Anda di halaman 1dari 2

#118

Bergabung bersama orang jujur

Kejujuran adalah kekuatan yang luar biasa jika kita lakukan karena Allah subhanahu wa ta'ala.
Jujur itu kunci keberhasilan dunia dan akhirat. Dan itulah yang ingin digagalkan oleh syaiton.
Jujur itu ruhnya amal sholeh.

Dimasa klasik ada penguasa yang sangat dzolim, Al Hajajj Bin Yusuf. Al asma'i berkata ada
seorang yang datang kepaada al hajaj dan meneceritakan seorang sosok, yaitu Rabbi' Bin Huras.
Sementara Rabbi' ini dikenal dimasyarakatnya sebagai orang tidak pernah bohong. Masalahnya,
Rabbi' ini punya 2 anak yang melakukan pelanggaran perintannya Al Hajaj. Sehingga Al Hajajj
memanggil Rabbi'. Al Hajaj menannyakan kedua anaknya, dan Rabi' jujur bahwa ananknya tidak
bersembynti namun ada di rumah. Al Hajaj Bin Yusuf membuat hal-hal yang tidak di sangka
oleh semua org, ia membebaskan kedua anak Rabi'.

Begitu pula dalam rumah tangga, jujur adalah kekuatan dalam rumah tangga.

Ayat pertama yang dibawa oleh imam an nawawi rahimahullah.

Surah At Taubah ayat 119 :


'Hai orang-orqng yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang jujur(benar).'

Pelajaran pertama dari ayat ini:

1. Allah memberikan dua perintah kepda kita ; yaitu perintah untuk bertakwa kepada
Allah(melakasanakan perintah dan menjauhi larangan Allah) dan perintah untuk
bersama orang-orang yang jujur.
2. Secara khusus Allah menekankan agar kita bersama orang-orang jujur. Ini
menunjukan kebersamaan bersama orang jujur itu penting.

 Berjuang bertemu orang jujur dan hidup bersama mereka.

 Kebersamaan bersama orang jujur itu sangat penting dalam kehidupan.

 Doa yang paling banyak dibaca setiap muslim pada setiap hari, ialah doa utk
bersama orang2 jujur. Dalam surah al fatihah, 'ihdinasyiratal mustaqim syiratal
ladzi naan'am ta'alaihim' : yaitu meminta jalan yang lurus, jalan orang2 yang
Allah beri nikmat.

 Siapa orang2 yang Allah berikan nikmat, dijelaskan Dalam Surah An Nissa Ayat
69. Bahwa orang yang diberi nikmat yaitu para Nabi, orang yang jujur(as
siddiqin), syuhada, dan orang2 sholeh.
3. Surah At Taubah ayat 119 ini, tidak hanya memerintahkan kita bersama orang jujur di
lingkungan sosial kita. Tapi bergabung dengan jalan orang jujur yang sudah wafat, karena
mereka yang telah lama wafat.
 Imam Nafi' mengatakan, “Bersama orang yang jujur dalam ayat ini ialah bersama
nabi dan para sahabat nabi.”

 Al Imam Ibnu Juriz mengatakan, “Bersama orang jujur yaitu Bersama muhajirin
yang benar-benar jujur.”

 Imam Ad dhohaq mengatakan, “Bersama org jujur yaitu Bersama abu bakar dan
umar dan para sahabt mereka berdua.”

Maksud 'bersama' disini ialah bersama konsep, ajaran, dan jalan mereka. Kita
mengimani apa yang diimani oleh Nabi dan Para Sahabat. Kita beribadah, berahlak,
sebaimana ibadah dan ahlak mereka. Hidup kita ialah berusaha bagaimana menjadikan
hidup mereka sebagai panutan/referensi/kudwah.
Imam ahmad bin hambal(muridnya imam syafi'i) mengatakan, “Janganlah kalian
berbicara masalah agama jika tidak punya pendahulu dalam perkara tersebut.”Artinya
jika kita punya suatu masalah, abu bakar berbicara tentang itu gak ya.Jika kita meyakini
sesuatu, cek dulu nabi dan para sahabat meyakini hal itu atau tidak.
Syaikh Abdul Qodri Al Jailani, beliau mengatakan, “Kalian harus mengikuti
metode dan konsepnya para sahabat nabi shalallahu 'alaihi wassalam.”

 Ibadah, amal sholeh, tauhid itu adalah bagian dari kejujuran karena itu adalah kehidapan
nabi dan para sahabat.

 Pada jaman nabi, orang yang memusuhi beliau pun menyimpan barang beharga kepada
dirinya alaihi wassalam, karena beliau adalah orang yang jujur.

 Tidaklah jujur ketika kita mengaku sebagai seorang muslim, namun kita tidak
melaksanakan perintah Allah.

 Hamba itu nurut, hamba Tidak punya kekuasan, tidak punya apa-apa, semua yang ada
pada hamba adalah milik Allah. Konsep seorang hamba itu ta'awudz.

 Kita tidak bisa bergabung dengan orang yang jujur, kecuali kita menjadi orang yang jujur
juga.

 Para ulma mengatakan, jujurlah kepada Allah(kita sebagai hamba, menlaksanakan


perintah dan menjauhi larangannya), kepada nabi(sebagai umat yang
mengikutinya/ittiba'), kepada diri sendiri (tidak tertipu dengan diri sendiri, mengakaui
aib-aib diri, dan berusaha memperbaikinya ),barulah kepada manusia(apa yang kita
sampaikan sesuai fakta).

Anda mungkin juga menyukai