beban beratserta aktivitas berat lainnya yang dapat menimbulkan
kelelahan dan larangan keluar rumah selama 40 hari, anjuran mengonsumsi kangkung,
kacang, tuak manis, sayur labu, juga anjuran perilaku seperti “remme’ dan mandi dua kali
sehari bagi ibu nifas/menyusui. Untuk pantangan mengonsumsi jagung diberi rencana
tindakan cultural care accomodation or negotiation.

4.Cultural care dalam perspektif Leininger terhadap kesehatan anak (usia 0-2tahun) adat
Tolotang ada budaya yang dapat diberi rencana tindakan cultural care maintenance or
preservation, di antaranya: kebiasaan tetap menyusui bayi meskipun belum ada ASI, serta
budaya terkait larangan membawa bayi keluar rumah selama 40 hari sejak lahir. Untuk lama
menyusui yang kurang dari 2 tahun dapat diberi rencana tindakan cultural care accomodation
or negotiation. Sedangkan untuk pemberian madu dan susu formula bagi bayi baru lahir,serta
kebiasaan membuang susu yang pertama keluar oleh ibu nifas/menyusui dikenakan cultural
care repatterning or restructuring, karena dianggap dapat merugikan kesehatan.
B. Saran

Agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, khususnya dalam keperawatan


maternitas dengan menerapkan keperawatan transkultural yang menerapkan prinsip cultural
care dalam rencana tindakan dan implementasi asuhan keperawatan pada ibu hamil, ibu
bersalin, dan ibu menyusui serta anak usia 0-2 tahun pada adat Tolotang.

Anda mungkin juga menyukai