Anda di halaman 1dari 2

F6 UPAYA PENGOBATAN DASAR OTITIS MEDIA AKUT

LATAR BELAKANG

Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Kondisi ini ditandai oleh adanya reaksi peradangan di telinga tengah yang dipicu oleh agen infeksi.
Kejadian otitis media pada anak berkaitan dengan kejadian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Terjadinya OMA dijabarkan menjadi beberapa tahap yaitu efusi pada telinga tengah yang akan
berkembang menjadi pus yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, disertai tanda-tanda
inflamasi akut, demam, otalgia, dan iritabilitas.

Otitis media akut seringkali terjadi pada anak-anak. Statistik dari beberapa negara maju menjelaskan
bahwa otitis media akut merupakan infeksi yang umum pada usia dini dan merupakan alasan umum
untuk berobat. Walaupun OMA paling sering terjadi pada usia enam bulan sampai tiga tahun tetapi
dapat juga terjadi pada orang dewasa. Hampir 85% anak memiliki episode otitis media akut paling
sedikit satu kali dalam 3 tahun pertama kehidupan dan 50% anak mengalami 2 episode atau lebih.
Anak yang menderita otitis media pada tahun pertama, mempunyai kenaikan risiko otitis media
kronis ataupun otitis media berulang. Insiden penyakit akan cenderung menurun setelah usia 6
tahun. Episode yang sering berulang mengakibatkan peningkatan kekhawatiran dan kecemasan
orang tua, disamping juga biaya kesehatan yang harus ditanggung. Pada negara berkembang
komplikasi yang sering ditemukan adalah gangguan pendengaran. Komplikasi dapat terjadi akibat
OMA yang tidak diobati, pengobatan yang tidak adekuat, dan adanya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik. Anak penderita OMA dengan stadium perforasi dapat berkomplikasi menjadi mastoiditis.
Mastoiditis yang kronik dapat menimbulkan masalah berupa penurunan pendengaran.

PERMASALAHAN

An. SR usia 16 tahun, jenis kelamin Perempuan, berat badan 40 kg, datang dengan keluhan nyeri
pada telinga kanan. Pasien mengeluhkan nyeri telinga kanan terasa berdenyut sejak sekitar 5 hari
yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan berat berbeda-beda. Pasien mengatakan
sebelumnya mengalami batuk pilek dan sudah membeli obat di apotek namun keluhannya tidak
membaik, demam dirasakan tidak terlalu tinggi, pasien menyangkal adanya nyeri tenggorokan.

Pasien tidak pernah mengelami keluhan serupa sebelumnya, riwayat keluar cairan dari telinga
disangkal, riwayat alergi disangkal, riwayat trauma pada telinga kanan disangkal. Riwayat keluhan
serupa pada keluarga disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, laju nadi 87 kali per
menit, laju napas 18 kali per menit, suhu 37,3 oC, SpO2 98%, berat badan 48 kg, tinggi badan 158 cm
dengan Indeks Massa Tubuh yaitu 19,23. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan hasil dalam
batas normal. Pada pemeriksaan status lokali THT pada telinga kanan tampak liang telinga lapang,
discharge (-), darah (-), bengkak (-), membran timpani hiperemis (+), retraksi (-), bulging (-), cone of
light tampak pada jam 5 utih ke abu-abuan, perforasi (-).

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditegakkan diagnosis otitis media
akut stadium hiperemis auris dextra.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Pada pasien direncanakan untuk diberikan intervensi berupa medikamentosa dan non
medikamenosa dalam tatalaksana kondisi yang dialaminya. Pada pasien diberikan edukasi mengenai
penyakit yang dialaminya, faktor risiko, pengobatan, dan cara pencegahannya. Diperlukan peran
serta pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan penyakit yang dialami pasien.

PENATALAKSANAAN

Setelah terdiagnosis dengan otitis media akut stadium hiperemis auris dextra, An. SR memerlukan
tatalaksana terhadap kondisinya tersebut.

Penatalaksanaan medikamentosa:

- Paracetamol 3x500mg

- Amoxicillin 3x500mg

- Cetirizin 1x10mg

Penatalaksanaan non medikamentosa:

- Edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan


- Memberitahukan untuk menghindari faktor risiko seperti infeksi saluran pernapasan akut akbat
bakteri dan virus, serta menghindari paparan asap rokok dan polusi udara
- Mencukupi asupan gizi yang cukup dan seimbang untuk mencegah penyakit ISPA
- Tidak mengorek atau memasukkan benda lain ke telinga

MONITORING DAN EVALUASI

Untuk memonitoring dan mengevaluasi penyakit pasien, keluarga pasien diminta untuk mengawasi
pasien agar mengonsumsi obatnya dengan teratur dan turut menjaga untuk menghindari paparan
faktor risiko pada pasien. Pasien juga diberitahukan untuk datang kembali 3 hari-1 minggu apabila
tidak ada perbaikan.

Untuk memonitoring dan mengevaluasi penyakit pasien, pasien diminta untuk kembali
mengontrolkan kondisinya ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya dapat melihat
perkembangan setelah diberikannya terapi. Serta untuk mengetahui bahwa tujuan pengobatan
dapat tercapai yaitu untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai