SKRIPSI
OLEH:
NIM: 106101003341
1
2
SKIRPSI
OLEH:
MUHAMAD TAUFIK ZULFIQOR
NIM: 106101003341
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan pertolongan kepada para
hambanya. Dan dengan memohon kepada Alloh SWT semoga memberikan tambahan
rahmat dan Islam kepada orang yang termulya dari kesekian hambanya, yaitu makhluq-
Nya yang paling mulia, Muhammad Saw.
Laporan ini merupakan hasil dari proses kegiatan penelitian yang dilakukan di
PT. Caterpillar Indonesia selama 1 bulan. Begitu banyak pengalaman dan pengetahuan
yang tidak dapat tertuang dalam laporan ini. Semoga dengan laporan skripsi ini,
mudah-mudahan Alloh SWT selalu melimpahkan pertolongan dan ridla-Nya sehingga
dapat menjadi manfaat bagi yang membaca secara umumnya dan bagi penulis secara
khususnya.
Sebagai akhir kata, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur memberikan
ucapan terimakasih atas terselesaikannya skripsi ini kepada:
1. Keluargaku tercinta, Bapak dan Mama yang selalu memberikan nasihat dan
semangat agar selalu menjadi orang yang mengamalkan ilmunya. Serta
Kakakku Yuli, yang telah berkenan meminjamkan laptopnya untuk
menyelesaikan skripisi ini.
2. Guruku, KH. Drs. Misbahul Anam, At Tijanny yang merupakan sumber
inspirasi dan telah banyak memberikan nasihat hingga saat ini.
3. Prof. Dr (Hc). dr. MK. Tadjudin, SP.And selaku Dekan, yang telah banyak
memfasilitasi selama kegiatan menuntu ilmu.
4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat yang telah membuka jalan pengetahuan Kesehatan Masyarakat
yang luas.
5. Bunda Iting Shofwati ST, M.KKK selaku pembimbing yang secara tulus dan
penuh kesabaran menyalakan pelita di gelapnya dunia.
6. Bunda Minsarnawati, SKM, MKM yang telah memberikan coretan ilmu dan
kasih sayang selama penyusun skripsi ini.
7. Bunda Catur Rosidati, SKM, MKM, selalu menyediakan waktunya untuk
sharing selama penulisan skripsi ini.
8. dr. Ali Nurrahman, M.KKK selaku penguji yang telah memberikan banyak
saran terhadap skipsi ini.
4
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
degenarif kondisi otot, tendon, ligament, sendi pembuluh perifer dan pembuluh
darah. Bagian utama tubuh yang terlibat adalah punggung, leher, bahu, lengan
bawah dan tangan (extrimitas bagian atas), meskipun bagian extrimitas bawah
perlu juga mendapatkan perhatian lebih. Kejadian MSDs terdapat pada banyak
negara, yang berdampak pada pengeluaran biaya pengobatan dan juga penurunan
kualitas hidup. Pada banyak negara, kejadian tersebut banyak terkait oleh
bekerja. MSDs tentunya lebih banyak terjadi pada sektor industri. Risiko tinggi
seperti alat berat, kendaraan, perabot, alat rumah tangga, elektronik, tekstil,
40% dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan,
atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang telah menderita MSDs setiap
disorders (MSDs) menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21% pada
sektor pelayanan jasa, mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator
and Working yang melakukan survei pada 235 juta pekerja di 31 negara Eropa
pada tahun 2007, memperoleh 25% mengalami nyeri punggung dan 23% nya
nyeri otot, hal tersebut karena diakibatkan menderita MSDs. Di Negara Amerika
Serikat sendiri yang merupakan negara maju dalam industri manufaktur telah
penyebab utama penyakit akibat kerja dan kehilangan 846.000 hari kerja setiap
tahun dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan mencapai $20 milliar
kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita
gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1.5%)
ITB pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja
Octarisya, 2009).
pada pekerjaan pengelasan, salah satunya disebabkan oleh posisi yang buruk
(jongkok, berlutut dan over head), berat alat yang tidak standar, posisi leher dan
bahu statis dengan mendongak ke atas (Humantech 2003). Fakta mengenai risiko
yang ditimbulkan dari faktor pekerjaan, menurut Grandjen (1993) adalah sikap
kerja yang tidak alamiah pada umumnya akan menyebabkan terjadinya keluhan
otot skeletal. Sedangkan untuk faktor pekerja itu sendiri, berdasarkan penelitian
dari Guo et al. (dalam Bridger, 1995) dikatakan bahwa pada umur 35 tahun,
tersebut dapat dikarenakan pada usia di atas 35 tahun terjadi proses degenerasi
MSDs itu sendiri juga dipengaruhi oleh umur dan masa kerja, Ohlsson et al.
kaku pada bahu pada sebanyak 66%, sebanyak 69% pekerja merasa sakit atau
nyeri pada leher, 52% nafas pekerja merasa tertekan pada saat melakukan
banyak ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja yaitu 100% pekerja
merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong,
lutut, betis, kaki, dan lengan. 100% tidak merasakan sakit pada siku dan lengan.
keluhan agak sakit dan 30% nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan,
punggung, pinggang, bokong, 80% pekerja merasakan keluhan agak sakit dan
20% sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dan kaki. 3)
11
pemanenan kelapa sawit dan pemuatannya ke atas truk mempunyai skor REBA
antara 8–10 atau risiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera.
Keluhan MSDs terbanyak dialami pada bagian leher dan punggung bawah, yaitu
manufaktur pembuatan alat berat dengan terdiri dari proses fabrikasi dan
hydraulic excavator (HEX), Track Type Tracktor (TTT) serta Work Tool (WTD).
Komponen yang dibuat untuk unit jenis HEX adalah swing frame, base frame,
boom, stick dan link as. Untuk unit jenis TTT yang dikerjakan di fabrikasi antara
lain C-frame, blade, canopy sedangkan Work tool mengerjakan blade untuk jenis
D10 dan D11, bucket tipe 992 serta tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan
yang diminta. Selain itu, work tool juga menyediakan peralatan untuk kegiatan
kehutanan seperti grapples dan log forks. Bahan untuk pembuatan komponen
tersebut berasal dari besi dengan kualitas tinggi, kemudian besi-besi tersebut
pengelasan yang ada terbagi menjadi dua jenis yaitu tack weld (pengelasan titik)
dan full weld (pengelasan panjang) dengan posisi pengelasan yang berbeda-beda,
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Juni 2010 terhadap
kuesioner Nordic Body Map, diketahui bahwa seluruh pekerja merasakan keluhan
MSDs setelah bekerja. Sebanyak dua orang (20%) merasakan keluhan pada
bagian pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri serta leher bawah, sebanyak
satu orang (10%) merasakan keluhan nyeri dan pegal-pegal pada pinggang,
lengan kanan, betis kanan dan kiri, sejumlah satu orang (10%) merasakan keluhan
pada pinggang dan lengan kanan, serta sebanyak empat orang (40%) merasakan
yang terkait dengan keluhan MSDs di PT. Caterpillar Indonesia, maka peniliti
dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia
tahun 2010”
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni 2010
merasakan adanya gejala MSDs seperti nyeri ataupun pegal-pegal setelah bekerja.
terjadinya kecelakaan. Juga belum pernah ada penelitian terkait dengan faktor-
faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja di PT. Caterpilllar
mengetahui apakah ada hubungan antara pekerjaan, usia pekerja, masa kerja,
kebiasaan merokok, indeks masa tubuh dan kesegaran jasmani dengan keluhan
tahun 2010?
2010?
2010?
4. Apakah ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs pada
5. Apakah ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada welder di di
6. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder
7. Apakah ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada
8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada
9. Apakah ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada
tahun 2010.
2010.
2010.
2010.
mencapai keberhasilan.
16
pekerjaan.
lingkungan kerja.
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan
sesungguhnya.
faktor pekejaan dan faktor pekerja (usia, Masa kerja, indeks masa tubuh,
responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan
data primer. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan MSDs
dengan nordic body map dan pengukuran risiko pada faktor pekerjaan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MSDs adalah cidera atau penyakit pada sistem syaraf atau jaringan seperti
otot, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan atapun pembuluh darah. Rasa
sakit yang akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel,
panas/terbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Keluhan
muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit.
Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut keluhan
(Humantech, 2003).
kecil yang diterima dari pekerjaan oleh tubuh “Trauma Bucket”. Kebetulan, tubuh
seperti “Valve Healing”. Akan tetapi jika terlalu banyak dan sering trauma yang
didapatkan oleh tubuh manusia dengan kemampuannya yang terbatas, justru akan
Gambar 2.1.
The Trauma Bucket Theory
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
Disorders (CTD) atau biasa juga disebut MSDs adalah nyeri muskuloskeletal yang
tetap dan selalu muncul akibat trauma setelah 6 (enam) minggu dengan tingkat
disebabkan atau diperberat oleh faktor risiko yang ada di tempat kerja, termasuk
tanda atau gejala yang menetap setidaknya selama 7 hari, atau secara klinis
Secara garis besar keluhan otot dapat dibagi menjadi dua yaitu:
20
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi saat otot
dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%
otot (Suma‟mur,1996).
Adapun tiga jenis utama dari MDS tipe extrimitas atas adalah :
3. Back disorders
21
disertai bengkak.
8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa
panas.
Nordic Body Map (NBM) dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak
nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan
menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan jenis
keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat
utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian
Gambar 2.2.
Nordic Body Map
untuk dijelaskan secara pasti. Namun ada beberapa faktor risiko tertentu
yang selalu ada dan berhubungan atau turut berperan dalam menimbulkan
1991; Oborne, 1995) dan ditambah lagi dengan faktor psikososial (Susan
1. Faktor Pekerjaan
a. Postur Kerja
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi
pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada
sawit ke dalam truk sebesar 8-10/high risk, dan 83,7% dari 117
Gambar 2.3.
Postur Tubuh Janggal
Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)
b. Frekuensi
Disorders pada tahun 2008 terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa,
Gambar 2.4.
Posisi tubuh yang akan diukur
Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)
c. Durasi
didefinisikan sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi
sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari.
Humantech, 2003).
d. Beban
laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15
kg.
e. Alat Perangkai/Genggaman
alat ataupun menekan tombol, maka jaringan otot tangan yang lunak
akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, apabila hal ini
2. Faktor Lingkungan
a. Getaran
b. Mikroklimat
sampai 60 persen.
28
c. Pencahayaan
lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka mata
1997).
3. Faktor Pekerja
a. Usia
pertama biasa dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang
yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki dengan jenis
tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher
lebih banyak dialami pada pekerja yang muda daripada pekerja yang
tua.
usia, akan tetapi mereka hubungan yang sangat kuat antara beban
diagnosis MSDs.
b. Jenis Kelamin
kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita
c. Waktu Kerja
d. Kebiasaan Merokok
masih dalam taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh
merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari.
MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok akan menciptakan respon rasa
e. Kesegaran Jasmani
memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering
32
2008).
tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena adanya kenaikan 128 %
Gambar 2.5.
Senam 4-Before
33
Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan (2005)
Sejalan dengan penelitian di atas, Moore (1998) telah
dua bulan. Senam tersebut meliputi gerakan pada leher, bahu, tangan,
f. Kekuatan Fisik
pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat
diperdebatkan.
g. Masa Kerja
peningkatan derajat keeratan (OR) antara nyeri pada leher dan bahu
menjadi tiga yaitu kurus (< 18,5) normal (18,5-25) dan gemuk (25-
30) serta obesitas (> 30). Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin
dan pria, tapi pada berdasarkan IMT, hanya berpengaruh pada jenis
90,4% keluhan MSDs dialami oleh supir yang memiliki indeks masa
4. Faktor Psikososial
Safety and Health at Work (2003), adapun jenis pemicu dari faktor
tersebut dapat memiliki efek yang lebih serius jika dibandingkan dengan
1997):
maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah :
melanjutkan.
a. Definisi
1) Jumlah gerakan
3) Gaya
b. Pengukuran
1) Tahap 1
penilaian.
2) Tahap 2
Gambar 2.6.
Proses Penilaian Rula
Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Santon et al, 2005
3) Tahap 3
Tabel 2.1.
Grand Score RULA
Level Skor Action Level
Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau
Low 1–2
berulang untuk waktu yang lama.
Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin
Medium 3–4
saja perubahan diperlukan.
nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik,
hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai akhir dari REBA
memberikan indikasi level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang
a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh
seperti :
1) badan (trunk)
2) leher (neck)
3) kaki (leg)
a. Definisi
untuk :
bagian belakang.
pekerjaan.
MSDs.
adalah :
a) Metode ini hanya terfokus pada faktor fisik tempat kerja saja.
yang tepat.
b. Pengukuran
1) Punggung
ketinggian dada.
3) Pergelangan Tangan
4) Leher
memutar.
5) Berat beban
6) Waktu kerja
c. Penghitungan
Tabel 2.2.
Tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung
(H1-H4).
Tabel 2.3.
Kategori Nilai Paparan Pada Bagian Tubuh
Tingkat Paparan
Skor
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Punggung (static) 8-15 16-22 23-29 29-40
Punggun (Gerak) 10-20 21-30 31-40 41-56
Bahu/lengan 10-20 21-30 31-40 41-56
Pergelangan tangan 10-20 21-30 31-40 41-56
Leher 4-6 8-10 12-14 16-18
Sumber : University of Surrey, Buckle 2005
Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap
Tabel 2.4.
Kategori Tingkat Paparan & Tindakan
QEC Ekuivalen
Tingkatan Tindakan
skor skor RULA
Low ≤ 40 % 1-2 Dapat diterima
Medium 41 – 50 % 3–4 Perlu investigasi lebih lanjut
Investigasi lebih lanjut dan
High 51 – 70 % 5–6
perubahan segera
Very Invesetigasi dan perubahan
> 70 % 7+ seketika
High
Sumber : QEC work related, Buckle and Li, 2005
2.2. Kerangka Teori
yaitu, faktor pekerjaan, faktor lingkungan dan faktor manusia atau pekerja. Faktor
pekerjaan antara lain gerakan berulang, postur, beban, durasi, frekuensi, sikap
paksa tubuh, statis, manual handling beban berat serta postur dan peralatan kerja
yang tidak sesuai (Grandjen, 1993; Kuorinka et al, 1995, Cohen et. Al, 1997;
NIOSH, 1997; Susan Stock et.al, 2005). Selanjutnya faktor lingkungan antara lain
getaran mekanis mikroklimat. Sedangkan faktor manusia atau pekerja antara lain
umur, waktu kerja, jenis kelamin, ukuran tubuh atau antropometri dan kesehatan
atau kesegaran jasmani serta masa seseorang bekerja (Pheasant, 1995; Oborne,
terjadinya MSDs adalah jadwal kerja/shift kerja, langkah kerja, lingkungan kerja
dan psikososial (Susan Stock et.al, 2005). Adapun skema yang didapat sebagai
berikut :
47
Skema 2.1.
Kerangka Teori Keluhan MSDs
Faktor Pekerjaan
(Postur Kerja, Force/beban,
Frekuensi, Durasi. Alat perangkai
/genggaman)
Faktor lingkungan
1. Getaran
2. Mikromiklat
3. Pencahayaan
KELUHAN MSDs
Faktor Pekerja
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Waktu kerja
4. Kebiasaan merokok
5. Kesegaran jasmani
6. Indeks Masa Tubuh
7. Masa kerja
8. Kekuatan fisik
Faktor Psikososial
1. Kepuasan kerja
2. Organisasi kerja
3. Stress mental
Sumber : Kuorinka et al, 1995; NIOSH, 1997; Pheasant, 1995; Oborne, 1995;
Cohen et. Al, 1997; Susan Stock et.al, 2005.
48
BAB III
dengan faktor pekerjaan dan faktor pekerja berupa umur, kebiasaan merokok,
indeks masa tubuh, kesegaran jasmani, masa kerja. Untuk faktor jenis kelamin
tidak diteliti karena seluruh pekerja di bagian Fabrikasi berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan faktor waktu kerja tidak diteliti karena waktu kerja yang diterapkan
kepada seluruh pekerja Fabrikasi adalah sama, yaitu 8 (delapan) jam kerja setiap
hari. Faktor lingkungan seperti getaran, mikromiklat dan pencahayaan tidak diteliti
karena keterbatasan alat ukur dan memerlukan ahli atau yang telah tersertifikasi
untuk mengukurnya.
organisasi kerja tidak diteliti karena penelitian ini hanya terfokus terhadap
didapatkan penelitian dan fakta-fakta yang jelas serta belum ada alat ukur/uji yang
akurat, untuk saat ini alat ukur tersebut masih dalam tahapan pengujian dan
pengembangan alat ukur (NIOSH 2002). Adapun skema kerangka konsep dapat
Skema 3.1.
Kerangka Konsep Penelitian
Risiko Pekerjaan
Usia
Masa Kerja
Keluhan MSDs
Kebiasaan Merokok
Kesegaran Jasmani
50
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Keluhan Gejala yang ada pada salah satu bagian Mengisi Nordic Body 1. Keluhan berat; jika memiliki satu Ordinal
MSDs tubuh atau lebih yang dirasakan oleh lembar Map gejala atau lebih yang menetap
responden berupa pegal pada otot, Nordic Body selama > 3 hari dalam waktu 7
kaku, nyeri, kesemutan, rasa terbakar Map (tujuh) hari terakhir.
dan bengkak pada persendian. 2. Keluhan ringan; jika memiliki satu
gejala atau lebih yang menetap
selama 1 hari dalam waktu 7 (tujuh)
hari terakhir.
3. Tidak ada keluhan
(Katharine et al. 2005)
2. Risiko Tingkat risiko/paparan dari aktifitas Observasi, Lembar QEC, 1. Risiko Sedang; jika diperoleh nilai Ordinal
Pekerjaan pekerjaan dengan mengukur postur Wawancara Kuesioner, total QEC 40% - 50%
leher, bahu, siku, tangan dan Kamera, 2. Risiko rendah; jika diperoleh nilai
pergelangan tangan, serta punggung Busur, tabel total QEC ≤ 40%
dengan mengacu pada skor Quick skor Buckle and Li, 2005
Expossure Check
51
3. Usia Terhitung lama hidup pekerja saat Wawancara Kuesioner Tahun Ratio
tahun kelahiran hingga penelitian
dilakukan.
4. Masa Kerja Lamanya bekerja sebagai juru Wawancara Kuesioner Tahun Ratio
las/welder.
5. Indeks Kondisi status gizi pekerja saat Pengukuran Timbangan 1. Obesitas; jika IMT > 30 Ordinal
Masa dilakukan penelitian. Dihitung dengan langsung badan dan 2. Overweight ; jika IMT 25-30
Tubuh rumus BB2/TB (berat badan2/tinggi microtoa 3. Normal ; jika IMT 18,5-25
badan) (WHO 200). 4. Underweight ; jika IMT < 18,5
(WHO, 2003)
6. Kebiasaan Banyaknya jumlah rokok yang Wawancara Kuesioner 1. Berat jika > 20 batang/hari Ordinal
Merokok dikonsumsi oleh pekerja setiap hari. 2. Sedang jika 10-20 batang/hari
3. Ringan < 10 batang per hari
4. Tidak merokok jika berhenti > 1 tahun
(Bustan, 2000)
7. Kesegaran Kegiatan melakukan senam Wawancara Kuesioner 1. Kurang; jika melakukan senam Ordinal
Jasmani pagi/olahraga dalam seminggu. dan observasi pagi/olahraga < 5 x/minggu
2. Cukup; jika melakukan senam
(Humantech, 2003)
pagi/olahraga ≥ 5 x/minggu
52
3.3. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
2. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT.
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
4. Ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
5. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
6. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
sectional study (potong lintang) dimana variabel independen dan dependen diamati pada
Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Narogong KM.19, Cileungsi, Bogor 16820.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
n = 102
Hasil perhitungan statistik di atas, maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 102
sampel. Sampel diambil adalah orang yang melakukan pengelasan di bagian Fabrikasi.
orang, oleh karena itu sampel yang digunakan adalah seluruh pekerja (total population)
pengelasan.
Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada pekerja bagian Fabrikasi PT.
Caterpillar Indonesia dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, nordic body map,
lembar QEC, timbangan berat badan (Laica 36020 Italy), microtoa dan kamera digital serta
penggaris busur. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dengan menggunakan profil
perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan standard work system (SWS) bagian fabrikasi
serta data pendukung lainnya. Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel
instrumen kesioner dan menggunakan nordic body map untuk mengetahui dimana
letak keluhan yang dirasakan ketika ataupun setelah bekerja (lampiran 1). Responden
yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada atau tidaknya
gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut. Kuisioner Nordic Body Map ini
55
diberikan kepada seluruh sampel yang terdapat pada stasiun kerja. Selanjutnya
1. Keluhan berat apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang menetap
2. Keluhan ringan apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang menetap
3. Tidak ada keluhan apabila responden tidak merasakan keluhan dalam waktu 7
berikut :
1. Persiapan pengukuran
c. Dicatat data mengenai nama pekerjaan, detail pekerjaan nama peneliti, waktu
2. Pelaksanaan pengukuran
a. Pada lembar observer’s assessment, risiko MSDs pada pekerjaan diukur dan
di-ceklist pada kotak pertanyaan A-G mengenai postur dan gerakan tubuh.
56
Pada saat mengukur risiko pekerjaan, observer harus melihat pada posisi yang
paling jelas.
mengenai beban dan durasi pekerjaanya dalam sehari. Adapun penilaian risiko
pada pekerjaan berdasarkan postur tubuh dapat dilihat pada tabel 4.1.
d. Untuk mengetahui berat barang dan berat alat yang digunakan oleh pekerja
Tabel 4.1.
Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh
B1 Tidak
B2 Ya
Tabel 4.1.
Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh
Tabel 4.1.
Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh
pada lembar ke dua sesuai dengan kode pertanyaan (A1-L2). Maka didapatkan
skor risiko pada setiap bagian tubuh. Adapun salah satu contoh perhitungan
Tabel 4.2.
Salah Satu Contoh Perhitungan Pada Lembar QEC
Tabel disamping menunjukkan kombinasi antara
penilaian postur (A1-H3) dan beban (H1-H4). Tentukan
nilai yang sesuai pada kolom yang ada, contoh
kombinasi antara A2 dan H2 maka ditemukan kolom
dengan nilai 6. Masukkan nilai tersebut pada kolom
“score 1” di pojok bawah kanan.
dijumlahkan seluruhnya (total skor) dan dibagi dengan angka 176 (total
59
berikut :
Tabel 4.3.
Kategori Tingkat Paparan & Tindakan
e. Kemudian dari hasil tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu risiko
ataupun olahraga yang dilakukan diluar perusahaan serta melakukan konfirmasi data
4. Tidak merokok
Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan berapa lama telah
melakukan bekerja sebagai welder baik itu di PT. Caterpillar Indonesia ataupun
menggunakan timbangan berat badan jenis Laica 36020 Italy. Sedangkan data tinggi
Seluruh data yang telah dikumpulkan baik primer maupun sekunder akan diolah
kuesioner dan lembar penilaian risiko MSDs QEC serta gambar aktivitas pekerjaan
klasifikasi.
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan tidak ada
yang salah dan menghindari kesalahan dalam menganalisis (error). Sedangkan pada
lembar QEC perlu dipastikan kembali penempatan skor pada kolom yang telah
disediakan.
62
meliputi variabel risiko MSDs pada faktor pekerjaan, usia pekerja, indeks masa
tubuh, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, dan masa kerja yang mempengaruhi
independen dengan dependen menggunakan uji Chi square pada variabel indeks masa
tubuh, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani. Sedangkan uji Kruskall wallis
dengan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (α) 5% digunkanan pada
variabel usia kerja dan masa kerja yang memiliki data numerik serta tidak
berdistribusi normal.
Jika P value ≤ nilai α (0,05) maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value > nilai α (0,05) maka dapat
Keterangan: Keterangan:
X2 : Chi square N = jumlah sampel
O : Nilai observasi Tg = jumlah peringkat pada kelompok g
E : Nilai ekspektasi ng = jumlah sampel pada kelompok g
63
64
BAB V
HASIL
ternama yang berasal dari Amerika. PT. Caterpillar Indonesia bertugas membuat
oleh Trakindo. PT. Catepillar Indonesia didirikan pertama kali pada tahun 1982
dengan nama PT. Natra Raya hingga kemudian pada saat Maret 2010 berganti nama
menjadi PT. Caterpillar Indonesia. Perusahaan ini memiliki luas area sebesar 10
PT. Caterpillar Indonesia memiliki pekerja sekitar 300 orang. Dimana pekerjanya
merupakan pekerja yang handal dan memiliki loyalitas tinggi. Saat ini system CPS
produk.
1. Visi
dipilih oleh masyarakat daerah Asia Pasifik untuk produk work tools dan OHT
truck bodies.”
