TUMOR TELINGA
Otitis media kronis dapat merupakan faktor resiko terjadinya keganasan ditulang temporal
terutama untuk KSS dikarenakan pada pasien dengan keganasan tulang temporal ditemukan
40-60% riwayat OMSK sebelumnyakarsinoma dapat timbul seperti cara ulkus Marjolin’s dari
kerusakan epitel karena otore yang kronis dan atau toxin bakteri yang dapat mengubah
aktivitas mitosis sel normal dari sel epitel.
Diagnosis :
Simptom awal :
- Otitis eksterna kronis
- Otitis media supuratifa kronis ( keduanya dengan sekret yang bau yang tidak sembuh
dengan antibiotik)
- Nyeri telinga/otalgia berat
- Perdarahan liang telinga
- Pruritus
- Karakter sekret otore yang serosanguinosa
Simptom lain :
- Penurunan pendengaran
- Nyeri kepala
- Tinitus
- Vertigo
- Sensasi penuh di telinga
Simptom ini menandakan adanya keterlibatan saraf kranial menandakan tumor sudah
menyebar ke :
- N.VII Gangguan saraf fasial terjadi karena invasi tumor ke ; Kedalam Mastoid
Kesegmen timpani
Kekelenjar parotis
- Saraf kranial lain : Anestesi fasial
Suara serak
Ganguan penglihatan
Disfagia
- Penyebaran ke fosa Glenoid : Trismus
Pemeriksaan :
- Neurootologi lengkap
2
Staging :
T:
- T1 : Tumor terbatas pada kanalis akustikus eksterna tanpa erosi tulang / bukti
keterlibatan perluasan jaringan lunak.
- T2 : Tumor terbatas kanalis akustikus eksterna dengan erosi tulang yang tidak seluruh
tulang atau dengan pemeriksaan radiologis ditemukan keterlibatan jaringan lunak <
0,5 cm
- T3 : Tumor mengerosi kanalis akustikus eksterna keseluruhan dengan keterlibtan
jaringan lunak < 0.5 cm atau tumor melibatkan telinga tengah atau mastoid atau
adanya paralisis fasialis.
- T4 : Tumor mengerosi kokhlea, apeks os petrosus, dinding medial telinga tengah,
kanalis karotis, foramen jugulare, atau dura dengan keterlibatan jaringan lunak > 0.5
cm.
N:
- Adanya keterlibatan KGB prognosis buruk
- T1 N1 Stage III
- T2,T3,T4 N1 Stage IV
M:
- Jika didapatkan metastase langsung menjadi stage IV
Terapi :
1. Operasi
Untuk awal tumor terutama terbatas pada kanalis akustikus eksternus dapat dilakukan
reseksi enblok dengan minimal morbiditas.
Dikarenakan pengangkatan secara enblok tingkat morbiditas tinggi pendekatan
piece meal
Jenis operasi :
A) Sleev resection Jenis operasi ini hanya dilakukan jika hanya benar-benar berbatasan
dengan kulit dan jaringan lunak dari bagian tulang rawan kanalis akustikus eksternus.
B) Lateral temporal bone resection jika tumor menjalar ke bagian tulang dan
tulang rawan dan kanalis akustikus tetapi tidak sampai merusak anulus timpanikus
hanya menggaggu kavum timpani seluruh kanalis akustikus eksternus diangkat
secara enblok s/d membran timpani,maleus dan inkus.
Jaringan yang di angkat : Pembuangan secara enbloc dari bagian tulang dan tulang
rawanliang telinga luar, membrane timpani, maleus dan inkus.
Batas sayatan : Medial : stapes, rongga telinga tengah, Posterior : rongga mastoid,
superior : epitimpanum dan zigomatic root, anterior : Kapsul TMJ, Inferior : medial
dari tulang timpani, fossa infratemporal, N.fasial nerve dipertahankan.
Pilihan : Parotidektomi (partial atau total), reseksi kondilus mandibula dan diseksi
leher.
C) Modified lateral temporal bone resection
- Jika tumor meluas ke dalam kavum timpani atau melibatkan sel-sel udara mastoid
- Jika nervus fasialis ikut terlibat harus dikorbankan untuk diangkat dan di biopsi
- Koklea dan labirin tidak ikut diangkat kecuali terlibat secara langsung.
D) Subtotal temporal bone resection prosedur ini di design untuk mengangkat
seluruh tulang temporal lateral s/d os petrosus, arteri karotis secara enblok. Jika
diperlukan sebagian dura , sinus sigmoid , kelenjar parotis dan kel. Mandibula
diangkat tumor yang sangat meluas dan mengganggu kavum timpani dan sel-sel
udara mastoid.
3
Jarinagn yang diangkat : samadengan LTBR disertai pembuangan masa tumor secara
terbatas (piecemeal) dengan jaringan sekitarnya atu pembuangan secara enbloc
tumor ditelinga tengah dan mastoid disertai pengangkatan kapsul otikum dinding
medial telinga tengah dan mastoid.
Batas sayatan : Apeks petrosus, foramaen jugulare beserta organ neurovascular
didalamnya dan kanalis karotikum.
E) Total temporal resection Mengorbankan arteri karotis
Jaringan yang dibuang : Sama dengan STBR disertai pengangkatan apeks petrosus,
pengangkatan foramen jugulare, kanalis karotikum dura, saraf cranial lain dan, lobus
temporal lateral tergantung pada penyebaran tumor.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi pada tumor telinga mempunyai angka keberhasilan yang terbatas. Hal
ini dikarenakan adanya dosis tumorocidal dari radiasi kedalam tulang temporal
menyebabkan komplikasi vaskularisasi pada tulang dan sering menginfeksi bed tumor
serta rendahnya tekanan 02 biasanya dilakukan untuk terapi lanjutan setelah terapi
opresi atau untuk terapi paliatif.
