PERITONITIS
A. Anatomi Fisiologi
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di
dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama yailu
peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal dan
peritoneum viseral yang menyelaputi semua organ yang bcrada di
dalam rongga itu. Ruang yang bisa lerdapat di antara dua lapis ini
disebut rongga peritoneum atau cavum peritoneum. Normalnya
terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang
memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Pada orang laki-laki
peritoneum berupa kantong tertutup; pada orang perempuan saluran
telur (tuba Fallopi) membuka masuk ke dalam rongga peritoneum
(Pierce, 2006).
disebut
retroperitoneal.
Bagian-bagian
yang
masih
dengan
alat
3. Colon
ascendens
dan
colon
descendens
terletak
retroperitoneal;
4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat
penggantung disebut mesocolon transversum;
5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal
dengan
alat
saraf aferen somatik dan visceral yang cukup sensitif terutama pada
peritoneum parietal bagian anterior, sedangkan pada bagian pelvis
agak kurang sensitif. Peritoneum visceral disarafi oleh cabang aferen
sistem otonom yang kurang sensitif. Saraf ini terutama memberikan
respon terhadap tarikan dan distensi, tetapi kurang respon terhadap
tekanan dan tidak dapat menyalurkan rasa nyeri dan temperatur
(Pierce, 2006).
Fungsi peritoneum yaitu :
a. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
b. Membentuk pembatas yang halus sehinggan organ yang ada
dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
c. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ
terhadap dinding posterior abdomen
d. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu
melindungi terhadap infeksi.
B. Definisi
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera yang merupakan penyulit
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronik /
kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas
pada palpasi, defans muscular dan tanda tanda umum inflamasi. (
Santosa, Budi. 2005)
glomerulonepritis.
Penyebab
utama
adalah
menyakinkan
atau
tegang
karena
iritasi
peritoneum.
sepsis,
atau
penggunaan
analgesic),
penderita
dengan
E. Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan
infeksi tersebar luas pada pemukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar,
dapat
timbul
peritonitis
umum,
aktivitas
peristaltik
aktivitas
inhibitor
aktivator
plasminogen)
dan
abses
pada
peritonitis
pada
prinsipnya
Pathway Keperawatan
Infeksi Bakteri, virus,
cacing/ parasit
Trauma
abdomen
Appendiksitis
Perforasi
Mukosa Terbendung
Konstipasi
Sumbatan fungsional
dan pertumbuhan kuman kolon
Peritonitis
Pre Operasi
Peradangan Peritonium
Peningkatan Peristaltik
Proses infeksi
Konsumsi
diit
mendadak
rendah
serat
Proses penyakit
Anoreksia, mual,Kemungkinan
abdomen
Nyeri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipetermi
distensi
muntah
Resiko
infeksi
ruptur
Konstipasi
Post Operasi
Pembedahan/Laparatomy
Kelemahan fisik
Nyeri
Resiko
kekurangan
volume cairan
Intoleransi
aktivitas
Resiko
infeksi
F. Komplikasi
1. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena
sentral
yang
menyebabkan
gangguan
elektrolit
bahkan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
2. X. Ray
Foto polos abdomen 3
posisi
didapatkan :
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
Usus halus dan usus besar dilatasi.
Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus
perforasi.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena
syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan
diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan
protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam
usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah
dan perbaikan dapat diupayakan.
3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis,
seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi
pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
I.
terjadi
pembesaran
limfa,
kembung, nyeri
Auskultasi : peristaltic usus menurun
Perkusi abdomen : hipersonor
2. Pengkajian primer
a. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan
jalan nafas berupa secret, lidah jatuh atau benda asing
b. Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman,
dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya.
c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler,
kaji keseimbangan cairan dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji
output dan intake klien.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak di
anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas
dan cepat adalah :
A: Awakening
V: Respon Bicara
P: Respon Nyeri
U: Tidak Ada Respon
e. Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar
dapat diketahui kelaianan yang muncul, pada abdomen akan
tampak
distensi
sebagai
akibat
perubahan
sirkulasi,
Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus peritonitis
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan
menurut NANDA
Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention
Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut Johnson
(2000) Nursing Outcome Classification ( NOC) , antara lain:
Pre Operasi
Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
respon
pasien
dapat
terhadap
ketidaknyamanan
5) Anjurkan pasien untuk istirahat
6) Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada
anak.
7) Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
konstipasi teratasi.
NOC : Eliminasi defekasi, kriteria hasil:
1. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan
2. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.
3. Mengingesti cairan dan serat dengan adekuat.
NIC : Penatalaksanaan defekasi
1) Pantau
pergerakan
defekasi
meliputi
frekuensi,
gastrointestinal,
ketat,
khususnya
adanya
cara:
masase,
perubahan
posisi,
berikan
cairan
pasien
normal
dan
dapat
praktek
higiene
pribadi
untuk
higiene
pribadi
untuk
tanpa
disertai
DAFTAR PUSTAKA
Andra.
2007.
