Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


MENINGITIS

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah IV

Disusun oleh :

Dwi Ayu Rizkia Silviani 88170019

Agita Liliandari 88170020

Euis Siti Komariah 88170028

Riska Nurvia 88170035

Ayu Komalasari 88170038


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ARS

BANDUNG

2020

DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................................6
A. Pengertian................................................................................................................................6
B. Etiologi.....................................................................................................................................6
C. Manifestasi Klinis...................................................................................................................9
D. Patofisiologi...........................................................................................................................10
E. Pathway.................................................................................................................................12
F. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................12
G. Penatalaksanaan...................................................................................................................13
H. Komplikasi............................................................................................................................13
I. Pengkajian.............................................................................................................................14
J. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................15
K. Intervensi...............................................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
ASKEP LAPORAN KASUS..........................................................................................17
A. Pengkajian.............................................................................................................................17
B. Diagnosa................................................................................................................................21
C. Intervensi...............................................................................................................................21
BAB IV............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena
letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti
virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan
otak.
Meningitis merupakan masalah kesehatan universal dan kondisi
gawat darurat medis pada anak yang berpotensi tinggi terjadi morbiditas
dan mortalitas. Angka kematian meningitis sebesar 152.000 jiwa tiap
tahun, dari 7,6 juta jiwa kematian anak usia dibawah 5 tahun (Bamberger,
2010; Afroze dkk., 2014; Ibrahim dkk., 2011; Konstantinidis dkk., 2014)
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian
meningitis pada neonatus dan anak masih tinggi sekitar 1,8 juta pertahun.
Meningitis bakterial berada pada urutan 10 teratas penyebab kematian
akibat infeksi di seluruh dunia dan menjadi salah satu infeksi yang paling
berbahaya pada anak. Anti mikroba dan vaksin telah tersedia, tetapi
penyakit ini masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang
tinggi pada anak. Angka mortalitas meningitis sebesar 25-50% sedangkan
angka morbiditas sebesar 25-45%. Insidens meningitis bakterial pada anak
di Afrika Selatan diperkirakan sebesar 4 per 100.000, dengan insiden
tertinggi pada usia kurang dari 1 tahun sebesar 40 per 100.000 (Airede,
2012; Boyles dkk., 2013; Mago dkk., 2012).
Parameter klinis konvensional dan laborat seperti demam, kejang,
kaku kuduk, jumlah lekosit atau kadar protein C-reaktif (CRP) yang
meningkat sesuai definisi yang diajukan oleh American College of Chest
Physicians dan Society of Critical Care Medicine, kurang sensitif dan
spesifisik dalam mendiagnosis infeksi bakteri berat. Pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) masih menjadi baku emas untuk mendiagnosis
meningitis bakterial pada praktik klinis, tetapi hasil tersebut dapat berubah
negatif dalam beberapa jam setelah pemberian antibiotik (Liaudat dkk.,
2001; Tan dkk., 2015).
Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi
meningitis semakin hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk
mengulas lebih lanjut mengenai penyakit meningitis melalui makalah yang
berisi laporan pendahuluan dan laporan kasus pasien meningitis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari penyakit meningitis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit meningitis ?
3. Bagaimana penerapan kasus penyakit meningitis dalam asuhan
keperawatan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari penyakit meningitis.
2. Mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit meningitis.
3. Mengetahui penerapan kasus penyakit meningitis dalam asuhan
keperawatan.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari
selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan
penyebab utama dari meningitis.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu,
pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari
tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara
dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.
(Kozier, 2005).
Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput otak
(meninges) termasuk duramater, arachnoid dan piamater yang melapisi
otak dan medulla spinalis yang dapat disebabkan oleh beberapa etiologi
(infeksi dan noninfeksi) dan dapat diidentifikasi oleh peningkatan kadar
leukosit dalam likour cerebrospinal. (Lippincott Williams & Wilkins,
2003).

B. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mepunyai faktor prediposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
belakang. (Erathenurse, 2007).

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas: Pneumococcus,


Meningococcus, Hemophi influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella.
(Suriadi, 2006) .
Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti
bakteri, virus, parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi darah
dan likour serebrospinal. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab
non-infeksi, seperti pada penyakit AIDS, keganasan, diabetes mellitus,
cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan sistem imun
(imunopresif). (Lewis, 2005)

Menurut Kozier (2005), meningitis dapat terjadi karena terinfeksi


oleh virus, bakteri, jamur maupun parasit.