3. Terapi metastase metastase 9-18% nodul yang sering timbul adalah nodul
jugulogastrik bagian atas, nidul parotis parotidektomi
PROGNOSIS
Jika tumor hanya terbatas pada kanalis akustikus eksterna prognosis 80-100%
Jika tumor sudah meluas ke kavum timpani dan mastoid resiko penyembuhan 40-60%
dan tumor meluas ke tulang temporal 18-25%
EKSOSTOSES OSTEOMA
Petumbuhan yang bersifat jinak dan dimana
bersifat hyperplastik pada tulang di kanalis Idem
akustikus eksternus
> sering bilateral > unilateral
Sering berasal dari penonjolan dinding Tumbuh bertangkai dengan lokasi di garis
anterior dan posterior liang telinga sutura sehingga menyebabkan gejala
obstruksi dari kanalis akustikus eksternus
yang lebih rendah
Asimptomatik Asimptomatik
Faktor resiko :
Debris kronis pada liang telinga
Otitis eksterna rekuren
Adanya penurunan pendengaran Idem
Sering pada pasien yang sehari-hari kontak
dengan air. (air dingin)
Terapi:
Pembersihan serumen secara periodeik dan
debridement.
Menghindari seruman yang terperangkap.
Terapi infeksi.
Hindari terekspose oleh air.
4
TIMPANOPLASTI
- Adalah tindakan rekonstruksi telinga tengah untuk menyembuhkan penyakit dan
memperbaiki mekanisme pendengaran.
- Pada timpanoplasti dapat meliputi rekonstruksi : membran timpani,rangkaian tulang
pendengaran dengan atau tanpa mastoidektomi
- Mekanisme normal pendengaran yaitu ratio hidrolik dan efek pengungki tulang pendengaran.
Ratio hidrolik terjadi karena perbedaan luas permukaan membran timpani dengan luas
permukaan tapak stapes sehingga energi suara yang di transformasikan mengalami
amplifikasi sampai 17 kali. Efek pengungkit terjadi akibat mekanisme tuas antara long process
maleus dengan long process incus sehingga mengakibatkan penguatan suara sebesar 1,3 kali.
Secara total suara yang ditransformasikan akan diterima oleh tingkap lonjong setelah
mengalami amplifikasi sebesar 22 atau 26,8 dB
Indikasi :
- Tuli konduktif yang disebabkan adanya perforasi membran timpani
- Tuli konduktif akibat adanya gangguan kontinuitas osikel atau erosi osikel
- Infeksi telinga tengah berulang yang disebabkan karena infeksi melalui perforasi
membran timpani
- Gangguan pendengaran yang progresif disebabkan proses patologi di telinga tengah
- Perforasi membran timpani pada pasien yang memiliki aktivitas atau pekerjaan yang
mengharuskan berenang.
Kontraindikasi :
- Dead ear
- Keganasan ditelinga luar maupun ditelinga tengah.
- Infeksi pseudomonas pada penderita DM
- OMSK komplikasi intrakranial
- Pada usia < 3th tidak direkomendasikan untuk dilakukan timpanoplasti kecuali
terdapat kolesteatoma
Persiapan operasi :
1. Anamnesis
Keluhan utama dan keluhan penyerta, serta perjalanan penyakit, adakah arah komplikasi
intrakranial : deman,nyeri kepala hebat ,mual, muntah, kesadaran menurun.
2. Pemeriksaan otoskopi
- Nilai Letak perforasi, ukuran perforasi, sisa membran timpani, kondisi mukosa telinga
tengah, dan adanya jaringan patologi
- Keadaan telinga tengah Basah / infeksi aktif ear toilet
- Pars tensa dan telinga tengah : warna, bentuk , reaksi terhadap tekanan, mobilitas tulang
pendengaran, perforasi, penebalan mukosa, jar.granulasi, kolesteatom
- Pars flaksida : dan epitimpanum : Retraksi “pocket”atic retraksi pars flaksida kearah
lateral epitimpanum karena tekanan (-) yang kronis
-Retroaurikular : fistel, sikatrik, abses.
3. Pemeriksaan neurootologi
- Mengetahui status pendengaran :
- Tes penala Rinne, Weber, Schwabach
- Audiometri nada murni
- Tes Pacth : Untuk mengetahui perbaikan pendengaran bila perforasi ditutup dengan kertas
tipis sebelum dan setelah tes diperiksa audiometri
Terdapat 2 tipe pacht tes tipe I dan tipe II
- Audiometri impedans pada MT utuh
5
- Audiometri tutur --. Kemampuan bicara dan tentukan telinga mana yang dioperasi pada
gangguan bilateral serta untuk evaluasi hasil operasi
- BERA pada anak atau pasien yang tidak kooperatif
- Tes fungsi tuba : Tes tetes telinga Tetesi ear drops pada telinga yang sakit, jika terasa di
tenggorokan tuba E terbuka.
- Tes Ventilasi : Masukan kateter melalui hidung ke epifaring, setelah menyentuh dinding post,
kateter ditarik sedikit lalu dimasukan ke arah muara TE, kmd disemprotkan udara dan secara
auskultasi akan terdengar bunyi udara di telinga.
a.Pemeriksaan Keseimbangan
- Tes fistula tekan tragus tanya pusing atau tidak
- Romberg
- Dundas alirkan udara dingin kedalam telinga yang diperiksa catat adakah
nistagmus/vertigo tes ini dilakukan pada MT yang perforasi untuk menilai adanya
paresis kanal
- Tes gaze
- Dix-Hallpike
- Tes Kalori
- Posturografi
- Tes koordinasi
4. Pemeriksaan radiologi
* Schuller ;
- Pasien berbaring ventral dekubitus (telentang)
- Posisi kepala berpaling kearah lateral
- Sudut sinar 30 derajat
- Baik untuk melihat : Atik, MAI/E, TML, Maleus, Tegmen timpani.
* Mayer :
- Posisi terlentang
- Kepala berpaling kesisi telinga yang diperiksa
- Sudut sinar 45 derajat
- Melihat : Antrum, Kaput, Kaput maleus, Inkus, Epitimpanum.
* Chausse III :
- Pasien telentang
- Kepala fleksi kearah dagu, kemudian diputar 10-15 derajat kearah berlawanan dengan
telinga yang diperiksa
- Sinar diarahkan pada titik tengah antara batas superolateral orbita dengan kanalis
akustikus eksternus
- Untuk melihat ; Antrum, Aditus ad antrum, Atik, KAE/KAI, Maleus,Inkus, Oval
window, Koklea, KSS lateralis dan Sup.
* Owen
- Seperti Schuller tetapi kepala diputar 30 derajat
- Untuk melihat : Maleus, Inkus tumpang tindih dengan kavum timpani, tetapi
gambaran epitimpanum lebih jelas.
* Stenver
- Pasien telungkup kepala diputar 45 derajat kearah berlawanan dengan telinga yang
sakit.
- Melihat : sumbu panjang piramid petrosus dengan KAI, labirin , antrum, koklea, KSS
vertikal dan horizontal.
* Towne
- Pasien terlentang dengan kepala hiperfleksi diatas meja
- Sering untuk pasien yang tidak sadar/ tidak kooperatif
- Untuk melihat : kedua piramid petrosus melalui orbita
Penilaian ;
- Infeksi telinga tengah terdapat perselubungan
- Evaluasi pneumatik Normal sel udara mastoid (+), Diploik, Sklerotik akibat
peningkatan aktivitas osteoblastik karena proses infeksi.
- Kolesteatom
6
* CT- Scan :
- Gambaran tulang dengan jaringan lunak optimal dengan pengaturan densitas dan
sentrasi
- Dapat membedakan Vaskularisasi pada tumor dengan kontras
- Melihat gambaran tumor, kelainan bawaan, trauma tulang temporal, dan kolesteatom
lebih baik
- Tidak dapat membedakan kolesteatom dengan jaringan granulasi karena densitasnya
sama.
6. Pemeriksaan N VII
- Motorik
Schimer
Tes pengecap
NET
7.Toleransi operasi
8.Instruksi pre op.
Cukur rambut daerah telinga kompres alkohol
Cuci rambut
Puasa 8 jam
Inj. Gentamicin 2x80 mg
TIMPANOPLASTI
Klasifikasi Wullstein’s ;
Tipe 1 : pada rantai tulang pendengaran yang intak
Tipe 2 : Ditemukan adanya defek atau hilangnya handle maleus tetapi inkudostapedial joint
masih intak
Tipe 3 : Tidak terdapatnya kolumela dan stapes ( miringostapediopexy)
Tipe 4: Proteksi suara pada round window
Tipe 5A : pembuatan fenestra pada KSS lateral
Tipe 5B : Stapedektomi
Suzuki timpanoplasti Tipe 0 : dilakukan rekonstruksi membran timpani tanpa melakukan
rekonstruksi tulang pendengaran, walau tulang pendengaran rusak atau tidak ada.
Pada keadaan Maleus masih baik, inkus tidak ada atau tidak dapat dipertahankan maka dapat
dilakukan pengangkatan inkus, selanjutnya dapat dilakukan inkus interposisi atau
maleostapedial assembly. Dapat juga digunakan protesis, yaitu Partial Ossicular Repacement
Prothesis PORP
Maleus dan inkus tidak ada , stapes masih baik. Pada keadaan ini dapat dilakukan
stapedopeksi, yaitu meletakan tandur membran timpani ke kapitulum stapes.
Maleus, inkus, krura stapes rusak sedangkan foot plate masih baik. Pada keadaan ini dapat
digunakan tulang/ tulang rawan sebagai penghubung membran dan foot plate disebut
footplate assembly, dapat juga digunakakan Total Ossicular Repalcement Prothesis.
7
BAHAN GRAFT
Autograft dari tubuh sendiri
Allograft / Homograft sesama manusia
Heterograft binatang
Isograft transformasi dari kembaran
Bahan yang sering diambil adalah :
Fasia otot temporalis
- Mudah didapatkan
- Dapat digunakan secara onlay, inlay dan underlay
- Ukuran relatif lebih tidak terbatas
- Fasia ini terdiri 2 lapisan : superfisial dan profunda.
Perikondrium :
- Pengambilan mudah
- Survival baik
- Memiliki kontur yang baik dan kuran yang cukup besar untuk perforasi total
PEMASANGAN GRAFT
Cara :
1. inlay
2. overlay
3. underlay
untuk pemasangan graft secara overlay dan inlay Epitel gepeng harus dipisahkan dengn
lamina propia hal ini untuk mencegah epitel yang terperangkap terbentuknya
kolesteatom
Komplikasi operasi :
1. Paresis fasialis
2. Trauma labirin
3. Tuli pasca operasi Tes Weber
4. Dua sampai tiga bulan pasca operasi dapat dilakukan evaluasi pendengaran dengan
membandingkan audigram pre dan pasca operasi kondisi membran timpani juga
sudah dapat dievaluasi dengan baik
KOLESTEATOM
Merupakan kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel terjadi karena adanya epitel kulit
yang terperangkap
Terbagi atas :
Tipe Kongenital :
Timbul dari sisa eitel skuamosa yang terdapat pada tulang temporal
Tipe didapat :
Kolesteatom didapat primer :
- Akibat tekanan negatif pada telinga tengah sehingga menyebabkan retraksi membran
sharpnell dan posterior superior pars tensa retraction pocket debris keratin yang
terperangkap Kolesteatom
Tekanan negatif dapat disebabkan :
- Invaginasi
- Otitis media efusi
- Hiperplasia sel basal
- Invasi epitel
Kolesteatom didapat sekunder :
Terdapat 4 teori terbentuknya kolesteatom :
o Invaginasi / invasi dari pars flaksida invasi kulit dinding liang telinga pada
perforasi membran timpani marginal /atik
o Migrasi migrasi epitel oleh karena miringotomi/ gromet
o Implantasi tindakan iarogenik operasi, blast injury, benda asing
o Metaplasia mukosa transformasi epitel skuiamosa berkeratin akibat otitis
media
TIMPANOSKLEROSIS
Suatu penyakit pada membran timpani oleh karena peradangan sebelumnyayang kronis
sehingga membran timpani terlihat bercak putih tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi
pada lapangan tengah.
Timpanosklerosis merupakan penyakit yang irreversible diakibatkan infeksi atau inflamasi dari
ruang telinga tengah
Insiden : timpanosklerosis yang diakibatkan otitis media 14%-43%
OTOSKLEROSIS
Merupakan gangguan autosomal dominan yang terjadi pada pria dan wanita, merupakan
penyakit labirin tulang dimana terbentuk suatu daerah otospongiosis terutama didepan dan
dekat dengan kaki stapes sehingga stapes terfiksasi Tuli konduktif jika proses berlanjut
terus tuli saraf
Gejala :
- Penurunan pendengaran yang perlaha dan progresif
- Diawali pada satu telinga kemudian terjadi pada kedua telinga
- Tinitus yang konstan dan progresif
- Adanya riwayat keluarga 50-60%
Pemeriksaan :
Otoskopi :
- Membran timpani terlihat normal
9
- Dapat terlihat hiperemis pada promontorium yang terlihat melalui membran timpani
(Schwarte’s sign)
Penala :
- Rinne (-), Weber : lateralisasi ke sisi sakit,
Audiometri :
- Tulikonduktif atau tuli campur
- Adanya nocth pada konduksi tulang pada 2000 Hz Carthart Nocth
Audiometri impedans :
- Timpanometri : (N)
- Refleks stapedius menurun.
Diagnosa banding :
- Kelainan kongenital pada telinga tengah
- Dislokasi post traumatik
- Proses adesiv
- Timpanoskerosis
Terapi :
Prinsip :
- Membuka telinga tengah dan mengekspose footplate stapes pada oval window niche
- Jalan masuk dibuat melalui insisi kulit kanalis eksterna lateral menuju membran
timpani
- Kulit liang telinga dan membran kemudian dibuka ke belakang
- Stapes yang terfiksasi diangkat
- Oval window ditutup dengan jaringan penyambung dan stapes diganti dengan bahan
sintetis
Indikasi operasi derajat fiksasi footplate dapat di estimasikan melalui besarnya air bone
gap
Stapedectomy di indikasikan jika stapes sudah sangat terfiksasi dilihat dengan adanya air
bone gap lebih dari 30dB pada frekwensi berbicara dan tes rinne yang negative
Kontraindikasi operasi
-Speech discrimination yang buruk
-Adanya riwayat vertigo pada beberapa bulan terakhir krn adanya kemungkinan terdapatnya
hidrops endolimp
-Only hearing ear
Kedua teknik operasi ini dilakukan infiltrasiblidokain dan epinefrin untuk mendapatkan
hemostasis intra operatif lidokain 1% atau 2% dicampur dengan epinefrin konsentrasi
1;100.000 dengan jarum no 27 di liang telinga pada 4 kuadrandi daerah fibrokartilago di
liang telinga edem akibat suntikan ditekan dengan spekulum telinga secara hati-hati
kemudian lidokain 1% atau 2% yang dicampur dengan epinefrin 1;150.000 disuntikan
dengan jarum no 30 di daerah posterosuperior dan posteroinferior.
Jenis operasi :
1. Complete stapedectomy :
- Pemotongan tendon stapedeal
- Kontrol hole ditempatkan pada footplate untuk memisahkan inkudostapedial joint
- Suprastruktur dari stapes dipatahkan dan diekstraksi
- Footplate diangkat
- Dipasang graft connecting tissue
- Dipasang protese
2. Partial stapedectomy :
- Mengangkat crus anterior dan bagian anterior footplate setelah melakukan pematahan
pada pertengahan footplate lalu dipasang graft
Tendo stapedial tidak diganggu dan tidak dipotong
STAPEDOTOMI
Stapedotomy :
a) Stapes interposisi ;
- Menempatkan tulang pendengaran / graft/ tulang rawan/ protese antara stapes
dengan maleus handle
b) Stapes transposisi :
- Prosedur dimana osikel yang masih melekat pada tempatnya dipindahkan ke stapes
Tehnik operasi
- pada stapedotomi, kaki stapes yg kaku dilubangi utk dipasangkan protesis, sehingga terjadi
perubahan perpindahan energi suara pd keadaan normal melalui kaki stapes, menjadi melalui
diameter protesis yg jauh lebih.
- Pengecilan permukaan yg meneruskan tenaga getaran ke telinga dlam ini akan mengurangi
sistim penghantaran mekanik. Diperkirakan protesis diapasang di atas tandur yg dipasang
setelah seluruh kaki stapes diangkat, dapat diharapkan penghantaran energi suara yang lebih
baik.
Indikasi:
- pada tuli konduktif/campur ug terjadi akibat otosklerosis dgn adanya kesenjangan udara-
tulang.
- Goodhill (dikutip Beasles):
1. Bila hantaran tulang antara 0-25 dB pd frekuensi bicara.
2. Hantaran udara sekitar 45-65 dB
3. Kesenjangan udara-tulang minimal 15 dB & nilai diskriminasi tutur 60%/lebih.
Pada ps dgn ambang dengar 90-100 dB masih mungkin dibantu dgn operasi dan selanjutnya
menggunakan alat Bantu dengar.
Kontraindikasi
Beasles :
1. KU ps lemah.
2. Usia lanjut/ umur > 70 thn resiko terjadinya fistula lebih besar.
3. Tidak dianjurkan pd anak2.
4. Fiksasi stapes pd timpanosklerosis.
5. Otitis eksterna & perforasi MT.
6. Fiksasi std awal dgn derajat ketulian ringan.
7. Otosklerosis unilateral.
8. Penderita dgn hanya satu telinga yg berfungsi.
9. Otosklerosis stapedial & koklear dimana kesenjangan tulang2 sgt buruk & alat Bantu masih
menolong.
12
Obstruksi tuba:
1.Fungsional
-Kolaps menetap TE
-Pembukaan aktif yang abnormal TE
2.Mekanik
a.Instrinsik
-Faktor intraluminal dan mural abnormal
b.Ekstrinsik
-Peningkatan tekanan ekstramural
c.Infeksi
- Kongesti pada mukosa tubaObstruksi
- Tekanan negatif padaTTmigrasi kumanotitis
media bakterial akut
- Katzenmayer,dkkkuman penyebab tersering:
-S.Pneumonia30-35%
-H.Influenzae20-25%
-M.Catarrhalis10-15%
d.Status Imunologi
-Straetemans,dkkfungsi tuba dan respon inflamasi adalah 2 elemen penting dalam
terjadinya OME
-Erat kaitannya dengan status giziASI resiko infeksi ↓àtransmisi imunoglobulin spesifik
utk meningkatkan daya tahan tubuh
e.Alergi
-Jordan74% OME pada anak disebabkan oleh alergi
13
-Mediator inflamasi:
Histamin
Prostaglandin
Leukotrin
-BergerPostulathistamin dilepaskan oleh sel mast yang
terdapat pada permukaan mukoperiostium timpani
-Konsentrasi histamin cairan efusi>darah, dan lebih
tinggi pada cairan yang mukoid
Anamnesis
-Pada anak-anakJarang menimbulkan keluhan
-Diketahui orang tua/ gurusikap acuh, keterlambatan bicara atau prestasi belajar yang
menurun
-Anak yang lebih besarTelinga terasa penuh, suara yang bergema pada telinga ( autofoni ),
tinitus
-Demam (-)
Otoskopi Variasi:
-Berwarna kekuningan & hipervaskularisasi
-Sekret mukoid/mukopurulenMT > suram & tebal
-Sbgn besaràMT retraksi
-Otitis media Adhesiveà MT menempel pada incudostapedial &promontorium
-Batas air- udara/ Gelembung udaraprognosis penting, t.u OM serosa
-Berwarna kebiruan/unguhemotimpanum
Penatalaksanaan
-Politzerization
-Manuver valsava
-Kateterisasi Pada oklusi tuba
Medikamentosa
-Antihistamin
-Dekongestan
-Antibiotika
Operasi
-Miringotomi dengan dan tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi
14
Indikasi
American Academy of Otolaryngology Head and Neck Clinical Indication Compendum
membuat Indikasi pemasangan pipa ventilasi:
1.OME tidak responsif AB adekuat,3 bulan bila bilateral, 6 bulan bila unilateral
2.OMA berulang >3x/6 bulan atau 4x/setahun
3.Penurunan pendengaran > 20 dB pada OME bilateral
4.OME berulang
5.Terapi lanjutan pada tindakan miringotomi
6.Disfungsi tuba eustachius
7.Barotrauma, untuk mencegah akibat dampak perubahan tekanan atmosfer
8.Retraksi kronik membran timpani
c.Waktu
1.Jangka Pendek
-Indikasi:OME karena hipertropi adenoid
-Model yang dipakai:
a.Shepard Teflon/Silikon/polyethilen
-Diameter: 1,0-1,25 mm
-Salah satu ujung tersambung dgn Kawat
b.Donaldson
-terbuat dari silikon
-ujung yang lebarpemasangan mudah dan fiksasi lebih baik
-Diameter: 1,1 mm
2.Jangka Panjang
-Jika dibutuhkan ventilasi untuk 1-2 tahun atau lebih
-Indikasi:
-Riwayat OME berulang
-MT retraksi
Pasien dengan sumbing langit-langit, craniofacial anomali, Down syndrome
Model yang digunakan:
a.Shah Terbuat dari teflon
-Ujung berbentuk Δàpemasangan mudah, fiksasi lebih baik
-Diameter: 1,1-1,4 mm
b.Reuter bobbin
-Terbuat dari teflon/stainlessstel
-Diameter: 1,09-1,27
-Ukuran pendekinsersi sulit
-Ujung lebarfiksasi baik
c.Armstrong
-Terbuat dari teflon / silikon
-Bagian pipa dibuat sedemikianmempermudah saat pemasangan
-Diameter: 1,0-1,14 mm
d.Paparela I
-Terbuat dari silikon
-Ada celah pada salah 1 ujung dgn ujung lain berbentuk Δà mudah insersi
15
-Diameter: 1,0-1,25 mm
e. Goode T
Terbuat dari silikon
-Salah satu ujung dimasukkan terlebih dahuludpt dgn insisi kecil
-Diameter:1,15-1,32
f. Per-Lee
-Terbuat dari silikon
-Ujung lebarinsisi yang besar
Teknik pemasangan pipa:
-Anak-anakanestesi umum, dewasaanelgesia lokal
-Lokasi:(Nadol)
-Posteroinferior53%
-Anteroinferior38%
-Anterosuperior5%
-Insisi dengan pisau miringotomi yang kecil, tajam dan steril dibantu dengan spekulum dan
mikroskop
Panjang insisi= diameter luar bagian dalam pipa, jika terlalu panjangfiksasi kurang
baikpipa mudah lepas
- Cairan dihisap sebanyak mungkinhati-hati jangan sampai memperluas insisiperdarahan
yang tidak perlu
- Setelah pipa dipasang dianjurkan untuk tidak terkena air selama terpasang pipa
Hampaltimpanosklerosis terjadi akibat ukuran diameter dalam yang besarsering pada tipe
shah
-Otorediatasi dengan obat cuci telinga ditambah dengan AB topikal dan sistemik
-Krusta & jar.Granulasiharus diangkat sesegera mungkin
- Sinusitis/Rinitis kronis
- Radiasi
- Gangguan metabolik dan imunologi
Gejala :
- Sering pada anak gangguan keterlambatan berbicara
- Tuli konduktif < 35 dB
- Dewasa : rasa tersumbat, penurunan pendengaran,adanya
perubahan /perbaikan pendengaran pada perubahan posisi
kepala oleh karena gerak cairan tinitus
Pemeriksaan fisik:
- Imobilitas gendang telinga/ gerakan lambat pada otoskopi
pneumatik
- Membran timpani berwarna kekuningan MT Warna kusam
- Maleus tampak pendek, retraksi, warna putihkapur
- Kadang terlihat airfluid level
- Membran timpani dapat berwarna biru/ ungu terdapat
produk darah
Terapi :
Medikamentosa :
- Antibiotik
- Dekongestan
- Antihistamin
- Latihan ventilasi tuba eustachius
- Hiposensitasi
Dan nilai gangguan penyerta :
- Sinusitis
- Hipertropi adenoid
- Obstruksi hidung dll.
Terapi diteruskan s/d 3 bulan
Operasi :
Indikasi operasi
- Cairan tetap bertahan > 3bulan
- Bilateral OME dengan penurunan pendengaran
- Unilateral OME
Melalui incisi miringotomi, pengeluaran cairan, pemasangan tube
pengembang tekanan yang berfungsi ventilasi sehingga
menghilangkan keadaan vacum.
