Anda di halaman 1dari 8

Patofiologi otitismedia

Brunner & Suddarth (2002) menjelaskan terjadinya otitis media akut adalah akibat adanya
bakteri masuk melalui tuba eusthacii akibat kontaminasi sekresi dari nasofaring. Bakteri juga
bisa masuk telinga tengah bila ada perforasi membrana timpani. Williams & Wilkins (2011)
menyampaikan umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga
tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang
membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan
edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit
oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah
menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit. Robbins & Cotran (2009) menyampaikan bahwa apabila serangan
berulang otitis media akut tanpa resolusi akan menyebabkan penyakit kronik
Menurut Garna H, dkk (2012), Sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama
terjadinya OMA. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, sehingga terjadi invasi kuman ke
dalam telinga tengah. Kuman yang masuk kedalam telinga tengah akan mengakibatkan
peradangan. Selain itu pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas. Pada
anak-anak semakin sering terkena ISPA maka semakin besar juga kemungkinan terjadi OMA
pada anak-anak
Indikasi
Gejala otitis media bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara
atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat
otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi spontan membrana timpani
atau setelah dilakukan miringotomi (insisi membrana timpani). Gejala lain dapat berupa
keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Pada pemeriksaan
otoskopis, kanalis auditoris eksternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila
aurikula digerakkan. Membrana timpani tampak merah dan sering menggelembung. Nyeri di
telinga yang terkena adalah gejala tersering otitis media akut. Pada bayi / todler, demam,
rewel, dan menari-narik telinga dapat menandakan otitis media akut. Anoreksia, muntah, dan
diare dapat menyertai otitis media akut. Rasa penuh yang tidak enak di telinga sering terjadi
pada otitis media dengan efusi.
Secara umum gejala anak dengan OMA, yaitu :
• nyeri telinga
• keluarnya cairan dari telinga
• berkurangnya pendengaran
• demam
• sulit makan
• mual dan muntah
• riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi
Selain itu, keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, yaitu :
• Otorrhea, bila terjadi ruptur membran timpani
• Keluhan nyeri telinga (otalgia)
• Demam
• Anoreksia
• Limfadenopati servikal anterior
• Otitis media serosa
• Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika
tuba Eustachius berusaha membuka.
• Membran timpani merah, atau tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu
pada otoskopi pneumatik) sering menggelembung tanpa tonjolan tulang (dapat terlihat
gelembung udara dalam telinga tengah), dan tidak bergerak pada otoskopi pneumatik
(pemberian tekanan positif atau negatif pada telinga tengah dengan insulator balon yang
dikaitkan ke otoskop), dan dapat mengalami perforasi.
Diagnosa
Diagnosis pasti dari otitis media akut sering susah dilakukan pada anak-anak. Gejala sering
tumpang tindih dengan gejala gangguan saluran pernafasan atas. Sakit pada telinga yang
merupakan gejala paling spesifik sering tidak didapatkan pada pasien dengan otitis media
akut (Shaikh dan Hoberman, 2010). Dalam The American Academy of Family Physicians
and American Academy of Pediatric terdapat beberapa kriteria untuk mendiagnosis otitis
media akut, yaitu:
1. Riwayat gejala yang mendadak dan bersifat akut.
2. Tanda dari efusi pada telinga bagian tengah, seperti menggembungnya membran timpani
atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan
cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Tanda inflamasi pada telinga bagian tengah, seperti kemerahan atau erythema pada
membran timpani, nyeri telinga atau otalgia. Gejala dengan nilai prediktif paling tinggi untuk
mendiagnosis efusi telinga tengah pada otitis media akut adalah mengembungnya membran
timpani (bulging). Nilai prediktif dari bulging ini bisa meningkat jika berkombinasi dengan
gangguan motilitas dan warna yang berubah pada membran timpani (Toll dan Nunez, 2012).
Dalam Alberta Clinical Practice Guideline, dalam membedakan antara miringitis dan otitis
media akut, terdapat perbedaan yang paling dasar adalah kurangnya mobilitas dari membran
timpani. Berkurangnya mobilitas membran timpani merupakan komponen utama untuk
mendiagnosis otitis media akut. Otalgia dan demam adalah tanda paling khas dari otitis media
supuratif. Penemuan spesifik pemeriksaan otoskop adalah hilangnya reflek cahaya, hilangnya
bentuk (contour) normal dan mengembung (bulging) dari membran timpani (Toll dan Nunez,
2012).
Intervensi
Menurut Williams & Wilkins (2011), penatalaksanaan otitis media akut meliputi:
a. Terapi antibiotik, seperti amoksilin
b. Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen
c. Sedatif (pada anak kecil)
d. Terapi dekongestan nasofaring Penatalaksanaan bergantung pada efektivitas terapi
(misalnya dosis antibiotika oral dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik pasien. 9
Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yang tepat dan awal. Bila terjadi pengeluaran cairan
bisa diresepkan preparat otik antibiotika. (Brunner & Suddarth 2002)
Patofisiologi ganguan pendengaran konduktif
Gangguan pada telinga luar, tengah, dan dalam dapat menyebabkan ketulian. Tuli dibagi atas
tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli campuran. Tuli konduktif terjadi akibat kelainan
telinga luar, seperti infeksi, serumen atau kelainan telinga tengah sepertiotitis media atau
otosklerosis (Kliegman, Behrman, Jenson, dan Stanton, 2004). Tuli sensorineural melibatkan
kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Salah satu penyebabnya adalah pemakaian
obat-obat ototoksik seperti streptomisin yang dapat merusak stria vaskularis.Selain tuli
konduksi dan sensorineural, dapat juga terjadi tuli campuran. Tuli campuran adalah tuli baik
konduktif maupun sensorineural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang
(Lassman, Levine dan Greenfield,1997)
Diagnosa
Untuk menentukan diagnosis tuli konduktif, akan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
menyeluruh. Tes yang dilakukan yaitu tes pendengaran (audiogram) untuk menentukan
tingkat keparahan tuli konduktif. Pemeriksaan fisik dimulai dengan visualisasi dan palpasi
daun telinga. Untuk memeriksa saluran pendengaran eksternal untuk untuk melihat adanya
serumen (cairan telinga), benda asing, dan kelainan saluran telinga, menggunakan otoskop.
Tes pencitraan seperti CT scan atau MRI mungkin dilakukan untuk melihat adanya tumor
atau malformasi telinga
Indikasi
Terjadi akibat adanya gangguan pendengaran karena masalah dengan saluran telinga,
gendang telinga, atau telinga tengah dan tulang yang kecil (maleus, inkus, dan stapes).
(Hearing Loss Association of America) Penyebab tuli konduktif:
a) Malformasi telinga luar, saluran telinga, atau struktur telinga tengah
b) Cairan di telinga tengah dari pilek
c) Infeksi telinga
d) Fungsi tuba eustachius yang menurun
e) Gendang telinga berlubang
f) Tumor jinak
g) Dampak kotoran telinga
h) Infeksi pada saluran telinga
i) Benda asing di telinga
j) Otosklerosis
Intervensi
Pengobatan tuli konduktif dilakukan sesuai dengan apa yang menyebabkan tuli konduktif.
Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan yaitu:
 Operasi/pembedahan, dapat menyembuhkan tuli konduktif yang disebabkan
kelainan telinga bawaan, malformasi, disfungsi struktur telinga tengah, otosklerosis,
dan tumor jinak.
 Amplifikasi, dengan menggunakan alat bantu dengar konduksi tulang, atau alat
osseointegrasi yang ditanamkan melalui operasi (misalnya sistem Baha atau Ponto),
atau alat bantu dengar konvensional.
 Obat antibiotik atau antijamur, untuk mengobati infeksi telinga kronis, atau cairan
tengah yang berlebihan.
Patofisiologi Astimagtisme
Akibat kelengkungan tidak sama sepanjang dua pokok meridian dari komea anterior (dikenal
sebagai astigmatisme komea) dan / atau mungkin karena komea posterior. Adanya lekukan
yang tidak merata pada permukaan depan dan belakang lensa kristalina sehingga
memiringkan indeks bias dari lensa atau permukaan di seluruh permukaan lensa yang tidak
merata dikenal sebagai astigmatisme intemal atau residual (Read, Collins dan Camey, 2006).
Indikasi
Seseorang dengan astigmatisme akan memberikan keluhan seperti melihat ganda (diplopia)
dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan
kabur untuk jauh maupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah
kelopak mata, sakit kepala, mata terasa tengang dan pegal. Gejala lain yang mungkin
termasuk adalah menyipitkan mata, adanya rasa tidak nyaman pada mata, fotofobia, serta
merasa kesulitan mengemudi dimalam hari (Ilyas, 2006 ; Kaimbo, 2012).
Diagnosa
Evaluasi astigmatisme memerlukan riwayat penilaian dan pemeriksaan pasien. Riwayat
pemeriksaan harus memasukkan unsur-unsur evaluasi yang komprehensif secara medis untuk
mempertimbangkan kebutuhan visual, okular, dan patologi pasien (Kaimbo, 2012).
1. Cara pengaburan (fogging technique of refraction) Pemeriksaan diiakukan untuk
mengetahui derajat lensa silinder yang diperlukan dan sumbu silinder yang dipasang untuk
memperbaiki tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan baik. Pada
mata yang mengalami kelainan refraksi astigmatisme didapatkan 2 bidang utama dengan
kekuatan pembiasan pada satu bidang lebih besar disbanding dengan bidang lain. Biasanya
kedua bidang utama ini tegak lurus satu dengan yang lainnya. Pada mata astigmatisme lensa
silinder yang sesuai akan memberikan tajam penglihatan yang maksimal (Ilyas, 2012)
2. Uji Keratometri Pemeriksaan ini diiakukan dengan alat yang disebut keratometer atau
ophthalmometer. Keratometer berfungsi sebagai pengukur kelengkungan komea pasien.
Untuk melihat kelengkimgan komea dalam berbagai bidang,mengetahui derajat silinder yang
ada akibat kelainan kelengkungan komea dan untuk sumbu astigmatisme yang dipakai, juga
untuk menemukan astigmatisme irregular. Dengan demikian, alat ini menyediakan hasil yang
objektif secara kuantitatif mengukur kelengkimgan di setiap meridian serta sumbu
astigmatisme komea (Ilyas, 2012; Kaimbo, 2012)
3. Pemeriksaan Silinder Silang Pemeriksaan silinder silang diiakukan dengan menggunakan
lensa silinder silang yang dibentuk oleh dua lensa silinder yang sama akan tctapi dengan
kekuatan berlwanan dan diletakkan dengan sumbu saling tegak lurus (silinder silang
Jackson). Tujuan pemeriksaan ini untuk menentukan kekuatan silinder optimal pada sumbu
yang telah ditemukan, serta untuk memperbaiki koreksi silinder yang telah diiakukan pada
sumbu yang salah (Ilyas, 2012)
Intervensi
Menurut American Academy of Ophthalmology, kacamata merupakan cara yang paling
sederhana dan aman dalam mcngoreksi kesalahan bias atau kelainan refraksi. Kacamata
seorang pasien hams dievaluasi setiap kali gejala kelainan penglihatan meningkat. Lensa
silinder mumi atau silinder berbeda dengan lensa bulat, silinder memfokuskan sinar cahaya
ke saluran fokus daripada titik. Kekuatan meridian selalu terletak jauh dari sumbu sebesar
90°. Oleh karena itu, jik a poros adalah 45 derajat, kekuatan meridian berada di 135°. Sebuah
lensa silinder di tentukan oleh porosnya. Untuk astigmatisme lazim dikoreksi dengan lensa
silinder ditambah antara 60 dan 120°. Untuk astigmatisme tidak lazim dikoreksi dengan lensa
silinder ditamba antara 150 dan 30°. Sedangkan untuk Astigmatisme dengan hyperopic atau
rabun serta memerlukan koreksi lebih dari satu meridian dikoreksi dengan menggunakan
lensa kombinasi antara silinder dan lensa bulat (Kaimbo, 2012).
Kemgian dalam memakai kacamata yaitu menghalangi penglihatan perifer, pemakaian
dengan waktu tertentu, membatasi kegiatan tertentu seperti olahraga, selain itu penderita
astigmatisme akan mendapatkan perasaan tidak enak bila memakai kacamata (Ilyas, 2006).
2. Lensa Kontak Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan didataran depan komea
untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Keuntungan memakai lensa kontak
yaitu pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dengan bayangan normal, lapang
pandang menjadi luas, tidak membatasi kegiatan. Kemgian dalam pemakaian lensa kontak
yaitu sukar dibersihkan, sukar merawat, tidak dapat di pergunakan pada silinder berat (Ilyas,
2006).
Patofisiologi Steabismus
Kedua bola mata manusia digerakan oleh otot-otot mata luar, sedemikian sehingga bayangan
benda yang menjadi perhatian akan jatuh tepat di kedua uvea sentralis. Kemudian secara
simultan dikirim kesusunan saraf pusat untuk diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan
tunggal sehingga terjadi penglihatan binokuler.
Juling (crassed eyes) terjadi bila terdapat satu atau lebih otot pergerakan bola mata yang tidak
mengimbangi gerak otot-otot lainnya. Juling adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan
kedua mata untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan karena tidak sempurnanya
penglihatan kedua mata atau terjadi gangguan saraf yang menggerakkan otot-otot mata (Ilyas
Sidarta, 2004). Keadaan dimana sumbu penglihatan mata tidak dapat diraihkan pada satu titik
kesemua arah pandang (David Ovedaff, 2002. hal 895).
Maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata sehingga sumbu
penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya.
Kehilangan kemampuan mengimbangi gerak otot-otot dari mata tersebut salah satunya dapat
disebabkan oleh rusaknya system pusak sensorik dan motorik oleh karena sebab terinfeks
virus, bakreri ataupun oleh sebab mengidap suatu penyakit. Kelainan otot seperti tumor otot
paralis otot-otot penggerak bola mata yang kesemuanya berjumlah 12 yang merupakan factor
utama penyebab juling
Indikasi
Sebuah tanda nyata adanya strabismus adalah sebelah mata tidak lurusatau tidak terlihat
memandang ke arah yang sama seperti mata sebelahnya. Kadang-kadang anak-anak akan
memicingkan/menutupsebelah matanya saat terkena sinar matahari yang terang atau
memiringkankepala mereka agar dapat menggunakan kedua matanya sekaligus.Anak-anak
yang menderita strabismus sejak lahir atau segera sesudahnya,tidak banyak mengeluhkan
adanya pandangan ganda. Tetapi anak-anak yang mengeluhkan adanya pandangan ganda
harus diperiksadokter spesialis mata anak dengan seksama. Semua anak seharusnya diperiksa
oleh dokter spesialis mata anak sejak dini terutama bila dalamkeluarganya ada yang
menderita strabismus atau ambliopia.
Tanda utama adalah mata tidak lurus artinya bila satu mata terfokus pada satu obyek, mata
yang lain tertuju pada obyek lain. Juga bila anak melirik, bergiliran bola matanya tidak
sampai ke ujung, itu bias terjadi karena terjadinya hambatan pada pergerakan bola mata
sehingga mata tidak bisa bergerak kesegala arah dengan leluasa.
Kadang-kadang anak dengan strabismus akan memiringkan satu mata disaat matahari
terik/memalingkan leher untuk menggunakan kedua matanya secara bersama-sama
Diagnosa

1. Pengkajian ketajaman penglihatan


Pengkajian ini dapat dilaksanakan dalam tahap-tahap ketergantungan pada respon
klien dari masing-masing tahap dan alasan dilaksanakan pengkajian.
a. Tahap I: Lakukan pengkajian sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar / majalah. Pastikan pencahayaannya cukup, pasien berkacamata
seharusnya memakai kacamatanya selama tahap pengkajian ini. Perhatikan jarak
klien memegang lembarang yang dibaca dari matanya. Pastikan klien mengerti
bahasa dan tidak buta huruf. Mintalah klien membaca dengan kertas untuk
memastikan bahwa klien tidak buta huruf, bila klien mengalami kesulitan
lanjutkan pengujian tahap 2.
b. Tahap II: Gunakan lembar pemeriksaan smaller pastikan lembaran pemeriksaan
benar-benar diterangi, klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari snallen atau
duduk di kursi pengkajian yang telah terpasang berseberangan dengan layer
dimulai dari baris pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan
satu mata ditutup bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu “E” dan tentukan
arah tangan “E” pada anak-anak kecil. Gunakan lembaran dengan gambaran
obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman pengliatan untuk masing-masing mata
dan kedua mta dalam dua nilai.
c. Tahap III: Uji masing-masing klien dengan kartu indeks dengan menutupi satu
mata, minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari-jari
yang diacungkan kurang lebih 1 kaki (30 cm) dari wajah klien, bila klien gagal
dalam kedua tes tersebut sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian
padamkan cahayanya tanyakan apakah klien melihat cahaya
Intervensi

1. Non Operatif
a. Sangat penting deteksi dini (keturunan tipe mata)
b. Lakukan beberapa foto pada beberapa posisi dan perhatikan letak sentral titik
cahaya kedua mata.
c. Latihan otot mata
d. Penyesuaian jenis makanan / keadaan umum (kesehatan umum)
e. Pemberian pelatihan aktif (keaktifan klien melakukan latihan)
f. Pelatihan pasif (dilakukan orang tua / perawat bayi nenek)
g. Pemberian kaca mata
h. Bila perlu tetes mata pelatihan (cycloplegira)
i. Penutupan mata yang sehat dengan harapan terjadi rangsangan dari mata sakit
untuk dipakai
2. Operatif
a. Dilakukan dengan melakukan tindakan pemotongan / pengurangan panjang otot
mata dan pembetulan letaknya.
b. Operasi sering dilakukan dengan alasan kosmetika dan psikologi untuk
mengoreksi juling yang disebabkan oleh esotropia dasar atau cacat esotropia
akomodatif setelah dikoreksi dengan kacamata, saat operasi berfariasi antara satu
orang dan orang lain.
Operasi koreksi meliputi memindah / memendekkan otot preosedur baru adalah
menjahit luka yang dapat diatur

Anda mungkin juga menyukai