Anda di halaman 1dari 18

Oeyi mutia satifa

1410311001

Tutorial minggu 3

STEP 1. TERMINOLOGI

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari,
38C) akibat suatu proses ekstra kranial, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun.

Phenobarbital termasuk golongan barbiturat, kelas obat-obatan yang digunakan untuk menimbulkan
sedasi atau kantuk dan digunakan untuk mengatasi gejala kejang-kejang.

Obat haloperidol: suatu antipsikotik tipikal bekerja dengan memblokir reseptor dopamin post sinaps.

Waham: suatu keyakinan yang salah, tidak dapat dikoreksi, tidak sesuai realita dan budaya yang berlaku.

Halusinasi: persepsi seseorang terhadap lingkungan tanpa stimulasi yang nyata, dimana
menginterpretasikan suatu yang nyata tanpa adanya rangsangan dari luar.

STEP 2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa penyebab Minda mengeluh mual, berdebar-bebar, dan kaku pada lengan kiri setiap
mengalami serangan yang berulang sejak 5 bulan terakhir?
2. Mengapa Minda tampak tidak merespon lingkungan sekitarnya dan melakukn gerakan-gerakan
tidak disadari (mulut mengecap-ngecap dan memainkan kancing baju)?
3. Mengapa Minda tampak bingung setelah ia tersadar?
4. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dahulu yaitu kejang demam saat berusia 1 tahun dengan
kondisi Minda sekarang?
5. Mengapa dikatakan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologia tidak ditwmukan kelainan?
6. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kondisi Minda?
7. Mengapa dokter Mengapa dokter mengatakan Minda serangan kejang?
8. Mengapa serangan kejang pada Minda berhungan dengan penyakitnya dahulu padahal Minda
sudah dikatakan sembuh pada usia 5 tahun?
9. Apa perbedaan kejang ayan setelah stoke perdarahan otak dengan serangan kejang pada Minda?
10. Mengapa Minda susah di atur dan suka berontak bila keinginannya tidak terpenuhi?
11. Mengapa Minda masoh belum mandiri padahal usianya sudah 16 ttahn?
12. Apakah Minda mengalami gangguan jiwa seperti sepupunya? Apa perbedaan kondisi Egi dengan
Minda?
13. Mengapa Egi harus minum obat haloperidol?
14. Mengapa Egi cenderung memaksakan kehendak dan akan selalu menyalahkan orang lain saat dia
menghadapi masalah?
15. Mengapa bila putus obat Egi akan tampak gelisah dan mondar mandir tidak mau tidur,
berhalusinasi dan berwaham hingga mengamuk?

STEP 3. ANALISIS MASALAH

1. Mengapa anak usia 13 thn keluhan kejang berulang sebanyak 3 kali sejak
kemarin? (penyebab dan mekanisme) --> dalam waktu 24 jam 3x serangan (tanya
1x serangan berapa lama)

Kejang  perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang
berlebihan. Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari daerah
spesifik korteks serebri, atau umum, melibatkan kedua hemisfer otak. Manifestasi
jenis ini bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena. Kejang adalah gerakan
otot tonik atau klonik yang involuntar yang merupakan serangan berkala,
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Kejang
tidak secara otomatis berarti epilepsi.

sekitar 10% anak menderita paling tidak satu kali kejadian kejang dalam 16tahun
pertama hidupnya

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan yaitu epilepsy, kejang


demam,hipoglikemia,hipoksia, hipotensi, tumor otak, meningitis, ensefalitis,
ketidakseimbangan elektrolit, dan overdosis obat. meskipun penyebab dari kejang
beragam namun pada !ase awal tidak perluuntuk melabelnya masuk pada
kelompok mana karena manajemen jalan nafas dan penghentian kejang
adalah prioritas awal pada pasien dengan kejang aktif

Penyebab kejang itu multifactorial : idiopatik (tanpa penyebab tetapi menimbulkan


aliran aktivitas litrik neuron yang abnormal), malformasi otak congenital, factor
genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan
metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit
degeneratif susunan saraf.

Mekanisme kejang :

Belum ada yag mengetahui meknaisme timbul kejang secara pasti. Untuk memulai
kejang, harus ada kelompok neuron yang mampu menimbulkan ledakan discharge
yang berarti dan sistem hambatan GABergik. Perjalanan discharge (rabas) kejang
akhirnya tergantung pada eksitasi sinaps glutamaterik. Bukti baru-baru ini
menunjukkan bahwa eksitasi neurotransmitter asam amino (glutamat, asparatat)
dapat memainkan peran dalam menghasilkan eksitasi neuron dengan bekerja pada
reseptor sel tertentu.
Tiap neuron yang aktif melepaskan muatan listriknya. Fenomena elektrik ini adalah
wajar. Manifestasi biologiknya ialah merupakan gerak otot atau suatu modalitas
sensorik, tergantung dari neuron kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya.
Bilamana neuron somatosensorik yang melepaskan muatannya, timbullah perasaan
protopatik atau propioseptif. Demikian pula akan timbul perasaan panca indera
apabila neuron daerah korteks pancaindera melepaskan muatan listriknya.

Secara fisiologis, suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik
terhadap neuron yang rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa
neuron-neuron ini sangat peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap berada
dalam keadaan terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar fokus epileptogenik
bersifat GABA-nergik dan hiperpolarisasi, yang menghambat neuron epileptogenik.
Pada suatu saat ketika neuron-neuron epileptogenik melebihi pengaruh
penghambat di sekitarnya, menyebar ke struktur korteks sekitarnya dan kemudian
ke subkortikal dan struktur batang otak.

Dalam keadaan patofisiologik neuron melepaskan muatan listriknya oleh karena


potensial membrannya direndahkan oleh potensial postsinaptik yang tiba pada
dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat mekanik atau toksik dapat
menurunkan potensial membran neuron, sehingga neuron melepaskan muatan
listriknya dan terjadi kejang.

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
focus kejangatau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejangsebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang
berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah,thalamus, dan korteks serebellum dan
batang otak umumnya tidak memicu kejang.Ditingkat membran sel, focus kejang
memperlihatkan bebebrapa fenomena biokimiawi,termasuk yang berikut:

Instabilitas membrane sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan

Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun


dan apabilaterpicu akan melepaskanmuatan secara berlebihan

Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu


dalamrepolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetil kolin atau defisiensi asam
gama-aminobutirat (GABA)

Ketidakseimbanganion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,


yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron segingga terjadi kelainan pada
depolarisasi neuron.Gangguan keseimbangan ini menyebabakan peningkatan
berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.

Perubahan perubahan metabolic yang terjadi selama dan segera setelah kehang
sebagiandisebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy akibat hiperaktivitas
neuron. Selama kejang,kebutuhan metabolic secara drastis meningkat; lepas
muatan listrik sel-sel saraf motorik dapatmeningkat menjadi 1000 perdetik. Aliran
darah otak meningkat, semikian juga respirasi danglikolisis jaringan. Asetilkolin
muncul dicairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang.Asam glutamate
mungkin mengalami deplesi selama aktifitas kejang.Secara umum, tidak dijumpai
kelainan yang nyata pada autopsy. Bukti histopatologik menunjang hipotesis bahwa
lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan structural. Belum ada faktor patologik yang
secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada metabolism kalium danasetilkolin
dijumpai diantara kejang. Focus kejang nampaknya sangat peka terhadap
asetilkolinnsuatu neurotransmitter fasilitatorik; focus-fokus tersebut lambat
mengikat dan menyingkirkan asetilkolin

Pada tahun 1981, The International League Against Epilepsy (ILAE) membuat suatu
sistem klasifikasi internasional kejang epileptik yang membagi kejang menjadi dua
kelompok besar yaitu Kejang Parsial (fokal atau lokal) dan Kejang Generalisata.
Kejang parsial kemudian dibagi lagi menjadi Parsial Sederhana, Parsial Kompleks,
dan Parsial yang menjadi Generalisata sekunder. Adapun yang termasuk kejang
generalisata yaitu Lena (Tipikal atau Atipikal), mioklonik, klonik, tonik, tonik-klonik,
dan kejang atonik.

