Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN TELINGA
Kelompok 5

TELINGA LUAR

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari
daun
telinga
(pinna/aurikula), meatus
akustikus,
kanalis
auditorius eksternus dan
membrane timpani

fUNGSI

Mengumpulkan dan Menghantar Gelombang


bunyi ke struktur struktur telinga tengah,
salah satu bentuk perlindungan telinga luar
adalah dengan pembentukan serumen

Gangguan Telinga Luar


1

Mal Formasi Kongenital

Trauma

Infeksi dan Non Infeksi p

Neoplasma

Malformasi Kongenital
Atresia Liang Telinga
disebab kan oleh genetik seperti infeksi virus atau bahan kimia
pada kehamilan muda

Mikrotia
pinna yang sangat besar atau sangat kecil

Fistula Preaurikular yaitu berbentuk bulat dan


lonjong di luar telinga
Lop Ear Merupakan bentuk abnormal dari daun
telinga

Trauma
Trauma pada
telinga dapat
merusak dan
menghancurkan
aurikula dan kanalis
akustikus eksternus

Bagian Trauma

Laserasi Taruma akibat terjadi


karena klien sering mengorekngoerek telinga dengan jari atau
penjepit dapat menyebabkan
pendarahan sementara
Frostbite dapat timbul pada suhu
rendah dan sangat dingin
Hematoma yaitu penumpukan
bekuan darah diantara perikardium

Infeksi dan non infeksi pada


Pinna
Serumen
Pada keadaan normal serumen tidak
akan menmpuk diliang telinga, tetapi
akan keluar sendiri pada waktu
mengunyah dan setelah sampai
diluar telinga akan menguap oleh
panas

Benda Asing

Bend
a
Hidu
p
Bend
a
Mati

Serangga
Semut

Kacangkacanan
karet
penghapus

Otitis Eksternus

Peradangan, infeksi atau


respon alergi pada
struktur kanalis akustikus
eksternal atau aurikula

Proses Keperawatan
Pengkajian

Dokumen
tasi

Diagnosa

Evaluasi

Intervensi

Implemat
asi

Pengkajian
Anamnesa Keluhan Klien terkait nyeri,
apakah ada rasa tersumbat atau apakah
ada cairan yang keluar dari telinga
Riwayat kesehatan
Kapan Keluhan ddirasakan
apakah klien dalam waktu dekat ada
berenang
Apakah klien sering mengorek-ngorek
kuping
Apakah klien seorang petinju

Pemeriksaan

fisik

Diagnosa Keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri pada


telinga b.d reaksi inflamasi, reaksi infeksi
pada telinga
Perubahan persepsi sensori pendegaran
b.d obstruksi
Risiko tinggi terjadi infeski b.d
perkembangan penyakit

Intervensi
Kompres hangat selama 20 menit
sebanyak 3 kali sehari dengan
mengunakan handuk
Istirahatkan klien
Membatasi gerak kepala
Jelaskan pada klien tentang
penyakitnya
Kolaborasi terapi antibiotika
kolaborasi terapi analgesik

Evaluasi
Rasa nyaman klien terpenuhi
Persepsi sensori pendegaran dalam
batas normal
Tidak terjadi infeksi
harga diri klien tidak terganggu

TELINGA TENGAH

a. Membran typmani/gendang teling membatasi


telinga luar dan tangah.
b. Cavum tympani
c. Antrum tympani
d. Tuba auditiva
e. Eutakhius

A. Penyakit Membran
Timpani
Jika

terjadi peradangan pada membran timpani


dapat terlihat bercak-bercak putih tebal akibat
timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan
tenaghnya sebagai akibat peradangan terdahulu
(timpanosklerosis)
Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran
Timpani adalah pemberian tetes telinga
antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan
obat pilihan untuk menghilangkan nyeri, adanya
bulging atau vesikel dapat dipecahkan dengan
jarum halus atau miringotomi.

B. Gangguan Tuba
Eustakhius
Fungsi

Tuba Eustakhius adalah untuk


ventilasi, drainage secret dan
menghalangi masuknya secret dari
nasopharing ke telinga tengah.
Ventilasi berguna untuk menjaga
agar tekanan udara dalam telinga
tengah selalu sama dengan tekanan
udara luar

Barotrauma
Adalah

keadaan dengan terjadinya perubahan


tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal membuka.
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg,
maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba.
Pada keadaan ini terjadi tekanan negative sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa
dan kadangkadang disertai dengan rupture
pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

Manifestasi

klinis berupa nyeri pada telinga,


klien mengeluh kurang jelas pendengarannya,
autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan
kadang-kadang tinnitus dan vertigo.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya


adalah :
Terapi dekongestan.
Jika cairan masih menetap ditelinga tengah
sampai beberapa minggu maka dianjurkan
untuk tindakan miringotomi dan bila perlu
pemasangan pipa ventilasi (Grommet).

C. Gangguan pada Rantai Osikula


Pada

telinga tengah terdapat tulangtulang pendengaran (rantai osikula)


yang terdiri dari maleus, inkus dan
stapes yang mentransmisikan suara
dari membrane tympani ke fenestra
yang dapat disebabkan oleh infeksi,
trauma ataupun proses congenital
dapat menghambat transmisi suara
ke tempat lainnya.

Osikula

dapat mengalami kelainan bentuk, terputus


ataupun terfiksasi secara congenital, bentuk yang
paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam
fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak
berkembang atau berujung buntu atau tumbuh
dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara
fungsional dapat menyebabkan ketulian congenital
yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.
Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan
sebelum anak masuk sekolah serta perunya alat Bantu
mendengar yang menempel pada tulang pendengaran
agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.

Otitits Media

Otitis

media adalah infeksi pendengaran


sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid.

Otitis Media Akut (OMA)


Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit
yang disebabkan oleh serangan mendadak
dari infeksi bakteri dalam telinga bagian
tengah.

Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :


Masuknya

bakteri patogenik
(Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus
Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam
telinga tengah.
Disfungsi tuba eustakhius, seperti
obstruksi yang diakibatkan infeksi saluran
pernapasan atas, inflamasi jaringan
disekitar (sinusitis,hipertropi adenoid), atau
reaksi alergi (rhinitis Alergika)

Tanda dan Gejala


Otlagia

(nyeri telingah), akan hilang secara


spontan jika terjadi perforasi spontan
membrane timpani.
Keluarnya cairan dari telinga
Demam
Kehilangan pendengaran
Tinitus
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi

Otitis Media Kronis (OMK)


OMK

adalah perforasi membran timpani secara


permanen, dengan atau tanpa pengeluaran pus
dan kadang-kadang disertai oleh perubahan
dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga
tengah.

Etiologi
Otitis media kronis biasanya disebabkan karena
pengulangan dari penyakit otitis media akut
dan disfungsi tuba akustikus.
Trauma atau penyakit lain.

MENIERE DISEASE

HISTORI

Pada 1861, Prosper Mnire Menggambarkan sindrom dari ketulian, dari Meniere
tinnitus dan vertigo yang disebabkan cedera pada labirin.

Pada tahun 1938, Hallpike dan Cairns menggambarkan patologi hipertensi (hidrops)
endolimfatik

DEFINISI
Definisi yang pasti belumlah jelas

Pada tahun 1972 The American Academy of Ophthalmology and Otolaryngologi Committee
mendefinisikan Menieres disease adalah Suatu penyakit dengan gangguan membran telinga
dalam dengan ciri-ciri gangguan pendengaran, vertigo dan tinnitus yang secara patologik
berhubungan dengan distensi hidrop dari sistem endolimfatik.

EPIDEMIOLOGI

Terdapat 1.000 kasus dari 100.000 orang

Dengan puncak insiden antara usia 30 sampai 60 tahun

Sindrom Menier biasanya lebih banyak pada perempuan dibanding laki - laki

PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Terdapat

dua cairan penting yang mengisi telinga


dalam yaitu endolimf dan perilimf
Perbedaan tekanan pada kedua cairan ini
tekanan kepada jaringan syaraf di membran
gangguan pendengaran yaitu tinnitus, vertigo dan
rasa penuh ditelinga

PATOFISIOLOGI

Peningkatan tekanan endolimfe pecahnya membran yang memisahkan perilimf (cairan


miskin kalium) dengan endolimf (cairan kaya kalium)

Pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi


pada membran reissner.

PATOFISIOLOGI

FISIOPATOGENIA

ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti
Patologi utama dari penyakit ini adalah pengembungan system endolimfatik akibat peningkatan volume
endolimfe
Beberapa faktor etiologi :
1. Kegagalan penyerapan oleh kantong endolimf,
2. Genetik,
3. Reaksi alergi,
4. Pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju ke labirin,
5. Gangguan elektrolit dalam cairan labirin,
6. Anatomi dan infeksi virus,
7. Gangguan autoimun.

FAKTOR ETIOLOGI SEKUNDER


Gangguan perkembangan
Status endokrin dan metabolik abnormal
Sifilis
Otitis Media Kronik
Keseimbangan cairan yang terganggu
Leukaemia

TRIAS MENIERE
TRIAS

BERKURANGNYA

VERTIGO

TINNITUS

PENDENGARAN
SECARA PROGRESIF

GEJALA KLINIS
Vertigo episodik
Tuli sensorineural
Tinnitus
Perasaan penuh atau tekanan pada telinga yang terkena

VERTIGO EPISODIK

Serangan vertigo onsetnya tiba-tiba, pasien merasa dirinya berputar atau sekitarnya yg
berputar

Serangan terjadi dengan periode spontan remisi dalam beberapa minggu, bulan atau tahun
Menurut Lermoyez(1919) vertigo episodik didahului meningkatnya tinnitus dan gangguan
pendengaran.

TULI SENSORINEURAL

Tuli biasanya berfluktuasi dan progresif

Pendengaran yang berkurang yang berfluktuasi merupakan tanda khas penyakit ini
Tuli sensorineural pada gangguan kokhlea biasanya terjadi penurunan ketajaman pendengaran
Dysacusis dimana suara yang ditangkap penderita tidak normal dan menyerupai suara
kaleng.

TINITUS

Biasanya ini merupakan gejala awal dari suatu meniere disease

Tinnitus dapat terjadi terus menerus atau pun hilang timbul dan biasanya berupa tinnitus nada
rendah dengan suara bergemuruh
Pada awal tinnitus terdengar keras ketika pendengaran berkurang dan tinnitus akan lebih
ringan pada saat pendengaran membaik

Perasaan Penuh atau Tekanan


Pada Telinga Yang Terkena

Gejala penuh pada telinga juga berfluktuasi

Bisa bersamaan dengan vertigo

DIAGNOSA

Diagnosa di permudah dengan adanya kriteria menieres disease ini berupa vertigo episodik,
tinnitus dan tuli sensorineural

Untuk mendukung diagnosa diperlukan:


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan THT Rutin
Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Full blood count
Laju endap darah
Urea dan Elektrolit
VDRL(Venereal disease research laboratory test )
TPHA(Treponema pallidum haemagglutination antibody)
Glukosa ad Random dan GTT
Cholesterol dan Trygliserida
Tyroid fungtion test

DIAGNOSIS BANDING
Menurut Stahle dan Klockhoff (1986) membagi diagnosa banding menieres disease
Kondisi dengan vertigo tanpa gejala auditori
~ Vestibular neuronitis dan BPPV
Kondisi tanpa vertigo tapi dengan gejala auditori
~ Tuli mendadak, Vestibular Schwannomas
Kondisi dengan kombinasi gejala auditori dan vertigo
~ Cogans Syndrom, Craniovertebral Junction Abnormalities, Migrain, Non
Cochleovestibulopathies.

Spesifik

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan menieres disease terbagi atas penanganan secara umum, pada seragan akut dan fase
kronik
A.

Penanganan secara umum


Penenangan kecemasan pasien dan mengatur pola hidup sehat

B. Penanganan pada serangan akut

Tirah baring

Obat-obatan sedatif vestibular untuk mengurangi vertigo diantaranya


(Dramamine),Promethazinet heoclate (Avomine),Prochlorperazine (stemetil).

Dimenhydrinate

PENATALAKSANAAN

Diazepam (Valium atau Calmpose) 5-10 mg(IV) Obat ini memiliki efek sedatif dan juga
penekanan dari nukleus vestibular medial Vasodilator:
Inhalasi dari Carbogen ( 5% CO2 dengan 95 % O2)
Histamin Drip. Histamin diphosphate 2,75 mg dicampur kedalam 500 ml glukosa (IV)
tetesan lambat.

PENATALAKSANAAN
Penanganan pada fase kronis
Obat sedatif vestibular.
Prochlorperazine(stemetil) 10 mg , 3 X sehari, ( 2 Bln) kemudian diturunkan menjadi 5 mg , 3
X sehari pada bulan berikutnya
Vasodilator. Asam Nikotinik , 50 mg satu jam sebelum makan 3 X sehari . Dosisnya dapat
ditingkatkan secara perlahan untuk mendapatkan flushing pada kulit.
Betahistine(vertin) 8-16 mg, 3 X sehari

Diuretik. Kadang kadang pemakaian diuretik furosemid tablet 40 mg, dikosumsi pada hari
yang lain dengan suplemen potassium membantu untuk mengontrol serangan ulang.