1. Virus
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh
secara alami tanpa pengobatan spesifik. Kasus meningitis virus di
Amerika Serikat terutama selama musim panas disebabkan oleh
enterovirus; walaupun hanya beberapa kasus saja yang berkembang
menjadi meningitis. Infeksi virus lain, yakni :
a. Virus Mumps
b. Virus Herpes, termasuk Epstein-Barr virus, herpes simplexs,
varicella-zoster, Measles, and Influenza
c. Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya
(Arboviruses)
d. Kasus yang lain yang agak jarang yakni LCMV (lymphocytic
choriomeningitis virus), disebarkan melalui tikus
2. Bakteri
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan
orang dewasa muda di Amerika Serikat adalah bakteri Neisseria
meningitidis. Meningitis disebabkan ole bakteri ini dikenal sebagai
penyakit meningokokus. Bakteri penyebab meningitis bervariasi
menurut kelompok umur.
Selama usia bulan pertama, bakteri yang menyebabkan meningitis
pada bayi normal merefleksikan flora ibu atau lingkungan bayi
tersebut (yaitu, Streptococcus group B, Basili enterik gram negatif,
dan Listeria monocytogenes). Meningitis pada kelompok ini kadang-
kadang dapat karena Haernophilus influenzae dan patogen lain
ditemukan pada penderita yang lebi tua
Meningitis pada anak usia 2 bulan – 12 tahun biasanya karena
H.influenzae tipe B, Streptococcus pneumoniae, atau Neisseria
meningitidis. Penyakit yang disebabkan oleh influenzae tipe B dapat
terjadi disegala umur tapi seringkali terjadi sebelum usia 2 tahun.
Klebisella, Enterobacter, Pseudomonas, Treponema pallidum dan
Mycobacterium tuberculosis dapat juga mengakibatkan meningitis.
Citrobacter diversus merupakan penyebab abses otak yang penting.
3. Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari 2 kelompok yaitu,
jamur patogenik dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa
jenis spesies yang dapat menginfeksi manusia normal setela inhalasi
atau inflantasi spora. Secara alamiah, manusia dengan penyakit kronis
atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebi rentan terserang infeksi
jamur dibandingkan manusia normal. Jamur patogenik menyebabkan
histiplasmosis, blastoycosis, coccidiodomycosis dan
paracoccidiodomycosis. Kelompok kedua adalah kelompok jamur
opportunistik. Kelompok ini tidak menginfeksi orang normal.
Penyakit yang termasuk disini adala aspergilosis, candidiasis,
cryptococcosis, mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan
meningitis akut, subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak
dengan imunosupresif terutama anak dengan leukimia dan asidosis.
Dapat juga pada anak yang imunokompeten. Cryptococcus
neoformasus dan Coccidioides immitis adalah penyebab utama
meningitis jamur pada anak imunikpmpeten. Candida sering pada
anak dengan imunosupresi dengan penggunaan antibiotik multiple,
penyakit yang melemahkan, resipien trnasplant dan neonatus kritis
yang menggunakan kateter vaskular dalam jangka waktu lama.
C. Manifestasi Klinis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang
jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya,
meningitis yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala
anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid
sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang
disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah,
sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan
ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak
lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut
timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri
punggung. Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan
alat pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus
terjadi secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan
pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi,
biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang
dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus
influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan
dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri
otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau
purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I
atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan
nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit
bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan
berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng,
opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis.
Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi,
dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu
dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri
kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan
anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh
dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-
ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau stadium terminal
ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila
tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan
pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang,
konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis. Kejang
terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus influenza,
25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi
meningokok.

D. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit
di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran
bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ
atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis
Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran
kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau
komplikasi bedah otak.23 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat
makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di


korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural
yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis
yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di


korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuron-neuron. Dengan demikian meningitis dapat dianggap
sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat
perineural yang fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales
(Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial
dapat menghambat aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan
hidrosefalus komunikans. (Harsono : 2000).

Menurut Suriadi pada tahun 2006, mikroorganisme penyebab dapat


masuk mencapai membran meningen dengan berbagai cara antara lain :

1. Hematogen atau limpatik


2. Perkontuinitatum
3. Retograd melalui saraf perifer
4. Langsung masuk cairan serebrospinal

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan


ruang-ruang yang berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi
mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut meningo-encephalitis. Efek
patologis yang terjadi antara lain :

1. Hyperemia Meningens
2. Edema jaringan otak
3. Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap


peningkatan tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak).
Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi
bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat tadi dapat
menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak.

E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
Analisa CSS dari fungsi lumbal : Meningitis bakterial : Tekanan
meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus.

1. Glukosa serum : Meningkat (meningitis).


2. LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
3. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
(infeksi bakteri).
4. Elektrolit darah : Abnormal.
5. ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
6. Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan
daerah “pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
7. MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran /
letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
8. EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
(ensefalitis) atau voltasenya meningkat (abses).
9. Rontgen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau
sumber infeksi kranial.
10. Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral
posterior.

G. Penatalaksanaan
Keefektifan pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik
yang mampu menembus barier blood – brain ke dalam lapisan
subarakhnoid. Antibiotik penicillin (ampisillin, piperasillin) atau salah satu
chepalosporin (ceftriaxone sodium, cefotaxim sodium) dapat digunakan.
Vacomyan hydrocloride tunggal atau kombinasi dengan rifampisin juga
dapat digunakan jika bakteri telah teridentifikasi. Antibiotik dosis tinggi
diberikan secara intravena.

Dexametason dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada


meningitis akut dan meningitis pneumococcus. Dexametasone dapat
diberikan bersamaan dengan antibiotik untuk mensupresi inflamasi dan
mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta tidak meningkatkan
resiko perdarahan gastrointestinal.

Dehidrasi dan syok dapat diatasi dengan penambahan volume


cairan. Seizure yang terjadi pada tahap awal penyakit dapat dikontrol
dengan phenitoin/dilantin (Lewis, 2005).

H. Komplikasi
1. Ketidakseimbangan sekresi ADH
2. Pengumpulan cairan subdural
3. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian
badan
4. Hidochepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena
atrofi nervus II (Optikus)
5. Pada mengitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka
dimulut, konjungtivitis
6. Epilepsi
7. Pneumonia karena aspirasi
8. Efusi subdural, emfisema subdural
9. Keterlambatan bicara
10. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (Okulomotor), nervus IV
(Toklearis), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur
gerakan bola mata

I. Pengkajian
1. Pengkajian : Perawat mengumpulkan data untuk menentukan
penyebab meningitis, yang membantu mengembangkan rencana
keperawatan.
a. Riwayat kesehatan sekarang : yang harus dikaji meliputi adanya
keluhan sakit kepala, demam, nausea, vomiting dan nuckal rigidity.
Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK. Penurunan LOC,
seizure, perubahan tanda-tanda vital dan pola pernafasan, dan
papiledema. Perawat menanyakan pada klien untuk menjelaskan
gejala yang dialami, kapan waktunya, apakah itu semakin
bertambah buruk lagi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Perawat berkata pada klien untuk
mengingat peristiwa khusus yang pernah dialami, seperti riwayat
alergi, ISPA, trauma kepala atau fraktur tengkorak, riwayat
pemakaian obat-obatan.
2. Pengkajian fisik: Dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe
atau pemerikasaan organ dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi.
a. Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan kesadaran, tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan dan temperatur tubuh.
b. Sistem pernafasan: mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak
nafas, irama nafas tidak teratur, takipnea, ronchi, sumbatan jalan
nafas dan apnea.
c. Sistem kardiovaskuler: dikaji adanya hipertensi, takhikardi,
bradikardi.
d. Sistem gastrointestinal: adanya muntah, menurun atau tidak adanya
bising usus.
e. Sistem urinaria: dikaji frekuensi BAK, jumlah, inkontinensia.
f. Sistem persarafan meliputi: tingkat kesadaran,kejang, GCS,
pemeriksan saraf kranial II (optikus), III (oculomotorius), V
(trigeminal), IV (troklearis), VI (abdusen), VII (fasialis), atau VIII
(vestibulocochlear), pemeriksaan status system sensori dan
motorik, pemeriksaan refleks, kerniq atau brudzinski positif.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan klien dengan meningitis mencakup :

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


TIK atau edema serebral
2. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan penekanan
respon inflamasi (akibat obat), status cairan tubuh
3. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi, toksin
dalam sirkulasi, inefektif manajemen terapautik berhubungan dengan
berbagai kondisi yang dialami yang ditandai oleh masalah sensorik
dan motoric
4. Keterbatasan aktifitas, Hipertermia berhubungan dengan infeksi dan
gangguan regulasi temperatur pada hipotalamus karena peningkatan
TIK ditandai peningkatan suhu.

K. Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
TIK atau edema serebral
Tujuan : perfusi jaringan serebral membaik
a. Kaji tingkat kesadaran dan tanda vital dengan menggunakan
parameter neurologi secara teratur (GCS)
b. Atur lingkungan yang aman dan tenang untuk mencegah agitasi
yang dapat meningkatkan TIK, kejang, gangguan pernapasan yang
menandakan kegawatan.
2. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan penekanan
respon inflamasi (akibat obat), status cairan tubuh
Tujuan : cairan terkontrol agar tidak memperburuk keadaan
a. Berikan cairan IV sesuai program, cegah kelebihan cairan yang
dapat memperburuk edema cerebral
b. Monitor input dan output
3. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi, toksin
dalam sirkulasi, inefektif manajemen terapautik berhubungan dengan
berbagai kondisi yang dialami yang ditandai oleh masalah sensorik dan
motorik.
Tujuan : mengurangi nyeri
a. Berikan nalgesik sesuai terapi, monitor reson klien
b. Bantu posisi yang nyaman, dengan leher diekstensikan
4. Keterbatasan aktifitas, Hipertermia berhubungan dengan infeksi dan
gangguan regulasi temperatur pada hipotalamus karena peningkatan
TIK ditandai peningkatan suhu.
Tujuan : memulikan keadaan dan membuat klien dapat beraktifitas
kembali
a. Berikan kompres pada klien
b. Beritahukan klien agar tidak banyak melakukan aktivitas dan
memakai baju yang dapat mempermudah panas keluar
c. Anjurkan pasien banyak minum air putih
d. Monitor suhu tubuh secara teratur
e. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai terapi
BAB III

ASKEP LAPORAN KASUS

Tangga masuk RS : 18 Maret 2017


Tanggal pengkajian : 20 Maret 2017

A. Pengkajian
1. Data diri pasien dan penanggung jawab
2. Keluhan utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran 7 hari sejak SMRS
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dikaji pasien mengalami penuran kesadaran dengan nilai GCS
E2M1V3. NEWSS : kuning. Pasien mengalami penurunan
kesadaran, nyeri kepala dan demam yang hilang timbul semenjak 1
minggu SMRS. Pasien berisiko tinggi jatoh sehingga dipasang klip
berwarna kuning. CPOT : 6 (Ekspresi wajah meringis ; ada
gerakan perlindungan ; kepatuhan terhadap ventilator pasien batuk
tapi masih toleransi ; tampak merintih ; ketegangan otot tegang
kaku)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien diketahui HIV positif sejak tahun 2006 dan dikonsulkan ke
pokdisus, mulai mengonkonsumsi ARV pada tahun 2013 namun
tahun 2015 pasien putus minum ARV, TB paru dan efusi pleura
(pengobatan 9 bulan selesai).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pasien ada yang mengidap TBC
4. Pola aktivitas sehari - hari
a. Nutrisi
Intake nutrisi parenteral menggunakan TE 1000/24 jam dan diet
cair per enteral feeding
b. Eliminasi
BAK via kateter urin
BAB (-) sejak masuk rumah sakit
c. Aktivitas dan Istirahat
Pasien bed rest, mobilisasi di bantu total
d. Cairan dan Elektrolit, dan keseimbangan asam basa
Balance cairan -120cc
5. Data Psikososial
a. Mode Konsep Diri
Keluarga pasien berharap pasien untuk dapat segera pulih dan
keluar dari rumah sakit
b. Mode Fungsi Peran
Pasien merupakan adik dan juga ibu dari 1 orang anak
c. Mode Interdependensi
Selama dirawat di RS, pasien selalu ditemani oleh adiknya
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampil sakit berat
b. Kesadaran. : Sopor (E = 2 , V = 1, M = 3)
c. Tanda Vital. :
NEWSS : Kuning
RR : 20x/menit, Ronchi kasar bilateral
TD : 110/70 mmHg
HR : 97x/menit
SH : 38,50C
Saturasi : 99%, akral dingin
d. N.Carnialis
N.I : Sulit dinilai
N.II.III : Reflek cahaya +/+, pupil isokor, diameter 4mm
N.III.IV.VI : Sulit dinilai
N.V : Reflex kornea (+)
N.VIII : Sulit dinilai
N.IX.X : Gag reflex (+)
N.XI : Sulit dinilai
N.XII : Sulit dinilai
e. Status Neurologis
Kesadaran : Sopor
Pe TIK : (+)
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (+), Kerniq (+)
Reflex Fisiologis Ka Ki
Biceps/Triceps +/+ +/+
KPR/APR +/+ +/+
Kekuatan Motorik : Sulit dinilai
Refex patologis Ka Ki
Hofman/Tromner -/- -/-
Babinski +/+ +/+

7. Pemeriksaan penunjang
a. kesan meningitis (CT Scan),
b. gambaran limfadenopathy (Ro Thorax)
c. GDS : 114 mg/dL.
8. Penatalaksanaan medis
a. Terapi Non- Farmakologi : Diit tinggi KH, Protein, Rendah
lemak
b. Terapi Farmakologi :
O2 2-3L/m
IVFD Assering/8 jam
Citicholin 2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone 1x2gr
Dexametasone 3x1 amp
NGT-Kateter
9. Analisa data

Gejala Etiologi Masalah


DS : Perubahan perfusi
Infeksi oleh bakteri dan virus
- Keluarga pasien jaringan serebral
mengatakan pasien
Menyebar ke cairan
sudah mengalami serebrospinal (css)

penurunan
Peradangan (inflamasi,
kesadaran sejak 7 dimana terjadi proses
fagositosis sel imun thdp
SMRS bakteri/virus
DO :
Vasodilatasi pembuluh darah
- Pasien dalam
kesadaran sopor Pe↑ permeabilitas kapiler
- E2M1V3
Perpindahan leukosit, eritrosit,
- Peningkatan TIK : albumin ke interstitial
(+)
Edema serebral dan Pe↑ TIK
- Rangsang
Meningeal : Kaku Menekan pembuluh darah

kuduk (+), Kerniq Gangguan aliran darah


(+)
- Akral dingin O2 tidak adekuat

Gangguan Perfusi Jaringan


Serebral

DS : Infeksi oleh bakteri dan virus Hipertemi


- Keluarga
Menyebar ke cairan
mengatakan pasien serebrospinal (css)
mengalami demam
yang hilang timbul 7 Peradangan (inflamasi,
dimana terjadi proses
hari SMRS fagositosis sel imun thdp
bakteri/virus
DO :
- Suhu = 38 ºC Bakteri mengeluarkan zat
pyrogen endogen
Merangsang pengeluaran
prostaglandin (PG) pd
thermostat hipotalamus

Merangsang kerja berlebih


dari PG E2 di hipotalamus

Instabil termoregulasi

Suhu tubuh sistemik ↑

Hipertermi

DS : Infeksi oleh bakteri dan virus Nyeri akut


- Keluarga
Menyebar ke cairan
mengatakan pasien serebrospinal (css)
sering mengeluhkan
nyeri kepala yang Peradangan (inflamasi,
dimana terjadi proses
tidak tertahankan 7 fagositosis sel imun thdp
bakteri/virus
hari SMRS
DO : Vasodilatasi pembuluh darah
- CPOT : 6 (Ekspresi
Pe↑ permeabilitas kapiler
wajah meringis ; ada
gerakan
Perpindahan leukosit, eritrosit,
perlindungan ; albumin ke interstitial

kepatuhan terhadap
Edema serebral dan Pe↑ TIK
ventilator pasien
batuk tapi masih Antolgia / Miolgia

toleransi ; tampak
Nyeri
merintih ;
ketegangan otot
tegang kaku)

10. Masalah keperawatan


a. Perubahan perfusi jaringan serebral
b. Hipertemi
c. Nyeri akut
B. Diagnosa
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
TIK atau edema serebral
2. Hipertemi b.d dehidrasi agen faramasi
3. Nyeri akut b.d cederan agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma).