Kejang Parsial (Partial-onset Seizure)

Kejang Parsial bermula dari area fokus tertentu korteks serebri,

Kejang Generalisata (Generalized-onset Seizure)

Kejang Generalisata berawal dari kedua hemisfer serebri. Bisa bermula dari
talamus dan struktur subkortikal lainnya. Pada EEG ditemukan kelainan
secara serentak pada kedua hemisfer. Kejang generalisata memberikan
manifetasi bilateral pada tubuh dan ada gejala penurunan kesadaran. Kejang
generalisata diklasifikasikan menjadi atonik, tonik, klonik, tonik klonik atau
absence seizure. Beberapa penyakit yang memberikan gambaran kejang
generalisata antara lain : Benign Neonatal Convulsion, Benign Myoclonic
Epilepsy, Childhood Absence Epilepsy, Juvenille Absence Epilepsy, Juvenille
Myoclonic Epilepsy.

Kejang tonik adalah kekakuan kontraktur pada otot-otot, termasuk otot


pernafasan. Kejang klonik berupa gemetar yang bersifat lebih lama. Jika
keduanya muncul secara bersamaan maka disebut kejang tonik klonik
(kejang Grand Mal).

Sebagian kejang yang lain sulit dikelompokkan pada salah satunya


dimasukkan sebagai kejang tidak terklasifikasi (Unclassified Seizure). Cara
pengelompokan ini masih diterima secara luas.
Jenis-Jenis Kejang

A. Kejang Parsial
Kejang Parsial Sederhana
1. Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:
Tanda-tanda motoris→kedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu sisi tubuh : umumnya gerakan
kejang yang sama.
Tanda atau gejala otonomik→muntah berkeringan, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus→-mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara,
parestesia.
Gejala psikik→dejavu, rasa takut, sisi panoramic.

Kejang parsial komplesk


1. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks.
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan bibir,
mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan
gerakan tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku.

B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)


Kejang Absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas.
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik.
3. Awitan dan khiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonsentrasi
penuh.
4. Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh dengan
sendirinya pada usia 18 tahun.

Kejang Mioklonik
Kedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
mendadak
1. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik, berupa
kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki.
2. Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam kelompok.
3. Kehilangan kesadaran hanya sesaat

Kejang Tonik-Klonik
1. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung kurang dari 1 menit.
2. Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kebih dan usus.
3. Tidak adan respirasi dan sianosis
4. Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
5. letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical
Kejang Atonik
1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah.
2. Singkat, dan terjadi tampa peringatan.

Status Epileptikus : suatu bangkitan kejang yang berlangsung lebih dr 30


menit/ terjadi serangan dimana diantara serangan tidak terdapat
pemulihan kesadaran  status epilepticus idiopatik dan simptomatik
1. Biasanya. Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang.
2. Anak tidak sadar kembali diantara kejang.
3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia
4. memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera

Mengapa bahwa selama kejang ia tidak sadar dan sadar antara kejang?

Mengapa pasien mengalami Kejang sudah sering berulang sejak berumur 7 tahun,
tiap bulan selalu ada kejang?

Apakah ada hubungan ia mengalami Kejang sudah sering berulang sejak berumur 7
tahun, tiap bulan selalu ada kejang dengan keluhannya sekarang ?

ada. Karena kejang tersebut membuat neuron otak mati

Apakah ada hubungan tidak teratur berobat dengan keluhan yang dialaminya
sekarang ?

dengan meminum obat teratur, kejang dapat dicegah. Seharus nya meminum AED
(anti epileptic drug) itu tidak boleh putus obat, dan boleh berhenti setelah 1 tahun
bebas kejang

Mengapa pada usia 2 tahun, anaknya beberapa kali mengalami kejang bila
demam, namun setelah berusia sekitar 4 tahun tidak pernah lagi?

Pada usia 2 tahun anak mengalami kejang demam, yaitu kejang yg terjadi karena
kenaikan suhu tubuh diatas 38, pada anak usia 6 bulan – 5 tahun. Kejang demam
jarang berkembang menjadi epilepsy (hanya 1%) jadi harusnya hanya usia 6 bulan-
5 tahun saja. Tetapi ada kecenderungan untuk terjadi kejang berulang jika:
Riwayat kejang dalam keluarga

Usia kurang 12 bulan saat pertama kali kejang

Temperature yg rendah saat kejang

Cepatnya kejang setelah ada demam

faktor risiko menjadi epilepsy:

a. kelainan neurologis yang jelas sebelum kejang demam pertama

b. kejang demam kompleks

c. riw, epilepsy pada keluarga (lihat di consensus tatalaksana kejang demam IDAI)
Kejang demam adalah Kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan – 5 tahun,
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal >38º C ) dan oleh suatu proses
ekstrakranium bukan disebabkan oleh infeksi SSP atau penyebab lain. Tidak
terdapat kejang pada masa neonatus sebelumnya, tidak ada kejang tanpa provokasi
sebelumnya,tidak ada penyebab lain kejang (gangguan elektrolit dll)
Menyingkirkan bukan kejang demam : kejang tanpa demam dan bayi berumur
kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam kejang demam. Jika sudah pernah
kejang tanpa demam sebelumnya atau epilepsy kemudian kejang +demam di usia 4
tahun bukan kejang demam.

Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi,yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam.

DD : kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefatitis atau


ensefalopati

Umur 3 bulan atau 1 bulan jangan pikirkan dulu kejang demam  pikirkan infeksi SSP karena pada
usia ini sangat mudah tjd infeksi spt ensefalitis atau meningitis

Masih belum jelas, hippocampus dan termoregulator dihippothalamus imatur sehingga rentan
kejang (agespecificity of the brain’s sensitivity to fever). Percobaan otak tikus in vitro, peningkatan
temperatur pdhipocampus menginduksi aktivitas epileptiform
Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis dianggap
bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang 1.Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak,
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan
fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah
glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan permukaan
luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di
luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya.
Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.

AMBANG KEJANG : Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38 oC, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40 oC atau lebih

Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam


lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Sehingga beberapa hipotesa dikemukakan mengenai patofisiologi
sebenarnya dari kejang demam, yaitu:
Menurunnya nilai ambang kejang pada suhu tertentu.
Cepatnya kenaikan suhu.
Gangguan keseimbangan cairan dan terjadi retensi cairan.
Metabolisme meninggi, kebutuhan otak akan O2 meningkat sehingga sirkulasi darah
bertambah dan terjadi ketidakseimbangan.
Dasar patofisiologi terjadinya kejang demam adalah belum berfungsinya
dengan baik susunan saraf pusat (korteks serebri).

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak efisien sehingga tidak
sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan
metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang
semakin meningkat oleh karena meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme
otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan
permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron.

Apakah ada hubungan riwayat keluhan kejang bila demam dengan keluhan yang
dialaminya sekarang ?
Apa yang harus dilakukan oleh dokter umum untuk menangani keluhan yang
dialaminya sekarang ?

Apa diagnosis sementara dari keluhan tersebut ? pemeriksaan apa yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosis ?

Diagnosis sementara: epilepsi

Pemeriksaan yang dilakukan : EEG (elektro ensefalografi)

Mengapa pada anaknya yang berusia 13 tahun masih susah diatur, suka berontak bila
keinginan tidak terpenuhi, anaknya juga belum mandiri, makan masih disuapi,
mempersiapkan peralatan sekolah masih dibantu ibu? (seharusnya pada saat
seperti itu bagaimana fasenya ?) apa yang dialami anak tsb?

Anak tsb menderita cerebral palsy karena kejang berulang. Setiap kejang ada
neuron-neuron otak yg mati. Sehingga perkembangan anak menjadi terhambat

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan

Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun
dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.

Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan
kualitas dari pengasuh kepada anak.

Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh
yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak
percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan
ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)

· Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun

Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan
berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.

Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam
proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk
mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.

Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan,
mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.

Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak
berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

· Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.

· Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui
permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia
sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.

· Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya
peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.

· Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan
kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi
kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.

· Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

· Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.

· Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan
kemampuan mereka.

· Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan
percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.

· Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya
akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.

· Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman
baru.

· Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka
menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

· Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah
diri,perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.

· Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)

· Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun

· Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.

· Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka
menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
· Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa –pekerjaan dan
romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang
berbeda dalam suatu peran khusus.

· Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam
kehidupan, identitas positif akan dicapai.

· Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak
peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.

· Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri,
perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.

· Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman
dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)

· Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)

· Erikson percaya tahap ini penting, aitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap
berkomitmen dengan orang lain.

· Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.

· Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang
intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung
memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara
emosional, kesendirian dan depresi.

· Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan
orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)

· Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).

· Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.

· Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia
dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.

· Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

· Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)

· Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.

· Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami
banyak penyesalan.
· Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa

· Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan
yang pernah dialami.

· Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

C. Perbandingan Sigmudn Freud

Erikson adalah pengembang teori Freud dan mendasarkan kunstruk teori psikososialnya dari psiko-
analisas Freud. Kalau Freud memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka
para penganut teori psiko-analisa (freudian) akan menemukan kelengkapan penjelasan dari Erikson,
walaupun demikian ada perbedaan antara psikosexual Freud dengan psikososial Erikson. Beberapa
aspek perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Freud Erikson

Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang


sangat penting berhubungan dengan tingkah laku yang
nyata.

Hubungan segitiga antara anak, ibu Hubungan-hubungan yang penting


dan ayah menjadi landasan yang lebih luas, karena mengikutsertakan
terpenting dalam perkembangan pribadi-pribadi lain yang ada dalam
kepribadian. lingkungan hidup yang langsung pada
anak. Hubungan antara anak dan orang
tua melalui pola pengaturan bersama
(mutual regulation).

Orientasi patologik, mistik karena Orientasinya optimistik, kerena kondisi-


berhubungan dengan berbagai kondisi dari pengaruh lingkungan sosial
hambatan pada struktur kepribadian yang ikut mempengaruhi perkembang
dalam perkembangan kepribadian. kepribadian anak bisa diatur.

Timbulnya berbagai hambatan dalam Konflik timbul antara ego dengan


kehidupan psikisnya karena konflik lingkungan sosial yang disebut: konflik
internal, antara id dan super ego. sosial.

Id, ego, dan super ego adalah pembagian psikis berdasarkan “teori struktural” psikoanalisis yang
di kemukakan oleh Simund Freud pada tahun 1923. Freud memperkenalkan pembagian baru untuk
menggambarkan antara kelompok sadar dan tidak sadar, yaitu id, ego, dan super ego. Ia berfikir bahwa
pembagian ini meberikan lebih banyak penggambaran hubungan dinamis antara kesadaran dan
ketidaksadaran. Menurut model ini, tren naluriah tidak terkoordinasi adalah "id"; bagian realistis
terorganisir jiwa adalah “ego” dan moral dan fungsi kritis yang "super-ego." Id (secara menyelutuh tidak
sadar) berisikan dorongan dan hal-hal lain yang diekspresikan sebagai suatu kesadaran; ego (hampir
keseluruhannya sadar) terkait dengan realita eksternal; dan super ego (sebagian sadar) adalah kata hati
atau penilaian moral personal. Walaupun model "struktural" dan membuat referensi ke sebuah alat,” id,
ego, dan super-ego” adalah fungsi dari pikiran dan bukan bagian dari otak dan tidak harus sesuai satu
sama lainnya dengan yang sebenarnya somatik dari struktur dari jenis yang ditangani oleh ilmu syaraf .

Mengapa sepupunya bisa mengalami gangguan jiwa ? dan mengapa ia harus


meminum obat haloperidol dari rumah sakit jiwa? (apa sakitnya?)

Patofisioogi skizofrenia :

Neurobiologi : Terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan adanya peran


patofisiologis area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, serebelum, dan ganglia basalis.
Keempat area ini saling terhubung sehingga disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer
di tempat lain. Pencitraan otak manusia hidup dan pemeriksaan neuropatologi jaringan otak
postmortem menyatakan sistem limbik sebagai lokasi potensial proses patologi primer pada setidaknya
beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, pasien skizofrenia.

Dua are yang menjadi subjek penelitian aktif adalh waktu ketika suatu lesi neuropatologi terlihat
di otak serta interaksi lesi tersebut dengan stresor sosial dan lingkungan. Dasar penampakan
abnormalitas otak mungkin terletak pada pembentukan abnormal atau pada degenerasi neuron setelah
pembentukan. Namun, fakta bahwa kembar monozigotik memiliki angka kejadian bersama sebesar 50%
menyiratkan adanya interaksi yang masih sangat sedikit diketahui antara lingkungan dan timbulnya
skizofrenia. Di lainppihak, faktor yang mengatur ekspresi gen baru mulai dipahami. Meski kembar
monozigotik mempunyai informasi genetik yang sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang hidup
mungkin menyebabkan salah satu kembar monozigotik mengalami skizofrenia, sementara kembarannya
tidak.

Neuroanatomik, Neurofungsional, dan Neurokognitif : CT-scan dan MRI secara konsisten menunjukkan
peningkatan volume ventrikel lateral dan ketiga pada pasien skizofrenia. Studi ini umumnya juga
menunjukkan pengurangan volume otak secara keseluruhan pasien skizofrenia dan pengurangan
tertentu dalam ukuran dari struktur lobus temporal medial, seperti amigdala dan hipokampus. Selain itu,
penelitian telah melaporkan penurunan ukuran dari thalamus dan kelainan pada garis tengah daerah
perkembangan. Tak satu pun dari perubahan ini spesifik untuk skizofrenia, meskipun beberapa telah
terbukti ada pada pasien dengan episode penyakit pertama dan tidak menggunakan obat sebelumnya.

Teknik fungsional neuroimaging, seperti tomografi emisi positron (PET), menunjukkan secara in vivo
pengukuran metabolisme glukosa regional atau aliran darah otak, dimana keduanya mencerminkan
aktivitas neuron regional. Sebagian besar penelitian telah mendeteksi perubahan aktivitas di korteks
prefrontal, struktur ganglia basalis, daerah temporo-limbik, dan thalamus, menunjukkan fungsi sirkuit
cortico-striato-thalamo-kortikal yang terganggu. Penurunan aktivitas dalam korteks prefrontal pada
pasien skizofrenia sering diamati selama tugas aktivasi kognitif dan memori kerja. Selama halusinasi
pendengaran aktif, aktivasi abnormal thalamus, striatum, limbik, dan daerah paralimbik telah terdeteksi.
Pasien skizofrenia yang menampilkan kelainan pada bagian prefrontal, thalamic, dan cerebellar,
menunjukkan gangguan dalam sirkuit pontine-cerebellar-thalamic-frontal.

Neurokimia : Penemuan menunjukkan bahwa disregulasi dopamin yang kompleks terjadi dengan
aktivitas hiperdopaminergik dalam proyeksi mesencephalic ke striatum limbik dan aktivitas
hipodopaminergik di neokorteks. Bukti dari kegiatan hiperdopaminergik termasuk hubungan antara
efektivitas dopamin reseptor yang mengikat obat dan pengurangan gejala positif serta peningkatan
reseptor D2 dalam studi postmortem dan PET.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berbagai gejala positif berhubungan dengan kelainan dalam
penyimpanan dopamin presynaptic, pelepasan, transportasi, dan reuptake dalam sistem mesolimbik.
Hipo-aktivitas dari sistem dopamin ditunjukkan dari penemuan penurunan onset dopamin pada pasien
dengan gejala negatif, dan dalam beberapa penelitian agonis dopamin telah terbukti memperbaiki gejala
negatif. Pencitraan fungsional juga menunjukkan bahwa hipo-frontalitas akan lebih parah pada pasien
dengan gejala negatif.

Serotonergik, glutamatergic, dan sistem neurotransmitter lainnya (misalnya, gamma-aminobutyric acid


[GABA]) telah diselidiki pada skizofrenia, terutama mengacu pada interaksi dengan sistem
dopaminergik.. Dalam studi tentang sistem GABAergic, penurunan dekarboksilase asam glutamat, enzim
GABA-sintesis, telah diamati dalam korteks prefrontal pada pasien skizofrenia, dan perubahan dalam
subtipe neuron GABAergic telah dilaporkan.

Sistem opioid juga telah dianggap sebagai kandidat yang berpotensial yang terlibat dalam skizofrenia,
didasarkan terutama pada kesamaan antara efek farmakologis dari terjadinya tanda opioid dan kejiwaan.
Hipotesis telah diusulkan pada peningkatan maupun penurunan level dari berbagai peptide opioid
sebagai faktor yang mendasari sebagai penyebab gejala skizofrenia. Namun, penelitian klinis
berdasarkan hipotesis sering menghasilkan hasil variable atau bermacam-macam.

Haloperidol :

Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara pada anak dan orang dewasa. Mekanisme
tidak secara jelas ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking postsynaptic dopamine (D2)
reseptor dalam sistem mesolimbic dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover untuk efek
tranquilizing. Dengan terapi subkronik, depolarization dan D2 postsynaptic dapat memblokir aksi
antipsikotik. Sediaan : Tab. 2 – 5 mg dosis anjuran : 5 – 15 mg/hari

Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif
dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin,
dan antagonis serotonin-dopamin.
Antagonis Reseptor Dopamin : Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia,
terutama terhadap gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya
presentase kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal secara
bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang mengganggu dan
serius. Efek yang paling sering mengganggu aalah akatisia adan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas
dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda dan sindrom neuroleptik maligna.

Antagonis Serotonin-Dopamin : SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada,
berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik standar, dan
mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek samping
neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif
skizofrenia. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien
skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang
tipikal. Golongan ini setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif skizofrenia,
secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal.
Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol,
kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor dopamin,
sebagai obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia.

Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik, pada subtipe
manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan antipsikotik. Pada banyak
pengobatan, kombinasi ini digunakan mengobati keadaan skizofrenia

Mengapa Sebelum sakit dia cenderung memaksakan kehendak dan akan selalu
menyalahkan orang lain saat dia menghadapi masalah?

Mengapa Bila putus obat Doni tampak gelisah, mondar mandir, tidak mau
tidur, ia akan berhalusinasi, berwaham meyakini dirinya adalah artis ibu
kota dan kadang-kadang sampai mengamuk pada anggota keluarganya?

Seseorang yang memiliki stressor psikososial dalam hidupnya tetapi pada


dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk bisa mengatasi hal tsb,
namun apa bila seseorang tidak bisa lagi mengatasi hal tsb yang pada gilirannya
menyebabkan orang jatuh sakit. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa
skizofrenia.

Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku


yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia
adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-
kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan
dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek
abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme.
Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak
terganggu.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia
biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis
biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Onset
setelah umur 40 tahun jarang terjadi

Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan
perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
gejala positif, gejala negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Merupakan diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan
karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas, dapat
ditegakkan melalui pengalaman pasien dan dilakukan observasi tingkah laku, serta
tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium. Skizofrenia merupakan
gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan
manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut Eugen Bleuler, skizofrenia
adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan perbuatan.

Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan fakta dan kepercayaan
tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak aneh” tetapi sangat tidak mungkin dan tetap
dipertahankam meskipun telah diperlihaykan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya.

Tilikan

Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak


menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap pengobatan, meskipun gangguan
yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan Persepsi

Halusinasi

Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk
penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi pendengaran dapat pula berupa komentar
tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat
berbentuk ancaman atau perintah-perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi
komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala
pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara
keras. Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase awal skizofrenia.

Ilusi dan depersonalisasi


Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi
panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri
sendiri.

Apa yang dilakukan untuk mengurangi gangguan jiwa yang dialami


sepupunya selain meminum obat ?

psikoterapi yaitu dukungan dari keluarga

Anda mungkin juga menyukai