Anda di halaman 1dari 39

1

TUMOR TELINGA

Tumor kanalis auditory dapat menyebar melalui :


- Fisura anatomis dalam dinding anterior
- Meluas kedalam fosa infra temporal : fosa glenoidea atau fisura pterigomaksila,
kelenjar parotis.
Epidemiologi :
Jarang ditemukan  insiden 1-6/ 1 juta
Predileksi :
-Aurikula 60%
-Liang telinga 20%
-Telinga tengah/ mastoid 12%
Umur rata-rata 48-64 th tetapi dapat terjadi pada segala usia.
Jenis tumor :
KSS 60-80% keganasan tulang temporal
Sarkoma sering terjadi pada anak-anak terutama rhabdomyosarkoma

Otitis media kronis dapat merupakan faktor resiko terjadinya keganasan ditulang temporal
terutama untuk KSS dikarenakan pada pasien dengan keganasan tulang temporal ditemukan
40-60% riwayat OMSK sebelumnyakarsinoma dapat timbul seperti cara ulkus Marjolin’s dari
kerusakan epitel karena otore yang kronis dan atau toxin bakteri yang dapat mengubah
aktivitas mitosis sel normal dari sel epitel.

KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Diagnosis :
Simptom awal :
- Otitis eksterna kronis
- Otitis media supuratifa kronis ( keduanya dengan sekret yang bau yang tidak sembuh
dengan antibiotik)
- Nyeri telinga/otalgia berat
- Perdarahan liang telinga
- Pruritus
- Karakter sekret otore yang serosanguinosa
Simptom lain :
- Penurunan pendengaran
- Nyeri kepala
- Tinitus
- Vertigo
- Sensasi penuh di telinga

Simptom ini menandakan adanya keterlibatan saraf kranial  menandakan tumor sudah
menyebar ke :
- N.VII  Gangguan saraf fasial terjadi karena invasi tumor ke ; Kedalam Mastoid
Kesegmen timpani
Kekelenjar parotis
- Saraf kranial lain : Anestesi fasial
Suara serak
Ganguan penglihatan
Disfagia
- Penyebaran ke fosa Glenoid : Trismus

Pemeriksaan :
- Neurootologi lengkap
2

- Pemeriksaan dan debridement secara mikroskopis : dinilai  massa, ulkus, polip


( wajib dibiopsi)
- Palpasi kelenjar leher
- Ct-Scan : untuk melihat perluasan erosi tulang, adanya adenopati yang tidak
terdeteksi dengan palpasi.
- MRI : dapat melihat lebih jelas jaringan lunak dan tumor  dapat mengevaluasi dura.

Staging :
T:
- T1 : Tumor terbatas pada kanalis akustikus eksterna tanpa erosi tulang / bukti
keterlibatan perluasan jaringan lunak.
- T2 : Tumor terbatas kanalis akustikus eksterna dengan erosi tulang yang tidak seluruh
tulang atau dengan pemeriksaan radiologis ditemukan keterlibatan jaringan lunak <
0,5 cm
- T3 : Tumor mengerosi kanalis akustikus eksterna keseluruhan dengan keterlibtan
jaringan lunak < 0.5 cm atau tumor melibatkan telinga tengah atau mastoid atau
adanya paralisis fasialis.
- T4 : Tumor mengerosi kokhlea, apeks os petrosus, dinding medial telinga tengah,
kanalis karotis, foramen jugulare, atau dura dengan keterlibatan jaringan lunak > 0.5
cm.
N:
- Adanya keterlibatan KGB prognosis buruk
- T1 N1  Stage III
- T2,T3,T4 N1  Stage IV

M:
- Jika didapatkan metastase langsung menjadi stage IV

Terapi :

1. Operasi
Untuk awal tumor terutama terbatas pada kanalis akustikus eksternus  dapat dilakukan
reseksi enblok dengan minimal morbiditas.
 Dikarenakan pengangkatan secara enblok tingkat morbiditas tinggi  pendekatan
piece meal
Jenis operasi :
A) Sleev resection Jenis operasi ini hanya dilakukan jika hanya benar-benar berbatasan
dengan kulit dan jaringan lunak dari bagian tulang rawan kanalis akustikus eksternus.
B) Lateral temporal bone resection  jika tumor menjalar ke bagian tulang dan
tulang rawan dan kanalis akustikus tetapi tidak sampai merusak anulus timpanikus
hanya menggaggu kavum timpani  seluruh kanalis akustikus eksternus diangkat
secara enblok s/d membran timpani,maleus dan inkus.
Jaringan yang di angkat : Pembuangan secara enbloc dari bagian tulang dan tulang
rawanliang telinga luar, membrane timpani, maleus dan inkus.
Batas sayatan : Medial : stapes, rongga telinga tengah, Posterior : rongga mastoid,
superior : epitimpanum dan zigomatic root, anterior : Kapsul TMJ, Inferior : medial
dari tulang timpani, fossa infratemporal, N.fasial nerve dipertahankan.
Pilihan : Parotidektomi (partial atau total), reseksi kondilus mandibula dan diseksi
leher.
C) Modified lateral temporal bone resection
- Jika tumor meluas ke dalam kavum timpani atau melibatkan sel-sel udara mastoid
- Jika nervus fasialis ikut terlibat harus dikorbankan untuk diangkat dan di biopsi
- Koklea dan labirin tidak ikut diangkat kecuali terlibat secara langsung.
D) Subtotal temporal bone resection  prosedur ini di design untuk mengangkat
seluruh tulang temporal lateral s/d os petrosus, arteri karotis secara enblok. Jika
diperlukan sebagian dura , sinus sigmoid , kelenjar parotis dan kel. Mandibula
diangkat  tumor yang sangat meluas dan mengganggu kavum timpani dan sel-sel
udara mastoid.
3

Jarinagn yang diangkat : samadengan LTBR disertai pembuangan masa tumor secara
terbatas (piecemeal) dengan jaringan sekitarnya atu pembuangan secara enbloc
tumor ditelinga tengah dan mastoid disertai pengangkatan kapsul otikum dinding
medial telinga tengah dan mastoid.
Batas sayatan : Apeks petrosus, foramaen jugulare beserta organ neurovascular
didalamnya dan kanalis karotikum.
E) Total temporal resection  Mengorbankan arteri karotis
Jaringan yang dibuang : Sama dengan STBR disertai pengangkatan apeks petrosus,
pengangkatan foramen jugulare, kanalis karotikum dura, saraf cranial lain dan, lobus
temporal lateral tergantung pada penyebaran tumor.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi pada tumor telinga mempunyai angka keberhasilan yang terbatas. Hal
ini dikarenakan adanya dosis tumorocidal dari radiasi kedalam tulang temporal
menyebabkan komplikasi vaskularisasi pada tulang dan sering menginfeksi bed tumor
serta rendahnya tekanan 02  biasanya dilakukan untuk terapi lanjutan setelah terapi
opresi atau untuk terapi paliatif.
3. Terapi metastase  metastase 9-18% nodul yang sering timbul adalah nodul
jugulogastrik bagian atas, nidul parotis  parotidektomi

PROGNOSIS
Jika tumor hanya terbatas pada kanalis akustikus eksterna  prognosis 80-100%
Jika tumor sudah meluas ke kavum timpani dan mastoid resiko penyembuhan 40-60%
dan tumor meluas ke tulang temporal 18-25%

KEGANASAN EPITEL LAIN PADA KANALIS AKUSTIKUS EKSTERNUS


1. karsinoma sel basal (11%)
sering berasal dari preaurikular dan area konka  jarang bermetastasis,sangat
agresif.
2. Melanoma  prognosis buruk
3. Keganasan kelenjar  kelenjar serumen
- seruminoma
- apokrin karsinoma
- papillary cystadenocarsinoma
4. Sarcoma  Rhabdomyosarcoma

EKSOSTOSES OSTEOMA
Petumbuhan yang bersifat jinak dan dimana
bersifat hyperplastik pada tulang di kanalis Idem
akustikus eksternus
> sering bilateral > unilateral
Sering berasal dari penonjolan dinding Tumbuh bertangkai dengan lokasi di garis
anterior dan posterior liang telinga sutura sehingga menyebabkan gejala
obstruksi dari kanalis akustikus eksternus
yang lebih rendah
Asimptomatik Asimptomatik
Faktor resiko :
Debris kronis pada liang telinga
Otitis eksterna rekuren
Adanya penurunan pendengaran Idem
Sering pada pasien yang sehari-hari kontak
dengan air. (air dingin)
Terapi:
Pembersihan serumen secara periodeik dan
debridement.
Menghindari seruman yang terperangkap.
Terapi infeksi.
Hindari terekspose oleh air.
4

Jika terapi konservatif gagal  terapi


operasi ;
Postaurikular / endaurikular.

TIMPANOPLASTI
- Adalah tindakan rekonstruksi telinga tengah untuk menyembuhkan penyakit dan
memperbaiki mekanisme pendengaran.
- Pada timpanoplasti dapat meliputi rekonstruksi : membran timpani,rangkaian tulang
pendengaran dengan atau tanpa mastoidektomi
- Mekanisme normal pendengaran yaitu ratio hidrolik dan efek pengungki tulang pendengaran.
Ratio hidrolik terjadi karena perbedaan luas permukaan membran timpani dengan luas
permukaan tapak stapes sehingga energi suara yang di transformasikan mengalami
amplifikasi sampai 17 kali. Efek pengungkit terjadi akibat mekanisme tuas antara long process
maleus dengan long process incus sehingga mengakibatkan penguatan suara sebesar 1,3 kali.
Secara total suara yang ditransformasikan akan diterima oleh tingkap lonjong setelah
mengalami amplifikasi sebesar 22 atau 26,8 dB

Indikasi :
- Tuli konduktif yang disebabkan adanya perforasi membran timpani
- Tuli konduktif akibat adanya gangguan kontinuitas osikel atau erosi osikel
- Infeksi telinga tengah berulang yang disebabkan karena infeksi melalui perforasi
membran timpani
- Gangguan pendengaran yang progresif disebabkan proses patologi di telinga tengah
- Perforasi membran timpani pada pasien yang memiliki aktivitas atau pekerjaan yang
mengharuskan berenang.
Kontraindikasi :
- Dead ear
- Keganasan ditelinga luar maupun ditelinga tengah.
- Infeksi pseudomonas pada penderita DM
- OMSK komplikasi intrakranial
- Pada usia < 3th tidak direkomendasikan untuk dilakukan timpanoplasti kecuali
terdapat kolesteatoma

Persiapan operasi :
1. Anamnesis
Keluhan utama dan keluhan penyerta, serta perjalanan penyakit, adakah arah komplikasi
intrakranial : deman,nyeri kepala hebat ,mual, muntah, kesadaran menurun.

2. Pemeriksaan otoskopi
- Nilai Letak perforasi, ukuran perforasi, sisa membran timpani, kondisi mukosa telinga
tengah, dan adanya jaringan patologi
- Keadaan telinga tengah  Basah / infeksi aktif  ear toilet
- Pars tensa dan telinga tengah : warna, bentuk , reaksi terhadap tekanan, mobilitas tulang
pendengaran, perforasi, penebalan mukosa, jar.granulasi, kolesteatom
- Pars flaksida : dan epitimpanum : Retraksi “pocket”atic  retraksi pars flaksida kearah
lateral epitimpanum karena tekanan (-) yang kronis
-Retroaurikular : fistel, sikatrik, abses.

3. Pemeriksaan neurootologi
- Mengetahui status pendengaran :
- Tes penala  Rinne, Weber, Schwabach
- Audiometri nada murni
- Tes Pacth : Untuk mengetahui perbaikan pendengaran bila perforasi ditutup dengan kertas
tipis sebelum dan setelah tes diperiksa audiometri
Terdapat 2 tipe pacht tes  tipe I dan tipe II
- Audiometri impedans pada MT utuh
5

- Audiometri tutur --. Kemampuan bicara dan tentukan telinga mana yang dioperasi pada
gangguan bilateral serta untuk evaluasi hasil operasi
- BERA pada anak atau pasien yang tidak kooperatif
- Tes fungsi tuba : Tes tetes telinga  Tetesi ear drops pada telinga yang sakit, jika terasa di
tenggorokan  tuba E terbuka.
- Tes Ventilasi : Masukan kateter melalui hidung ke epifaring, setelah menyentuh dinding post,
kateter ditarik sedikit lalu dimasukan ke arah muara TE, kmd disemprotkan udara dan secara
auskultasi akan terdengar bunyi udara di telinga.

a.Pemeriksaan Keseimbangan
- Tes fistula  tekan tragus  tanya pusing atau tidak
- Romberg
- Dundas  alirkan udara dingin kedalam telinga yang diperiksa catat adakah
nistagmus/vertigo tes ini dilakukan pada MT yang perforasi untuk menilai adanya
paresis kanal
- Tes gaze
- Dix-Hallpike
- Tes Kalori
- Posturografi
- Tes koordinasi

4. Pemeriksaan radiologi
* Schuller ;
- Pasien berbaring ventral dekubitus (telentang)
- Posisi kepala berpaling kearah lateral
- Sudut sinar 30 derajat
- Baik untuk melihat : Atik, MAI/E, TML, Maleus, Tegmen timpani.
* Mayer :
- Posisi terlentang
- Kepala berpaling kesisi telinga yang diperiksa
- Sudut sinar 45 derajat
- Melihat : Antrum, Kaput, Kaput maleus, Inkus, Epitimpanum.
* Chausse III :
- Pasien telentang
- Kepala fleksi kearah dagu, kemudian diputar 10-15 derajat kearah berlawanan dengan
telinga yang diperiksa
- Sinar diarahkan pada titik tengah antara batas superolateral orbita dengan kanalis
akustikus eksternus
- Untuk melihat ; Antrum, Aditus ad antrum, Atik, KAE/KAI, Maleus,Inkus, Oval
window, Koklea, KSS lateralis dan Sup.
* Owen
- Seperti Schuller tetapi kepala diputar 30 derajat
- Untuk melihat : Maleus, Inkus tumpang tindih dengan kavum timpani, tetapi
gambaran epitimpanum lebih jelas.
* Stenver
- Pasien telungkup kepala diputar 45 derajat kearah berlawanan dengan telinga yang
sakit.
- Melihat : sumbu panjang piramid petrosus dengan KAI, labirin , antrum, koklea, KSS
vertikal dan horizontal.
* Towne
- Pasien terlentang dengan kepala hiperfleksi diatas meja
- Sering untuk pasien yang tidak sadar/ tidak kooperatif
- Untuk melihat : kedua piramid petrosus melalui orbita

Penilaian ;
- Infeksi telinga tengah  terdapat perselubungan
- Evaluasi pneumatik Normal sel udara mastoid (+), Diploik, Sklerotik akibat
peningkatan aktivitas osteoblastik karena proses infeksi.
- Kolesteatom
6

* CT- Scan :
- Gambaran tulang dengan jaringan lunak optimal dengan pengaturan densitas dan
sentrasi
- Dapat membedakan Vaskularisasi pada tumor dengan kontras
- Melihat gambaran tumor, kelainan bawaan, trauma tulang temporal, dan kolesteatom
lebih baik
- Tidak dapat membedakan kolesteatom dengan jaringan granulasi karena densitasnya
sama.

5.Uji kultur dan resistensi kuman dari sekret telinga

6. Pemeriksaan N VII
- Motorik
 Schimer
 Tes pengecap
 NET
7.Toleransi operasi
8.Instruksi pre op.
 Cukur rambut daerah telinga kompres alkohol
 Cuci rambut
 Puasa 8 jam
 Inj. Gentamicin 2x80 mg

TIMPANOPLASTI
Klasifikasi Wullstein’s ;
Tipe 1 : pada rantai tulang pendengaran yang intak
Tipe 2 : Ditemukan adanya defek atau hilangnya handle maleus tetapi inkudostapedial joint
masih intak
Tipe 3 : Tidak terdapatnya kolumela dan stapes ( miringostapediopexy)
Tipe 4: Proteksi suara pada round window
Tipe 5A : pembuatan fenestra pada KSS lateral
Tipe 5B : Stapedektomi
Suzuki  timpanoplasti Tipe 0 : dilakukan rekonstruksi membran timpani tanpa melakukan
rekonstruksi tulang pendengaran, walau tulang pendengaran rusak atau tidak ada.

Terdapat klasifikasi timpanolplasi berdasarkan manipulasi terhadap dinding posterior ;


1. Intact cannal wall tympanoplasty
2. Cannal wall down tympanoplasty

Pada keadaan Maleus masih baik, inkus tidak ada atau tidak dapat dipertahankan maka dapat
dilakukan pengangkatan inkus, selanjutnya dapat dilakukan inkus interposisi atau
maleostapedial assembly. Dapat juga digunakan protesis, yaitu Partial Ossicular Repacement
Prothesis PORP
Maleus dan inkus tidak ada , stapes masih baik. Pada keadaan ini dapat dilakukan
stapedopeksi, yaitu meletakan tandur membran timpani ke kapitulum stapes.
Maleus, inkus, krura stapes rusak sedangkan foot plate masih baik. Pada keadaan ini dapat
digunakan tulang/ tulang rawan sebagai penghubung membran dan foot plate disebut
footplate assembly, dapat juga digunakakan Total Ossicular Repalcement Prothesis.
7

BAHAN GRAFT
 Autograft  dari tubuh sendiri
 Allograft / Homograft  sesama manusia
 Heterograft  binatang
 Isograft  transformasi dari kembaran
Bahan yang sering diambil adalah :
 Fasia otot temporalis
- Mudah didapatkan
- Dapat digunakan secara onlay, inlay dan underlay
- Ukuran relatif lebih tidak terbatas
- Fasia ini terdiri 2 lapisan : superfisial dan profunda.
 Perikondrium :
- Pengambilan mudah
- Survival baik
- Memiliki kontur yang baik dan kuran yang cukup besar untuk perforasi total

PEMASANGAN GRAFT
Cara :
1. inlay
2. overlay
3. underlay
untuk pemasangan graft secara overlay dan inlay  Epitel gepeng harus dipisahkan dengn
lamina propia hal ini untuk mencegah epitel yang terperangkap  terbentuknya
kolesteatom

EVALUASI PASCA OPERASI

Komplikasi operasi :
1. Paresis fasialis
2. Trauma labirin
3. Tuli pasca operasi  Tes Weber
4. Dua sampai tiga bulan pasca operasi dapat dilakukan evaluasi pendengaran dengan
membandingkan audigram pre dan pasca operasi kondisi membran timpani juga
sudah dapat dievaluasi dengan baik

5. keberhasilan timpanoplasti dipengaruhi :


- Eradikasi jaringan patologi di telinga tengah
- Membran timpani dan mukosa telinga tengah serta kontuinitas antara membran
dengan telinga dalam.
- Ukuran perforasi <50%
- Status mukosa telinga tengah
- Kondisi handle of maleus
8

KOLESTEATOM

Merupakan kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel  terjadi karena adanya epitel kulit
yang terperangkap

Terbagi atas :
 Tipe Kongenital :
Timbul dari sisa eitel skuamosa yang terdapat pada tulang temporal
 Tipe didapat :
 Kolesteatom didapat primer :
- Akibat tekanan negatif pada telinga tengah sehingga menyebabkan retraksi membran
sharpnell dan posterior superior pars tensa retraction pocket debris keratin yang
terperangkap Kolesteatom
Tekanan negatif dapat disebabkan :
- Invaginasi
- Otitis media efusi
- Hiperplasia sel basal
- Invasi epitel
 Kolesteatom didapat sekunder :
Terdapat 4 teori terbentuknya kolesteatom :
o Invaginasi / invasi dari pars flaksida invasi kulit dinding liang telinga pada
perforasi membran timpani marginal /atik
o Migrasi  migrasi epitel oleh karena miringotomi/ gromet
o Implantasi  tindakan iarogenik operasi, blast injury, benda asing
o Metaplasia mukosa  transformasi epitel skuiamosa berkeratin akibat otitis
media

TIMPANOSKLEROSIS

Suatu penyakit pada membran timpani oleh karena peradangan sebelumnyayang kronis
sehingga membran timpani terlihat bercak putih tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi
pada lapangan tengah.
Timpanosklerosis merupakan penyakit yang irreversible diakibatkan infeksi atau inflamasi dari
ruang telinga tengah
Insiden : timpanosklerosis yang diakibatkan otitis media 14%-43%

OTOSKLEROSIS

Merupakan gangguan autosomal dominan yang terjadi pada pria dan wanita, merupakan
penyakit labirin tulang dimana terbentuk suatu daerah otospongiosis terutama didepan dan
dekat dengan kaki stapes sehingga stapes terfiksasi  Tuli konduktif  jika proses berlanjut
terus  tuli saraf

Gejala :
- Penurunan pendengaran yang perlaha dan progresif
- Diawali pada satu telinga kemudian terjadi pada kedua telinga
- Tinitus yang konstan dan progresif
- Adanya riwayat keluarga 50-60%
Pemeriksaan :
Otoskopi :
- Membran timpani terlihat normal
9

- Dapat terlihat hiperemis pada promontorium yang terlihat melalui membran timpani
(Schwarte’s sign)
Penala :
- Rinne (-), Weber : lateralisasi ke sisi sakit,
Audiometri :
- Tulikonduktif atau tuli campur
- Adanya nocth pada konduksi tulang pada 2000 Hz  Carthart Nocth
Audiometri impedans :
- Timpanometri : (N)
- Refleks stapedius menurun.