Peritonitis
Pedih
dan
Sulit
Diobati.
www.majalah-
KONSEP DASAR
LAPARATOMI
A. Pengertian
Laparatomi yaitu pembedahan perut sampai membuka selaput perut.
Ada 4 cara, yaitu :
- Midline incision
B. Indikasi
a) Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu : Trauma tembus
(trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang
disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak. Trauma tumpul (trauma
perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat
disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman (sit-belt).
b) Peritonitis, inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier.
Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder
disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan
penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier.
c) Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi), gangguan
(apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran
usus
d) Apendisitis mengacu pada radang apendik, Suatu tambahan
seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari
sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran
darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
e) Tumor abdomen
f) Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
kepada
pasien-pasien
yang
telah
menjalani
operasi
pembedahan perut.
Tujuan :
- Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
- Mempercepat penyembuhan
- Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
-
operasi
Mempertahankan konsep diri pasien
Mempersiapkan pasien pulang
penonjolan
Iritasi kulit
Diare
Pendarahan stoma
Eviserasi
Infeksi luka operasi
Sepsis
Pengkajian Colostomi
1. Keadaan stoma (warna, pendarahan, posisi)
2. Eliminasi
3. Adanya nyeri (kapan timbul)
4. Kebutuhan tidur / istirahat
5. Konsep diri
6. Gangguan nutrisi (nafsu makan, kebiasaan makan)
Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI
Brunner, Sudart. 1984. Textbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition
IB. Lippincott Company.
Soeparman dkk. 1987. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI
KONSEP DASAR
APENDIKTOMI
1. Definisi Apendiktomi
Apendiktomi adalah
pembedahan
untuk
mengangkat
yaitu
dengan
Apendiktomi
pengangkatan
tindakan
apendiks
yang
meradang.
2. Macam Macam Apendiktomi
Pembedahan untuk mengangkat apendiks dapat dilakukan
dengan apendiktomi terbuka dan apendiktomi laparoskopi.
a. Apendiktomi Terbuka
abdominis,
sampai
akhirnya
tampak
peritoneum
c. Peritoneum
disayat
sehingga
cukup
lebar
untuk
eksplorasi
d. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar
e. Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks
secara biasa, dari puncak ke arah basis
f. Semua perdarahan dirawat.
g. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan
sutra, basis apendiks kemudian dijahit dengan catgut
h. Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan
tersebut
i. Puntung apendiks diolesi betadine
j. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan
dalam simpul tersebut. Mesoapendiks diikat dengan
sutra
k. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan
alat-alat didalamnya, semua perdarahan dirawat.
l. Sekum dikembalikan ke abdomen.
m.Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4
klem dan didekatkan untuk memudahkan penutupannya.
pneumoperitonium.
Diatese hemoragik sehingga mengganggu fungsi
pembekuan darah
Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk
memasukkan trokar kedalam rongga pelvis oleh karena
5. Komplikasi
a. Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut,
robekan sekum atau usus lain.
b. Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus,
peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal.
6. Pelaksanaan
1. Sebelum operasi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan
kamar
Hari ke-7
jahitan
dapat
diangkat
dan
pasien
diperbolehkan pulang.
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Anamnesa
Dapatkan riwayat
kesehatan
dengan
cermat
khususnya
mengenai:
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
sakit
ringan/sedang/berat.
Sirkulasi : Takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang
kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
tegak.
Demam lebih dari 380C.
Data psikologis klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan
3. Pemeriksaan penunjang
Tanda-tanda peritonitis
kuadran
kanan
bawah.
ginjal.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi,
abses apendiks.
b. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Kegelisahan atau ketegangan otot
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif
untuk
mencapai kenyamanan
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan
rasa
2.
Intervensi
Tentukan
kemampuan
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah
makan.
3. Ansietas berhubungan
dengan
tindakan
pembedahan,
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan /
insisi pembedahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang
Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif
untuk
mencapai kenyamanan.
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
pasien
untuk
memenuhi
kebutuhan
rasa
hal-hal
yang
dapat
mempercepat
penyembuhan luka.
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya
kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
asupan.
muntah.
Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah
makan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca
operasi.
Tujuan: Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan
kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali
dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian penderita
merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan dan
mempercepat kesembuhan.
Kriteria hasil :
diri.
rasa nyeri klien berkurang
otot - otot perut dan panggul kembali normal
kekuatan otot perut meningkat
Intervensi:
-
pergerakkan klien.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entre.
Tujuan : mengurangi resiko infeksi akibat luka pasca operasi
sehingga mempercepat proses penyambuhan.
Kriteria hasil:
- luka pasca operasi tidak menunjukkan tanda tanda
inflamasi
- luka menunjukkan proses penyembuhan
Intervensi :
Kaji tanda tanda inflamasi pada luka operasi
Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril
Beri tahu klien dan keluarga cara menjaga luka pasca
operasi untuk menghindari resiko infeksi
cairan
pasien
normal
dan
dapat
waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.