Disusun Oleh:
Adinda Rabiattun Adawiah, S.Ked 14061192030
Pembimbing:
Hamil G2P1A0
Soedarso Pontianak
Pontianak, Januari
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
dengan judul “Otitis Media Efusi Pada Ibu Hamil G2P1A0”. Laporan kasus
ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan kepaniteraan klinik Stase Ilmu
Penyakit THT-KL RSUD Doktor Soedarso Pontianak.
Lebih kurang 80% anak-anak pernah mengalami episode OME sampai umur 10
tahun dan pada umumnya dapat mengalami resolusi spontan. Prevalensi OME pada
dewasa sangat rendah dan sering dihubungkan dengan keadaan patologi yang
mendasarinya.1-7
Meskipun banyak kasus OME sembuh spontan, tetapi 30% hingga 40%
mengalami rekurensi setelah 3 bulan dan 5% sampai 10% kasus bisa bertahan hingga 1
tahun.Sementara di Amerika Serikat, sekitar 3 hingga 4 miliar USD setiap tahunnya
dihabiskan untuk pengobatan OME. OME bisa mengakibatkan gangguan pendengaran
permanen, keterlambatan bicara, berbahasa, ketidaksempurnaan artikulasi, masalah
komunikasi, gangguan performa anak di sekolah, dan gangguan intelek. 8-10
Telinga tengah adalah rongga kecil berisi udara di bagian petrosa dari
tulang temporal yang dilapisi oleh epitel. Telinga tengah dipisahkan dari telinga
luar oleh membran timpani dan dari telinga dalam oleh partisi bertulang tipis
yang berisi dua lubang kecil yang ditutupi membran yaitu jendela oval dan
jendela bundar . Struktur selanjutnya adalah tiga tulang pendegaran yang
terletak di dalam telinga tengah disebut osikulus, yang dihubungkan oleh sendi
sinovial. Tulang pendengaran tersebut dinamai sesuai bentuknya, yaitu malleus,
incus, dan stapes yang biasa disebut martil, landasan, dan sanggurdi. 15
Lapisan mukosa tuba dipenuhi oleh sel mukosiliar, penting untuk fungsi
pembersihannya. Bagian dua pertiga anteromedial dari tuba Eustachius berisi
fibrokartilaginosa, sedangkan sisanya adalah tulang. Dalam keadaan istirahat,
tuba tertutup. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dari
tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di
bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. 16-17
Telinga bagian dalam terdiri dari dua divisi utama: labirin bertulang di
bagian luar yang membungkus labirin membranosa di bagian dalam. Labirin
bertulang dilapisi dengan periosteum dan mengandung perilimfe. Labirin
membranosa mengandung cairan endolimfe di dalamnya. 13
OME sering menyerang anak usia 1 tahun hingga 3 tahun, diikuti pada usia
masuk sekolah, yaitu 4 tahun hingga 6 tahun. Sebanyak 90% anak usia 10 tahun
sekurang-kurangnya pernah mengalami satu kali episode OME. Di Inggris, OME
menjadi alasan terbesar anakanak untuk operasi dan setiap tahunnya menghabiskan
biaya sebesar 47,8 juta USD.4 Sementara di Amerika Serikat, sekitar 3 hingga 4 miliar
USD setiap tahunnya dihabiskan untuk pengobatan OME. 14,22-23
(1) otitis media supuratif yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut
dan otitis media supuratif kronik.
(2) otitis media non supuratif atau otitis media serosa yaitu otitis media serosa
akut (barotrauma atau aerotitis) dan otitis media serosa kronik (glue ear).
(3) otitis media spesifik seperti otitis media sifilitika atau otitis media
tuberkulosa, dan
Michael dan Andrew seperti yang dikutip oleh Tong Fai CM, dalam
penelitiannya pada 36 kasus OME dewasa didapatkan 22 % terjadi pada pasien dengan
infeksi saluran pernafasan bagian atas, 14 % sinusitis kronis, 14 % alergi, 6 %
karsinoma nasofaring dan 14 % etiologi yang lainnya. Yung MW dkk , pada
penelitiannya terhadap 53 pasien OME dewasa mendapatkan 57 % pasien memiliki
riwayat atopi dan 26,4 % sinusitis. sementara untuk bakteri dan virus penyebeb infeksi
ialah Streptokokus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella kataralis dan
Adenovirus. 28
Otitis media efusi bisa disebabkan oleh gangguan fungsi ventilasi tuba
Eustachius karena adanya sumbatan pada muara atau saluran tuba. Sumbatan bisa
karena inflamasi akut atau kronis pada mukosa tuba, tumor pada nasofaring dan adanya
benda asing (tampon hidung). Sumbatan ini menimbulkan tekanan negatif pada telinga
tengah yang menyebabkan transudasi cairan serous dari kapiler telinga tengah. Selain
itu sekresi mukosa telinga tengah tidak bisa dialirkan sehingga terkumpul dalam
telinga tengah.3,4,6,27,29
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada Otitis media efusi dapat berupa
rasa tidak nyaman ditelinga, pendengaran menurun, telinga terasa penuh, suara diri
sendiri terdengar nyaring, gangguan tidur(jarang), nyeri apabila penyebabnya adalah
barotrauma. Pada pemeriksaan otoskopi, membran timpani tampak utuh, retraksi,
suram, dan refleks cahaya menghilang, tetapi tidak ditemukan tanda inflamasi.
Sebagian besar OME bersifat asimtomatik.21
Manifestasi klinis OME pada orang dewasa lebih jelas daripada anak-anak,
karena anakanak tidak bisa mengekspresikan keluhan yang terjadi. Adanya gangguan
pendengaran derajat ringan sampai sedang (≤ 40 dB)5,6
3.2. Anamnesis
3.2.1. Keluhan Utama
Nyeri telinga sebelah kanan
3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri dirasakan
sejak 4 hari yang lalu disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan
telinga berdengung. Pasien mengatakan keluhan terasa semakin parah
apabila mendengar suara yang sangat bising bising seperti sepeda motor.
Pasien mengatakan keluhan menjadi lebih nyaman ketika pasien berbaring
dan memiringkan kepalanya ke sisi telinga yang sakit. Pasien sedang hamil
32 minggu G2P1AO . Pasien mengatakan bahwa tidak dirasakan keluhan
lain seperti pilek (-), demam (-) dan tidak ada cairan yang keluar dari
telinga (-).
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 oC
SpO2 : 99%
Berat Badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Kelainan kongenital - -
Prearikula Radang dan tumor - -
Nyeri tekan tragus - -
Kelainan kongenital - -
Radang dan tumor - -
Aurikula Nyeri penarikan telinga - -
Krusta - -
Edema Hiperemis - -
Nyeri tekan Fistula - -
Retroaurikula Fluktuasi - -
Pemeriksaan Telinga
3.4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Timpanometri
Keterangan I II III
AD B B B
AS A A A
Hasil Audiometri
AC BC
AD 51 25
AS 17 -
3.5. Resume Medis
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri
dirasakan sejak 4 hari yang lalu disertai dengan rasa penurunan pendengaran
dan telinga berdengung. Pasien mengatakan keluhan terasa semakin parah
apabila mendengar suara yang sangat bising bising seperti sepeda motor.
Pasien mengatakan keluhan menjadi lebih nyaman ketika pasien berbaring
dan memiringkan kepalanya ke sisi telinga yang sakit. Pasien sedang hamil
32 minggu. Pasien mengatakan bahwa tidak dirasakan keluhan lain seperti
pilek (-), demam (-) dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga (-).
3.6. Diagnosis
Otitis Media Efusi
3.7. Tatalaksana
Medikamentosa
a. Antibiotik Sistemik (Co-Amoksiklav 625 mg 3 x 1 caps) No. XV
c. Tindakan Parasentesis
Non Medikamentosa
a. Edukasi pasien mengenai penyakit yang dialami.
PEMBAHASAN
Ny.S G2P1A0 dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak 4 hari
yang lalu. Keluhan disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga
berdengung. Pasien ini didiagnosis dengan Otitis Media Efusi. Diagnosis
ditegakkan dari gejala klinis pasien, pemeriksaan otoskopi yang menunjukan
gambaran membran timpani dekstra agak suram dan retraksi. Kemudian pada
pemeriksaan timpanometri juga menujukan grafik B pada auris dekstra yang
menujukankan adanya cairan di telinga tengah, pada hasil audiometri auris
desktra menujukan pasien mengalami tuli konduktif dengan nilai AC sebesar 51
dan BC sebesar 25. Sedangkan pada auris sinistra, baik gambaran membran
timpani, hasil audimetri, dan timpanometri menunjukan dalam batas normal.
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini, dilakukan berbagai
pertimbangan dalam memilih terapi dan terapi yang tepat dikarena pasien
sedang hamil. Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik sistemik dan topikal.
Antibiotik sistemik yang diberikan berupa Co-Amoksiklav 625 mg, yang terdiri
atas kandungan amoksilin 500 mg dan Clavulanic Acid 125 mg. Kemudian
pasien diberikan tindakan parasentesis atau insisi membran timpani, yaitu suatu
prosedur untuk mengeluarkan cairan patologis dari membran timpani yang
biasanya dilakukan pada pasien otitis media akut akibat infeksi bakteri atau
otitis media kronik dengan efusi. Insisi biasanya dilakukan pada dua kuadran
bawah membaran timpani yaitu, yaitu kuadran anteroinferior dan
posteroinferior. Prosedur pengeluaran cairan dilakukan dengan menggunakan
spuit dan tindakan ini biasanya hanya memerlukan waktu beberapa menit, serta
dilakukan anestesi lokal sebelumnya. Tindakan parasentesis pada pasien ini
bertujuan untuk memperbaiki pendengaran pasien dan mengurangi durasi dari
OME ,serta mencegah komplikasi OME itu sendiri. 30
Pada sebagian kasus, biasanya dapat terjadi akumulasi cairan di telinga
tengah secara berulang walaupun setelah tindakan parasentesis ini. Sehingga
diperlukan antibiotik topical atau bisa juga antibiotik sistemik. Pada pasien ini,
setelah tindakan parasentesis, pasien diberikan antibiotik topical yaitu salep
gentamisin sulfate 3 mg, untuk mencegah infeksi dan sebagai antiseptik yang
penggunaannya diberikan dengan mengoleskannya dengan tissue dan dioleskan
kedalam telinga. 30
Antibiotik sistemik yang diberikan pada pasien ini merupakan golongan
antibiotik dengan katogori B untuk Ibu Hamil. Sedangkan antibiotik topical
diberikan, yaitu gentamisin sulfate salep merupakan obat kategori C, dalam hal
ini tetap diberikan sebagai mengingat manfaat yang diperoleh akan jauh lebih
besar daripada potensi resikonya.
BAB V
KESIMPULAN
Ny.S G2P1A0 dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak 4 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga berdengung.
Pasien ini didiagnosis dengan Otitis Media Efusi. Diagnosis tersebut ditegakkan
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien ini berupa pemberian
antibiotik sistemik dengan kategori B dan antibiotik topical kategori C yang
diberikan setelah tindakan parasentesis atau insisi membran timpani. Terapi non-
faramakologis yang diberikan berupa edukasi kepada pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tong Fai CM, Hasselt VA.Otitis media with effusion in adults. In: Scott Brown’s
otorhinolaryngology head and neck surgery. Gleeson M, Browning GG, Burlan JM,
Clarke R, Hibbert J, Jonas SN editor. 7th edition. London: Edward Arnold
Publisher:2008. p.3388-93.
3. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Ballenger’s
otorhinolaryngology head and neck surgery. Snow JB, Ballenger JJ,editor. 16th
edition. New York: BC Decker;2003. p.249-59.
4. Probst R. Middle ear. In: Probst R,Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 1st
edition. New York. Thieme:2006.p.240- 42.
7. Yung WM, Arasaratnam R. Adult-onset otitis media with effusion: results following
ventilation tube insertion. Otolaryngology journal .2001:115.p.874-78
8. Waldron CA, Jones ET, John RC, Hood K, Powell C, Roberts A, et al. Oral steroids
for the resolution of otitis media with effusion in children (OSTRICH): Study
protocol for a randomized controlled trial. Biomed Central. 2016;17:115-25. doi:
10.1186/s13063-016-1236-1
10.Choung YH, Shin YR, Choi SJ, Park K, Lee JB, Han DH, et al. Management for the
children with otitis media with effusion in the tertiary hospital. Clin Experiment
Otorhinolaryngol. 2008;1(4):201-
11.Zakrzewski L, Lee DT. An algorithmic approach to otitis media with effusion. JFam
Pract. 2013;62(12):700-6.
12.Inglis AF. Gates GA. Acute Otitis Media With Effusion. Dalam: Cummings,
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-4. Philadelphia: Elsevier Mosby;
2005.h. 200-1.
13.Bull PC, Barrow H, Davies GJ, Fonseca S, Haggard M, Hart J, dkk. Surgical
management of otitis media with effusion in children. National Collaborating Centre
for Women’s and Children’s Health. London: RCOG; 2008. h. 28-44.
14.Choung YH, Shin YR, Choi SJ, Park KH, Park HY, Lee JB, dkk. Management for
the children with otitis media with effusion in the tertiary hospital. Clin Exp
Otorhinolaryngol. 2008;1(4):201-5.
16.Gulya AJ. Anatomy of the ear and temporal bone. In: Glasscokc-Shambaugh,
surgery of the ear. Glasscock III ME, Gulya AJ, editors. Fifth edition. Ontario:BC
Decker Inc.,2003.p.44.
17.Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta:
FKUI;2007.p.65-9.
18.Khmmas AH, Dawood MR, Kareem A, Hammadi YA. Diagnostic accuracy of otitis
media with effusion in children. Mustansiriya Medi J. 2016;15(1):1-6
19.Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2015.
20.Kalu SU, Hall MC. A study of clinician adherence to treatment guidelines for otitis
media with effusion. Wisconsin Med J. 2010;109(1):15-20.
22.Butler CC, Voort JH. Steroid for otitis media with effusion. A systemic review.
Arch Pediatr Adolesc. 2001;155:641-7.
23.Burrow HL, Blackwood RA, Cooke JM, Harrison RV, Harmes KM, Passamani PP,
editors. Otitis media guideline 2013. USA: University of Michigan Health System;
2014.
26.Somefun AO, Adefuye SA, Danfulani MA, Afolabi S, Okeowo PA. Adult onset
otitis media with effusion in Lagos. Niger Postgrad Med J 2005;12:73-6
28.Nur Azizah. Otitis Media Efusi pada Dewasa. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
RSUP Dr. M. Djamil : Padang. 2016