Anda di halaman 1dari 12

DM tipe lain et causa Cushing Syndrome

Abstrak
Cushing sindrom merupakan salah satu masalah sistem endokrin yang jarang ditemukan
sehari-hari. Kelainan ini sering dikaitkan dengan resistensi insulin yang diakibatkan oleh
tingginya kadar glukokortikoid di dalam darah untuk jangka waktu yang lama. Sehingga, banyak
dari pasien sindroma cushing yang mendekita diabetes, di mana diabetes tersebut akan
digolongkan sebagai diabetes tipe lain. Peningkatan kadar glukokortikoid dalam darah dalah
diakibatkan oleh banyak hal, seperti adenoma pituari, adenoma adrenokortikol, dan lain-lain.
Manifestasi klinis yang biasa dialami oleh pasien merupakan obesitas sentral, hipertensi,
osteoporosis, jerawat, dan lain lain.
Kata kunci: Sindrom Cushing, Diabetes, glukokortikoid
Abstract
Cushing syndrome is one of the endocrine system problems that are rarely found
everyday. This disorder is often associated with insulin resistance caused by high levels of
glucocorticoids in the blood for long periods of time. So, many of Cushing's syndrome patients
have diabetes, where the diabetes will be classified as another type of diabetes. Increased levels
of glucocorticoids in the blood are caused by many things, such as pituitary adenoma, adrenoma
adrenocorticol, and others. Clinical manifestations commonly experienced by patients are
central obesity, hypertension, osteoporosis, acnes, etc.
Keywords: Cushing Syndrome, Diabetes, Glucocorticoid

Pendahuluan

Diabetes Melitus (DM) atau yang sering disebut kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus menerus dan
bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada tubuh. Secara umum, klasifikasi DM menurut WHO dapat dibagi
menjadi empat tipe, yaitu DM tipe 1 (disebabkan karena faktor genetik terjadi destruksi sel beta,
umumnya menjurus kepada defisiensi insulin, terjadi autoimun serta idiopatik), DM tipe 2
(ataupun karena resistensi insulin, defek insulin dan gaya hidup), DM gestasional (terjadi pada
saat kehamilan atau karena berat bayi yang dilahirkan lebih), dan juga DM dapat terjadi akibat
sindrom Cushing (DM tipe lain).1

Sindrom cushing merupakan suatu kumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh
peningkatan efek metabolik dari kadar glukokortikoid atau kortisol (hiperkortisolisme) dalam
darah. Organ yang bertanggung jawab dalam sekresi glukokortikoid adalah adrenal. Sejauh ini
penyebab terjadinya sindroma cushing yaitu pengobatan lama dengan dosis kortikosteroid oral
yang relatif besar. Penyebab lainnya adalah kelainan organ sekresi glukortikoid dan terdapat
suatu massa pada adrenal. 2

Anamnesis

Seorang laki-laki, 45 tahun dengan keluhan sering lemas sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan cepat haus, cepat lapar, dan sering buang air kecil. Pasien sering
terbangun pada malam hari karena buang air kecil. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat
kencing manis, namun pasien ada riwayat asma yang sering kambuh sehingga ia mengkonsumsi
Prednison tablet secara rutin setiap hari. Pada riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan
ibunya memiliki riwayat kencing manis.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa keadaan umum pasien tampak sakit ringan,
compos mentis, dengan tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas
20x/menit, dengan suhu 36,5℃, dan wajah pasien mngalami moonface. Berat badan pasien 80
kg, dengan tinggi badan 150 cm. lingkar perut pasien 110, lingkar panggul 85 cm, waist hip ratio
>1.1 di mana diartikan sebagai obesitas sentral.

Pemeriksaan Penunjang

Kadar glukosa darah


Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, pemeriksaan
diagnosis, pemantauan hasil pengobatan dan pengendalian DM. Kriteria diagnosis diabetes
adalah apabila GDS >200mg/dl dan GDP >126mg/dl.3

HbA1C

HbA1C merupakan hemoglobin terglikosilasi dan dikenal juga sebagai glikohemoglobin yang
merupakan komponen kecil hemoglobin, bersifat stabil dan terbentuk secara perlahan melalui
reaksi non-enzimatik dari hemoglobin dan glukosa. Reaksi non-enzimatik ini berlangsung terus-
menerus sepanjang umur eritrosit (kira-kira 120 hari). Proses glikosilasi non-enzimatik ini
dipengaruhi langsung oleh kadar glukosa darah. Karena eritrosit bersifat permeabel dilalui
glukosa maka pengukuran kadar A1C mencerminkan keadaan glikemik selama masa 120 hari.
Kadar normal <5,7%.3

