Anda di halaman 1dari 11

Keratitis

• Definisi
Radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penghilatan
menurun. Infeksi kornea bisa mengenai lapisan superfisial yaitu lapisan
epitel atau membran bowman dan lapisan profunda jika sudah
mengenai lapisan stroma.
• Epidemiologi:
Menurut Murillo Lopez (2006), sekitar 25.000 orang Amerika terkena
keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih
sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit
memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Pada suatu penelitian, keratitis
merupakan penyebab kedua terbanyak (24,5%) untuk tindakan keratoplasti
setelah edema kornea (24,8%).

• Etiologi:
Dapat disebabkan oleh banyak jenis mikroorganisme, diantaranya adalah
-virus: Herpes simpleks virus atau Herpes zooster virus
-bakteri: Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, S. Epidermidis,
dan Pseudomonas aeruginosa.
-jamur: Candida albicans, Fusarium aspergillus, Penicillium, dll.
• Faktor resiko:
Paparan sinar uv berlebihan, iritasi dari penggunaan berlebihan lensa
kontak, mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau
tidak cukupnya pembentukan air mata, adanya benda asing di mata,
trauma, riwayat operasi mata, ataupun akibat efek samping obat
tertentu (kortikosteroid).
• Patofisiologi:
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme
ke dalam kornea. Namun, sekali kornea ini cedera, stroma yang
avaskular dan lapisan Bowman menjadi mudah terinfeksi berbagai
macam mikroorganisme, seperti bakteri, amuba, dan jamur.
Streptococcus pneumonia adalah bakteri patogen kornea sejati,
sedangkan bakteri patogen lain (contohnya Moraxella liquefaciens yang
terutama terdapat pada peminum alkohol) memerlukan kondisi hospes
yang lemah (misalnya defisiensi imun) untuk dapat menimbulkan
infeksi. Kortikosteroid lokal maupun sistemik mengubah reaksi imun
penjamu dengan berbagai cara dan memungkinkan organisme
oportunistik masuk dan tumbuh dengan subur (contohnya
streptococcus viridans).
Karena kornea memiliki banyak serat nyeri, kebanyakan lesi kornea, baik
superfisial maupun profunda akan menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia.
Rasa nyeri ini diperberat oleh gerak palpebra (terutama superior) di atas
kornea dan biasanya menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi
sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea
umumnya mengaburkan penglihatan, terutama bila letaknya di pusat.

Fotofobia pada penyakit kornea merupakan akibat kontraksi iris meradang


yang nyeri. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena refleks yang timbul
akibat iritasi pada ujung saraf kornea. Fotofobia berat pada kebanyakan
penyakit kornea, tetapi hanya minimal pada keratitis herpes simpleks, karena
terjadinya hipestesia (penurunan fungsi indera peraba) pada penyakit ini,
yang juga merupakan suatu tanda diagnostik penting. Meskipun mata berair
dan fotofobia lazim menyertai penyakit kornea, sekret biasanya tidak ada,
kecuali pada ulkus bakteri purulen.
• Klasifikasi:
Berdasarkan lapisan yang terkena
• Keratitis pungtata
• Keratitis marginal
• Keratitus interstitial

Keratitis Interstitial
• Gejala klinis:
• Bakterial: Mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, fotofobia,
adanya sekret, dan penglihatan kabur. Ditemukan adanya hiperemis
perikornea, blefarospasme, edema kornea, dan infiltrasi kornea.

• Viral: Nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair, mata merah, tajam
penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena. Sering ada
riwayat lepuh-lepuh demam atau infeksi herpes lainnya. Lesi paling khas
adalah ulkus dendritik, terjadi pada epitel kornea, memiliki bulbus-bulbus
terminalis pada ujungnya.
• Fungal: Ulkus jamur tersebut indolen (berjalan lambat/reaksi radang
minimal), dengan infiltrat kelabum sering dengan hipopion (pus steril yang
terdapat pada bilik mata depan), peradangan nyata pada bola mata, ulserasi
superfisial, dan lesi-lesi satelit. Sering terdapat juga plak endotel disertai
reaksi bilik mata depan yang hebat. Abses kornea sering dijumpai.
• Pemeriksaan Penunjang:
• Bakterial:
Pemeriksaan kultur bakteri dengan menggores ulkus kornea dan bagian tepinya
dengan menggunakan spatula steril kemudian ditanam dengan media agar cokelat,
darah, dan agar sabpurad, kemudian dilakukan pengecatan dengan gram. Jika hasilnya
negatif atau tidak ada perbaikan secara klinis, dapat dilakukan biopsy kornea untuk
memastikan.

• Viral:
Usapan epitel dengan giemsa multinuklear dapat menunjukkan sel-sel raksasa yang
dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan inklusi virus
intranuklear. Selain itu dapat dilakukan kultur virus (gold standar, sangat sensitif
terutama pada lesi baru) untuk membedakan sub-tipe HSV (tipe 1 atau tipe 2).

• Fungal:
Pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula kimura) yaitu dari dasar dan
tepi ulkus dengan biomikroskop, kecuali yang disebabkan oleh Candida, mengandung
unsur-unsur hifa, sedangkan kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung
pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.
• Tatalaksana:
• Bakterial: Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas (ampisilin,
amoksisilin) sambil menunggu hasil kultur bakteri spesifik.
• Viral: Debridement, medikamentosa (agen antiviral topikal), ataupun terapi
bedah (keratoplasti penetrans).
• Fungal: Voriconazole.

• Komplikasi:
Penipisan kornea dan akhirnya perforasi kornea yang dapat
mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan (buta).
Beberapa komplikasi yang lain diantaranya adalah gangguan refraksi,
jaringan parut permanen, ulkus kornea, perforasi kornea, dan glaukoma
sekunder.
• Prognosis:
Dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat, jika tidak
diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi
sikatrik dan mengakibatkan hilang penglihatan irreversible. Prognosis
visual tergantung pada beberapa faktor seperti virulensi organisme,
luas dan lokasi keratitis, hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen.

Anda mungkin juga menyukai