Debi, seorang mahasiswa kedokteran dibawa teman kosnya ke puskesmas karena menderita demam
tinggi sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesis diketahui adanya perdarahan gusi dan BAB berwarna hitam
1 hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,50C, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
100x/menit, nafas 18x/menit, rumple leed positif. Dari hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan Hb
9,5 gr/dl, Ht 50%, trombosit 80.000/mcL. Dokter menyampaikan bahwa Debi menderita DBD dan dirujuk
ke RSUD untuk tatalaksana lebih lanjut. Sebelumnya dokter puskesmas telah memberikan obat
antipiretik dan memasang infus RL, sebagai tatalaksana awal.
Dokter menyampaikan bahwa daerah mereka sedang terjangkit wabah DBD. Kejadian DBD meningkat
setiap musim hujan, hal ini dikarenakan bertambahnya tempat-tempat perindukan nyamuk vektor DBD.
Dokter menyampaikan pihak puskesmas telah melakukan berbagai upaya pengendalian vektor DBD
seperti fogging, membentuk dan melatih bundo pemantau jentik, namun hasilnya belum maksimal.
Dokter juga mengingatkan Debi untuk melakukan gerakan PSN 4M plus di tempat kosnya secara rutin
dan berkala.
Debi yang baru selesai mempelajari blok infeksi, teringat selain DBD terdapat beberapa penyakit lain
yang juga ditularkan melalui vektor, dan terdapat beberapa artropoda yang berperan sebagai vektor.
Pemahaman mengenai bionomik dan perilaku vektor sangat diperlukan dalam upaya pengendalian
penyakit ini. Pada saat yang bersamaan, di puskesmas datang seorang anak yang baru saja digigit anjing
liar. Anjing ini sebelumnya juga telah menggigit anak lain. Setelah berhasil ditangkap, anjing tersebut
segera dibawa ke UPTD PUSKESWAN untuk diobservasi. Anak tersebut ditatalaksana sesuai dengan
protap dari program pemerintah terbaru.
STEP 1. TERMINOLOGI
1. Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan
pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit ditandai dengan munculnya petechiae.
2. Fogging adalah sebuah teknik pengendalian vektor penyakit, khususnya nyamuk, dengan
membunuh nyamuk dewasa dan jentiknya, menggunakan racun serangga. Mesin fogging akan
memompa dan menyemburkan racun serangga tersebut dengan cara disemprotkan.
3. Gerakan PSN 4M plus adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan 4M yaitu memantau jentik
nyamuk, menguras atau menyikat tempat penampungan air, dan menutup penampungan air,
serta memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan.
4. Bionomik adalah kesenangan nyamuk yang meliputi: tempat bertelur (breeding habit),
kesenangan menggigit (feeding habit), kesenangan tempat istirahat (resting habit), jarak terbang.
1. Apa penyebab demam tinggi sejak 5 hari yang lalu dan dari anamnesis diketahui adanya
perdarahan gusi dan BAB berwarna hitam 1 hari yang lalu?
4. Mengapa dokter memberikan obat antipiretik dan memasang infus RL, sebagai tatalaksana
awal?
7. Mengapa kejadian DBD meningkat setiap musim hujan, hal ini dikarenakan bertambahnya
tempat-tempat perindukan nyamuk vektor DBD ?
10. Apa saja penyakit lain yang juga ditularkan melalui vektor? Apa saja artropoda yang berperan
sebagai vektor?
11. Apa saja bionomik dan perilaku vektor sangat diperlukan dalam upaya pengendalian penyakit?
13. Bagaimana tatalaksana sesuai dengan protap dari program pemerintah terbaru pada anak yang
digigit anjing tersebut?
1. Apa penyebab demam tinggi sejak 5 hari yang lalu dan dari anamnesis diketahui adanya
perdarahan gusi dan BAB berwarna hitam 1 hari yang lalu?
Menurut Iskandar (1985), pemberantasan vektor dengan mesin fogging merupakan metode
penyemprotan udara berbentuk asap yang dilakukan untuk mencegah penyakit DBD. Pelaksanaannya
dilakukan pada rumah penderita dan lokasi sekitarnya serta tempat-tempat umum. Tujuan pelaksanaan
fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor yang infektif dengan cepat (knock down effect).
Disamping memutus rantai penularan dan menekan kepadatan vektor sampai pembawa virus tumbuh
sendiri sehingga tidak merupakan reservoir yang aktif lagi.
Sementara menurut Depkes RI (2007), kegiatan pengendalian vektor dengan pengasapan atau fogging
fokus dilakukan di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi
sumber penularan. Fogging (pengabutan dengan insektisida) dilakukan bila hasil PE positif, yaitu
ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga atau lebih penderita panas tanpa sebab
dan ditemukan jentik > 5 %. Fogging dilaksanakan dalam radius 200 meter dan dilakukan dua siklus
dengan interval + 1 minggu.
Sedangkan prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging antara lain sebagai berikut :
Sebagai langkah awal pengasapan/fogging dalam suatu area tertentu, dengan membuat
gambaran atau memetakan area yang disemprot. Area yang tercakup sedikitnya berjarak 200
meter di dalam radius rumah yang terindikasi sebagai lokasi dengue. Kemudian dilakukan
peringatan kepada warga terlebih dahulu untuk keluar ruamh dengan terlebih dahulu menutup
makanan atau mengeluarkan piaraan.
Berbagai bahan insektisida yang dipergunakan dalam pelaksanaan operasional fogging fokus
adalah golongan sintentik piretroit dengan dosis penggunaan 100 ml/Ha. Semaentara
perbandingan campuran 100 ml : 10 liter solar.
Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah maupun di luar bangunan
(halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah nyamuk yang terbang. Sifat kerja dari
fogging adalah knock down effect yang artinya setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet)
isektisida diharapkan mati setelah 24 jam.
Menurut Depkes RI (2005), untuk membatasi penularan virus dengue dilakukan dua siklus pengasapan
atau penyemprotan, dengan interval satu minggu. Penentuan siklus ini dengan asumsi, bahwa pada
penyemprotan siklus pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue atau nyamuk infektif, dan
nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Kemudian akan segera diikuti dengan munculnya nyamuk baru yang
akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang berpotensi menimbulkan terjadinya
penularan kembali, sehingga perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua
dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama, agar nyamuk baru yang infektif tersebut
akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Sedangkan persyaratan waktu penyemprotan menurut WHO (2003) sebagai berikut :
Dalam pelaksanaannya, kegiatan fogging dilakukan minimal oleh dua orang petugas, dengan
perhitungan setiap hari dapat menyelesaikan 30-40 rumah (1-1,5 Ha).
1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak
mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain
2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air,
dan lain sebagainya; dan
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah,