Anda di halaman 1dari 8

OTITIS MEDIA AKUT

STADIUM HIPEREMIS

Disusun oleh:
Clara Yulia Waskito
42170206

Dosen Pembimbing Klinik:


dr. R. Gatot Titus W., Sp. THT-KL, M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


TENGGOROKAN – KEPALA LEHER
RUMAH SAKIT BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Nn. AN
Tanggal lahir : 11/03/1989
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Purworejo
Tanggal kunjungan : Kamis, 17 Oktober 2019

II. ANAMNESIS
Anamnesis dan pemeriksaan dilakukan di poliklinik THT RS Bethesda pada hari Kamis, 15
Oktober 2019

A. Keluhan Utama
Telinga kiri nyeri.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli klinik THT RS Bethesda dengan keluhan nyeri pada
telinga kiri. Nyeri dirasakan sejak 6 hari yang lalu. Telinga kiri terasa seperti ada cairan
yang masuk, dan bergema. Pasien mengeluhkan demam, batuk, dan pilek sejak 6 hari
yang lalu. Pasien sudah tidak demam, batuk dan pilek. Pasien sudah memeriksakan
keluhan tersebut dan mengkonsumsi obat Intunal serta antibiotik cefixime sejak 3 hari
yang lalu.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan serupa : pasien tidak pernah mengeluhkan hal serupa sebelumnya

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa : keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan hal serupa
E. Riwayat Pengobatan
Pasien sedang mengkonsumsi Intunal dan antibiotik cefixime.

F. Lifestyle
Pasien tidak ada riwayat berenang dalam sepekan ini. Pasien rutin membersihkan
telinga menggunakan cotton bud.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6
Status Gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : tidak dilakukan
STATUS LOKALIS
 Telinga
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Auricula Dbn, deformitas (-) Dbn, deformitas (-)
Kelainan kongenital Tidak didapatkan Tidak didapatkan
Tumor Tidak didapatkan Tidak didapatkan
Nyeri tekan tragus Tidak didapatkan Tidak didapatkan
Glandula limfatik Pembesaran (-) Pembesaran (-)
Canalis Auditory Externa Serumen (-), udem (-), Serumen (-), udem (-),
hiperemis (-), discharge (-) hiperemis (-), discharge (-)
Membran timpani Intak, warna putih keabuan, Intak, hiperemis, Cone of
Cone of light di arah jam 5 light di arah jam 7

 Hidung dan Sinus Paranasal


HIDUNG
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Dorsum nasi Deformitas (-), krepitasi (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
Cavum nasi Discharge (-) Discharge (-)
Rhinoskopi
Rhinoskopi anterior: Tidak Dilakukan
Rhinoskopi Posterior: Tidak dilakukan

 Oropharynx
CAVUM ORIS-TONSIL-FARING
Bibir Bibir sianosis (-), kering (-), stomatitis (-)
Mukosa Oral Stomatitis (-), warna merah muda
Lingua Simetris, atrofi papil (-), lidah kotor (-), ulserasi (-)
Atap mulut Ulkus (-), Edema palatum mole (-)
U Uvula Uvula normal, hiperemis (-)
Tonsila Palatina T1, permukaan rata, warna T1, permukaan rata, warna merah
merah muda, detritus (-) muda, detritus (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Faring Hiperemis (-)
Gigi Susunan gigi teratur

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan timpanometri, dengan hasil sebagai berikut:
Telinga kanan: tipe A (normal)
Telinga kiri: tipe B (terdapat cairan di telinga tengah)

V. DIAGNOSA BANDING
Otitis Media Akut stadium Hiperemis
Otitis Media Efusi
Otitis Eksterna

VI. DIAGNOSIS KERJA


Otitis Media Akut stadium Hiperemis

VII. PENATALAKSANAAN
R/ Amoksisilin tab 500 mg No. XXI
S.o.8.h.tab I (Habiskan)
R’/Paracetamol tab 500 mg No. XV
S.3.d.d. tab I

VIII. EDUKASI
 Penjelasan mengenai penyakit dan penyebab penyakit tersebut.
 Menjelaskan untuk minum obat teratur.
 Edukasi perasat toynbee: Pasien diminta untuk menelan ludah sambil hidung dipencet
serta mulut ditutup.

IX. PLANNING
 Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu lagi, untuk mengevaluiasi kondisi pasien, dan
dilakukan pemeriksaan Timpanometri.

X. PROGNOSIS
 Advitam : ad bonam
 Adfungtionam : ad bonam
 Ad Sanationam : ad bonam

BAB II
PEMBAHASAN
Otitis Media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eudtacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Telinga tengah biasanya dalam keadaan steril.
Secara fisiologi terdapat mekanisme yang bekerja dengan cara mencegah masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa Tuba Eustacius, enzim dan antibodi. Otitis Media Akut
terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu. Sumbatan pada tuba eustacius merupakan
faktor penyebab utama dari otitis media. Kondisi tuba eustacius yang terganggu menyebabkan
kuman dapat masuk ke dalam telinga tengah dan menyebabkan peradangan, Selain tuba
eustacius yang terganggu, OMA juga dapat disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernapasan Atas.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi. Pada anak-anak,
semakin sering menderita ISPA, maka semakin besar juga kemungkinan terjadinya OMA,
disamping karena imunitas anak belum berkembang secara sempurna. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba eustacius pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.
Bakteri penyebab utama pada Otitis Media Akut adalah bakteri piogenik, seperti:
Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus, Hemofilus influenza, Eschericia
colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa. Perubahan
mukosa telinga tengah dibagi menjadi 5 stadium, yaitu: stadium oklusi, stadium hiperemis,
stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi.
Stadium hiperemis/ stadium pre-supurasi ditandai dengan tampaknya pembuluh darah
yang melebar di membran timpani, atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem.
Sekret yang terbentuk bisa berupa eksudat yang serosa, sehingga sulit untuk dilihat. Terapi yang
diberikan pada OMA stadium hiperemis yaitu antibiotika, obat tetes hidung, dan analgesik.
Antibiotik yang disarankan, golongan penisilin atau ampisilin yang diberikan selama 7 hari.
Dosis amoksisilin 40 mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 3 dosis. Dosis Ampisilin 50-100
mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis.

DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Kemenkes. 2014. Pandian Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: PB IDI

Anda mungkin juga menyukai