Pengukuran UFC (urine free cortisol)

Test ini dilakukan dengan urin 24 jam untuk mengetahui jumlah ekskresi kortisol urin dalam
periode 24 jam. Pasien tidak boleh mendapat intake cairan berlebihan dan juga tidak
mengunakan terapi glukokortikoid. Kadar normal <40-50 ug/hari. Pada pasien cushing terdapat
kenaikan hingga 3 kali lipat.4

Kortisol Saliva

Pengukuran kortisol saliva malam hari merupakan salah satu tes yang cukup sensitive.
Peningkatan kortisol saliva diantara jam 11 malam hingga tengah malam menjadi gejala
abnormal yang dapat ditemukan paling awal. Sekresi kortisol pada waktu ini normalnya sangat
rendah tapi pada pasien cushing syndrome terjadi peningkatan. Kadar normal 0,10-0,15 ug/dl.4

Test Supresi dexamethasone

Dexamethasone merupakan steroid yang akan menekan produksi kortisol hingga menjadi sangat
rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan pemberian dexamethasone sebanyak 1 mg pada pukul 11
malam yang kemudian akan diperiksa kortisol serum di esok paginya. Normalnya level kortisol
akan menjadi sangat rendah (dibawah 1,8 ug/dl).4

Radiologi
CT Scan dan MRI
Pada pemeriksaan radiologi, digunakan CT scam dan MRI. Untuk memeriksa adrenal,
pemeriksaan radiologi terbaiknya adalah pencitraan tomografi komputer (CT Scan) abdomen. CT
Scan berguna untuk menentukan lokalisasi tumor adrenal dan untuk mendiagnosis hiperplasia
bilateral. CT scan resolusi tinggi pada kelenjar hipofisis dapat menunjukkan daerah-daerah
dengan penurunan atau peningkatan densitas yang konsisten dengan mikroadenoma pada sekitar
30% dari penderita-penderita ini. CT scan kelenjar adrenal biasanya menunjukkan pembesaran
adrenal pada pasien dengan sindrom Cushing dependen ACTH dan massa adrenal pada pasien
dengan adenoma atau karsinoma adrenal.9 Pada hasil MRI pasien yang mengalami hipersekresi
ACTH hipofisis, menggunakan kontras gadolinium. Bisa ditemukan mikroadenoma kecil.4

Differential diagnosis

Cushing Disease

Penyakit Cushing adalah kondisi dimana hipofisis mensekresi ACTH terlalu banyak.
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab Sindrom Cushing. Penyakit Cushing disebabkan
oleh tumor atau hiperplasia dari hipofisis. Keadaan terlalu banyaknya ACTH bisa mengakibatkan
meningkatnya produksi dan pengeluaran kortisol, suatu hormon stress. Biasanya kortisol
dikeluarkan pada saat seseorang mengalami keadaan yang stress, hormon ini mengatur
penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein tubuh serta menolong penurunan imun sehingga
reaksi radang tidak terlalu parah.5

Gejala yang diberikan adalah obesitas badan, dengan tangan dan kaki yang kurus, muka
bulan, dan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Perubahan kulit ditandai dengan jerawat
dan infeksi kulit, striae ungu, dan kulit yang tipis dan mudah robek. Kelemahan dan penipisan
tulang juga bisa terjadi. Pada pria ini juga berdampak pada penurunan libido dan impotensi.6

Secara umum, langkah pertama dalam menentukan diagnosis adalah memastikan keadaan
kortisol yang berlebihan dalam darah (sindrom Cushing). Hal ini dilakukan dengan tes hormon.
Setelah diagnosis didirikan, diperlukan pemeriksaan MRI untuk menetukan apakah terdapat
tumor hipofisis. Pada penyakit Cushing, biasanya ditemukan tumor yang sangat kecil
(microadenoma). 6

2. Diabetes Mellitus tipe II


Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah
penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi
hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut.6

Diabetes mellitus dibagi menjadi dua , yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes
melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh
pankreas. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.6

Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),
polifagia (sering lapar), dan berat badan turun. Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat
diagnosis antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi
vagina berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala
apapun pada beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin. Pasien
dengan diabetes melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik
(yaitu kondisi kadar glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya
kesadaran dan tekanan darah rendah).6

Pada penderita diabetes melitus tipe 2, kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang
paling awal dirasakan. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak melakukan
aktifitas yang tidak terlalu berat. Penurunan berat badan secara drastis. Kelebihan lemak dalam
tubuh akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah
menderita diabetes, walaupun ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi
gemuk dan malah mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak mendapatkan cukup energi
untuk tumbuh.Gangguan penglihatan. Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan
dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi pada
lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil ditangani dengan baik.
Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat memburuk dan menyebabkan
kebutaan.6

Working Diagnosis
DM tipe lain et causa Cushing syndrome

Etiologi

Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologi (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat aksis hipotalamus-
hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom Cushing iatrogenik sering dijumpai pada penderita artritis
reumatoid, asma, limfoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik
sebagai agen antiinflamasi. Pada sindrom Cushing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi
sebagai akibat rangsangan berlebihan oleh ACTH atau sebagai akibat patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.7

Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis dependent ACTH dan independent
ACTH. Di antara jenis dependent ACTH, hiperfungsi korteks adrenal mungkin disebabkan oleh
sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan di mana, keadaan ini juga disebut
sebagai penyakit Cushing. Pada 80% pasien ini ditemukan adenoma hipofisis yang menyekresi
ACTH. Pada 20% sisanya terdapat bukti – bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop.
Masih tidak jelas apakah hiperplasia timbul akibat gangguan pelepasan corticotropin relaesing
hormone (CRH) oleh neurohipotalamus.7

Patofisiologi

Secara fisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada tepat di
bawahnya. Inti paraventrikular (PVN) dari hipotalamus melepaskan Corticotrophin-releasing
hormone (CRH), yang merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan adrenocorticotropin
(ACTH). ACTH bergerak melalui darah ke kelenjar adrenal kemudian merangsang pelepasan
kortisol. Kortisol disekresi oleh korteks kelenjar adrenal dari daerah yang disebut zona
fasciculata sebagai respons terhadap ACTH. Peningkatan kadar kortisol menyebabkan umpan
balik negatif (negative feedback) pada hipofisis sehingga menurunkan jumlah ACTH yang
dilepaskan dari kelenjar hipofisis.7

Sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun, baik
kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun overproduksi kortisol endogen.
Overproduksi glukokortikoid endogen atau hiperkortisolisme yang independen ACTH biasanya
disebabkan oleh neoplasma yang mensekresi kortisol dalam korteks kelenjar adrenal (neoplasma
adrenocortical primer). Biasanya merupakan sebuah adenoma dan jarang karsinoma.7

Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan katabolisme protein yang


berlebihan sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan subkutan menjadi tipis,
pembuluh-pembuluh darah menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria berwarna ungu di
daerah abdomen, paha, bokong, dan lengan atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar
berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh, serta rambut tipis dan kering. 8

Keadaan hiperglukokortikoid di dalam hati akan meningkatkan enzim glukoneogenesis dan


aminotransferase. Asam-asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein diubah menjadi
glukosa dan menyebabkan hiperglikemia serta penurunan pemakaian glukosa perifer, sehingga
bisa menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin.

Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim lipolisis


sehingga terjadi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Pada sindrom Cushing ini terjadi
redistribusi lemak yang khas. Gejala yang bisa dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi
lemak sentripetal. Lemak terkumpul di dalam dinding abdomen, punggung bagian atas yang
membentuk buffalo hump, dan wajah sehingga tampak bulat seperti bulan dengan dagu ganda. 8

Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan peningkatan resorpsi matriks


protein, penurunan absorbsi kalsium dari usus, dan peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal.
Akibat hal tersebut terjadi hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi pertumbuhan. Peningkatan
ekskresi kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis. 8

Pada keadaan hiperglukokortikoid bisa timbul hipertensi, namun penyebabnya belum diketahui
dengan jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja
langsung glukokortikoid pada arteriol atau akibat kerja glukokortikoid yang mirip
mineralokortikoid sehingga menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium, serta ekskresi
kalium. Retensi air ini juga akan menyebabkan wajah yang bulat menjadi tampak pletorik. 8

Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi, insomnia, dan euforia.
Pada sindrom Cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai oleh peningkatan sekresi
androgen adrenal sehingga bisa ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi androgen seperti
hirsutisme, pubertas prekoks, dan timbulnya jerawat. 8

Manisfestasi Klinis

Cushing sindrom dapat mempengaruhi banyak hal, seperti lemak tubuh, kulit, tulang,
otot, sistem cardiovaskular, sistem metabolisme, sistem reproduksi, sistem imun, dan psikologis.8

Gejala cushing syndrome pada lemak tubuh meliputi obesitas sentral, wajah bulat atau
moon face, bantalan lemak di belakang leher atau buffalo hump. Pada kulit, pasien akan
mengalami facial plethora, thin and brittle skin, easy bruising, broad and purple stretch marks
atau striae, acne, dan hirsutism. Pada tulang, akan terjadi osteopeni, osteoporosis, dan
terhambatnya pertumbuhan tinggi pada anak-anak. Pada otot, terjadi kelemahan, miopati
proksimal (atrofi pada gluteus dan otot kaki atas) yang ditandai dengan kesulitan pasien untuk
berdiri dari kursi atau naik tangga.8

Pada sistem kardiovaskular, akan tedapat hipertensi, hipokalemi, edema, dan


atheroskerosis. Pada metabolisme tubuh, akan terjadi intoleransi glukosa, diabetes, dan
dislipidemia. Pada sistem imun dan darah, cushing sindrom akan menyebabkan kenaikan dari
hitung darah putih, eosinopeni, hiperkoagulasi yang akan meningkatkan resiko deep vein
thrombosis dan emboli paru. Selain itu pasien juga akan mengalami gangguan psikologis, dan
gangguan pada aktivitas seksual.9

Diagnosis Cushing harus dipertimbangkan apabila beberapa manisfestasi klinis


ditemukan di pasien yang sama, seperti kerapuhan kulit, mudah memar, striae keunguan, tanda-
tanda promixal myopathy, yang dapat diketahui ketika pasien berusaha bangkit dari kursi tanpa
bantuan tangan atau ketika menaiki tangga.9

Gejala khas DM merupakan polifagia, polidipsi, dan poliuria (banyak kencing bisa 3L per
hari). Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan banyak kencing, terutama malam hari
karena pada malam hari kadar gula dalam darah relative tinggi.9

Pada penderita DM terjadi hiperglikemi. Salah satu efek dari hiperglikemi ini
meningginya kadar glukosa melebihi threshold ginjal melakukan reabsorpsi sehingga terjadi
glukosuria. Glukosuria adalah adanya glukosa dalam urin, ini yang akan menginduksi dieresis
osmotik sehingga zat non elektrolit dengan cepat dan mudah diekskresikan oleh ginjal serta
menarik air. Karena glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka air akan tertarik ke
dalam urin sehingga menyebabkan poliuria.Polidipsi (banyak minum), disebabkan oleh
banyaknya cairan yang keluar melalui kencing menyebabkan penderita merasa haus dan
akhirnya banyak minum.9

Polifagia disebabkan oleh insulin yang bermasalah sehingga sel tubuh tak bisa menyerap
gula dengan baik, hal ini menyebabkan tubuh kekurangan energi. Glukosa dalam darah tidak
masuk dalam sel sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga, karena
tenaga diperlukan dalam aktivitas maka diambil cadangan lain yaitu sel lemak dan sel otot. Hal
ini menyebabkan BB turun karena penderita kehilangan jaringan lemak dan otot.6

Gejala tidak khas dari DM adalah lemas, kekurangan energi, sering mengantuk,
kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulva
pada wanita, kulit terasa panas, terasa tebal dikulit, dan lain-lain.6

Epidemiologi

Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 tahun hingga 50
tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula darah
yang tidak terkontrol, akan meningkatkan resiko terserang sindrom ini.6

Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian glukokortikoid


eksogen, sedangkan kejadian tahunan sindrom Cushing endogen telah diperkirakan sebesar 13
kasus per juta individu. Dari kasus – kasus lain, sekitar 70% disebabkan hiperplasia adrenal
bilateral oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non endokrin
(pituitary ACTH-producing tumor), 15% karena ACTH ektopik, dan 15% karena tumor adrenal
primer. Insiden hiperplasia hipofisis adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada laki –
laki, kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat. Insiden puncak dari sindrom
Cushing, baik yang disebabkan oleh adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi sekitar 25 – 40
tahun. Pada ACTH ektopik, insiden lebih sering pada laki – laki dibanding wanita.7

Tatalaksana
Tatalaksana utama adalah untuk menterapi sindrom cushing terlebih dahulu. Pasien
memiliki riwayat menggunakan steroid untuk mengatasi asma. Oleh karena itu, dosis steroid
harus diturunkan perlahan agar fungsi kelenjar adrenal dapat kembali normal. Selain itu, diabetes
yang ada juga harus diterapi. Karena patofisiologinya yang membuat sensitivas menurun, maka
diberikan obat anti hiperglikemik oral yang sesuai.9

Obat yang diberikan antara lain metformin, thiazolidinedione, dan sulfonilurea.


Metformin tidak mempengaruhi kerja sel beta pancreas, ia hanya menurunkan absorpsi glukosa
pada usus. Selain itu, metformin juga tidak menyebabkan hipoglikemia dan peningkatan berat
badan, namun dapat menyebabkan asidosis laktat dan dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan ginjal, hati, infeksi berat, dan pengguna alkohol. Thiazolodinedione merupakan obat
yang meningkatkan sensitivitas insulin dengan cara meningkatkan efisiensi dan respons sel beta
pancreas, namun ada beberapa efek samping antara lain peningkatan berat badan dan edema,
oleh sebab itu tidak boleh diberikan kepada pasien dengan riwayat gagal jantung. Sulfonilurea
bekerja merangsang sel beta pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin dengan efek samping
hipoglikemia. Oleh karena itu, jarang diberikan ke orang tua.10

Tatalaksana non farmakologik juga dapat dilakukan antara lain memperbanyak aktivitas
fisik serta diet yang benar yang bertujuan untuk mepertahankan kadar gula, berat badan normal
dan mencegah komplikasi. Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan total, lemak 20-25%, dan
karbohidrat 60-70%. Penggunaan gula murni tidak dianjurkan dan serat dianjurkan 25 g/hari.9,10

Komplikasi

Sindrom Cushing jika tidak diobati akan menghasilkan morbiditas serius dan bahkan kematian.
Pasien mungkin akan menderita salah satu komplikasi hipertensi atau diabetes. Kerentanan
terhadap infeksi meningkat terutama infeksi jamur yaitu aspegillosis, kandidiasis, nocardiosis,
kriptokokkosis, dll. Kompresi patah tulang belakang, osteoporosis dan nekrosis aseptik kepala
femoral dapat menyebabkan kecacatan. Setelah adrenalektomi bilateral, seorang dengan
adenoma hipofisis dapat memperbesar progresifitas, menyebabkan kerusakan lokal (misalnya,
penurunan bidang visual) dan hiperpigmentasi, komplikasi ini dikenal sebagai sindrom Nelson.11

Prognosis

Jika sindrom cushing tidak ditangani secara adekuat maka secara signifikan akan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas serta survival median dari pasien hanya sekitar 4,6 tahun. Dari beberapa studi

angka kematian non malignansi sekitar 2-4 kali dibandingkan populasi normal, sedangkan dengan

malignansi prognosis sangat buruk. Pasien yang gagal dengan operasi memiliki angka kematian 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang remisi dengan operasi. 12

Kesimpulan

Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan karena kadar kortisol yang
berlebihan dalam plasma (hiperkotisolisme) akibat pemberian glukokortikoid eksogen jangka
panjang. Keadaan ini dapat menyebabkan DM akibat peningkatan kadar gula darah karena
peningkatan glukoneogenesis dan penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Perlu
dilakukan diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi
dan menurunkan angka kematian akibat DM ec sindrom Cushing.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Diabete mellitus. Dalam


:Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.
1881, 2062-8.

2. Tarigan TJE. Sindrom cushing dan penyakit cushing. Dalam:Ilmu penyakit dalam. Ed:6.
Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.2484-5
3. Cox ME, Edelman D. Test for screening and diagnosis of type 2 diabetes. Clinical
Diabetes. 2009 Oct; 27(4): 132-138.

4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h. 1240-1.

5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h. 992-1007.
6. Isselbacher KJ, Braudwald E, Wilson JD. Harrison prinsip ilmu penyakit dalam. Volume
5. Edisi 13. Jakarta: EGC;2017: 2176-80

7. Salam MA, A short textbook of medical pharmacology. 1st edition. Jaypee Brothers
Medical: New Delhi; 2014.
8. Runge MS, Greganti MA. Netter’s internal medicine. 2 nd edition. Saunders: Philadelphia;
2008.
9. Aras S, Ustunsoy S, Armutcu F. Indices of central and peripheral obesity anthropometric
measurements and laboratory parameters of metabolic syndrome. Baklan Med J. 2015
oct;32(4): 414-20.
10. Rajput, Rajesh. Juli-Desember 2013. Cushing’s Syndrome – An Update in Diagnosis and

Management. JIACM, Journal, Indian Academy of Clinical Medicine. Vol. 14, No. 3-4.

11. Stephen J, McPhess, Maxine A. Current medical diagnosis and treatment. Chapter 26-
Cushing Syndrome. New York: McGraw-Hill; 2010.

12. Reksodiputro H, Rudijanto A, Madjid A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi VI.

Jakarta: Interna Publishing; 2015: p. 2317-26.

Anda mungkin juga menyukai