Diagnosa banding :
- Kelainan kongenital pada telinga tengah
- Dislokasi post traumatik
- Proses adesiv
- Timpanoskerosis

Terapi :
Prinsip :
- Membuka telinga tengah dan mengekspose footplate stapes pada oval window niche
- Jalan masuk dibuat melalui insisi kulit kanalis eksterna lateral menuju membran
timpani
- Kulit liang telinga dan membran kemudian dibuka ke belakang
- Stapes yang terfiksasi diangkat
- Oval window ditutup dengan jaringan penyambung dan stapes diganti dengan bahan
sintetis

Indikasi operasi  derajat fiksasi footplate dapat di estimasikan melalui besarnya air bone
gap
Stapedectomy di indikasikan jika stapes sudah sangat terfiksasi  dilihat dengan adanya air
bone gap lebih dari 30dB pada frekwensi berbicara dan tes rinne yang negative
Kontraindikasi operasi 
-Speech discrimination yang buruk
-Adanya riwayat vertigo pada beberapa bulan terakhir krn adanya kemungkinan terdapatnya
hidrops endolimp
-Only hearing ear

Persiapan pre operatif:


- Inspeksi liang telinga Adakah resiko infeksi di liang teling, telinga tengah atau telinga
dalam , jika terdapat salah satu diatas , operasi ditunda sampai penyakit dapat diatasi
- Penting menjelaskan tentang resiko operasi dan membuat inform consent tentang
resiko yang akan terjadi
- Menjelaskan bahwa pasien dengan speech discrimination yang baik, fungsi kohlea
yang baik mempunyai kemungkinan 9 keberhasilan dari 10
- Menjelaskan bahwa pasien dapat menggunakan ABD jika menolak operasi tetapi
perjalanan penyakit akan tetap
- Menjelaskan kemunkinan terjadinya pusing setelah dilakukan operasi , hal ini dapat
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari
- Adanya resiko Indra pengecap mungkin dapat terganggu atau hilang sama sekali
- Resiko perforasi membaran timpani diakibatkan luka yang tidak sembuh
- Resiko terjadinya paresis N VII
- Jika operasi berjalan sukses pasien masih dianjurkan untuk kembali kontrol tiap tahun
nya untuk tes pendengaran sebagai deteksi dini terdapatnya SNHL/ gangguan hidrops
endolimp
Anestesi :
- Lokal  Keuntungan perdarahan sedikit dan memungkinkan pasien dapat langsung
menilai perubahan pendengaran saat intra operatif
- General  lebih aman dan nyaman bagi operator
10

Kedua teknik operasi ini dilakukan infiltrasiblidokain dan epinefrin untuk mendapatkan
hemostasis intra operatif lidokain 1% atau 2% dicampur dengan epinefrin konsentrasi
1;100.000 dengan jarum no 27 di liang telinga pada 4 kuadrandi daerah fibrokartilago di
liang telinga  edem akibat suntikan ditekan dengan spekulum telinga secara hati-hati 
kemudian lidokain 1% atau 2% yang dicampur dengan epinefrin 1;150.000 disuntikan
dengan jarum no 30 di daerah posterosuperior dan posteroinferior.

Jenis operasi : STAPEDEKTOMI


 Mengekspos oval window
Sebaiknya digunakan speculum telinga yang terbesar yang dapat dimasukan kedalam liang
telinga
1. Dilakukan insisi kurva atau triangular pada kulit liang telinga dengan jarak 1-
6 mm lateral dari membrane timpani
2. flap kulit tersebut di elevasikearah sulkus timpanikus dengan elevator tumpul
3. Anulus fibrosus dielevasi dari sulkus timpanikus
4. Sebelum melakukan elevasi membrane timpani, harus diidentifikasi dahulu
korda timpani
 Pengangkatan superstruktur stapes
Pertama inkudostapedial joint harus dipisahkan dengan menggunakan joint knife, setelah itu
tendon di potong dengan pisau telinga tengah. Terdapat 3 teknik untuk mengangkat
superstruktur :
1. Jika footplate kaku terfiksasi dengan kuat, superstruktur dapat di lakukan
pematahan kearah bawah dengan menggunakan pick yang tajam pada tojolan
dari kepala stapes Biasanya terjadi fraktur pada dasar crura
2. pada krura yang keras digunakan mikrodrill untuk melakukan mikrokrurotomi
3. Dengan menggunakan argon laser
 Pengangkatan footplate dan pembuatan fenestra
1. Pengangkatan footplate secara total  Pertama mukosa dibebaskan dari footplate dan
tulang yang mengelilinginya, lalu perdarahan di control dengan Gelfoam, dilakukan
pembuatan lubang yang kecil pada bagian sentral dari footplate dengan pick atau
laser, kemudian footplate dipotong melintang dengan menggunakan hook yang kecil
footplate dapat diangkat dengan mudah hati-hati jaga agar vestibulum bersih jangan
sampai ada yang mengotori daerah tersebut dan jang melakukan aspirasi perilimp
2. Mengangkat sebagian posterior dari footplate  keuntungan resiko vertigo pasca
operasi dapat di tekan , menghasilkan perbaikan pendengaran pada frekwensi tinggi
dengan cara footplate dipotong melintang dengan menggunakan pick atau laser, lalu
hanya bagian setengah posterior yang diangkat.

 Jaringan penutup oval window


Dapat dilakukan penutupan diatas oval window dengan menggunakan perikondrium atau
fasia, Gelfoam.
 Pemasangan protesis
1. Cup piston protesis dari Shea
2. Original Shea Teflon protesis
3. Mc Gee/ fish type piston protesis
Perawatan post operasi
- Post operasi diberikan anlgesik yang kuat
- Ajuran untuk tidak bersin
- Pasien di evaluasi beberapa jam sampai kembali sadar dan dapat pulang
- Keesokan hari pasien control
- Kemudian 2 minggu sekali
Beberapa maslah sewaktu melakukan stapedektomi :
1. Floating footplate
2. Obliterative otospongiosis
3. Biscuit footplate
4. Prolaps N.VII
5. Granuloma post operasi
11

6. Maleus dan inkus yang terfiksasi


7. penutupan round window
8. Fraktur pada prosesus longus inkus
9. Otitis media akut
10. Perilimp gusher

Jenis operasi :
1. Complete stapedectomy :
- Pemotongan tendon stapedeal
- Kontrol hole ditempatkan pada footplate untuk memisahkan inkudostapedial joint
- Suprastruktur dari stapes dipatahkan dan diekstraksi
- Footplate diangkat
- Dipasang graft connecting tissue
- Dipasang protese

2. Partial stapedectomy :
- Mengangkat crus anterior dan bagian anterior footplate setelah melakukan pematahan
pada pertengahan footplate lalu dipasang graft
Tendo stapedial tidak diganggu dan tidak dipotong

STAPEDOTOMI
Stapedotomy :
a) Stapes interposisi ;
- Menempatkan tulang pendengaran / graft/ tulang rawan/ protese antara stapes
dengan maleus handle
b) Stapes transposisi :
- Prosedur dimana osikel yang masih melekat pada tempatnya dipindahkan ke stapes

Tehnik operasi
- pada stapedotomi, kaki stapes yg kaku dilubangi utk dipasangkan protesis, sehingga terjadi
perubahan perpindahan energi suara pd keadaan normal melalui kaki stapes, menjadi melalui
diameter protesis yg jauh lebih.
- Pengecilan permukaan yg meneruskan tenaga getaran ke telinga dlam ini akan mengurangi
sistim penghantaran mekanik. Diperkirakan protesis diapasang di atas tandur yg dipasang
setelah seluruh kaki stapes diangkat, dapat diharapkan penghantaran energi suara yang lebih
baik.

Indikasi:
- pada tuli konduktif/campur ug terjadi akibat otosklerosis dgn adanya kesenjangan udara-
tulang.
- Goodhill (dikutip Beasles):
1. Bila hantaran tulang antara 0-25 dB pd frekuensi bicara.
2. Hantaran udara sekitar 45-65 dB
3. Kesenjangan udara-tulang minimal 15 dB & nilai diskriminasi tutur 60%/lebih.
Pada ps dgn ambang dengar 90-100 dB masih mungkin dibantu dgn operasi dan selanjutnya
menggunakan alat Bantu dengar.

Kontraindikasi
Beasles :
1. KU ps lemah.
2. Usia lanjut/ umur > 70 thn resiko terjadinya fistula lebih besar.
3. Tidak dianjurkan pd anak2.
4. Fiksasi stapes pd timpanosklerosis.
5. Otitis eksterna & perforasi MT.
6. Fiksasi std awal dgn derajat ketulian ringan.
7. Otosklerosis unilateral.
8. Penderita dgn hanya satu telinga yg berfungsi.
9. Otosklerosis stapedial & koklear dimana kesenjangan tulang2 sgt buruk & alat Bantu masih
menolong.
12

10. vertigo & hidrops labirin.


11. Revisi stapedektomi tidak dianjurkan kecuali jika sebelumnya dilakukan oleh operator yg
ahli.
12. Operasi telinga sisi yg lain masih controversial krn adanya resiko tuli sensorineural yg
timbul segera/lambat.
13. Ps muda dgn tanda Schwarte (+) harus ditunda sampai aktivitas ini dpt dikontrol dgn
pemberian sodium florida.
14. Wanita hamil, operasi ditunda sampai 12 bln postpartum.
15. Tidak dianjurkan pd pekerja yg menggunakan kekuatan fisik tertentu, olahragawan,
penerbang, krn resiko fistula perilimf.
17. Pada fungsi tuba eustachius yg buruk.

OTITIS MEDIA EFUSI


Definisi:
Adalah peradangan telinga tengah, penumpukan cairan, tanpa tanda-tanda inflamasi,
membran timpani yang utuh
Klasifikasi OME menururt lamanya cairan yang terkumpul:
a.Akut: < 3 minggu
b.Subakut: 3 mingguà 2-3 bulan
c.Kronis: >2-3 bulan
Persarafan telinga :
-Pleksus timpanikus
-Nervus JacobsonCab.N.Glossofaringeus
-Persarafan simpatisN.karotikotimpanik
superior dan inferior
-Persarafan parasimpatisN.Petrosus
superfisialis
-Korda timpani

Fungsi tuba eustachius:


1.Proteksi TT dari tekanan suara yang keras
dan bakteri dari nasofaring
2.Drainase sekret dari TTnasofaring
3.Mengatur tekanan ventilasifungsi terpenting

Obstruksi tuba:
1.Fungsional
-Kolaps menetap TE
-Pembukaan aktif yang abnormal TE
2.Mekanik
a.Instrinsik
-Faktor intraluminal dan mural abnormal
b.Ekstrinsik
-Peningkatan tekanan ekstramural
c.Infeksi
- Kongesti pada mukosa tubaObstruksi
- Tekanan negatif padaTTmigrasi kumanotitis
media bakterial akut
- Katzenmayer,dkkkuman penyebab tersering:
-S.Pneumonia30-35%
-H.Influenzae20-25%
-M.Catarrhalis10-15%
d.Status Imunologi
-Straetemans,dkkfungsi tuba dan respon inflamasi adalah 2 elemen penting dalam
terjadinya OME
-Erat kaitannya dengan status giziASI resiko infeksi ↓àtransmisi imunoglobulin spesifik
utk meningkatkan daya tahan tubuh
e.Alergi
-Jordan74% OME pada anak disebabkan oleh alergi
13

-Mediator inflamasi:
Histamin
Prostaglandin
Leukotrin
-BergerPostulathistamin dilepaskan oleh sel mast yang
terdapat pada permukaan mukoperiostium timpani
-Konsentrasi histamin cairan efusi>darah, dan lebih
tinggi pada cairan yang mukoid

Anamnesis
-Pada anak-anakJarang menimbulkan keluhan
-Diketahui orang tua/ gurusikap acuh, keterlambatan bicara atau prestasi belajar yang
menurun
-Anak yang lebih besarTelinga terasa penuh, suara yang bergema pada telinga ( autofoni ),
tinitus
-Demam (-)

Otoskopi Variasi:
-Berwarna kekuningan & hipervaskularisasi
-Sekret mukoid/mukopurulenMT > suram & tebal
-Sbgn besaràMT retraksi
-Otitis media Adhesiveà MT menempel pada incudostapedial &promontorium
-Batas air- udara/ Gelembung udaraprognosis penting, t.u OM serosa
-Berwarna kebiruan/unguhemotimpanum

Pneumatic otoscope /Otoskop Siegel


-Tekanan +MT gerak(-) Tekanan - MT gerak(+)
-Apabila dgn Tekanan +& - MT greak(-)proses lama
 Timpanometri
-Paling penting
-Obyektif, non invasif, akurasi tinggi
-Gambaran timpanogram Tipe B dengan refleks stapedius (-)
 Audiogram
-Jenis & derajat ketulian
-Memantau kemajuan terapi
-Subyektif & perlu kerjasama dengan pasien
 Garpu tala
-Pemeriksaan audiologi paling sederhana
-Paparela menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penalajika ada keraguan
audiometri
 BERA
-Obyektif
-Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif
 Tujuan penatalaksanaan:
1.Menghilangkan cairan pada TT
2.Mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi
3.Mencegah kekambuhan
4.Mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan psikososial

Penatalaksanaan
-Politzerization
-Manuver valsava
-Kateterisasi Pada oklusi tuba
 Medikamentosa
-Antihistamin
-Dekongestan
-Antibiotika
 Operasi
-Miringotomi dengan dan tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi
14

 Indikasi
American Academy of Otolaryngology Head and Neck Clinical Indication Compendum
membuat Indikasi pemasangan pipa ventilasi:
1.OME tidak responsif AB adekuat,3 bulan bila bilateral, 6 bulan bila unilateral
2.OMA berulang >3x/6 bulan atau 4x/setahun
3.Penurunan pendengaran > 20 dB pada OME bilateral
4.OME berulang
5.Terapi lanjutan pada tindakan miringotomi
6.Disfungsi tuba eustachius
7.Barotrauma, untuk mencegah akibat dampak perubahan tekanan atmosfer
8.Retraksi kronik membran timpani

Menurut Djaafar ,2000,indikasi pemasangan pipa ventilasi, yaitu:


1.OM serosa menetap > 3 bulan tidak membaik dengan pengobatan yang optimal
2.Ventilasi TT yang buruk, walaupun tidak ada efusi tetapi klinis (+) atau MT retraksi atau
keduanya
3.OME berulang walaupun terdapat kondisi normal antara 2 episode
4.Memperbaiki gangguan pendengaran
5.Timpanoplasti dengan fungsi TE tidak baik

Pemilihan pipa ventilasi


a.Bahan: Teflon, silikon, stainlesssteel,
polyethilen, titanium, silver dan emas
b.Model: pertimbangan adalah mudah saat pemasangan,dapat terfiksasibaikbertahan
lama

c.Waktu
1.Jangka Pendek
-Indikasi:OME karena hipertropi adenoid
-Model yang dipakai:
a.Shepard Teflon/Silikon/polyethilen
-Diameter: 1,0-1,25 mm
-Salah satu ujung tersambung dgn Kawat
b.Donaldson
-terbuat dari silikon
-ujung yang lebarpemasangan mudah dan fiksasi lebih baik
-Diameter: 1,1 mm
2.Jangka Panjang
-Jika dibutuhkan ventilasi untuk 1-2 tahun atau lebih
-Indikasi:
-Riwayat OME berulang
-MT retraksi
Pasien dengan sumbing langit-langit, craniofacial anomali, Down syndrome
Model yang digunakan:
a.Shah Terbuat dari teflon
-Ujung berbentuk Δàpemasangan mudah, fiksasi lebih baik
-Diameter: 1,1-1,4 mm
b.Reuter bobbin
-Terbuat dari teflon/stainlessstel
-Diameter: 1,09-1,27
-Ukuran pendekinsersi sulit
-Ujung lebarfiksasi baik
c.Armstrong
-Terbuat dari teflon / silikon
-Bagian pipa dibuat sedemikianmempermudah saat pemasangan
-Diameter: 1,0-1,14 mm
d.Paparela I
-Terbuat dari silikon
-Ada celah pada salah 1 ujung dgn ujung lain berbentuk Δà mudah insersi
15

-Diameter: 1,0-1,25 mm
e. Goode T
Terbuat dari silikon
-Salah satu ujung dimasukkan terlebih dahuludpt dgn insisi kecil
-Diameter:1,15-1,32
f. Per-Lee
-Terbuat dari silikon
-Ujung lebarinsisi yang besar
Teknik pemasangan pipa:
-Anak-anakanestesi umum, dewasaanelgesia lokal
-Lokasi:(Nadol)
-Posteroinferior53%
-Anteroinferior38%
-Anterosuperior5%
-Insisi dengan pisau miringotomi yang kecil, tajam dan steril dibantu dengan spekulum dan
mikroskop

Panjang insisi= diameter luar bagian dalam pipa, jika terlalu panjangfiksasi kurang
baikpipa mudah lepas
- Cairan dihisap sebanyak mungkinhati-hati jangan sampai memperluas insisiperdarahan
yang tidak perlu
- Setelah pipa dipasang dianjurkan untuk tidak terkena air selama terpasang pipa

Miringotomitrauma pada rangkaian tl.pendengaran jika insisi terlalu dalam


- Akibat pemasangan pipa:
-Timbulnya plak/ jaringan granulasi sekitar pipa
-Otore
-Terlepasnya pipa ventilasi
-Pipa ventilasi terdorong kedalam
-Kerusakan tulang pendengaran
-Timpanosklerosis
-kolesteatom
Komplikasi yang paling penting adalah perforasi MT yang menetap.Takehisa jika lebih
dari 1 tahun

Hampaltimpanosklerosis terjadi akibat ukuran diameter dalam yang besarsering pada tipe
shah
-Otorediatasi dengan obat cuci telinga ditambah dengan AB topikal dan sistemik
-Krusta & jar.Granulasiharus diangkat sesegera mungkin

Indikasi pengangkatan pipa:


-Infeksi kronis dan atau adanya jaringan granulasi disekitar pipa yang tidak respon dgn AB
topikal dan sistemik
-Otore persisten
-Pada anak-anak yang diperkirakan saat usia 7-8 tahun akan terdapat pertumbuhan dan
fungsi yang optimal dari tuba
Terbagi atas :
Otitis media serosa Otitis media mukoid
Transudasi plasma dari pembuluh darah kedalam rongga telinga Sekresi aktif dari
tengah oleh karena perbedaan tekanan hidrostatik kelenjar dan kista
pada lapisan epitel
celah telinga tengah
Penyebab:
- Hipertrophi adenoid
- Adenoiditis kronis
- Palatoskisis Idem
- KNF
- Barotrauma
16

- Sinusitis/Rinitis kronis
- Radiasi
- Gangguan metabolik dan imunologi
Gejala :
- Sering pada anak gangguan keterlambatan berbicara
- Tuli konduktif < 35 dB
- Dewasa : rasa tersumbat, penurunan pendengaran,adanya
perubahan /perbaikan pendengaran pada perubahan posisi
kepala oleh karena gerak cairan  tinitus
Pemeriksaan fisik:
- Imobilitas gendang telinga/ gerakan lambat pada otoskopi
pneumatik
- Membran timpani berwarna kekuningan MT Warna kusam
- Maleus tampak pendek, retraksi, warna putihkapur
- Kadang terlihat airfluid level
- Membran timpani dapat berwarna biru/ ungu terdapat
produk darah
Terapi :
Medikamentosa :
- Antibiotik
- Dekongestan
- Antihistamin
- Latihan ventilasi tuba eustachius
- Hiposensitasi
Dan nilai gangguan penyerta :
- Sinusitis
- Hipertropi adenoid
- Obstruksi hidung dll.
Terapi diteruskan s/d 3 bulan
Operasi :
Indikasi operasi 
- Cairan tetap bertahan > 3bulan
- Bilateral OME dengan penurunan pendengaran
- Unilateral OME
Melalui incisi miringotomi, pengeluaran cairan, pemasangan tube
pengembang tekanan yang berfungsi ventilasi sehingga
menghilangkan keadaan vacum.

Komplikasi :
- Tuli konduktif
- Timpanosklerosis
- Tuli saraf  Berhub dengan labirintitis

OTITIS EKSTERNA MALIGNA

Sering ditemukan pada penderita diabetes melitus/ imunocompromise  infeksi menyebar


melalui kulit dan jaringan subkutis dari tulang rawan liang telinga ke tulang temporal
Osteomielitis terjadi melalui sistem haversian yang mengakibatkan abses multiple dan
nekrosis
Maligna karena sifatnya yang progresif

Pemeriksaan fisik :
- Terlihat seperti otitis eksterna + jaringan granulasi yang >> terutama pada dasar
meatus akustikus eksternus
-  diagnosa ditegakkan dengan kultur  pseudomonas
- Biopsi  hanya jaringan granulasi
Pemeriksaan penunjang :
17

- CT scan tulang temporal dan tulang tengkorak : melihat lokasi destruksi tulang, abses,
jaringan granulasi
- Technetium 99 scan melihat ada/tidaknya osteomielitis tl. tengkorak
Terapi :
5.
Debridement + tampon gentamicin / eardrops 4x1
6.
Kontrol DM
7.
Jika jaringan granulasi masih ada evaluasi lebih lanjut  jika terdapat
osteomielitis  antibiotik intravena 6 minggu golongan aminoglikosida atau
chepalosporin generasi 3 ( Ceftazidim)
Infeksi dapat menjalar ke :
- Foramen stylomastoid  paresis N VII
- Foramen jugulare  Paralisis N IX, X, XI, XII
8. Terapi operasi :
Terbatas fungsi debridement pada tulang yang nekrotik, jaringan granulasi dan
drenase abses.

MASTOIDITIS KOALESEN

Infeksi pada kavum mastoid sehingga terjadi osteitis yang akan menyebabkan destruksi
tulang tuberkulum yang memisahkan sel mastoid sehingga terjadi penggabungan sel udara
mastoid

Gejala :
- Otore berlanjut
- Demam tinggi / (N)
- Nyeri retroaurukular berulang pada malam hari . Pada perabaan lunak damn nyeri
tekan retroaurikular
Tanda-tanda :
- Otore > 2 minggu pada OMA
- Nyeri tekan & lunak pada mastoid
- Shagging pada dinding posterior superior
- Protusi pada perforasi membran timpani
Pemeriksaan :
- Laboratorium : DPL lekosit meningkat LED meningkat
- Ro : Mastoiditis akut  perselubungan
Mastoiditis kronis  sklerotik
Terapi :
- Antibiotik parenteral sesuai kultur
- Curiga komplikasi intrakranial  CT Scan brain + pungsi lumbal
- Mastoidektomi emergensi :
 Membersihkan infeksi pada mastoid
 Memperbaiki aliran udara sel mastoid ke telinga tengah
 Menyingkirkan semua sumbatan yang disebabkan oleh edema dan jaringan granulasi
pada aditus ad antrum
- Drenase telinga tengah  miringotomi

ABSES BEZOLD

Abses subperiosteal tulang temporal

Patogenesis
Infeksi mastoid terjadi setelah infeksi telinga tengah melalui stadium :
1. hiperemi dan edema mukosa yang melapisi sel mastoid
2. akumulasi cairan serosa yang kmd jadi purulen
3. demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan eksudat
purulen pada tulang dengan septum tipis
4. terbentuk rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan
18

Bila tidak terjadi penyembuhan maka pus dapat meluas ke salah satu jalan berikut :
1. anterior menuju telinga tengah
2. destruksi ke lateral pada korteks mastoid
3. destruksi sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika, timbul abses Bezold
4. ke medial sel udara petrosus, timbul petrositis
5. ke posterior ke tulang oksipital, timbul osteomielitis tulang tengkorak
6. destruksi korteks zygoma, timbul abses zygoma

Diagnosis
 Otore, demam tinggi, trismus, sukar menelan
 Pembengkakan tip mastoid sampai sepanjang m.sternokleidomastoideus, nyeri tekan,
dg/tanpa fluktuasi
 Bisa paresis fasialis akibat tekanan pd foramen stilomastoid
 LT : tampak desakan pd dinding posterosuperior, perforasi MT, sekret >>
 RA : obliterasi sulkus
 Ro : perselubungan atau sklerotik
 CT Scan mastoid :
o Kekaburan atau destruksi mastoid
o Hilangnya ketajaman bayangan dinding sel mastoid akibat demineralisasi, atrofi dan
iskemi
o Densitas menurun & perselubungan daerah pneumatisasi akibat inflamasi sel udara
o Pada kasus kronis : reaksi inflamasi osteoblastik kronik, sehingga struktur sel hilang

FRAKTUR TULANG TEMPORAL

Fraktur longitudinal trauma temporal Fraktur transversal karena trauma


frontal & parietal
- Sering menyebabkan perdarahan - Jarang menyebabkan perdarahan
telinga. liang telinga
- Jarang menyebabkan kelumpuhan - Sering menyebabkan kelumpuhan
saraf fasial saraf fasial

- Garis fraktur sesuai sumbu - Garis fraktur tegak lurus dengan


memanjang bagian petrosus tulang sumbu memanjang bagian petrosa
temporal sepanjang kanalis tulang temporal
akustikus eksternus

Ciri-ciri : Ciri :
- Garis fraktur menyilang anulus - Garis fraktur menyilang labirin
timpnikus sehingga menyebabkan merusak koklea dan alat
*Ruptur gendang telinga keseimbangan
*Perdarahan liang telinga - Perdaraha  hemotimpanum
*Deformitas dinding liang telinga - Kerusakan saraf fasial pada segmen
- Paresis fasialis terjadi lambat karena labirin cepat timbul dan sifatnya
kompresi edem berat.
- Tuli konduktif

Gejala klinis :
1. Ekimosis pada aurikula
2. Ekimosis daerah mastoid
3. Perdarahan liang telinga , hidung dan mulut
4. Tuli konduktif/ tuli saraf / tuli campur
5. Paresis N VII
19

6. Otore LCS  kebocoran dapat menutup dalam seminggu jika lebih masih terjadi
kebocoran resiko terjadi meningitis
7. Gangguan keseimbangan  vertigo
8. Perilimfatik fistula
Diagnosis ;
1. Anamnesis Onset
2. Pemeriksaan fisik :
- Otoskopi/ mikroskopik  Perforasi membran timpani / Hemotimpanum
- Nasoendoskopik Melihat apakah darah mengalir dari tuba eustachius
- Darah encer  curiga bercampur LCS  tampung kertas saring  tanda halo
lingkaran dalam serum , luar LCS
- Fungsi N VII  menentukan letak lesi, berat kelumpuhan, rencana tindakan, evaluasi
pengobatan.
3. Ro :
- Town
- Stenvers
- Meyers
- Schuller
Penatalaksanaan :
1. Tindakan segera :
- Diistirahatkan  duduk / berbaring
- Cek tanda vital
- Atasi keadaan kritis : Sumbatan jalan nafas, perdarahan masif, Syok dll
- Pemeriksaan telinga : Otoskopik/ mikroskopik  perdarahan (+) tampon steril
 Hemotimpanum  jika tidak tereabsorbsi  eksplorasi
 LCS Otore / rinore  > 7 hari Antibiotik, > 10 hari indikasi operasi
 Kelumpuhan N VII Jika terdapat :
- kelumpuhan segera dan total
- Penurunan NET dalam 6 hari
- Farktur kanalis falopii pada CT Scan  segera ekplorasi
- Terapi konservatif  edemsaraf ringan
2. Tindakan lanjut :
Mengevaluasi dan mengobati gejala klinis yang timbul pada fraktur tulang temporal :
- Gangguan fungsi pendengaran
- Gangguan fungsi keseimbangan
- Kelumpuhan nervus fasialis

Radiologi klinis fraktur temporal


Scullerbisa melihat fraktur longitudinal pada pars skuamosa, tp jika fraktur longitudinal pada
pars petrosa maka gari
Fraktur tidak terlihat lagi krn sumbu panjang pars petrosa membentuk sudut 45° dg bidang
midsagital. OKI buat proyeksi MAYERS utk melihat fraktur longitudinal pada pars petrosa.
PATOWNE, STENVERS, bias lihat fraktur transversal.

Kontusio Labirin
Patofisiologi
Benturankejutan pergerakan tengkorakjaringan otak bergerak ke arah
berlawananakselarasi & diselerasimempengaruhi N.VII krn ujung proksimalnya terfiksir di
os temporalkerusakan N.VII, arteri yg menyuplai labirin, nukleus koklearis, nukleus
veestibularis, formatio retikularis, lemniskus medial dan lateral.

Otore LCS
Defek pada tegmen timpani
Diagnosis:
1.Klinis
- Tuli konduktif
- Bila MT utuh, tampak air-fluid level dibalik MT
- Tes halo: kertas saring ditetes cairanterbentuk 2 lingkaran konsentris, yg didalam darah &
diluar LCS.
20

2. Radiologis
Komplkasi: meningitis, abses otak, hematoma subaraknoid, pneumosefalus, ggn
keseimbangan elektrolit.

Terapi:
Konservatif
- posisi ½ duduk
- menghindari tindakan yg meningkatkan TIK
- batasi manipulasi telinga
- antibiotika dosis tinggi
Operatif: criteria operasi jika (Montogomery,1966)
- LCS keluar > 6 minggu
- Kebocoran berulang
- Pneumosefalus
- Meningitis berulang

TRAUMA MEMBRAN & OSIKEL

Dapat terjadi pada :


- Balst injury
- Trauma pada aurikula
- Objek yang menembus membran timpani
Anamnesis ditanyakan :
- Bagaimana dan kapan terjadinya
- Apakah terdapat perdarahan / cairan jernih yang keluar
- Apakah terjadi penurunan pendengaran
- Jika ada seberat apa
- Apakah terjadi pusing setelah trauma

Gejala akut :
1. Nyeri
2. Tuli konduktif
3. Perdarahan yang berasal dari laserasi kulit atau kanal
4. Vertigo
5. Gangguan kesadaran
6. Fasial palsy
7. Discharge cairan
Operasi emergensi :
1. Pada anak
2. Pada dewasa  pada pemeriksaan mengarah adanya komplikasi :
- Perforasi luas
- Fraktur / dislokasi osikel
- Fistula perilmfatik  hal2 tersebut diatas dilakukan reparasi < 24 jam
 20% trauma tembus / penetrasi menyebabkan fistula ruang perilimfatik dengan
subluksasi stapes/ fraktur footplate  menimbulkan vertigo
- Dipasang graft lemak pada footplate
- Mereposisi dislokasi stapes keposisi normal
- Mengangkat fraktur/dislokasi--. Dilanjutak pemasangan graft pada oval
window
 Diperlukan Stapedoomy pada footplate yang mengambang
 Setelah semua tindakan selesai dipasang graft membran timpani

Komplikasi pasca operasi

1. Early :
- Vertigo
- Nausea  terapi inovar 1 cc/ 6 jam , compazine 25mg suposituria
21

2. Infeksi :
- Jika terdapat discharge dan nyeri  angkat tampon  kultur  antibiotik
sesuai kultur
3. Lanjut :
- Graft gagal tumbuh
- Tuli konduktif.

NERVUS FASIALIS
- N. Fasialismrpkan saraf motorik yg mngurus ekspresi wajah, tetapi juga mengandung
serabut somatosensor & sekretomotor serta serabut2 intermedius.
- Perjalanan n. fasialis & hubungannya ke SSP dibg 6 segmen
Segemen Letak Panjang
(mm)
Supranuklear Kortek serebri Pendek
Bataring Nukleus Pendek
Otak motorik
n.fasialis,
salivatorius
sup. dr trakt.
solitarius
S. meatal Batang otak ke 13-15
KAI
S.labirin Fundus dari 3-4
MAI ke hiatus
fasialis
S.timpani Ganglion 8-11
genikulatum ke
eminentia
piramidalis
S.mastoid Prosesus 10-14
piramidalis ke
foramen
stilomastoideus
S. ekstra Foramen 15-20
temporal stilomastoid ke
pes anserinus

- Stl mlewati KAImasuk ke kanalis falopii yg berdinding tulang yg berjalan ke lateral sampai
sedikit di atas basis koklea utk kmd menukik tajam ke posterior membtk genu eksterna di
sebelah antero-lateral KSS superior diantara bestibulum labirin & koklea sbg tempat yg relatif
mudah dikenali dr kavum timpani persis di medial ujung prosesus kokleariformis.
- Pd genu eksterna terletak ganglion genikulatum yg mengandung sel saraf komponen
somatosensorik.
- Di rongga mastoid n. Fasialis dibagi atas pars horizontal/pars timpani yg terletak di kavum
timpani & pars vertikal/pars mastoid yg terletak di rongga mastoid.

N.fasialis di Kavum Timpani


- Terletak di pars horizontal N.VII, yg berjalan dr ganglion genikulatum ke KSS horizontal,
sepanjang 8-11mm.
- Patokan : prosesus kokleariformis & jendela lonjong. Terletak di sebelah post-superior
jendela lonjong, melintas dibelakang prosesus kokleariformis.
- Saraf berjalan didlm kanalis falopii yg biasanya berdinding tulang, tetapi sebagian kecil
langsung diselimuti mukosa.
- Saraf berakhir diantara KSS horizontal dgn dinding belakang liang telinga persis disebelah
distal eminensia piramidalis.
22

Segmen Mastoid/S. Vertikal


- Mrpkan bagian yg paling panjang di dalam tulang temporal (10-14 mm).
- Berjalan mulai dr sebelah distal eminentia piramidalis dgn membentuk belokan sbg genu ke-
2 n.fasialis yg melintas di sebelah inferolateral dr KSS horizontal.
- Patokan: KSS horizontal, fosa inkudis & digastic rigde.
- S. mastoid berakhir di digastic rigde sblm masuk ke foramen stilomastoid.
- Dari s. mastoid keluar 3 cabang: (1) cabang motorik ke m.stapedius, (2) cabang sensorik ke
lidah sbg korda timpani, (3) cabang sensoris dr cabang auricular n.vagus yg mempersarafi
bgn posterior liang telinga.
- N.fasialis sebenarnya mrpkan saraf motorik. Cabang saraf vagus ini bergabung dgn n.fasialis
di foramen jugularis, sedangkan korda timpani sebenarnya adalah ujung saraf intermedius.
Korda timpani berjalan kearag lateral di kavum timpani di antara maleus & inkus lalu ke luar
dari kavum timpani utk bergabung dgn saraf lingual mll fissure petrotimpani.
- Selain mensarafi bgn anterior lidah, korda timpani juga membawa serabut2 sekretomotor
preganglion ke kelenjar subamandibula & submaksila serta sensoris bgn posterior LT.

HOUSE BRACKMANN
GRADE KARAKTERISTIK
I. Normal Nervus fasialis berfungsi normal di seluruh area
II. Disfungsi ringan Gross :
-Sewaktu istirahat terlihat tonus normal dan simetris
-Kemungkinan terdapat sinkinesis ringan
-Kelumpuhan ringan terlihat pada waktu menutup mata
Gerakan :
-Dahi  fungsi dari baik sampai moderate
-Mata  dapat menutup dengan usaha ringan
-Mulut  asimertis ringan
III. Disfungsi Gross :
sedang -Terlihat ,tetapi tidak terlalu menyolok antara kedua sisi
-Terdapat sinkinesis, kontraktur atau hemifacial spasm tetapi tidak
berat
-Sewaktu istirahat tonus normal dan simetris
Gerakan :
-Dahi  Gerakan dari ringan sampai sedang
-Mata  Dapat menutup dengan baik dengan usaha
-Mulut  Dengan usaha yang maksimal terdapat kelumpuhan ringan
IV. Disfungsi Gross :
sedang berat -Jelas terlihat kelumpuhan dan asimetri wajah
-Dalam keadaan istirahat tonus noraml dan simetris
Gerakan :
-Dahi  (-)
-Mata  tidak dapat menutup dengan sempurna
-Mulut  Dengan usaha maksimum terlihat asimetris

V. Disfungsi berat Gross :


-Hanya sedikit gerakan yang terlihat
-Pada waktu istirahat terlihat asimetris
Gerakan :
-Dahi  (-)
-Mata  tidak dapat menutup dengan sempurna
-Mulut  Hanya terdapat sedikit gerakan
VI. Total paralisis TIDAK ADA GERAKAN

EFEK HIDRAULIK TELINGA TENGAH


23

Fungsi telinga tengah adalah meneruskan energi akustik dari telinga luar ke dalam koklea
yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui mekanisme
sistem rantai tulang pendengaran, sehingga dapat meningkatkan gain sebesar 25-30 dB.
Faktor yang mempengaruhi efek penguatan :
1. Tulang pendengaran memperkuat energi bunyi agar cukup kuat menggerakkan cairan
di dalam koklea dengan meningkatkan tekanan energi bunyi yang menerpa membran
timpani. Ini akibat perbedaan panjang lengan malleus dan inkus yang berputar pada
akis rotasi tulang pendengaran. Ratio efek ossicular chain ini : 1,3. menghasilkan
peningkatan 2 dB

2. Luas penampang membran timpani yang 17-20 kali lebih besar dibanding stapes
footplate. Menghasilkan 26 dB lebih besar
3. Bentuk kerucut membran timpani

FISIOLOGI TE & EVALUASI FUNGSI TE

 Fungsi TE : ventilasi, proteksi dan klirens telinga tengah (TT)


 Dlm fungsi sbg ventilasi telinga tengah, TE akan terbuka o/ kontraksi otot terutama tensor
veli palatini. Pembukaan TE secara aktif terjadi pd saat proses menelan untuk menyamakan
tekanan atr nasofaring & TT, yg jg difasilitasi o/ adanya surfaktan di TE u/ menurunkan
tegangan permukaan.
 Dlm fgs proteksi, yg berperan adl bentuk anatomis TE & pertahanan imunologis serta
mukosiliar dr permukaan mukosa. Pd saat istirahat, TE tertutup, yg melindungi TT dr
sekresi nasofaring. Jika TE terbuka, scr anatomis TE telah didesign u/ mencegah sekret
masuk TT.
 Fgs klirens tercapai dg adanya transpor mukosiliar di TT & TE. Adanya aktivitas otot &
tekanan (-) spt bersin mungkin berperan pd sistem klirens ini.

Evaluasi fungsi TE :
 Tes tetes telinga
 Toynbee test : pencet hidung, tutup mulut, menelan
 Valsava manouver : tarik napas dalam, pencet hidung, tutup mulut, tiupkan udara ke
telinga
 Kateterisasi tuba
 Audiometri impedans

ANATOMY TELINGA
MUSCULUS
Tensor timpani
 O : prosesus kokleariformis
 I : manubrium malleus
 Kontraksi otot menarik maleus ke medial dan anterior, sehingga membran timpani
menegang
 N. V

Stapedius
 O : eminensia piramidalis
 I : leher stapes
 Contraction pulls stapes posteriorly, rocking the stapes in the oval window
 N. VII

AURICLE
Pendarahan dari cab2 A. carotis ext :
 A. auricular post
 Cab. Auricular ant dr A. temporal superficial
 Cab. Auricular dr A. occipital
24

EXTERNAL AUDITORY CANAL


Panjang : 2,5 cm
1/3 lateral adl kartilago (tdp rambut & kelenjar – seruminosa & sebasea), 2/3 medial adl
tulang.
Wax (cerumen) contains amino acids, fatty acids, lysozymes, Ig (~ product of glands)

TELINGA TENGAH (TYMPANIC CAVITY, EUSTACHIAN TUBE, MASTOID AIR CELL


SYSTEM)

Lateral Wall of Tympanic Cavity


Tympanic membrane
Pendarahan :
cab auricular prof dr A. maxillaris
cab. Tympani ant dr A. maxillaris
cab stylomastoid dr A. auricular post
A. meningea media

Persarafan VII
C3 V
Roof of TC X
Tegmen tympani
Floor of TC
Jugular bulb
Anterior wall of TC
Tuba Eustachius
Medial wall of TC
 KSS horisontal
 Kanalis fasialis
 Oval window
 Round window
 Promontory : rounded elevation occupying much of the central portion of the medial wall (in
front merges with ant wall of TC)

Posterior wall of TC
 Aditus ad antrum
 Fossa incudis
 Pyramid

Isi Kavum Timpani


 Malleus tdd capitulum, manubrium & 3 processus (lateral, anterior,
 Incus tdd corpus, processus longus, processus brevis
 Stapes tdd capitulum, manubrium, krura anterior, krura posterior & “footplate”
 2 otot (stapedius, tensor timpani)
 Korda timpani
 Pleksus timpanikus, terbentuk oleh cab timpani N. IX & N. karotikotimpanikus ; terletak
pd promontorium ; cab2 nya
o Ke membran mukosa kavum timpani, TE , antrum mastoid
o Cab yg bergabung dg N. petrosus superfisial major
o N. petrosus superfisial minor, yg tdd serat parasimpatis N. IX

Pendarahan Telinga Tengah


Artery Region supplied
25

Ant tympanic A. max TM, malleus, incus, antorTC


Stylomastoid A.auric post postorTC, stapedius muscle
Mastoid A.stylomastoid mastoid air cell
Petrosal A.meningeal media roof of mastoid & epitymp.
Sup tympanic A. mening med Malleus, incus, tensor tymp
Inf tympanic A. asc pharyng Mesotymp
A of pterygoid canal Meso & hypotymp
Tympanic A. carotid int Meso & hypotymp

ARTERI PADA TULANG TEMPORAL

Arteri Cabang dari Arteri


Auricularis posterior Carotis externa
Stylomastoidea Auricularis posterior
Temporalis Carotis externa
superficialis Carotis externa
Temporalis media Maxillaris interna
Temporalis profunda

TIMPANOMETRI

- Tipe A : Normal
- Tipe AD : Terdpt gangguan rangkaian tulang pendengaran
- Tipe AS : Terdpt kekakuan pd tulang pendengaran (otosklerosis)
- Tipe B : Terdpt cairan di telinga tengah.
- Tipe C : Terdpt gangguan fungsi tuba.
- Tipe D : terdpt skar MT atau hipermobile MT

PATCH TEST
26

Patch test tipe 1


- Dilakukan perbandingan audiogram nada murni sebelum & sesudah perforasi MT ditambal
kertas tipis.
- Apabila ambang pendengaran lebih baikrantai osikel utuh
- Apabila tak ada perbaikan/perbaikan hanya sedikitterdpt kekakuan mekanisme
penghantaran telinga tengah missalnya fiksasi tulang pendengaran oleh timpanosklerosis atau
oleh sikatrik dsbnya.
- Apabila setelah penambalannya lebih burukterjadi diskontinuitas tulang pendengaran.

Patch test tipe 4


- Dilakukan penutupan di daerah round window niche (seperti operasi timpanoplasti tipe 4,
sound protection).
- Tes ini terutama untuk menilai mobilitas tingkap lonjong & tingkap bulat dengan memblok
energi suara yg langsung ke tingkap bulat.
- Apabila setelah penambalan membaiktingkap lonjong & tingkap bulat lentur.
- Bila memburukterdapat fiksasi stapes.

CONGENITAL AURAL ATRESIA

CLASSIFICATION
On the basis of ext canal/middle ear development
grade I – minor malformation, with auricle being smaller than normal but all parts discernible
grade II – curving or vertical ridge of tissue repre-sentation of auricle
grade III – auricle is lost

Ombredanne’s criteria :
1. Major malformation
 External ear canal & TM (-)
 Size of middle ear space is reduced
 Malleus, incus are dformed, fused, fixed to atretic bone ; in severe cases ossicles are
absent
2. Minor malformation
 Deformity of 1/> ossicle or fixation of ossicular chain
 External ear canal is patent, but mildly stenotic
 Pinna is slightly deformed
EVALUATION
Physical Examination
 Palpation of mandible  mild hemifacial microsomia
 Assessment of development of palate & intraoral structure
 Observation of degree of microtia & mastoid development
 Caliber of external auditory canal  normal, stenotic, blindly ending, completely atretic
 If possible, examination of TM
 Assessment of speech & ambulation
Audiometric Evaluation
- Behavioral audiometry
- Auditory Brainstem Response
27

Computed Tomography
Temporal bone CT axial & coronal planes

SURGICAL TECHNIQUES
 Canaloplasty
 Tympanoplasty
 Fenestration of horizontal semicircular canal

Severe malformation (atretic ext canal )  exposure of middle ear through mastoid antrum &
removal of portion of the bony atresia plate.
Mobile stapes (+) with malformed or absent incudomalleolar complex  type III
tympanoplasty.
Stapes is fixed  fenestration horizontal SCC (type V tympanoplasty)

KOKLEAR IMPLAN

Komponen implan koklear

KOMPONEN LUAR
1. Mikrofon
2. Kabel penghubung mikrofon dan speech processor
3. Speech processor
4. Kabel penghubung speech Processor dengan transmitter
5. Transmitter
KOMPONEN DALAM
6. Receiver
7. Elektroda

Perbedaan alat Bantu dengar dengan implant koklea


 ALAT BANTU DENGAR :
MENGERASKAN SUARA
MEMFILTRASI NADA TERTENTU
 IMPLAN KOKLEA :
ANALISATOR SUARA
UBAH ENERGI MEKANIK LISTRIK

Tim koklea implant :


 Calon pemakai dan keluarga
 Dokter THT (Bedah Telinga )
 Ahli audiologi
 Ahli terapi wicara / audio verbal
 Psikolog
 Pekerja sosial
 Perusahaan pembuat implant

Indikasi Implan koklea :


 Usia 12 bulan – 17 tahun dengan tuli berat /
sangat berat pada kedua telinga
 Dewasa post lingual
 Tidak ada kontra indikasi medis
 Memiliki perkembangan kognitif yang normal
 Motivasi dan dukungan keluarga
 ABD : sedikit atau tidak ada manfaat

Kontraindikasi koklea implant :


 Tuli akibat kelainan pada jalur saraf pusat
 Infeksi kronis aktif telinga tengah atau rongga mastoid
28

 Proses penulangan koklea yang menghalangi pemasangan elektroda


 Koklea tidak berkembang

Tahap seleksi pasien :


 TAHAP I
Informasi kepada keluarga / pasien
 TAHAP ll
1. Anamnesis dan pemeriksaan THT
2. Pemeriksaan audiologi
Audiometri nada murni
Behavior observation audiometry
Timpanometry
OAE , BERA

3. Evaluasi psikologis  ABD 8-10 minggu


 Tahap lll
 Penilaian efektifitas OPERASI
ABD
 Pertemuan tim IK
 Pertemuan tim IK dengan keluarga
 Pemeriksaan lebih lanjut

PROSEDUR PASCA IMPLAN KOKLEA


TUJUAN :
MEMBANTU RECIPIEN MENYESUAIKAN DIRI DLM KEHIDUPAN SEHARI- HARI DENGAN
MENGGUNAKAN IMPLAN KOKLEA
Habilitasi :
MEMBERI DUKUNGAN DALAM HAL :
S MENGGUNAKAN IK
S MEMANTAU PENDENGARAN
S MEMBIASAKAN DIRI DGN BERBAGAI SUARA
S EMOSIONAL
MELIPUTI :
< KONSELING
< PEMERIKSAAN KESEHATAN
< MAPPING / PEMETAAN
< LATIHAN PENDENGARAN / WICARA

PEMETAAN :
 Bulan I : 1 minggu / 1x
 Bulan II-III : 2 minggu / 1x
 Bulan IV-V : 1 bulan / 1x
 Bulan VI-XII : 3 bulan / 1x
 > 1 tahun : 6 bulan / 1x
PEMETAAN MERUPAKAN PROSES UTK MENETAPKAN DAN MENGATUR SEJUMLAH ALIRAN
LISTRIK YANG DISAMPAIKAN KE KOKLEA
LANGKAH-2 SEBELUM MAPPING :
W Lap. Operasi
W RO. Pasca IK
W Pemeriksaan Telinga
W Mengatur perangkat lunak dan keras

< SWITCH ON DILAKUKAN 2 - 4 MGG PASCA PEMASANGAN IK


< MENETAPKAN T LE VEL & C LEVEL
< RESPONS
< NEURAL TELEMETRY RESPONS DATA DISIMPAN
LATIHAN MENDENGAR :
Membiasakan resipien mendengar dengan implan koklea
29

- deteksi suara
- identifikasi frekuensi yg
berbeda
- mengerti kata / kalimat
-Memberi informasi efektifitas alat
- Latihan mendengar (AVT) Minimal 40 minggu ( 1 mgg / 1x )
Selanjutnya menilai :

 kemampuan berbicara
 kemampuan berbahasa
 pemahaman bahasa

ALGORITMA O M S K
Otore kronis

Otoskopi

MT utuh MT perforasi

OMSK
Onset,progresifitas,
Predisposisi, peny.
Sistemik, focus infeksi
Riwayat pengobatan

Komplikasi (-) Komplikasi (+)

OE difus Kolesteatom (+)


Otomikosis Kolesteatoma (-)
(OMSK bahaya)
Dermatitis eksim (OMSK benigna)
OE maligna
Miringitis granulomatosa
Lihat Lihat Lihat
algoritma 2 algoritma 3 algoritma 4
30

ALGORITMA 2
Kolesteatom (-)
(OMSK benigna)

OMSK tenang OMSK aktif

Cuci telinga, antib


Stimulasi Topikal + Antibiotik sist
epitelialisasi
tepi perforasi

Otore Perforasi menetap


Perforasi Perforasi stop > 1 minggu
menututup menetap

Antib.
Berdasarkan
Pemeriksaan kultur
Ro.mastoid
(Schuller X-ray)
Tuli Tuli audiogram
Konduktif (-) Konduktif (+)
Menetap > 3 bulan

Ideal: timpanoplasti dgn atau Ideal: mastoidektomi +


tanpa mastoidektomi timpanoplasti

Algoritma 3 Kolesteatom (OMSK bahaya)


31

OMSK tipe bahaya bersifat progresif Atikotomi anterior


Kolesteatom yang semakin luas akan mendestrusi tulang yang Timpanoplasti dinding utuh
dilewatinya Timpanoplasti dinding runtuh
Infeksi sekunder akan menyebabkan keadaan septic local Aticoantroplasti/osteoplastik
Nekrosis septic dijaringan lunak yang akan dilalui kolesteatom epitimpanoplasti
dan di jaringan sekitarnya juga menyebabkan destruksi Timpanoplasti buka-tutup
jaringan lunak yang mengancam akan terjadi komplikasi2
Satu-satunya cara pengobatan adalah bedah

Algoritma4

OMSK +
Komplikas
i

Komplikasi Koplikasi
intra temporal intrakranial

Abses subperiosteal Abses ekstra dura


Labirintitis Abses perisinus
Paresis fasial Tromboflebitis sinus lateral
Petrositis Meningitis
Abses otak
Meningitis otikus

Antibiotik dosis tinggi


Mastoidektomi
Dekompresi N.VII
Petrosektomi Rawat inap
Periksa secret telinga
Antibiotik IV dosis tinggi 7-5 hari
Konsul neurology
Konsul bedah saraf
Mastoidektomi anestesi local/umum
Operasi bedah saraf

Dosis Antibiotik intracranial :


1. Inj. Ampisilin 4 X 200-400mg/kg bb/hari
2. Inj. Kloramfenikol 4X ½ X 1 g / hari
3. Inj Metronidazol 3 X 400-600 mg/hari
32

Causes of otorrhea

A. Serous, mucoid, B. Bloody


purulent
1. Congenital anomalies 1. Congenital anomalies
a. 1st branchial cleft a.
fistula High, dehiscent jugular
b. salivary flow through bulb
fissures of Santorini b.
Anomalous int carotid
artery
2. Inflammatory 2. Inflammatory
a. External ear a. External ear
 Keratosis obturans  OE
 FB  Myringitis bullosa
 OE b. Middle ear
 Otomycosis  Acute otitis media
 Myringitis bullosa  Chronic otitis media
 HZO 3. Traumatic
 HS a. Temporal bone
 Seborrheic fracture
dermatit. b. Self-inflicted (cotton-
 Neurodermatitis bud)
b. Middle ear c. FB
 Acute otitis media d. Iatrogenic
 Chronic otitis media (myringoto-my,
 Iatrogenic (post- tympanocentesis, wax
insertion of removal by curret)
tympano-stomy e. Barotruma
tube)
3. Tumors 4. Tumor
a. External ear a. glomus tympanicum
b. rhabdomyosarcoma
 Benign (Adenoma, 5. Coagulation defect (von
osteoma, Willebrand leukemia)
exostoses)
 Malignant (KSS, C. Clear (Perilymphatic
Ade-noCa, fistula)
metastatic)
b. Middle ear 1. Congenital anomalies
 Benign (Adenoma, 2. Acquired
neurofibroma, a. Iatrogenic
glomus jugulare b. Traumatic
tumor) c. Erosion of bone
33

 Malignant (KSS,
metastatic)

R/ Acetic acid 2% 200 cc (bisa 0,5 atau 1%)


S 2 dd I, u.e, cuci telinga

CHL UNILATERAL, MT UTUH, DD/


 otitis eksterna
 trauma
 benda asing
 serumen prop
 polip
 neoplasma telinga
 OME
 KNF

OTALGIA

Approach :
 Determine the nature of ear pain
o Associated symptom (hearing loss, otorrhea, imbalance)
o Previous otologic history
o Antecedent events
o Regional symptom (odynophagia, pain in the oral cavity, neck pain, headache)
o For infant  curiga otalgia jika : garuk2 / tarik2 telinga, iritabilitas, poor feeding,
awakening at night
 Examination
o Pinna and periauricular area, External canal
o Tympanic membrane, and Other region

Causes otalgia in children

Intrinsic

I. External ear
-External otitis - Trauma
-Cerumen impaction - Myringitis
-Foreign body - Tumor
-Preauricular cyst or - Perichondritis
sinus
II. Middle ear, Eustachian tube, & Mastoid
- Barotrauma - Complication of
- Middle ear effusion OM
- ET dysfunction - Tumor
- Acute otitis media - Eosinophilic
- Mastoiditis granu-loma
- Aditus block - Wegener granulo-
matosis

Extrinsic
I. Trigeminal Nerve IV. Vagus Nerve
- Dental - Laryngopharynx
34

- Jaw - Esophagus
- TMJ - Thyroid
- Oral cavity
(tongue)
V. Cervical Nerve
II. Facial Nerve
- Bell’s palsy - Lymph nodes
- Tumors - Cyst
- Herpes zoster - Cervical spine
- Neck infection
IV. Miscellaneous
III. N. IX
- Tonsil - Migraine
- Oropharynx - Neuralgia
- Nasopharynx - Paranasal sinuses
- CNS

ONLY HEARING EAR


Only hearing earkeadaan dimana OMSK terdpt pada satu telinga sedangkan pada telinga yg
lain terdapat tuli saraf berat ataupun tuli total. Keadaan ini merupakan kontraindikasi untuk
timpanoplasti kecuali terdapat kolesteatoma atau ancaman komplikasi. Indikasi operasi pada
“only hearing ear” hendaklah dibuat dgn pertimbangan khusus & dilakukan oleh seorang ahli
berpengalaman.

PEMERIKSAAN PRE-OP

Anamnesis
 KU + penyerta, perjalanan penyakit
 Arah komplikasi IK : demam, nyeri kepala hebat, mual, muntah, kejang,  kesadaran

Pemeriksaan telinga
Otoskop a/ mikroskop binokular
 Liang telinga : ulserasi, granulasi, erosi tulang, sekret
 Pars tensa MT & telinga tengah : warna, bentuk, reaksi thd tekanan, mobilitas tulang
pendengaran, perforasi, tanda radang, penebalan mukosa, granulasi, kolesteatom
 Pars flaksida & epitimpanum : Retraksi “pocket” atik : retraksi pars flaksida ke lat epitim-
panum krn tekanan (-) yg kronis.
 Retroaurikular : fistel, sikatriks, abses

Pemeriksaan pendengaran
 Tes penala
 Audiometri nada murni, saat ps datang & akan dioperasi
 Tes patch : u/ tahu perbaikan pendengaran bila perforasinya ditutup dg kertas tipis. Sbl &
stl tes, px audiometri. Ada 2 : type I & IV
 Audiometri impedans – pd MT utuh
 Audiometri tutur – u/ kemampuan bicara & tentukan tel mana yg dioperasi pd ggn bilat &
evaluasi hasil op
 BERA : pd anak a/ ps tidak kooperatif
 Tes fungsi tuba
 Tes tetes telinga : tetesi ear drops pd tel sakit, jika terasa di tenggorok  TE terbuka
 Tes ventilasi : masukkan kateter mel hidung ke epifaring, stl menyentuh ddg post,
kateter ditarik sedikit lalu dimasukkan ke arah muara TE, kmd disemprotkan udara dan
scr auskultasi terdengar bunyi udara di telinga
35

Pemeriksaan keseimbangan
 Tes fistula : tekan tragus, tanya pusing/tdk, lihat nistagmusnya
 Romberg
 Dundas : alirkan udara dingin ke dlm tel yg di periksa, catat adanya nistagmus a/ vertigo.
Tes ini dilakukan pd MT perforasi u/ nilai adanya paresis kanal
 Tes gaze : ps lihat jari pemeriksa lurus ke depan jarak 50 cm, ikuti arah jari, lihat
nistagmus
 Dix-Hallpike
 Tes kalori : stiap tel dilakukan 2x irigasi, I air dg suhu 30 oC, kmd air hangat 44 oC. Rekam
dg ENG
 Posturografi, ENG
 Tes koordinasi

Pemeriksaan N. VII
 Motorik, Schimer, Tes pengecap, NET

Bakteriologi : kultur, resistensi

Radiologi
 Schuller : mastoid dr lat, dg sudut sinar X sefalokaudal 25-30 o : luas pneumatisasi,
destruksi air cell, derajat aerasi, kepala maleus, TMJ
 Frontal atau transorbita : foto mastoid dg pasien menghadap atau membelakangi film :
kedua KAI, KSS sup & hori
 Stenvers : ps menghadap film dg kepala sedikit fleksi & rotasi 45 o ke arah sisi berlawanan
dg sisi yg diperiksa : apeks petrosus di seb lat rim orbita, KSS t’u post, poros KAI
 CT Scan, MRI

INSTRUKSI PRE-OP

Akan dilakukan …..……….. dalam narkose dg teknik hipotensi


Instruksi ruangan :
1. Cukur rambut daerah telinga kiri/kanan, kompres alcohol
2. cuci rambut
3. puasa 8 jam
Th/ Inj Gentamycin 2 x 80 mg (pkl 18.00 dan 06.00 pre-op

PEMERIKSAAN PASCA OP

 Px N.VII
 Tanda ggn vestibuler (labirintitis  vertigo, nistagmus beda intensitas & arah dp preop)
 Penala : tuli saraf/tdk
 Audiometri 6 mgg pasca op : u/ nilai keberhasilan timpano-plasti.

POST OP MASTOIDEKTOMI

 Gangguan keseimbangan ?
 Luka insisi retroaurikular : tenang / pus
 Hematom sekitar luka operasi
 Perdarahan drain ?
 Tampon telinga ?
 Parese N. VII
 Angkat drain : 1hr post op
 Angkat jahitan : 1 minggu
 Tampon telinga selama 2 minggu
36

MASTOIDEKTOMI SIMPEL
 Stl ps terbaring dlm narkose & telah dilakukan a & antisepsis, dilakukan anestesi infiltrasi dg
Adrenalin 1:200.000
 Identifikasi surgical landmark permukaan luar tulang mastoid  spina Henle,  Macewen’s
 Pembuangan korteks mastoid, dimulai dg mengebornya tepat di blkg  Macewen’s
 Pembentukan rongga spt cawan. Bila pembersihan korteks baik, akan didapat rongga
berbentuk ginjal
 Identifikasi tegmen timpani
 Identifikasi sinus lateralis
 Identifikasi antrum mastoid ke arah kavum timpani menemukan inkus
 Identifikasi KSS horizontalis
 Identifikasi jalannya N.VII dg mengidentifikasi fosa inkudis & m.digastrikus

Mastoidektomi Radikal
 Pasien telentang di atas meja operasi dalam narkose
 Dilakukan a dan antisepsis lapangan operasi
 Dilakukan anestesi infiltrasi dengan Adrenalin 1:200.000
 Dilakukan insisi ½ cm di belakang sulkus RA
 Dilakukan insisi tangensial ke arah liang telinga
 Dengan menggunakan retraktor dilakukan pemaparan tulang mastoid
 Dilakukan pengeboran tulang mastoid dengan berpatokan pada segitiga Macewen, di luar
epitimpanum, sudut sinodural, ujung mastoid
 Facial ridge direndahkan
 Kecuali stapes, seluruh sisa tulang pendengaran dibuang
 Sinus timpani dibuka
 Kolesteatoma dibersihkan
 Diambil graf pada daerah fasia temporalis
 Dilakukan meatoplasti
 Graf dipasang
 Tampon dipasang pada kavitas operasi
 Luka operasi dijahit lapis demi lapis
 Operasi selesai

LANDMARK
Aditus ad antrum : saluran yg menghubungkan epitimpanum dg antrum mastoid

Anterior buttress : bagian bertulang dimana dinding kanal posterior bertemu tegmen
timpani.
(Posterior buttress : bagian bertulang dimana dinding kanal posterior bertemu dasar kanalis
auditorius eksterna, lateral dari N.VII)

Anulus timpanikus : penebalan pd daerah perifer pars tensa membran timpani

Arnold’s nerve : cabang auricular N.X. Implicated in herpetic involvement of EAC in herpes
zoster oticus, dan refleks batuk akibat manipulasi kulit EAC.

Atticotomy : canal wall-up procedure yang digunakan untuk membersihkan penyakit yang
terbatas pada epitimpanum ; dilakukan pengangkatan dinding epitimpanikum lateral
(scutum).

Bill’s bar : landmark in translabyrinthine surgery of CPA, y/ vertical crest yang memisahkan
n. vestibularis superior dengan N.VII di anteriornya.

Bridge : bagian tulang dari dinding meatus posterosuperior yang terletak lateral dari aditus
ad antrum.

Bondy’s operation : atticoantrotomy without entering the tympanic cavity.


37

Canal wall-down mastoidectomy (open-cavity procedure) : membuang ddg post LT &


outer attic wall, meruntuhkan aditus ad antrum, antrum mastoid dan sistem air cell ke arah
meatus akustikus eksternus.

Canal wall-up : mempertahankan ddg post LT & sulkus timpanikum, mencegah kavitas
mastoid pasca operasi & dilakukan rekonstruksi MT.

Classic combined-approach tympanoplasty (CAT) : a large mastoidectomy with an intact


but thin bony ear canal wall and a posterior atticotympanotomy.

Digastric groove : tempat asal m. digastrikus, merupakan tanda bedah untuk ujung segmen
mastoid N.VII

Digastric ridge : petanda bedah u/ N.VII, terletak di anterior dr foramen stilomastoideus ;


membagi sel-sel mastoid di drh prosesus mastoid mjd kompartemen ant & post.

Donaldson’s line : surgical landmark in endolymphatic sac surgery ; endolymphatic sac


terletak inferior dari garis ini.

Facial ridge : tulang petanda pembedahan N.VII yg merupakan dinding posterior meatus,
terletak lat dr canal Fallopi & N.VII.

Fosa inkudis : lekukan kecil yg mer tanda u/ pembedahan N.VII ; batas atas resesus
fasialis ; lekukan kecil tempat procesus brevis inkus berhubungan dengan ligamentnya.

Fissula ante fenestram : evaginasi ruang perilimf, yang terletak anterosuperior oval
window.

Fossula post fenestram : evaginasi perilimfatik terletak posterior dari oval window.

Jacobson’s nerve : cab timpanik N.IX, menyuplai ser sensorik ke mukosa TT, arise drom
inferior (petrosal) ganglion of N.IX. Masuk ke kavum timpani bersama a.timpani inferior
(melalui kanalikulus timpani inferior).

Körner’s septum : lamina petroskuamosa, yg menetap sbg lempeng tulang yg memisahkan


sel mastoid superfisial (skuamosa) & sel petrosa.

Macewen’s  :  imajiner yg dibentuk o/ linea temporalis, ddg post LT & garis  linea
temporalis yg menyinggung ddg post LT. Merupakan petanda untuk antrum mastoid.

Mike’s dot : landmark in translabyrinthine surgery, yaitu macula cribrosa superior.

Notch of Rivinus : insisura timpanikus yang merupakan dehiscence developmental pada


sulkus timpanikus bagian superior.

Oval window niche : anterosuperior dari ponticulus

Ponticulus : tonjolan tulang dari promontori di atas subiculum ke piramid pada dinding
posterior rongga.

Promontorium : penonjolan pada bag medial kavum timpani yang merupakan bagian dari
koklea.

Prosesus kokleoformis : penonjolan tulang tempat tendon tensor timpani ke luar dari semi
kanalis. Landmark ant aspect of tympanic segment N.VII karena N.VII berjalan superior dr
prosesus ini

Prussak’s space : resesus timpanikus sup, yg dibatasi o/ membran Shrapnell (di lat) leher
malleus (med) & lig malleolaris lat (sup) & prosesus lat malleus (inf).
38

Round window niche : lekukan berbentuk segitiga tempat terletaknya round window dimana
round window menghadap ke inferoposterior & terletak di bawah pinggir promontorium yang
menggantung sehingga round window biasanya tidak terlihat. Terletak anteroinferior dari
subiculum dan posteroinferior promontorium.

Resesus fasialis : daerah berbentuk seperti  yg dibatasi fosa inkudis (sup), korda timpani
(lat) & N.VII (med). Used in ICW to gain access to middle ear.

Scutum : lat epitympanic wall = outer attic wall, yang membentuk permukaan atas bagian
dalam meatus ext

Sinodural angle Citelli : sudut atr middle fossa & post fossa dura plate & sinus sigmoid, di
belakang antrum

Solid angle : tulang solid yg terletak medial dr antrum disudut yg dibentuk 3 KSS.

Stapedectomy : total footplate removal

Stapedotomy : stapedius tendon is cut, crural arch is fractured and removed, followe by
opening in the thinnest part of the footplate

Subiculum : posterior extension of promontory

Sulkus timpanikus : alur pada tulang timpanik tempat melekat membran timpani

Suprameatal spine of Henle : tonjolan tulang yang terletak pada tepi posterosuperior bag
bertulang dari kanalis akustikus eksternus (bony ext auditory canal)

Trautmann’s  : drh  lempeng fosa post di belakang antrum yg dibatasi o/ sinus sigmoid,
sinus petrosus sup & labirin tulang.

Tegmen timpani : lempeng tulang yg membatasi epitimpani dengan otak (kavum timpani dg
duramater)

Timpanosklerosis : kondisi pengerasan dari telinga tengah (tympanum = middle ear, sclero
= hardening, osis = condition) atau massa putih & keras pd telinga tengah atr periosteum &
membran mukosa yg tidak mendestruksi keduanya, tetapi jika terjadi dekat dg tulang
pendengaran akan menyebabkan fiksasi.

Underlay Technique : Placement of the graft under the drum, or under the fibrous annulus.
Septum korner : Lamina petroskuamosa yang menetap sebagai lempeng tulang yang
memisahkan sel mastoid superfisial dan sel petrosa

Segitiga Macewen : Segitiga imajiner yang dibentuk oleh linea temporalis, dinding posterior
liang telinga, garis tegak lurus linea temporalis yang menyinggung dinding posterior liang
telinga merupakan pertanda untuk antrum mastoid

Scutum : Lateral epitimpanic wall yang membentuk permukaan atas bagian dalam meatus
eksternus

Anulus timpanikus : penebalan pada daerah pinggir membran timpani yang berbentuk
seperti cincin

Fosa inkudis : Lekukan kecil yang merupakan tanda pembedahan N VII : batas atas resesus
fasialis

Resesus fasialis :suatu cekungan didinding posterior kavum timpani Segitiga yang
dibatasi fosa inkudis pada superior, korda timpani pada inferior dan N VII pada media
39

Rongga Prussak : Atau resesusmembran timpani anterior, Merupakan resesus di telinga


tengah, dibatasi disebelah lateral oleh pars flaksida membrane timpani, disebelah superior
oleh skutum, dan ligamentum maleus lateralis, disebelah inferior oleh prosesus brevis maleus
dan disebelah medial oleh leher maleus

Topografi dinding medial kavum timpani :

Promontorium : Tonjolan di dinding medial kavum timpani yang dibentuk oleh lingkaran
basal koklea.
Tingkap lonjong/oval window : terletak dibagian superior dinding posterior kavum
timpani, diatas pontikulus
Pontikulus : Suatu alur tonjolan tulang yang terletak disebelah superior dari promontorium
kearah eminensia piramidalis yang memisahkan sinus timpani dengan oval window
Subikulum : Suatu alur tonjolan tulang yang terletak dibagian inferior posterior dinding
medial kavum timpani yang membatasi tingkap bulat / round window dengan sinus timpani
Tingkap bulat/round window
Prominentia kanalis fasialis
Pleksus timpanikus
Nervus Yacobson

Anda mungkin juga menyukai