Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma telinga tengah adalah trauma yang tejadi pada telinga bagian tengah
yang dapat menyebabkan terjadi perforasi membran timpani. Perforasi membran
timpani dapat disebabkan perubahan tekanan mendadak seperti karena barotrauma,
trauma ledakan/karena benda asing dalam telinga( aplikator berujung kapas, klip
kertas, dll).Yang perlu benar-benar diperhatikan adalah perforasi yang menyebabkan
cedera rantai osikula. Cedera ini perlu dicurigai bila didapatkan kehilangan
pendengaran (>25 dB) dan vertigo, dan bukannya nyeri dan sensasi bunyi mengaung.
Perforasi mungkin pada kuadran posterior superior. Adanya vertigo dan kehilangan
pendengaran sungguh merupakan keadaan gawat darurat telinga dan perlu segera
dilakukan eksplorasi telinga tengah dan rantai osikula. Dapat ditemukan stapes yang
tergeser atau mengalami subluksasi. Mungkin stapes perlu dikembalikan pada
fenestra ovalis atau bahkan perlu dilakukan stapedektomi. Vertigo mungkin dapat
diatasi, tetapi pulihnya pendengaran tak dapat dipastikan.1
Trauma ledakan dalam jarak dekat terutama cenderung menimbulkan sekuele
jangka panjang. Ruptur sedemikian hebatnya sehingga tidak hanya terbatas pada
membran timpani, namun pertikel-partikel epitel skuamosa menjadi tersebar dalam
telinga tengah. Osikula dapat terdorong cukup jauh. Hasil akhir tergantung pada
derajat trauma, namun mungkin berupa pengeluaran sekret yang terus menerus dan
pembentukan kolesteatoma dikemudian hari.1
BAB II
KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan terakhir : SMA
Status :belum menikah
No. RM :-
Tanggal Masuk RS : Kamis, 19 April 2018
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 April 2018 jam 12.20
WIB.
1. Keluhan utama : Nyeri telinga kanan
2. RPS
Pasien datang ke poli THT RS Roemani dengan keluhannyeri telinga
kanan sejak 5 hari yang lalu setelah terbentur dinding.Nyeri dirasakan hilang
timbul dengan skala nyeri 1-10 adalah 1.Nyeri dirasakan bertambah apabila
telinga tertekan, dan terasa membaik pada saat tiduran.Keluhan lain seperti
telinga berdenging (+), nyeri telinga (+), pendengaran berkurang (+), hidung
tersumbat (-), vertigo (-), nyeri tenggorokan (-), suara sengau (-).
3. RPD
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat radang telinga (otitis) : disangkal
- Riwayat faringitis : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
4. RPK
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
5. Riwayat Pribadi
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
- Aktivitas/olahraga rutin : diakui
- riwayat suka berenang : diakui
6. Riwayat social Ekonomi
- Pasien status belum menikah.
- Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik
- Pembayaran menggunakan BPJS

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 19 april 2018 jam 12.20
Status Generalis
1. Keadaan Umum : pasien tampak baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. GCS : E4V5M6
4. Vital Sign
a. TD : Tidak dilakukan
b. Nadi : Tidak dilakukan
c. RR : Tidak dilakukan
d. T : Tidak dilakukan
5. Status gizi
a. BB : Tidak dilakukan
b. TB : Tidak dilakukan
c. BMI : Tidak dilakukan
d. Status gizi : Tidak dilakukan
Status Lokalis
1. Telinga
Telinga AD AS
Preaurikula Fistel (-) Fistel (-)
Aurikula Nyeri tarik (-), Nyeri tarik (-),
kelainan kelainan
congenital (-) congenital (-)
Retroaurikula Dbn Dbn
Tragus pain Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Discharge (-) (-)
Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)

Canalis akustikus eksternus (otoskop)


Canalis akustikus AD AS
eksternus
Mukosa hiperemis (-) (-)
Discharge (-) (-)
Serumen (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Furunkel (-) (-)
Jamur (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
Membran timpani (otoskop)
Membran timpani AD AS
Warna Putih keruh Putih mengkilat
Reflek cahaya (+) berkurang (+), arah jam 7
Perforasi (+) tipe marginal, (-)
bentuk irregular,
batas hiperemis
Bulging (-) (-)
Retraksi (-) (-)

2. Hidung dan sinus paranasal


Hidung luar
Bentuk Dbn
Massa (-)
Deformitas (-)
Radang (-)
Kelainan congenital (-)
Nyeri tekan (-)/(-)

Sinus paranasal Kanan Kiri


Hiperemis (-) (-)
Bengkak (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Nyeri ketuk (-) (-)

Rinoskopi anterior Kanan Kiri


Discharge (-) (-)
Cavum nasi Dbn Dbn
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka Oedem (-) Oedem (-)
Tumor (-) (-)
Septum deviasi (-) (-)

3. Tenggorok :
Rongga mulut dan orofaring
 Lidah : lingua bifida (-), kotor (-)
 Mukosa bukal : hiperemis (-)
 Gigi : karies (-)
 Uvula : ditengah, dbn
 Palatum : hiperemis (-)
 Arcus faring : hiperemis (-), granulasi (-),
membrane (-), permukaan licin
 Tonsil
Tonsil Kanan Kiri
Ukuran T1 T1
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kripte Melebar (-) Melebar (-)
Permukaan Rata Rata
Detritus (-) (-)

4. Kepala dan leher


Pemeriksaan Hasil
Kepala Dbn
Leher Dbn
Leher anterior Dbn
Leher lateral Dbn

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PENUNJANG / KHUSUS


1. Tes Pendengaran
Pemeriksaan Kanan Kiri
Tes bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes garpu tala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-konvensional
-rinne
-schwabach
-weber
Audiometric Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lain-lain

V. RESUME
Tn. Rusia18 tahun datang ke poli THT RS Roemani dengan
keluhannyeri telinga kanan sejak 5 hari yang lalu setelah terbentur
dinding.Nyeri dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 1-10 adalah 1.Nyeri
dirasakan bertambah apabila telinga tertekan, dan terasa membaik pada saat
tiduran.Keluhan lain seperti telinga berdenging (+), nyeri telinga (+),
pendengaran berkurang (+), hidung tersumbat (-), vertigo (-), nyeri
tenggorokan (-), suara sengau (-).
Pada pemeriksaan status lokalis terdapat nyeri tekan tragus, terdapat
perforasi membrane tympani tipe marginal, warna putih keruh, bentuk irregular,
tepi hiperemis pada arah jam 11, reflek cahaya (+) berkurang.
VI. DAFTAR MASALAH
Masalah Aktif Massalah Pasif
1. Nyeri tekan tragus 1. Perforasi membrane tympani
2. Pendengaran menurun
3. Tinnitus

VII. RENCANA PENGELOLAAN


a. Diagnosis : Perforasi membrane tympani auricular dextra
e.c. trauma
b. Diagnosis banding : Trauma akustik akut
Trauma auricula
c. Terapi : Ciprofloxacin 500mg 2x1
Diclofenac sodium 50mg 3x1
d. Monitoring : Kontrol ulang
e. Edukasi :
1. Memberitahu pasien untuk mengobati hingga tuntas agar
membran tympani dapat kembali normal.
2. Meningkatkan kebersihan telinga agar tidak terjadi infeksi.
3. Tidak melakukan akitivitas berenang terlebih dahulu

VIII. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad sanam : ad bonam
3. Quo ad Fungsionam : ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari membran timpani yang
menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani.
Membran timpani adalah organ pada telinga yang berbentuk seperti
diafragma, tembus pandang dan fleksibel sesuai dengan fungsinya yang
menghantarkan energy berupa suara dan dihantarkan melalui saraf
pendengaran berupa getaran dan impuls-impuls ke otak. Perforasi dapat
disebabkan oleh berbagai kejadian, seperti infeksi, trauma fisik atau
pengobatan sebelumnya yang diberikan.2

2. Etiologi
Penyebab perforasi adalah trauma fisik dari telinga, yang tersering adalah
pukulan yang keras kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat
memecahkan atau merobek membran timpani. Beberapa trauma yang lain
adalah, perubahan tekanan pada telinga yang berubah secara mendadak, pada
contohnya sering pada penyelam, yang didahului dengan gangguan pada
saluran telinga dan mulut, peradangan ataupun infeksi. Penyebab lain dari
perforasi membrane timpani adalah infeksi sebelumnya. Infeksi akut pada
telinga tengah seringkali menyebabkan terjadinya kurangnya suplai darah ke
membrane timpani yang seringkali berjalan dengan peningkatan tekanan pada
telinga dalam, hal ini mengakibatkan robeknya atau hilangnya jaringan
membrane timpani, yang biasanya diikuti dengan rasa nyeri. Jika robeknya
membrane timpani tidak menyembuh maka akan terjadi hubungan antara
telinga tengah dan telinga luar, yang seringkali menyebabkan infeksi yang
berulang dan resistensi terhadap antibiotic yang digunakan berulang kali.
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah jika infekti telah menyebar
kedalam kepala sehingga menimbulkan infeksi di kepala.3

3. Patofisiologi
Karena adanya trauma ledakan, benda asing, kecelakaan/berkelahi bisa
menyebabkan terjadinya trauma telinga. Dimana trauma karena ledakan dapat
menyebabkan kerusakan telinga bagian tengan maupun telinga bagian dalam.
Trauma karena adanya benda asing bisa mengakibatkan kerusakan pada
telinga bagian tengah dan mengenai membran timpani sehingga menyebabkan
perforasi. Sedangkan trauma yang disebabkan karena kecelakaan/berkelahi ini
dapat menyebabkan benturan pada telinga bagian luar.
Perforasi TM timbul oleh mekanisme yang bervariasi dan sumber energi,
dan untuk itu dapat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Mereka dijelaskan
dalam kaitannya dengan empat kuadran membran tympani yang dibedakan
dari tangan malleus.U kuran secara normal dijelaskan sebagai persentase
perforasi (40% perforasi) atau secara langsung untuk perforasi yang kecil
(contoh, 2, 3, atau 4 mm perforasi).4 Klasifikasi lebih jauh dari perforasi
marginal versus sentral adalah penting untuk management selanjutnya.3
1. Cedera Kompressi
Perubahan mendadak dalam tekanan udara sebagaimana dengan
perubahan gradual (barotrauma) dapat menimbulkan kerusakan membran
tympani yang signifikan. Cedera akibat ledakan lebih berat ketika refleksi
sedikit atau kerusakan dari gelombang energi ledakan pada rute membran
tympani. Kecelakaan ski air seringkali terlihat selama musim panas.
Perubahan pada tekanan air selama penyelaman dapat menimbulkan
cedera tipe tekanan.
2. Cedera Tembus
Penyebab sering kedua dari perforasi membran tympani termasuk Q-tips,
bobby pins, kunci, dan klip kertas yang seringkali digunakan untuk
membersihkan saluran telinga luar.
3. Cedera Suhu
Pada komunitas industri, Di komunitas industri, terak pengelasan panas
kadang-kadang ditemui sebagai penyebab cedera membran tympani.
Dikarenakan kerusakan jaringan dan dikaitkan dengan resiko infeksi, hal
ini dirasakan untuk menjadi kurang setuju jika hanya mendapatkan terapi
observasi.
4. Cedera Listrik
Konduksi elektrik yang instan dari sengatan listrik diduga dapat
menyebabkan kerusakan pada membran tympani baik berupa penekanan
atau perubahan tekanan rarefaksi. Cedera ini juga kurang untuk bisa
sembuh dengan sempurna
Sedangkan pada otitis media perforasi terjadi karena beberapa sebab
seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang
tinggi, maka akan terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.

4. Gejala Klinis
Beberapa gejala klinis yang timbul pada perforasi membran timpani adalah:3
a. Penurunan pendengaran
b. Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga atau bersin
c. Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus
d. Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam, nyeri, telinga berdenging)
e. Hilangnya fungsi pendengaran (test pendengaran), hal ini menentukan apakah
penderita membutuhkan alat bantuan pendengaran atau tidak.
f. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya adalah, Otoskopi,
timpanometri, Test pendengaran (swabach, webber, dan rinne)

5. Penatalaksanaan5
Terapi pengobatan pada perforasi membrane timpani ditujukan untuk
mengendalikan infeksi pada telinga tengah.Penyumbatan pada lubang baik
dengan lemak atau bahan sintetis yang tidak menimbulkan reaksi tubuh penerima
(timpanoplasty).Pengobatan yang terakhir ini memiliki tingkat keberhasilan 80
hingga 90 % tergantung dari besarnya perforasi maupun komplikasi yang
timbul.Untuk mencegah terjadinya infeksi, biasanya diberikan antibiotik per-oral
.Penderita harus menjaga agar telinganya tetap kering. Jika terjadi infeksi, bisa
diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik. Biasanya tanpa
pengobatan lebih lanjut, gendang telinga akan membaik. Tetapi jika dalam waktu
2 bulan tidak terjadi perbaikan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki gendang telinga (timpanoplasti). Jika hilangnya pendengaran
bersifat menetap, diduga telah terjadi gangguan pada tulang pendengaran dan
harus diperbaiki melalui pembedahan.

A. Antibiotika golongan kuinolon(siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat


derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan
dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur
dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim,
seftazidinm dan seftriakson)
B. Pengobatan simtomatis
Pengobatan simtomatis dapat diberikan obat golongan analgesik berupa
paracetamol, ibuprofen, natrium diclofenat dan asam mefenamat untuk
mengurangi keluhan nyeri telinga pada pasien.
Daftar Pustaka

1. Adams, George, Boies, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2012
2. Kelompok studi otologi PERHATI–KL. Panduan Penatalaksanaan Baku Otitis
Media Supuratif Kronik (OMSK) di Indonesia. Jakarta, Mei, 2002.
3. Murakami Y. Surgical anatomy and pathology for reconstructive middle ear
surgery. In: Suzuki JI et al. Reconstructive Surgery of the Middle Ear. Elsevier,
Amsterdam, 1999, 116–8.
4. Browning G.G. Aetiopathology of Inflammatory Conditions of the External and
Middle Ear. In: Scott-Brown’s Otolaryngology. 6th edition. Vol. 3. Butterworth-
Heinemann, 1997; 3/3/15.
5. Adenan A. Kumpulan Kuliah Telinga. Bagian THT Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai