Disusun Oleh:
Adinda Rabiattun Adawiah, S.Ked 14061192030
Pembimbing:
dr. Saiful Bahri Bangun, Sp.THT
PENDAHULUAN
■ Otitis media efusi (OME) adalah adanya cairan pada telinga tengah di belakang membran
timpani (MT) yang utuh tanpa adanya tanda dan gejala infeksi akut telinga.OME umumnya
terjadi pada anak-anak yaitu sekitar 85 % dan 15 % pada dewasa.
■ Prevalensi OME pada dewasa sangat rendah dan sering dihubungkan dengan keadaan
patologi yang mendasarinya.
■ Meskipun banyak kasus OME sembuh spontan, tetapi 30% hingga 40% mengalami
rekurensi setelah 3 bulan dan 5% sampai 10% kasus bisa bertahan hingga 1 tahun.
■ OME bisa mengakibatkan gangguan pendengaran permanen, keterlambatan bicara,
berbahasa, ketidaksempurnaan artikulasi, masalah komunikasi, gangguan performa anak
di sekolah, dan gangguan intelek.
■ Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan penting. Keberhasilan dari
penatalaksanaan ditentukan dengan mencari factor penyebab dan mengatasinya guna
mencegah akibat lanjut penyakit tersebut
Anatomi Telinga
Definisi Otitis Media Efusi
■ Otitis media efusi (OME) adalah
peradangan telinga tengah yang ditandai
dengan adanya cairan di rongga telinga
tengah dengan membran timpani intak
tanpa disertai dengan tanda-tanda infeksi
akut.
Otitis Media
Adhesiva
Etiologi Otitis Media Efusi
Gangguan
Transudasi ventilasi
cairan tuba
Tekanan
Negatif
Gejala dan Tanda Otitis Media Efusi
Rasa Penurun
tidak an
nyaman penden
ditelinga garan
Telinga
rasa autofoni
penuh
Gangguan
tidur nyeri
Diagnosis Otitis Media Efusi
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
fisik
Anamnesis
Otitis Media Efusi
Komplikasi Prognosis
■ Komplikasi yang dapat ditimbulkan ■ Sebagian besar OME sembuh
dari OME adalah Otitis Media Akut, secara spontan dalam 3 bulan(50-
timpanosklerosis, perforasi 70%), dengan resiko OME berulang
membran timpani, gangguan sebesar 30 % dan OME
pendengeran dan keseimbangan, berkepanjangan (>1 Tahun) pada 5-
dan keterlambatan bicara pada 10% kasus.
anak.
Penyajian Kasus
Identitas Pasien
■ Nama : Ny. S
■ Jenis Kelamin : Perempuan
■ Usia : 21 Tahun
■ Agama : Islam
■ Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
■ Pendidikan : SMA
■ Alamat : Jalan Prof. M Yamin, Kota Pontianak.
Penyajian Kasus
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama
■ Nyeri telinga sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
■ Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu disertai dengan rasa
penurunan pendengaran dan telinga berdengung. Pasien mengatakan keluhan terasa semakin parah apabila
mendengar suara yang sangat bising bising seperti sepeda motor. Pasien mengatakan keluhan menjadi lebih nyaman
ketika pasien berbaring dan memiringkan kepalanya ke sisi telinga yang sakit. Pasien sedang hamil 32 minggu G2P1AO
. Pasien mengatakan bahwa tidak dirasakan keluhan lain seperti pilek (-), demam (-) dan tidak ada cairan yang keluar
dari telinga (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
■ Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan pada telinga sebelumnya. Tidak ada riwayat Alergi (-), Hipertensi
(-), dan DM (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
■ Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa.
Riwayat Sosial Ekonomi
■ Pasien merupakan seorang seorang ibu rumah tangga.
Penyajian Kasus
II. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Status Generalis
■ Kesadaran :Compos mentis (E4V5M6)
■ Kepala, mata, mulut,
■ Keadaan Umum: Tampak Sakit
Ringan hidung, leher, dada, paru,
■ Tekanan Darah: 135/54 mmHg jantung, dan abdomen
■ Nadi : 92 x/menit dalam batas normal.
■ Pernapasan : 20 x/menit
■ Suhu : 36,4 oC
■ SpO2 : 99%
■ Berat Badan : 65 Kg
■ Tinggi Badan : 155 cm
Penyajian Kasus
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status lokalis : Pemeriksaan Telinga
Penyajian Kasus
AC BC
AD 51 25
AS 17 -
Penyajian Kasus
Resume Medis
■ Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri dirasakan sejak 4
hari yang lalu disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga
berdengung. Pasien mengatakan keluhan terasa semakin parah apabila mendengar
suara yang sangat bising bising seperti sepeda motor. Pasien mengatakan keluhan
menjadi lebih nyaman ketika pasien berbaring dan memiringkan kepalanya ke sisi
telinga yang sakit. Pasien sedang hamil 32 minggu. Pasien mengatakan bahwa
tidak dirasakan keluhan lain seperti pilek (-), demam (-) dan tidak ada cairan yang
keluar dari telinga (-).
Diagnosis
■ Otitis Media Efusi
Penyajian Kasus
Tatalaksana
Medikamentosa Non-Medikamentosa
■ Edukasi pasien mengenai penyakit yang
dialami.
■ Edukasi pasien untuk menghindari penyebab
■ Antibiotik Sistemik (Co-Amoksiklav terjadinya kekambuhan otitis media efusi
625 mg 3 x 1 caps) No. XV pada pasien
■ Edukasi penggunaan obat yang diberikan.
■ Antibiotik Topikal ( Gentamicin
Sulfate tube ) No. I ■ Edukasi pasien mengenai tindakan
parasentesis yang dilakukan dengan segala
risiko dan prosedur yang mesti dijalani.
■ Tindakan Parasentesis
■ Edukasi pasien untuk menjaga telinga yang
telah dilakukan parasentesis agar tidak
kemasukan air.
■ Edukasi pasien untuk kontrol kembali
pengobatan ke Rumah Sakit apabila terjadi
kekambuhan.
Penyajian Kasus
Prognosis
■ Ny.S G2P1A0 dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga berdengung.
Pasien ini didiagnosis dengan Otitis Media Efusi. Diagnosis ditegakkan dari gejala
klinis pasien, pemeriksaan otoskopi yang menunjukan gambaran membran timpani
dekstra agak suram dan retraksi. Kemudian pada pemeriksaan timpanometri juga
menujukan grafik B pada aurikula dekstra yang menujukankan adanya cairan di
telinga tengah, pada hasil audiometri aurikula desktra menujukan pasien
mengalami tuli konduktif dengan nilai AC sebesar 51 dan BC sebesar 25.
Sedangkan pada aurikula sinistra, baik gambaran membran timpani, hasil
audimetri, dan timpanometri menunjukan dalam batas normal.
PEMBAHASAN
■ Ny.S G2P1A0 dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga berdengung.
Pasien ini didiagnosis dengan Otitis Media Efusi. Diagnosis tersebut ditegakkan dari
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien ini berupa pemberian
antibiotik sistemik dengan kategori B dan antibiotik topical kategori C yang
diberikan setelah tindakan parasentesis atau insisi membran timpani. Terapi non-
faramakologis yang diberikan berupa edukasi kepada pasien dan keluarga.
TERIMAKASIH