Propantheline bromide (Probanthine) 15 mg, 3 X Sehari dapat diberikan secara tunggal atau
pun kombinasi dengan vasodilator dan cukup efektif.

Hormon. Penanganan harus diarahkan untuk menemukan gangguan endokrin dan pemberian
terapi yang cocok dan sesuai dengan gangguan metabolik yang ada.

Steroid dapat membantu karena efek anti radang dan efek pada sistem imun. Steroid dapat
mengurangi vertigo, tinnitus dan tuli, Kemungkinan efek menurunkan tekanan yang ada.

TERAPI BEDAH

Terapi bedah dilakukan medikamentosa gagal memberikan hasil yang maksimal setelah 3-6
bulan.

Terapi bedah dapat dibagi menjadi non destruktif (Konservatif) dan

destruktif.

Prosuder nondestruktif diindikasikan pada pendengaran yang masih serviceable sedangkan


prosuder destruktif menghilangkan kemampuan sensori telinga dalam dan mengorbankan sisa
pendengaran.

GANGGUAN PENDENGARAN PADA GERIATRI

Proses Degenerasi Organ Pendengaran


Telinga luar
Berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga
dan liang telinga.
Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa
produksinya berkurang
Penyusutan jaringan lemak
Kulit daun telinga/liang telinga keringtrauma
Serumen mengumpul, mengeras, dan menempel
dengan jaringan kulit liang telinga.

Serumen

cenderung menumpuk karena terjadi


peningkatan produksi serumen dari bagian 1/3
liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang
telinga, yang tampak lebih tebal dan panjang.
Membran timpani, tulang-tulang pendengaran,
otot-otot di telinga tengah

Telinga dalam
sensorik, saraf, pembuluh darah, jaringan
penunjang, maupun sinaps saraf, rentan
terhadapat proses degeneratif.
Organ corti paling
Perubahan pada sel-sel rambut luar di bagian
basal koklea sangat berpengaruhnya dalam
penurunan ambang

Perubahan Scr Mikroskopik


Membran

timpani menipis dan lebih kaku


Arthritis sendi sering terjadi pada antar tulangtulang pendengaran
Atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot
pendengaran di telinga tengah
Proses penulangan dan perkapuran pada tulang
rawan di sekitar Tuba Eustachius.

TULI KONDUKTIF
Berkurangnya

elastisitas dan bertambah besarnya


ukuran pinna daun telinga
Atrofi dan bertambah kakunya liang telinga
Penumpukan serumen
Membran timpani bertambah tebal dan kaku
Kekauan sendi tulang-tulang pendengaran

Kelenjar

serumen atrofi, produksi berkurang


serumen menjadi lebih kering, serumen prop
Membran timapani kaku dan tebal
Kekakuan persendian tulang-tulang pendengaran
menyebabkan tuli konduksi

TULI SARAF
Etiologi
Presbikusis akibat proses degenerasi dgn faktor
pendukung: herediter, pola makanan,
arterioskerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau
bersifat multifaktor.
Progresifitas penurunan pendengaran
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, laki-laki
lebih cepat dibandingkan perempuan.

Patologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan
struktur koklea dan N.VIII.
Koklea atrofi dan degenerasi sel-sel rambut
penunjang pada organ Corti.
Perubahan vaskular terjadi pada stria vaskularis.
Ukuran sel-sel ganglion, saraf, dan myelin akson
saraf penurunan jumlah.

Klasifikasi

Gejala Klinik
Keluhan utama, berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga
Telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tapi sulit untuk
memahaminya, bila diucapkan dengan cepat di tempat
bising (cocktail party deafness).
Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di
telinga, disebabkan oleh faktor kelelahan saraf
(recruitment).

Diagnosis
pemeriksaan otoskopik, membran timpani suram,
mobilitasnya berkurang.
Tes penala didapatkan tuli sensorineural.
Pemeriksaan audiometrik nada murni menunjukkan
suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral, dan simetris.
Pemeriksaan audiometrik tutur menunjukkan
adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discrimination).

Penatalaksanaan
Rehabilitasi ,pemasangan alat bantu dengar
(hearing aid).
Kombinasikan dengan latihan membaca ujaran
(speech reading) dan latihan mendengar
(audiotory training).

Anda mungkin juga menyukai