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Perubahan Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Perubahan tekanan
perfusi jaringan tindakan keperawatan tekanan CSS, akibat hernasi
serebral selama x24jam. Resiko intracranial batang otak yang
berhubungan perubahan perfusi membutuhkan
dengan jaringan menjadi tindakan segera
peningkatan adekuat dengan kriteria 2. Monitoring tanda- 2. TTV merupakan
TIK atau edema hasil : tanda vital. acuan untuk
serebral 1. Tekanan darah mengetahui keadaan
sistolik (n=100- umum pasien
140 mmHg).
3. Management 3. Bertujuan untuk
Sistolic blood
pengobatan mencegah
preasure.
(monitoring peningkatan tekanan
2. Tekanan darah
pemberian terapi intrakarnial.
diastolic (n=80-
farmakologi untuk
100 mmHg).
mengurangi TIK).
Diastolic blood
preasure.
3. Keseimbangan
4. Identifikasi
cairan, Fluid
terjadinya resiko
balance.
lainnya yang
4. Saturasi
berhubungan
oksigen 95-
dengan
100%. Oxigen
peningkatan TIK
saturation.
5. Tidak ada (Infeksi).
mual,muntah
dan nyeri. 5. Pantau pola diet,
sesuai dengan
kondisi pasien
meningitis.
2. Hipertemi b.d Setelah dilakukan 1. Pantau suhu setiap 1. Karena suhu pasien
dehidrasi agen tindakan keperawatan 2 jam dengan hipertermi
faramasi x24 jam, dihharapkan dapat berubah-ubah
jalan nafas pasien setiap waktu.
Kembali efektif
dengan kriteria hasil : 2. Pantau warna kulit 2. Warna kulit pasien

a. Tekanan darah dan suhu dengan hipertermi,


sistolik normal. kemerahan dan akral
b. Tekanan darah teraba hangat-panas
diastolik (sesuai suhu tubuh)
normal. akibat dari proses
c. Pasien tidak infeksi (kolor, dolor,
mengalami rubor, fusiolesa).
kelemahan. 3. Monitor TD, Nadi,
3. TTV merupakan
RR
acuan untuk
mengetahui keadaan
umum pasien.
4. Monitor Intake dan
Output. 4. Pasien dengan
hipertermi, akan
mengalami dehidrasi
(turgor kulit buruk).
5. Kolaborasi :
berikan antipiretik 5. Antibiotik digunakan
bila perlu. untuk mengatasi
infeksi yang
menyebabkan
hipertermi pada
pasien.
3. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Menurunkan reaksi
cederan agen tindakan x24 jam rasa lingkungan yang terhadap stimulasi
biologis nyeri di kepala pada tenang dan eksternal, sensitivitas
(infeksi, pasien berkurang dan nyaman. stimulasi eksternal,
iskemia, hilang dengan kriteria sensitivitas terhadap
neoplasma). hasil : cahaya,
a. Mengetahui meningkatkan
penyebab istirahat atau
timbulnya relaksasi.
nyeri.
2. Bantu pasien untuk
b. Menjelaskan 2. Menurunkan iritasi
memnemukan
faktor meningeal
posisi kepala yang
penyebab
lebh tinggi.
timbulnya nyeri
c. Dapat
3. Tingkatkan tirah 3. Menurunkan
memantau
baring, dan bantu aktivitas atau
nyeri yang
pasien dalam Gerakan yang dapat
dirasakan.
pemenuhan KDM menyebabkan nyeri
d. Dapat
utama.
melakukan
pencegahan
4. Pantau TTV pada 4. Perubahan pada (TD,
untuk
pasien Nadi, dan RR)
terjadinya
menggambarkan
nyeri.
kondisi pasien.
e. Menyatakan
gejala nyeri 5. Kaji tingkat nyeri
5. Untuk mengatasi
yang dirasakan pada pasien CPOT.
tingkatan nyeri dan
dapat
mengetahuui
terkontrol.
permasalahan, serta
cara mengatasinya.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai
lapisan piamerter dan ruang subaraknoid maupun araknoid dan termasuk
cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada
penderita meningitis biasanya dijumpai keluhan pertama yaitu nyeri kepala
yang menjalar ke tungkuk dan punggung kemudian tungkuk menjadi kaku
atau disebut kaku kuduk. Pasien juga seringkakali mengalami penurunan
kesadaran, tanda kernig dan brudzinsky positif. Untuk penangan dapat
diberika terapi antibiotik dan kortikostreoid, serta terapi operatif.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai