Anda di halaman 1dari 2

Kolesteatoma

 Suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus
lalu menumpuk sehingga bertambah besar.
 Epidemiologi:
Insidennya tidak diketahui pasti, namun merupakan indikasi yang relatif sering pada
pembedahan otology (kira-kira tiap minggu di praktek otology tersier). Kematian akibat
komplikasi intrakranial kolesteatoma sekarang jarang terjadi karena adanya diagnosis
dini, intervensi bedah tepat waktu, dan terapi antibiotik adekuat. Akan tetapi tetap
menjadi penyebab umum relatif tuli konduktif sedang pada anak-anak dan orang dewasa.
 Patogenesis dan Klasifikasi:
Seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada
pada lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan
daerah cul-de-sac (jalan buntu) sehingga bila terdapat serumen padat di liang telinga
dalam waktu lama dapat menyebabkan epitel kulit yang berada medial dari serumen
tersebut seakan terperangkap, dan terbentuklah kolesteatoma.
Pada Teori Implantasi, dikatakan terjadi akibat implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke
dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury (trauma ledakan), pemasangan
pipa ventilasi, atau setelah miringotomi.
Klasifikasi dibagi atas dua;
-Kongenital: Terbentuk pada massa embrionik dan dapat ditemukan pada telinga dengan
membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.
-Akuisital
o Primer: Terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrana timpani. Timbul
akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida karena adanya
tekanan (-) di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori Invaginasi)
o Sekunder: Terbentuk setelah didahului oleh perforasi membrana timpani. Sebagai
akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi
membrana timpani ke telinga tengah (Teori Migrasi), atau terjadi akibat metaplasi
mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (Teori
Metaplasi).
Kolesteatoma merupakan media baik untuk pertumbuhan bakteri yang mengakibatkan
infeksi, yang peling sering karena Pseudomonas aeruginosa dan Proteus. Sehingga,
respon imun menginduksi produksi sitokin seperti IL-6, IL-1, TNF alfa, dan TGF, yang
dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif,
destruktif, dan mampun berangiogenesis.
Massa kolesteatoma akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta menimbulkan
nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis tulang diperhebat oleh pembentukan
reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Sehingga dapat mempermudah adanya komplikasi
berupa labirinitis, meningitis, dan abses otak.
 Gejala klinis:
o Otorea tanpa rasa nyeri, yang terus menerus atau sering berulang
o Tuli konduktif
o Pusing
o Pemeriksaan fisik: kanalis akustikus eksternus penuh pus mukopurulen dan
jaringan granulasi.
o Pemeriksaan penunjang:
 CT scan
 MRI
 Terapi:
o Medis
Terapi antimikroba utama berupa topikal, tetapi sistemik juga membantu sebagai
terapi tambahan. Antibiotik topikal aman adalah golongan quinolon. Sedangkan
sistemik disesuaikan dengan keadaan klinis, penampilan sekret, dan riwayat
pengobatan. Kotrimoksazol, Siprofloksasin, atau Ampisilin-Sulbakram dipakai
apabila dicurigai infeksi Pseudomonas. Metronidazol, Klindamisin, atau
Kloramfenikol dipakai bila kuman anaerob. Bila sukar menentukan kuman
penyebabnya dapat dipakai campuran Trimetroprin-Sulfametoksazol atau
Amoksilin-Klavunalat.
Pembersihan liang telinga dapat menggunakan antiseptik seperti Asam Asetat 1-
2%, hidrogen peroksida 3%, povidin-iodine 5%, atau larutan garam fisiologis.
Larutan dihangatkan dulu agar tidak mengiritasi labirin setelah itu dikeringkan
dengan lidi kapas.
o Pembedahan
Mastoidektomi dan Timpanoplasti untuk mengeluarkan kolesteatoma.
 Komplikasi:
o Segera
Paresis n. fasialis, kerusakan korda timpani, tuli saraf, dll.
o Lambat
Kolesteatoma rekuren, reperforasi, dll.
 Prognosis:
Mengeliminasi kolesteatoma hampir selalu berhasil, namun mungkin perlu beberapa kali
pembedahan (sekitar 5%).

Anda mungkin juga menyukai