2. Misi
65
sebagai berikut :
kegiatan sehari-hari.
b. Kami akan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan bebas kecelakaan
ASEAN.
bisnis model dan proses optimum untuk merespon kebutuhan yang unik
karena sifatnya yang penting. Slogan “Employee Safety First” merupakan salah satu
sangat penting untuk menciptakan suatu tempat kerja yang aman” merupakan
karyawannya selamat tiba di rumah, setiap orang dan setiap hari. Untuk lebih
Safety Walk setiap hari senin di awal bulan, safety and council meeting setiap hari
selasa di tiap minggunya, juga melakukan Safety Sign Off, FMEA Risk Assesment
PT. Caterpillar Indonesia berhasi melakukan 294 hari kerja Zero Recordble
Accident mulai tanggal 22 Juni 2006 sampai 26 Agustus 2008, sehingga pada
1. Visi Keselamatan
karenanya kami dari hal ini adalah nol. keselamatan karyawan merupakan hal
utama dalam segala hal yang kami lakukan dan kami percaya dengan terus
dunia.”
2. Kebijakan Mutu
berkesinambungan pada setiap aspek bisnis kami. Kami akan bekerja dengan
seluruh mitra kerja Value Stream untuk memacu perbaikan ini secara
berkesinambungan.”
67
Track-Type Tractor dan WTD adalah Work Tool Demand. Sehingga produksi
utama PT. Caterpillar Indonesia saat ini adalah HEX, TTT dan WTD.
1. Fabrikasi
Pertama kali PT. Caterpillar Indonesia melakukan kegiatan operasi
adalah untuk mengerjakan OTO (One Time Order) work tool yang dipesan
hanya satu kali dengan spesefikasi khusus. Semua kegiatan fabrikasi kelas A
fabrikasi yang diproduksi di PT. Caterpillar Indonesia dan material yang dibeli
dari supplier lokal. Sehingga membutuhkan investasi modal yang sangat rendah.
3. Work Tool
PT. Caterpillar Indonesia memproduksi berbagai macam work tool
dalam skala besar. Work tool mengerjakan blade untuk D10 dan D11, bucket
tipe 992 dan tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan yang diminta. Selain itu,
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs di Bagian
Keluhan Jumlah %
responden (13,4%) sama sekali tidak mengalami keluhan dan sebesar 65 responden
ringan.
Indikator keluhan MSDs pada penelitian ini berdasarkan pada 27 titik tubuh.
Grafik 5.1.
Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pada Responden di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
69
adalah pada bagian pinggang yaitu sejumlah 45 responden, betis kanan dan kiri,
bagian tubuh yang paling sedikit dirasakan keluhan adalah pada paha kiri yaitu
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan di Bagian
Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
70
dengan tingkat risiko sedang yang dialami oleh 39 pekerja (52%) sedangkan tingkat
5.2.3. Gambaran Usia dan Masa Kerja pada Responden di Bagian Fabrikasi PT.
Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Hasil penelitian mengenai usia dan masa kerja responden pada bagian
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia dan Masa Kerja di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
NO Variabel Mean SD Min – Max
1 Usia Pekerja 30,71 (tahun) 6,281 21 – 43
2 Masa Kerja 84,13 (Bulan) 75,642 8 – 240
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden di bagian
Fabrikasi adalah 31 tahun, untuk usia responden paling muda adalah 21 tahun,
masa kerja terendah adalah selama 8 bulan, responden yang memiliki masa kerja
terlama adalah 20 tahun dan rata-rata masa kerja responden adalah 84,13 bulan (7
tahun).
71
5.2.4. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Responden di Bagian Fabrikasi PT.
Caterpillar Indonesia 2010
Hasil penelitian mengenai indeks masa tubuh pada responden di bagian
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
sejumlah 19 pekerja (25,3%) dan pekerja yang memiliki IMT normal sebesar 32
pekerja (42,7%).
merokok dan tidak merokok. Adapun distribusi kebiasaan merokok pada responden
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Bagian
Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Kebiasaan Merokok Jumlah %
72
Berat 1 1.3
Sedang 8 10,7
Ringan 30 40
Tidak merokok 36 48
Total 75 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak
orang (1,3%).
pada responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Kesegaran Jasmani N %
Kurang 48 64
Cukup 27 36
Total 75 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 48 pekerja (64%)
5.3.1. Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada Welder di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
berdasarkan hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs dapat dilihat
Tabel 5.7.
Keluhan MSDs
Risiko Total
Berat Ringan Tidak ada P value
Pekerjaan
n % n % n % n %
risiko pekerjaan yang sedang, responden paling banyak mengalami tingkat keluhan
dengan risiko pekerjaan yang rendah, paling banyak memiliki keluhan MSDs
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh
p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder yang dialami
oleh responden.
74
5.3.2. Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian
Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
keluhan MSDs diperoleh menggunakan uji non parametrik yaitu uji kruskall-wallis.
Hal tersebut tersebut dikarenakan data variabel usia merupakan data yang
berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.8.
Analisis Hubungan Antara Usia Dengan Keluhan MSDs Pada Responden
di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010
diperoleh p value 0,116 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada
hubungan antara usia pekerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian
5.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian
Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.9.
Analisis Hubungan antara Masa Pekerja dengan Keluhan MSDs Pada
Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
Indonesia tahun 2010
75
value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara masa kerja
dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
5.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs pada Welder di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Hasil penelitian mengenai hubungan antara indeks masa tubuh dengan
keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dapat
Tabel 5.10.
Analisis Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs
Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
Indonesia tahun 2010
Keluhan MSDs
Total P
Variabel Berat Ringan Tidak ada
value
n % n % n % n %
Obesitas 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100
Over weight 1 9,1 8 72,7 2 18,2 11 100
0,941
Normal 3 9,4 26 81,2 3 9,4 32 100
Under weight 1 5,3 15 78,9 3 15,8 19 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 13 responden yang memiliki
yang obesitas, paling banyak responden mengalami keluhan MSDs ringan yaitu
sebesar 9 (69,2%) dari 13 pekerja. Responden yang under weight, paling banyak
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,941 (p value >
0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara indeks masa tubuh
dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder pada bagian Fabrikasi di PT.
Caterpillar Indonesia.
5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs pada Welder di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan
keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dapat
Tabel 5.11.
Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs
pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
Indonesia tahun 2010
Keluhan MSDs
Total
Variabel Berat Ringan Tidak Ada P value
n % n % n % n %
Berat 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0
Sedang 4 50,0 4 50,0 0 0,0 8 100,0
0,044
Ringan 1 3.3 24 80,0 5 16,7 30 100,0
Tidak merokok 2 5,6 29 80,6 5 12,8 36 100,0
Sumber : Data Primer
MSDs ringan yaitu sejumlah 24 pekerja (80%). Sedangkan pada responden yang
tidak merokok, paling banyak memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 29
pekerja (80,6%).
77
Dari hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,044 (p value > 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
5.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs pada Welder di
Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010
Tabel 5.12.
Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs
pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
Indonesia tahun 2010
Keluhan MSDs
Total
Variabel Berat Ringan Tidak ada P value
n % n % N % n %
Kurang 6 12,5 41 85,4 1 2,1 48 100
0, 000
Cukup 1 3,7 17 63,0 9 33,3 27 100
Dilihat dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa dari 48 responden yang
memiliki kesegaran jasmani yang kurang, responden yang paling banyak adalah
pekerja.
Berdasarkan dari hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,001 (p value
< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga
dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
BAB VI
PEMBAHASAN
a. Data keluhan MSDs hanya berdasarkan keluhan responden yang dapat bersifat
subjektif, karena tidak didukung oleh data medis yang dapat memastikan bahwa
b. Pengukuran dengan metode QEC (quick exposure check) hanya mengukur risiko
pekerjaan pada tubuh bagian atas saja, sehingga jika ada keluhan yang dirasakan pada
tubuh bagian bawah maka tidak dapat diketahui besar risiko dan pengaruhnya dengan
faktor pekerjaan.
Keluhan MSDs pada pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari tingkat
keluhannya dan bagian tubuh yang dirasakan keluhan. Menurut Humantech (2003),
keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan
oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit.
Hal tersebut dapat terjadi jika otot menerima beban statis secara berulang dan dalam
waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut
diperoleh paling banyak (77,3%) pekerja yang mengalami keluhan MSDs ringan,
79
sedangkan pekerja dengan keluhan MSDs berat sebanyak 9,4% dan pekerja yang
keluhan MSDs berdasarkan bagian tubuh diperoleh bahwa 60% pekerja merasakan
keluhan pada bagian pinggang, pekerja merasakan keluhan pada leher sebanyak 57%
dan merasakan sakit pada bagian bahu kanan serta kiri sejumlah 48%.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Juniani
(2007) pada welder yang melakukan pengelasan bahwa keluhan MSDs seperti kaku
sering dirasakan pada bagian bahu sebanyak 66%, pekerja merasa sakit atau nyeri
pada leher sebanyak 69% dan merasakan nyeri pada bagian pinggang sebanyak
77%.
