Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGAREZKY

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh :
ZULKIFLI
NIM : A1C1231007

CI INSTITUSI
CI LAHAN

 
Juhelnita Bubun,S.Kep.,Ns.,M.Kep
, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

A. Definisi
Fraktur (fraktura) atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang menjadi patah,
retak, atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang. Tulang yang mengalami fraktur dapat
terjadi di area tubuh manapun. Namun, kasus ini lebih sering terjadi di beberapa bagian
tubuh. Misalnya, patah tulang selangka atau bahu, patah tulang tangan (termasuk
pergelangan tangan dan lengan). Fraktur adalah kondisi yang sering terjadi serta dapat
dialami oleh siapapun dan pada usia berapapun karena tekanan kuat pada tulang, misal
akibat kecelakaan (Hellosehat, 2022).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen
tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk
memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open
Rreduktion wityh Internal Fixation) (academi.edu, 2015).

B. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa
karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot
trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Menurut (Corwin, 2000: 299), Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak
juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat
patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (academia.edu, 2015).
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala fraktur dapat berbeda pada setiap orang, tergantung jenis,
lokasi, dan tingkat keparahan yang dialami. Namun secara umum, gejala yang bisa terjadi
jika seseorang mengalami patah tulang atau fraktur, yaitu:
 nyeri atau sakit hebat di area tulang yang fraktur,

 pembengkakan di area tubuh yang terdampak,

 deformitas atau perubahan bentuk yang terlihat jelas di area tubuh yang mengalami
fraktur,

 sulit menggerakkan bagian tubuh di area patahnya tulang,

 kemerahan, memar, dan terasa hangat di kulit sekitar tubuh yang terdampak, serta

 mati rasa dan kesemutan di area tubuh yang terkena (Hellosehat, 2022).

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi
struktur fraktur yang kompleks.
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
(academia.edu, 2015).

E. Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan
di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas


kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun,
usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal
bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability (academia.edu, 2015)

F. Pengkajian Keperawatan (Teori)


1. Pengkajian pada Pasien Fraktur
a. Aktivitas/istirahat

Tanda  : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri, atau trjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)

b. Sirkulasi

Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas),


atau hipotensi (kehilangan darah)

c. Neurosensori

Gejala  :   Hilang gerak/sensasi,spasme otot Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda : Demormitas local; angulasi abnormal, pemendakan,ratotasi,krepitasi (bunyi


berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi).
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala :  Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada ara
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.

e. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Lingkungan cidera

Rencana pemulangan : Membutuhkan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri,


dan tugas/pemeliharaan  rumah.

G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh perawat profesional,


menggambarkan tanda-tanda dan gejala-gejala yang menunjukkan masalah kesehatan
yang dirasakan pasien/klien dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya
dapat membantu menolongnya.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot,edema dan cidera pada jaringan lunak.

2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan intregitas tulang

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi neurovaskuler prifer berhubungan


dengan  penurunan atau intrupsi aliran darah, edema berlebihan, hipovolemia.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak.

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang


neuromuskuler.

6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah


perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup.

7. Kurang pengetahuan terhadap  kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurang paparan informasi.
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

Dari diagnosa diatas dapat di prioritaskan sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan fraktur/trauma.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang


neuromuskuler.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan alat fiksasi invasive.

H. Ketepatan Rumusan Tujuan

2. Tujuan : ekstremitas yang rusak dapat digerakkan.


Kreteria hasil : Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

I. Perencanaan Tindakan Keperawatan

Intervensi  :

a.  : Kaji tingkat mobilitas yang bisa dilakukan pasien

b. : Anjurkan gerak aktif pada ekstremitas yang sehat

c. : Pertahankan penggunaan spalek dan elastis verban

J. Rasionalisasi Tindakan Keperawatan

Rasional    :

a. Mengetahui kemandirian pasien dalam mobilisasi

b. Rentang gerak meningkatkan tonus atau kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
dan pernafasan

c. Mempertahankan imobilisasi pada tulang yang patah.


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY

Daftar Pustaka
https://hellosehat.com/muskuloskeletal/patah-tulang/pengertian-patah-tulang/
https://www.academia.edu/31088806/MAKALAH_FRAKTUR
https://www.academia.edu/36454372/Asuhan_Keperawatan_Fraktur_Patah_Tulang

Penampilan Laporan

Anda mungkin juga menyukai