Menurut NIOSH (1997), MSDs pada leher dan bahu terjadi karena pekerja
melakukan gerakan berulang „repetitive work’, posisi leher dan bahu dalam keadaan
menahan beban berat serta posisi yang ekstrim ketika bekerja. Sedangkan keluhan
MSDs yang terjadi pada pinggang „low back pain‟ dapat muncul akibat postur kerja
memaksa kerja otot/sendi tulang belakang dan akhirnya terjadi pembengkakan pada
sendi. Menurut James (2007), ketika ruas-ruas tulang menekuk ke depan maka otot
akan bekerja dengan keras untuk menopang tulang/rangka bagian atas sampai
kepala, sehingga otat akan melentur. sehingga semakin sering dan semakin lama
Gambar 6.1.
Postur Kerja yang Tidak Ergonomis
80
A B
a. Contoh postur kerja yang tidak ergonomis, b. postur kerja tidak
ergonomis
Sumber :a. James T. Alberts (2007) b. dokumentasi Peneliti
Berdasarkan hasil temuan di tempat penelitian, diketahui bahwa munculnya
keluhan MSDs dikarenakan terdapat beberapa workshop yang tidak memiliki alat
bantu kerja berupa meja kerja. Meja kerja yang biasa digunakan untuk memudahkan
berada pada posisi yang tidak ergonomis sehingga dapat menghindari ergonomi
berupa musculosceletal disorders. Akibatnya jika ada pekerja yang bekerja tanpa
workshop maka mereka akan melakukan pengelasan secara bebas dan tanpa disadari
kemungkinan disebabkan oleh posisi yang statis dan tidak standar (seperti jongkok,
dalam James (2007), posisi statis ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang
biasanya sesuai dengan sikap tubuh dan tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja
otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga
kerja untuk berhenti. Selain itu disebabkan juga oleh postur yang tidak sesuai seperti
mengelas dalam posisi jongkok, membungkuk dan pengelasan over head serta
adanya aktifitas manual handling saat memindahkan bahan baku seperti besi baja ke
meja kerja.
Hal yang sama dilaporkan oleh Europan communities (2008) bahwa sekitar
40% dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan,
atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang di Eropa telah menderita MSDs setiap
terutama mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator ataupun pekerja
Gambar 6.2.
Meja Kerja yang Digunakan di PT.Caterpillar Indonesia Tahun 2010
82
ketika melakukan pengelasan pada tubuh bagian atas. Menurut Buckle (2005),
pengukuran dilakukan pada bagian tubuh atas seperti leher, punggung, lengan dan
bahu serta dengan mempertimbangkan berat beban yang diangkat, durasi, frekuensi
dan postur.
sedang, sedangkan 48% lainnya memiliki risiko pekerjaan ringan. Namun tinggi
rendahnya tingkat risiko pekerjaan yang ada dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
permintaan barang dari pasar sehingga membuat pekerja untuk bekerja lebih ekstra
untuk memenuhi target bulanan. Oleh karena itu, semakin tinggi dari pekerjaan maka
semakin besar pula peluan seseorang untuk mengalami keluhan MSDs. Berdasarkan
2008 terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 62% telah terpapar MSDs
83
pada tangan akibat adanya gerak repetitive/berulang dan 46% dilaporkan akibat
MSDs. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa rata-rata usia pekerja adalah 31
tahun, usia pekerja paling tua adalah 43 tahun dan usia pekerja paling muda adalah 21
tahun. Melihat teori yang diungkapkan dalam Oborne (1995) bahwa keluhan otot
skeletal biasanya dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24-65 tahun dan keluhan
pertama biasa dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Lain halnya menurut Bridger (2003), sejalan dengan
meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi
di saat seseorang berusai 30 tahun. Oleh karena itu pekerja yang ada di bagian
MSDs.
Masa kerja diukur dengan menjumlahkan total keseluruhan masa kerja baik
terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang secara fisik maupun secara
psikis. Hal ini dikarenakan tingkat endurance otot yang sering digunakan untuk
bekerja akan menurun seiring lamanya seseorang bekerja. Berdasarkan tabel hasil
5.4, dapat dilihat bahwa rata-rata masa kerja adalah 84 bulan atau setara dengan 7
Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi
pekerja. Menurut Horn et al (1998), seseorang dengan kelebihan berat badan akan
berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot
punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan kelelahan dan
nyeri otot. Berdasarkan hasil, diperoleh pekerja yang memiliki indeks masa tubuh
obesitas sejumlah 13 pekerja (17,3%) dan pekerja dengan indeks masa tubuh normal
merokok dan tidak merokok. Pekerja yang termasuk tidak merokok jika tidak pernah
ataupun sudah berhenti merokok lebih dari satu tahun. Berdasarkan hasil analisis
univariat dapat diketahui bahwa responden yang merokok adalah sejumlah 39 pekerja
(52%) dan responden yang tidak merokok sejumlah 36 pekerja (48%). Menurut
tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka
munculnya keluhan MSDs. Menurut Mitchell (2008), tingkat kesegaran tubuh yang
rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan
85
fisik tanpa kesegaran jasmani. Berdasarkan hasil uji univariat dapat dilihat bahwa
64% pekerja memiliki kesegaran jasmani yang kurang, sedangkan 36% lainnya
Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia, Cileungsi 2010 diperoleh bahwa dari 39 pekerja
dengan risiko pekerjaan sedang dan mengalami keluhan MSDs ringan adalah sebesar
31 orang (79,5%), sedangkan dari 36 pekerja dengan risiko pekerjaan rendah dan
Berdasarkan hasil uji chi-square (tabel 5.9) diperoleh p value 0,000 (< 0,05)
hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan
MSDs. Dari 75 welder, 85,2% welder yang bekerja di bagian Fabrikasi PT.
penelitian yang dilakukan oleh Hendra dan Raharjo (2008) bahwa 83,7% pekerja
merasakan keluhan MSDs pada leher dan punggung bawah dengan skor risiko
Menurut Grandjen (1993), keluhan MSDs terjadi karena sikap kerja tidak
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi
keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena
pemantauan di lapangan diperoleh bahwa masih ada beberapa welder yang bekerja
dengan postur janggal yang berisiko untuk menyebabkan MSDs seperti kemiringan
punggung ataupun leher yang melebihi 200, jongkok, membungkuk dan posisi
beberapa workshop belum memiliki meja kerja sehingga pekerja harus melakukan
pengelasan secara bebas dan tidak dapat dipungkiri jika mereka bekerja dengan
posisi-posisi yang berisiko untuk menimbulkan keluhan MSDs. Selain postur kerja
yang tidak alamiah, keluhan MSDs akan meningkat bila dalam pekerjaan melakukan
gerakan berulang dengan beban yang berat. Menurut Buckle (2005), beban yang
ringan (≤ 5 kg), sedang (6 - 10 kg), berat (11 – 20 kg) dan sangat berat (≥ 21 kg).
Sedangkan berat alat kerja yang digunakan dengan satu tangan dikategorikan menjadi
3 yaitu, low (< 1 kg), medium (2 - 4 kg) dan high (> 4 kg), sehingga dapat
disimpulkan semakin berat alat yang digunakan dengan intensitas yang tinggi (sering)
maka akan semakin meningkatkan risiko untuk mengalami MSDs. Hasil survei oleh
beberapa negara Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami
MSDs diakibatkan pekerjaan memindahkan benda berat dari container setiap hari.
Berdasarkan standar QEC, berat alat kerja yang digunakan termasuk kategori
high, hal tersebut dapat dilihat dari alat kerja seperti gerinda yang memiliki berat
sampai 4,5 kg dan alat pengencang baut yang memiliki berat mencapai 15 kg.
alat pengencang baut yang beratnya melebihi standar terpaksa digunakan karena alat
Gambar 6.3.
Penggunaan alat kerja yang beratnya mencapai 15 kg
memiliki standard work sheet (SWS) guna memudahkan pekerja dalam pencapaian
target produksi. SWS tersebut mengatur setiap detail pekerjaan yang akan dikerjakan,
sehingga setiap pekerja dituntut harus dapat melakukan pekerjaannya sesuai target
pekerjaan yang dilakukan di bagian Fabrikasi, risiko untuk terkena MSDs tetap tidak
dapat dihilangkan hingga 0%, Hal tersebut dapat dikarenakan tidak ada pekerjaan
yang tidak memiliki risiko, apalagi jenis pekerjaan yang ada adalah pembuatan
komponen dasar alat berat yang mayoritas berbahan dasar dari baja sehingga
diperlukan tenaga yang ekstra & ketahanan fisik yang baik dalam mengerjakannya.
Oleh karena itu, melihat besarnya dampak yang muncul maka perusahaan
dapat menerapkan sistem job rotation dan perusahaan menghimbau kembali kepada
88
pekerja untuk menggunakan back support guna meminimalisir keluhan MSDs, serta
perusahaan mewajibkan kepada pekerja agar melakukan senam pagi secara rutin.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang disebutkan dalam Parkes et al. (2005)
bahwa otot yang tegang dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang
juga menyediakan back support yang berfungsi menyokong pinggang dan punggung
guna menghindari risiko ketika dalam posisi membungkuk. Akan tetapi banyak
pekerja yang tidak memakainya karena merasa kurang nyaman dan ruang geraknya
terbatas ketika bekerja. Adapun jenis back support yang biasa digunakan adalah
sebagai berikut :
Gambar 6.4.
Back Support
Sumber : www.ergoweb.com
6.3.2. Hubungan antara Usia dengan Keluhan MSDs
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi degenerasi berupa kerusakan
89
tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang sehingga
semakin tua seseorang maka semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs.
Hasil analisis hubungan antara faktor usia dengan keluhan MSDs di bagian
memiliki keluhan MSDs berat (9,4%) berusia rata-rata 36 tahun, sedangkan mereka
yang memiliki keluhan MSDs ringan (77,3%) berusia rata-rata 31 tahun. Lain halnya
dengan kelompok pekerja dengan kategori tidak ada keluhan MSDs (13,3%)
keluhan MSDs akan meningkat secara linear sesuai dengan bertambahnya usia.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang terdapat dalam Oborne
(1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada usia kerja yaitu
24-65 tahun dan keluhan pertama biasa dialami pada usia 35 tahun serta tingkat
keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Sedangkan teori yang
disebutkan oleh Bridger (2003) bahwa sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi di saat seseorang berusia 30
tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan,
Berdasarkan hasil uji statistik (tabel 5.10) diperoleh p value 0,116 (>0,05) hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan keluhan
MSDs. Tidak adanya hubungan dimungkinkan karena pekerja yang memiliki usia
dibawah umur rata-rata untuk terkena keluhan MSDs (31 tahun), lebih banyak yang
90
bekerja dengan risiko pekerjaan ringan daripada risiko pekerjaan sedang dan juga
lebih banyak yang memiliki masa kerja dibawah rata-rata (7 tahun) untuk
mengalamai keluhan MSDs. Selain itu, banyak terdapat pekerja yang berumur
dibawah usia rata-rata terjadinya keluhan MSDs (31 tahun) dan mengalami keluhan
MSDs. Sebaliknya, terdapat pekerja yang berumur diatas usia rata-rata terjadinya
keluhan MSDs (31 tahun) akan tetapi tidak mengalami keluhan MSDs berat.
Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait dengan
lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa kerja dalam
suatu profesi tertentu. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat
Berdasarkan hasil analisis antara faktor masa kerja dengan keluhan MSDs di
yang memiliki keluhan MSDs berat sebanyak 9,4% memiliki masa kerja rata-rata
170,3 bulan (14 tahun), sedangkan kelompok dengan keluhan MSDs ringan sebanyak
77,3% memiliki masa kerja rata-rata 82 bulan (7 tahun). Lain halnya dengan
kelompok pekerja dengan kategori tidak ada keluhan MSDs (13,3%) memilki rata-
rata masa kerja 36 bulan (3 tahun). Hasil penelitian tersebut menunjukkan keluhan
MSDs berbanding lurus dengan bertambahnya masa kerja. Hasil di atas sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Ohlssson et al (1989) bahwa keluhan MSDs
akan semakin bertambah ketika masa kerja seseorang bertambah juga kejenuhan baik
Berdasarkan hasil uji statistik (tabel 5.11) diperoleh p value 0,002 (< 0,05) hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan keluhan
MSDs yang dialami mereka. Hasil yang sama didapatkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Octarisya (2009) bahwa 66,7% pekerja yang memiliki masa kerja >
15 tahun telah mengalami MSDs lebih berat dibandingkan dengan mereka dengan
masa kerja < 15 tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat peningkatan
keluhan MSDs semakin meningkat ketika masa kerja seseorang semakin lama, karena
semakin lama seseorang bekerja tentunya akan menerima risiko yang lebih besar jika
ergonomi baru pada pertengahan tahun 2008 (safety ergonomic), sehingga pekerja itu
cukup lama tidak mendapatkan program ergonomi dari awal bekerja. Untuk
memperkecil risiko keluhan MSDs pada pekerja, perusahaan dapat melakukan job
rotation guna menghindari stress pada otot tubuh akibat pekerjaan yang monoton.
Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang maka bertambah
besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang yang
mengalami kelebihan berat badan akan berusaha menyangga berat badan dari depan
dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus,
akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang dapat
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan p value sebesar 0,941 (> 0,05)
sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan
keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT.Caterpillar Indonesia pada tahun
92
2010. Hasil uji diperoleh bahwa sebagian besar pekerja memiliki IMT normal dan
Hasil penelitan di atas tidak sama dengan hasil penelitian Karuniasih (2009)
yang meneliti 52 orang supir bus travel, yaitu sejumlah 90,4% keluhan MSDs dialami
oleh supir bus yang memiliki indeks masa tubuh berlebih (overweight) ataupun
obesitas.
keluhan MSDs, namun pada hasil penelitian kali ini diperoleh hasil yang berbeda.
IMT normal yaitu sebesar 23,08 kg2/m (IMT < 25). Kemungkinan lainnya adalah
pekerja memiliki masa kerja di bawah rata-rata untuk mengalami keluhan MSDs (7
tahun). Selain itu, responden yang mengalami obesitas tidak merasakan keluhan
dapat disebabkan karena mereka melakukan olahraga di luar jam kerja seperti di
akhir pekan. Hal ini didukung pula dari uji crosstab antara variabel IMT dengan
kesegaran jasmani, dimana pekerja yang mengalami obesitas dan memiliki kesegaran
jasmani cukup, jumlahnya lebih banyak daripada pekerja yang memiliki kesegaran
jasmani kurang.
menurun. Selain itu, masuknya karbon monoksida dari rokok ke dalam aliran darah
akan mengikat sel darah pembawa oksigen lebih kuat sehingga transportasi oksigen
93
terganggu. Hal ini membuat pasokan oksigen ke otot berkurang yang mengakibatkan
penumpukan asam laktat yang mengakibatkan nyeri pada otot (NIOSH, 1997).
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,044 (< 0,05), hal
keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar
Indonesia. Melihat data di atas dapat diketahui bahwa pekerja yang mengalami
keluhan MSDs berat dan memiliki kebiasaan merokok ringan adalah sejumlah 1
orang (3,3%), sedangkan pekerja yang memiliki kebiasaan merokok sedang lebih
dalam Bustan (2008), menyebutkan bahwa kausa haruslah ditemukan lebih sering
pada penderita dibanding dengan dengan yang tidak menderita, orang-orang yang
terpapar harus lebih banyak ditemukan daripada yang tidak terpapar dan insiden
MSDs dan dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk
yang dirasakan. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama
dan tingkat kebiasaan merokok. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan merokok akan
oksigen akan me-nurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang
menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen
dalam darah rendah dan akhirnya efek rokok akan menciptakan respon rasa sakit atau
94
mengenai larangan merokok di area sekitar perusahaan. Sangsi bagi mereka yang
oleh rokok tersebut seperti ledakkan, kebakaran ataupun bahaya kesehatan seperti
jantung dan gangguan paru-paru, sehingga bagi pekerja yang perokok akhirnya lebih
memilih untuk merokok di luar area perusahaan. Hasil temuan lainnya, terdapat
itu dari sisi keselamatan kerja maupun karir pekerjaannya di perusahaan. Melihat
fakta tersebut, sehingga kemungkinan besar pekerja untuk memiliki risiko keluhan
Selain itu, dimungkinkan bagi mereka yang tidak merokok bukan berarti akan
terhindar untuk mengalami keluhan MSDs. Hal ini dapat disebabkan mereka telah
terpapar asap rokok dari rekan kerja atau lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena
itu, bagi pekerja yang merokok sebaiknya diberikan informasi mengenai besarnya
dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok. Dan demi menjaga kesehatan
para pekerjanya yang merupakan salah satu aset utama, maka perusahaan seharusnya
Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam
Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan
tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran
tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot (Mitchell,
2008).
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.000 (< 0,05) hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan
MSDs yang dialami oleh welder pada bagian Fabrikasi di PT.Caterpillar Indonesia.
Dari hasil penelitan di atas didapatkan bahwa paling banyak pekerja adalah yang
kurang melakukan olahraga dan memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 41
orang (54,7%). Sedangkan pekerja paling sedikit adalah yang kurang melakukan
olahraga tapi tidak memiliki keluhan MSDs yaitu satu orang (1,3%).
dilakukan oleh Evans (1996) terhadap 10 pekerja bahwa olahraga telah terbukti
efektif meningkatkan daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena adanya
kenaikan 128 % kapasitas oksigen pada otot akibat olahraga yang dilakukan setiap
hari selama 12 pekan. Sebaliknya menurut WHO, kurangnya aktifitas fisik dapat
frekuensi sakit dan akhirnya memperpendek umur. Hal tersebut berdasarkan hasil
survey di Amerika bahwa tercatat 250,000 jiwa melayang setiap tahun hanya karena
gaya hidup pasif. berdasarkan penelitian epidemiologi olahraga yang dilakukan oleh
banyak pekerja yang tidak melakukan senam pagi dengan ritun di perusahaan atau
bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan senam. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengawasan, selain itu pekerja belum memiliki kesadaran bahwa senam
pagi yang diadakan perusahaan dapat meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan
Pada umumnya keluhan MSDs dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas
terjadinya keluhan otot. Olahraga secara rutin dapat meningkatkan alirahan darah ke
otot, tendons dan ligament sehingga dapat membantu meningkatkan nutrisi pada sel.
Adapun gambar dari kegiatan senam pagi yang dilakukan di PT.Caterpillar Indonesia
tingginya kadar oksigen darah. Sehingga lama kelamaan otot tubuh akan menjadi
kuat dan menambah daya tahan serta menghindari kelelahan otot. Olahraga juga
dapat memberikan struktur tulang yang kuat dan stabil serta mencegah terjadinya
pasal 46 bahwa dengan olahraga atau latihan jasmani yang benar akan dicapai tingkat
kesegaran jasmani yang baik dan merupakan modal penting dalam peningkatan
prestasi.
97
Gambar 6.5.
Kegiatan senam pagi di PT.Catepillar Indonesia pada tahun 2010
akan melainkan melakukan pengawasan dan memberikan sanksi jika ada pekerja
hadiah/penghargaan kepada pekerja yang rutin melakukan senam atau dapat juga
pekerja agar melakukan senam pagi dan juga sebagai bentuk kepedulian perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Ansyari, Muhammad. 2007. Pengaruh Penerapan Ergonomi pada Fasilitas Kerja Terhadap
Produktivitas Pekerja Pembungkus Dodol Di Desa Paya Perupuk Kecamatan Tanjung
Pura. USU : Medan.
Apriandriani, Rida. 2007. Gambaran Faktor Risiko Pada Sewing, Press Stunt Plug Operator dan
Packing di PT Panarub Industri-Tangerang (S4913). FKM UI : Depok.
Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta
Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley & Sons.Inc : New
York.
Cohen, Alexander L. et, al. 1997. Element of Ergonomics Program. A primer Based On
Workplace Evaluations Of Musculoskeletal Disorders. Departement Of Health and
Human Services NIOSH :USA.
Collins, John & Leonard O'Sullivan. 2009 Psychosocial risk exposures and musculoskeletal
disorders across working-age males and females. Ergonomics Research Group,
University of Limerick : Ireland.
Croasmun, Jeanie. 2003. Link Reported Between Smoking and MSDs. Annals of Rheumatic
Diseases : Reuters. Diakses dari : http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.
European Agency for Safety and Health at Work. 2003. Expert forecast on emerging physical
risks related to occupational safety and health. Bilbao.
European Agency for Safety and Health at Work. 2005. Priorities for occupational safety and
health research in the EU-25. Official Publications of the European Communities :
Luxembourg.
99
Evans, W. 1996. Reversing Sarcopenia: How Weight Training Can Build Strength and Vitality.
Geriatrics. Diakses dari :
http://www.ergoweb.com/forum/index.cfm?page=topic&topicID=5022.
Geoffrey David, et al. 2005. Further Development of The Usability and Validity of The Quick
Exposure Check (QEC). University of Surrey : Guildford.
Grandjean, E. 1993. 4th Edition. Fitting The Task to The Man. Taylor & Francis, Inc : London.
Hendra & Suwandi Rahardjo. 2008. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders
(MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit. FKM UI : Depok.
Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc : Berkeley Australia.
Julling, Angela. 2004. Facts About Smoking. Last Packet- The Effect of Smoking on Repetitive
Strain Injuries. Guest Author - Marji Hajic.
Karuniasih. 2009. Tinjauan faktor risiko dan keluhan subjektif terhadap timbulnya
muskuloskeletal disorders pada pengemudi travel X Trans tujuan Jakarta-Bandung tahun
2009. Diakses dari :
http://www.digilib.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=125749&lokasi=lokal.
Ketut Tirtayasa, et al. 2003. Jurnal Human Ergo. The change of working posture in manggur
decreases cardiovascular load and musculoskeletal complaints among balinese gamelan
craftsmen. Udayana University : Udayana.
Kuorinka, et al. 1987. Standardized Nordic questionnaire for the analysis of musculoskeletal
symptoms.
Kroemer, K.H.E and E. Grandjean. 1998. Fitting The Task to The Human. 2nd edition. Taylor &
Francis : London.
Kroemer Karl, et al. 2001. Ergonomics: How to Design for Ease and Efficience. 2nd ed. Prentice
Hall of International Series : New Jersey.
Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear (ed). __
Nataya Charoonsri, dkk. 2008. Identifikasi Risiko Ergonomi Pada Stasiun Perakitan Daun Sirip
Diffuser di PT X. Trisakti University : Jakarta.
Neville Santon, et al. 2004. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. CRC press :
New York.
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 1997. Musculoskeletal
Disorders (MSDs) and Workplace Factors – A Critical Review of Epidemiologic
Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper Extremity and
Low Back. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH).
National Institute for Occupational Safety and Health. 2007. Ergonomic Guidelines for Manual
Material Handling. 4676 Columbia Parkway Cincinnati.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Komsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi ke 2. Guna Widya :
Surabaya.
Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work. Human Factor in Design and Development. 3rd
edition. John Wiley and Sons ltd : Chicester.
Ohlsson K, et al. 1989. Self- reported symptoms in the neck and upper limbs of female assembly
workers. Scand J Work Environ Health.
Oktarisya, Mega. 2009. Tinjauan Faktor Risiko MSDs pada Pekerja Departemen Perasional,
PT. Repex, HLPA Station 2009. FKM UI : Depok.
Orawan Kaewboonchoo, et al. 1998. The Standardized Nordic Questionnaire Applied to Workers
Exposed to Hand-Arm Vibration. Wakayama Medical University and Gifu University :
Jepang.
Parkes, Katharine R. et al. 2005. Musculo-skeletal disorders, mental health and the work
environment. Department of Experimental Psychology, University of Oxford.
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work and Health. Maryland. Aspen Publishers, Insc :
Maryland, Gaithersburg.
Romadhona, Andri. 2009. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Mengangkat dan
Mendorong Pasien Pada Perawat IGD RSUD dr. Adjidarmo. FKIK UIN : 2009.
Suheni, Yuliana. 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Ke Atas Di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat , Universitas Negeri Semarang : Semarang.
Springer, T.J. 2007. Promotion and Control of Risk Ergonomics. St. Charles. Diakses dari :
http://ergorehabblog.blogspot.com/2007/11/ergonomics-illumination-risks-and.html.
Suma‟mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamtan Kerja. Cetakan 13. Haji Masagung:
Jakarta.
Susan Stock et.al. 2005. Work-related Musculoskeletal Disorders, Guide and Tools for Modified
Work. National Library of Quebec : Montréal.
Tan HC dan Horn SE. 1998. Pratical manual of physical medicine and rehabilitation. St. louis,
Mosby.
Tarwaka, Bakri,SHA. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta
102
103
1. Nama responden…………………………………………..
Apakah sebelumnya anda pernah bekerja menjadi juru las di perusahaan lain?
3.
a . Ya, pernah b. Tidak pernah [ ][ ] B3
Sudah berapa lama anda bekerja menjadi juru las pada perusahaan sebelumnya?
4.
________ bulan [ ][ ][ ] B4
Apakah selama 7 hari terakhir anda pernah mengalami masalah (pegal, kesemutan, [ ] E1
nyeri, mati rasa, kaku, kramp, gatal, sakit, tidak nyaman) pada bagian anggota
1.
badan?
a. Ya b. Tidak (SELESAI)
(JAWABAN DIISI
2. Sebutkan bagian apa saja! (LIHAT LAMPIRAN 3)
PADA LAMPIRAN 2)
Pernahkan anda pada 7 hari terakhir tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang biasa
3. Anda lakukan akibat masalah tersebut?
a. Ya b. Tidak [ ] E3
Apa yang anda lakukan untuk menghilangkan masalah tersebut? (jawaban boleh
lebih dari satu)
4. a. Dipijat d. Minum suplemen [ ], [ ], [ ], [ ],
Berapa total waktu anda mengalami keluhan dalam satu tahun/12 bulan terakhir?
5.
_______ hari [ ][ ][ ] E5
105
Lampiran 3 HANYA DIISI OLEH PENILITI
Lampiran 4
SEBUTKAN NOMOR PADA BAGIAN TUBUH YANG ANDA RASAKAN KELUHAN !
107
Lampiran 5
B: Pilih SALAH SATU dua pilihan pekerjaan dibawah F1 ≤10 kali / menit
ini: F2 11 - 20 tkali / menit
F3 ≥ 20 kali / menit
ER
Untuk posisi duduk atau berdiri pada pekerjaan.
Apakah pekerjaan tersebut dalam keadaan statis? LEHER
0
G: Apakah ada gerak leher flkesi, ekstensi ≥ 20 atau
B1 Tidak
berputar?
B2 Ya
G1 Tidak
G2 Ya, jarang
ATAU G3 Ya, sering
46
47
LAMPIRAN 6
ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.04 1.48 3.35 1.36 1.93 30.71 84.13
Median 2.00 1.00 3.00 1.00 2.00 29.00 42.00
Std. Deviation .478 .503 .726 .483 1.131 6.281 75.642
Variance .228 .253 .527 .234 1.279 39.453 5721.739
Keluhan MSDs
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat 7 9.3 9.3 9.3
ringan 58 77.3 77.3 86.7
Tidak ada Keluhan 10 13.3 13.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
Usia Pekerja
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21 1 1.3 1.3 1.3
22 3 4.0 4.0 5.3
23 1 1.3 1.3 6.7
24 8 10.7 10.7 17.3
25 7 9.3 9.3 26.7
26 3 4.0 4.0 30.7
27 7 9.3 9.3 40.0
28 4 5.3 5.3 45.3
29 4 5.3 5.3 50.7
30 8 10.7 10.7 61.3
31 1 1.3 1.3 62.7
32 2 2.7 2.7 65.3
33 4 5.3 5.3 70.7
35 2 2.7 2.7 73.3
36 1 1.3 1.3 74.7
37 1 1.3 1.3 76.0
38 3 4.0 4.0 80.0
39 4 5.3 5.3 85.3
40 5 6.7 6.7 92.0
41 3 4.0 4.0 96.0
42 1 1.3 1.3 97.3
43 2 2.7 2.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
48
Masa Kerja
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8 1 1.3 1.3 1.3
9 1 1.3 1.3 2.7
12 2 2.7 2.7 5.3
13 1 1.3 1.3 6.7
15 1 1.3 1.3 8.0
18 5 6.7 6.7 14.7
19 1 1.3 1.3 16.0
20 1 1.3 1.3 17.3
24 11 14.7 14.7 32.0
30 3 4.0 4.0 36.0
36 7 9.3 9.3 45.3
39 1 1.3 1.3 46.7
42 3 4.0 4.0 50.7
48 2 2.7 2.7 53.3
60 2 2.7 2.7 56.0
72 6 8.0 8.0 64.0
84 1 1.3 1.3 65.3
85 1 1.3 1.3 66.7
96 2 2.7 2.7 69.3
98 2 2.7 2.7 72.0
104 1 1.3 1.3 73.3
156 1 1.3 1.3 74.7
192 10 13.3 13.3 88.0
204 5 6.7 6.7 94.7
216 1 1.3 1.3 96.0
240 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
Risiko Pekerjaan
Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 39 52.0 52.0 52.0
rendah 36 48.0 48.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
Kebiasaan Olahraga
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 48 64.0 64.0 64.0
Cukup 27 36.0 36.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
49
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesit as 13 17.3 17.3 17.3
Ov erweight 11 14.7 14.7 32.0
underweight 19 25.3 25.3 57.3
normal 32 42.7 42.7 100.0
Total 75 100.0 100.0
Kebiasaan Merokok
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat 1 1.3 1.3 1.3
sedang 8 10.7 10.7 12.0
ringan 30 40.0 40.0 52.0
tidak merokok 36 48.0 48.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan Antara Risiko Pekerjaan Dengan Keluhan MSDs
Crosstab
Keluhan MSDs
Tidak ada
Berat ringan Keluhan Total
Risiko Pekerjaan sedang Count 7 31 1 39
Expected Count 3.6 30.2 5.2 39.0
% wit hin Risiko
17.9% 79.5% 2.6% 100.0%
Pekerjaan
rendah Count 0 27 9 36
Expected Count 3.4 27.8 4.8 36.0
% wit hin Risiko
.0% 75.0% 25.0% 100.0%
Pekerjaan
Total Count 7 58 10 75
Expected Count 7.0 58.0 10.0 75.0
% wit hin Risiko
9.3% 77.3% 13.3% 100.0%
Pekerjaan
Chi-Square Tests
2. Uji Normalitas Dan Homogenitas Sebagai Syarat Uji Anova Pada Variabel Usia
Pekerja Dan Masa Kerja
Lev ene
St at ist ic df 1 df 2 Sig.
Usia Responden 5.196 2 72 .008
MASA kerja 4.965 2 72 .010
Ranks
Test Statisticsa,b
Usia
Responden
Chi-Square 4.300
df 2
Asy mp. Sig. .116
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Keluhan MSDs
Descriptive Statistics
Ranks
Test Statisticsa,b
MASA kerja
Chi-Square 12.759
df 2
Asy mp. Sig. .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Keluhan MSDs
52
Crosstab
Keluhan MSDs
Tidak ada
Berat ringan Keluhan Total
IMT 4 Obesitas Count 2 9 2 13
v ar Expected Count 1.2 10.1 1.7 13.0
% wit hin I MT 4 v ar 15.4% 69.2% 15.4% 100.0%
Ov erweight Count 1 8 2 11
Expected Count 1.0 8.5 1.5 11.0
% wit hin I MT 4 v ar 9.1% 72.7% 18.2% 100.0%
underweight Count 1 15 3 19
Expected Count 1.8 14.7 2.5 19.0
% wit hin I MT 4 v ar 5.3% 78.9% 15.8% 100.0%
normal Count 3 26 3 32
Expected Count 3.0 24.7 4.3 32.0
% wit hin I MT 4 v ar 9.4% 81.3% 9.4% 100.0%
Total Count 7 58 10 75
Expected Count 7.0 58.0 10.0 75.0
% wit hin I MT 4 v ar 9.3% 77.3% 13.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
Keluhan MSDs
Tidak ada
Berat ringan Keluhan Total
Rokok 4 Berat Count 0 1 0 1
v ariabel Expected Count .1 .8 .1 1.0
% wit hin Rokok 4 v ariabel .0% 100.0% .0% 100.0%
sedang Count 4 4 0 8
Expected Count .7 6.2 1.1 8.0
% wit hin Rokok 4 v ariabel 50.0% 50.0% .0% 100.0%
ringan Count 1 24 5 30
Expected Count 2.8 23.2 4.0 30.0
% wit hin Rokok 4 v ariabel 3.3% 80.0% 16.7% 100.0%
tidak merokok Count 2 29 5 36
Expected Count 3.4 27.8 4.8 36.0
% wit hin Rokok 4 v ariabel 5.6% 80.6% 13.9% 100.0%
Total Count 7 58 10 75
Expected Count 7.0 58.0 10.0 75.0
% wit hin Rokok 4 v ariabel 9.3% 77.3% 13.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Crosstab
Keluhan MSDs
Tidak ada
Berat ringan Keluhan Total
Kebiasaan Kurang Count 6 41 1 48
Olahraga Expected Count 4.5 37.1 6.4 48.0
% wit hin Kebiasaan
12.5% 85.4% 2.1% 100.0%
Olahraga
Cukup Count 1 17 9 27
Expected Count 2.5 20.9 3.6 27.0
% wit hin Kebiasaan
3.7% 63.0% 33.3% 100.0%
Olahraga
Total Count 7 58 10 75
Expected Count 7.0 58.0 10.0 75.0
% wit hin Kebiasaan
9.3% 77.3% 13.3% 100.0%
Olahraga
Chi-Square Tests