Komplikasi :
- Tuli konduktif
- Timpanosklerosis
- Tuli saraf Berhub dengan labirintitis
Pemeriksaan fisik :
- Terlihat seperti otitis eksterna + jaringan granulasi yang >> terutama pada dasar
meatus akustikus eksternus
- diagnosa ditegakkan dengan kultur pseudomonas
- Biopsi hanya jaringan granulasi
Pemeriksaan penunjang :
17
- CT scan tulang temporal dan tulang tengkorak : melihat lokasi destruksi tulang, abses,
jaringan granulasi
- Technetium 99 scan melihat ada/tidaknya osteomielitis tl. tengkorak
Terapi :
5.
Debridement + tampon gentamicin / eardrops 4x1
6.
Kontrol DM
7.
Jika jaringan granulasi masih ada evaluasi lebih lanjut jika terdapat
osteomielitis antibiotik intravena 6 minggu golongan aminoglikosida atau
chepalosporin generasi 3 ( Ceftazidim)
Infeksi dapat menjalar ke :
- Foramen stylomastoid paresis N VII
- Foramen jugulare Paralisis N IX, X, XI, XII
8. Terapi operasi :
Terbatas fungsi debridement pada tulang yang nekrotik, jaringan granulasi dan
drenase abses.
MASTOIDITIS KOALESEN
Infeksi pada kavum mastoid sehingga terjadi osteitis yang akan menyebabkan destruksi
tulang tuberkulum yang memisahkan sel mastoid sehingga terjadi penggabungan sel udara
mastoid
Gejala :
- Otore berlanjut
- Demam tinggi / (N)
- Nyeri retroaurukular berulang pada malam hari . Pada perabaan lunak damn nyeri
tekan retroaurikular
Tanda-tanda :
- Otore > 2 minggu pada OMA
- Nyeri tekan & lunak pada mastoid
- Shagging pada dinding posterior superior
- Protusi pada perforasi membran timpani
Pemeriksaan :
- Laboratorium : DPL lekosit meningkat LED meningkat
- Ro : Mastoiditis akut perselubungan
Mastoiditis kronis sklerotik
Terapi :
- Antibiotik parenteral sesuai kultur
- Curiga komplikasi intrakranial CT Scan brain + pungsi lumbal
- Mastoidektomi emergensi :
Membersihkan infeksi pada mastoid
Memperbaiki aliran udara sel mastoid ke telinga tengah
Menyingkirkan semua sumbatan yang disebabkan oleh edema dan jaringan granulasi
pada aditus ad antrum
- Drenase telinga tengah miringotomi
ABSES BEZOLD
Patogenesis
Infeksi mastoid terjadi setelah infeksi telinga tengah melalui stadium :
1. hiperemi dan edema mukosa yang melapisi sel mastoid
2. akumulasi cairan serosa yang kmd jadi purulen
3. demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan eksudat
purulen pada tulang dengan septum tipis
4. terbentuk rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan
18
Bila tidak terjadi penyembuhan maka pus dapat meluas ke salah satu jalan berikut :
1. anterior menuju telinga tengah
2. destruksi ke lateral pada korteks mastoid
3. destruksi sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika, timbul abses Bezold
4. ke medial sel udara petrosus, timbul petrositis
5. ke posterior ke tulang oksipital, timbul osteomielitis tulang tengkorak
6. destruksi korteks zygoma, timbul abses zygoma
Diagnosis
Otore, demam tinggi, trismus, sukar menelan
Pembengkakan tip mastoid sampai sepanjang m.sternokleidomastoideus, nyeri tekan,
dg/tanpa fluktuasi
Bisa paresis fasialis akibat tekanan pd foramen stilomastoid
LT : tampak desakan pd dinding posterosuperior, perforasi MT, sekret >>
RA : obliterasi sulkus
Ro : perselubungan atau sklerotik
CT Scan mastoid :
o Kekaburan atau destruksi mastoid
o Hilangnya ketajaman bayangan dinding sel mastoid akibat demineralisasi, atrofi dan
iskemi
o Densitas menurun & perselubungan daerah pneumatisasi akibat inflamasi sel udara
o Pada kasus kronis : reaksi inflamasi osteoblastik kronik, sehingga struktur sel hilang
Ciri-ciri : Ciri :
- Garis fraktur menyilang anulus - Garis fraktur menyilang labirin
timpnikus sehingga menyebabkan merusak koklea dan alat
*Ruptur gendang telinga keseimbangan
*Perdarahan liang telinga - Perdaraha hemotimpanum
*Deformitas dinding liang telinga - Kerusakan saraf fasial pada segmen
- Paresis fasialis terjadi lambat karena labirin cepat timbul dan sifatnya
kompresi edem berat.
- Tuli konduktif
Gejala klinis :
1. Ekimosis pada aurikula
2. Ekimosis daerah mastoid
3. Perdarahan liang telinga , hidung dan mulut
4. Tuli konduktif/ tuli saraf / tuli campur
5. Paresis N VII
19
6. Otore LCS kebocoran dapat menutup dalam seminggu jika lebih masih terjadi
kebocoran resiko terjadi meningitis
7. Gangguan keseimbangan vertigo
8. Perilimfatik fistula
Diagnosis ;
1. Anamnesis Onset
2. Pemeriksaan fisik :
- Otoskopi/ mikroskopik Perforasi membran timpani / Hemotimpanum
- Nasoendoskopik Melihat apakah darah mengalir dari tuba eustachius
- Darah encer curiga bercampur LCS tampung kertas saring tanda halo
lingkaran dalam serum , luar LCS
- Fungsi N VII menentukan letak lesi, berat kelumpuhan, rencana tindakan, evaluasi
pengobatan.
3. Ro :
- Town
- Stenvers
- Meyers
- Schuller
Penatalaksanaan :
1. Tindakan segera :
- Diistirahatkan duduk / berbaring
- Cek tanda vital
- Atasi keadaan kritis : Sumbatan jalan nafas, perdarahan masif, Syok dll
- Pemeriksaan telinga : Otoskopik/ mikroskopik perdarahan (+) tampon steril
Hemotimpanum jika tidak tereabsorbsi eksplorasi
LCS Otore / rinore > 7 hari Antibiotik, > 10 hari indikasi operasi
Kelumpuhan N VII Jika terdapat :
- kelumpuhan segera dan total
- Penurunan NET dalam 6 hari
- Farktur kanalis falopii pada CT Scan segera ekplorasi
- Terapi konservatif edemsaraf ringan
2. Tindakan lanjut :
Mengevaluasi dan mengobati gejala klinis yang timbul pada fraktur tulang temporal :
- Gangguan fungsi pendengaran
- Gangguan fungsi keseimbangan
- Kelumpuhan nervus fasialis
Kontusio Labirin
Patofisiologi
Benturankejutan pergerakan tengkorakjaringan otak bergerak ke arah
berlawananakselarasi & diselerasimempengaruhi N.VII krn ujung proksimalnya terfiksir di
os temporalkerusakan N.VII, arteri yg menyuplai labirin, nukleus koklearis, nukleus
veestibularis, formatio retikularis, lemniskus medial dan lateral.
Otore LCS
Defek pada tegmen timpani
Diagnosis:
1.Klinis
- Tuli konduktif
- Bila MT utuh, tampak air-fluid level dibalik MT
- Tes halo: kertas saring ditetes cairanterbentuk 2 lingkaran konsentris, yg didalam darah &
diluar LCS.
20
2. Radiologis
Komplkasi: meningitis, abses otak, hematoma subaraknoid, pneumosefalus, ggn
keseimbangan elektrolit.
Terapi:
Konservatif
- posisi ½ duduk
- menghindari tindakan yg meningkatkan TIK
- batasi manipulasi telinga
- antibiotika dosis tinggi
Operatif: criteria operasi jika (Montogomery,1966)
- LCS keluar > 6 minggu
- Kebocoran berulang
- Pneumosefalus
- Meningitis berulang
Gejala akut :
1. Nyeri
2. Tuli konduktif
3. Perdarahan yang berasal dari laserasi kulit atau kanal
4. Vertigo
5. Gangguan kesadaran
6. Fasial palsy
7. Discharge cairan
Operasi emergensi :
1. Pada anak
2. Pada dewasa pada pemeriksaan mengarah adanya komplikasi :
- Perforasi luas
- Fraktur / dislokasi osikel
- Fistula perilmfatik hal2 tersebut diatas dilakukan reparasi < 24 jam
20% trauma tembus / penetrasi menyebabkan fistula ruang perilimfatik dengan
subluksasi stapes/ fraktur footplate menimbulkan vertigo
- Dipasang graft lemak pada footplate
- Mereposisi dislokasi stapes keposisi normal
- Mengangkat fraktur/dislokasi--. Dilanjutak pemasangan graft pada oval
window
Diperlukan Stapedoomy pada footplate yang mengambang
Setelah semua tindakan selesai dipasang graft membran timpani
1. Early :
- Vertigo
- Nausea terapi inovar 1 cc/ 6 jam , compazine 25mg suposituria
21
2. Infeksi :
- Jika terdapat discharge dan nyeri angkat tampon kultur antibiotik
sesuai kultur
3. Lanjut :
- Graft gagal tumbuh
- Tuli konduktif.
NERVUS FASIALIS
- N. Fasialismrpkan saraf motorik yg mngurus ekspresi wajah, tetapi juga mengandung
serabut somatosensor & sekretomotor serta serabut2 intermedius.
- Perjalanan n. fasialis & hubungannya ke SSP dibg 6 segmen
Segemen Letak Panjang
(mm)
Supranuklear Kortek serebri Pendek
Bataring Nukleus Pendek
Otak motorik
n.fasialis,
salivatorius
sup. dr trakt.
solitarius
S. meatal Batang otak ke 13-15
KAI
S.labirin Fundus dari 3-4
MAI ke hiatus
fasialis
S.timpani Ganglion 8-11
genikulatum ke
eminentia
piramidalis
S.mastoid Prosesus 10-14
piramidalis ke
foramen
stilomastoideus
S. ekstra Foramen 15-20
temporal stilomastoid ke
pes anserinus
- Stl mlewati KAImasuk ke kanalis falopii yg berdinding tulang yg berjalan ke lateral sampai
sedikit di atas basis koklea utk kmd menukik tajam ke posterior membtk genu eksterna di
sebelah antero-lateral KSS superior diantara bestibulum labirin & koklea sbg tempat yg relatif
mudah dikenali dr kavum timpani persis di medial ujung prosesus kokleariformis.
- Pd genu eksterna terletak ganglion genikulatum yg mengandung sel saraf komponen
somatosensorik.
- Di rongga mastoid n. Fasialis dibagi atas pars horizontal/pars timpani yg terletak di kavum
timpani & pars vertikal/pars mastoid yg terletak di rongga mastoid.
HOUSE BRACKMANN
GRADE KARAKTERISTIK
I. Normal Nervus fasialis berfungsi normal di seluruh area
II. Disfungsi ringan Gross :
-Sewaktu istirahat terlihat tonus normal dan simetris
-Kemungkinan terdapat sinkinesis ringan
-Kelumpuhan ringan terlihat pada waktu menutup mata
Gerakan :
-Dahi fungsi dari baik sampai moderate
-Mata dapat menutup dengan usaha ringan
-Mulut asimertis ringan
III. Disfungsi Gross :
sedang -Terlihat ,tetapi tidak terlalu menyolok antara kedua sisi
-Terdapat sinkinesis, kontraktur atau hemifacial spasm tetapi tidak
berat
-Sewaktu istirahat tonus normal dan simetris
Gerakan :
-Dahi Gerakan dari ringan sampai sedang
-Mata Dapat menutup dengan baik dengan usaha
-Mulut Dengan usaha yang maksimal terdapat kelumpuhan ringan
IV. Disfungsi Gross :
sedang berat -Jelas terlihat kelumpuhan dan asimetri wajah
-Dalam keadaan istirahat tonus noraml dan simetris
Gerakan :
-Dahi (-)
-Mata tidak dapat menutup dengan sempurna
-Mulut Dengan usaha maksimum terlihat asimetris
Fungsi telinga tengah adalah meneruskan energi akustik dari telinga luar ke dalam koklea
yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui mekanisme
sistem rantai tulang pendengaran, sehingga dapat meningkatkan gain sebesar 25-30 dB.
Faktor yang mempengaruhi efek penguatan :
1. Tulang pendengaran memperkuat energi bunyi agar cukup kuat menggerakkan cairan
di dalam koklea dengan meningkatkan tekanan energi bunyi yang menerpa membran
timpani. Ini akibat perbedaan panjang lengan malleus dan inkus yang berputar pada
akis rotasi tulang pendengaran. Ratio efek ossicular chain ini : 1,3. menghasilkan
peningkatan 2 dB
2. Luas penampang membran timpani yang 17-20 kali lebih besar dibanding stapes
footplate. Menghasilkan 26 dB lebih besar
3. Bentuk kerucut membran timpani
Evaluasi fungsi TE :
Tes tetes telinga
Toynbee test : pencet hidung, tutup mulut, menelan
Valsava manouver : tarik napas dalam, pencet hidung, tutup mulut, tiupkan udara ke
telinga
Kateterisasi tuba
Audiometri impedans
ANATOMY TELINGA
MUSCULUS
Tensor timpani
O : prosesus kokleariformis
I : manubrium malleus
Kontraksi otot menarik maleus ke medial dan anterior, sehingga membran timpani
menegang
N. V
Stapedius
O : eminensia piramidalis
I : leher stapes
Contraction pulls stapes posteriorly, rocking the stapes in the oval window
N. VII
AURICLE
Pendarahan dari cab2 A. carotis ext :
A. auricular post
Cab. Auricular ant dr A. temporal superficial
Cab. Auricular dr A. occipital
24
Persarafan VII
C3 V
Roof of TC X
Tegmen tympani
Floor of TC
Jugular bulb
Anterior wall of TC
Tuba Eustachius
Medial wall of TC
KSS horisontal
Kanalis fasialis
Oval window
Round window
Promontory : rounded elevation occupying much of the central portion of the medial wall (in
front merges with ant wall of TC)
Posterior wall of TC
Aditus ad antrum
Fossa incudis
Pyramid
TIMPANOMETRI
- Tipe A : Normal
- Tipe AD : Terdpt gangguan rangkaian tulang pendengaran
- Tipe AS : Terdpt kekakuan pd tulang pendengaran (otosklerosis)
- Tipe B : Terdpt cairan di telinga tengah.
- Tipe C : Terdpt gangguan fungsi tuba.
- Tipe D : terdpt skar MT atau hipermobile MT
PATCH TEST
26
CLASSIFICATION
On the basis of ext canal/middle ear development
grade I – minor malformation, with auricle being smaller than normal but all parts discernible
grade II – curving or vertical ridge of tissue repre-sentation of auricle
grade III – auricle is lost
Ombredanne’s criteria :
1. Major malformation
External ear canal & TM (-)
Size of middle ear space is reduced
Malleus, incus are dformed, fused, fixed to atretic bone ; in severe cases ossicles are
absent
2. Minor malformation
Deformity of 1/> ossicle or fixation of ossicular chain
External ear canal is patent, but mildly stenotic
Pinna is slightly deformed
EVALUATION
Physical Examination
Palpation of mandible mild hemifacial microsomia
Assessment of development of palate & intraoral structure
Observation of degree of microtia & mastoid development
Caliber of external auditory canal normal, stenotic, blindly ending, completely atretic
If possible, examination of TM
Assessment of speech & ambulation
Audiometric Evaluation
- Behavioral audiometry
- Auditory Brainstem Response
27
Computed Tomography
Temporal bone CT axial & coronal planes
SURGICAL TECHNIQUES
Canaloplasty
Tympanoplasty
Fenestration of horizontal semicircular canal
Severe malformation (atretic ext canal ) exposure of middle ear through mastoid antrum &
removal of portion of the bony atresia plate.
Mobile stapes (+) with malformed or absent incudomalleolar complex type III
tympanoplasty.
Stapes is fixed fenestration horizontal SCC (type V tympanoplasty)
KOKLEAR IMPLAN
KOMPONEN LUAR
1. Mikrofon
2. Kabel penghubung mikrofon dan speech processor
3. Speech processor
4. Kabel penghubung speech Processor dengan transmitter
5. Transmitter
KOMPONEN DALAM
6. Receiver
7. Elektroda
PEMETAAN :
Bulan I : 1 minggu / 1x
Bulan II-III : 2 minggu / 1x
Bulan IV-V : 1 bulan / 1x
Bulan VI-XII : 3 bulan / 1x
> 1 tahun : 6 bulan / 1x
PEMETAAN MERUPAKAN PROSES UTK MENETAPKAN DAN MENGATUR SEJUMLAH ALIRAN
LISTRIK YANG DISAMPAIKAN KE KOKLEA
LANGKAH-2 SEBELUM MAPPING :
W Lap. Operasi
W RO. Pasca IK
W Pemeriksaan Telinga
W Mengatur perangkat lunak dan keras
- deteksi suara
- identifikasi frekuensi yg
berbeda
- mengerti kata / kalimat
-Memberi informasi efektifitas alat
- Latihan mendengar (AVT) Minimal 40 minggu ( 1 mgg / 1x )
Selanjutnya menilai :
kemampuan berbicara
kemampuan berbahasa
pemahaman bahasa
ALGORITMA O M S K
Otore kronis
Otoskopi
MT utuh MT perforasi
OMSK
Onset,progresifitas,
Predisposisi, peny.
Sistemik, focus infeksi
Riwayat pengobatan
ALGORITMA 2
Kolesteatom (-)
(OMSK benigna)
Antib.
Berdasarkan
Pemeriksaan kultur
Ro.mastoid
(Schuller X-ray)
Tuli Tuli audiogram
Konduktif (-) Konduktif (+)
Menetap > 3 bulan
Algoritma4
OMSK +
Komplikas
i
Komplikasi Koplikasi
intra temporal intrakranial
Causes of otorrhea
Malignant (KSS,
metastatic)
OTALGIA
Approach :
Determine the nature of ear pain
o Associated symptom (hearing loss, otorrhea, imbalance)
o Previous otologic history
o Antecedent events
o Regional symptom (odynophagia, pain in the oral cavity, neck pain, headache)
o For infant curiga otalgia jika : garuk2 / tarik2 telinga, iritabilitas, poor feeding,
awakening at night
Examination
o Pinna and periauricular area, External canal
o Tympanic membrane, and Other region
Intrinsic
I. External ear
-External otitis - Trauma
-Cerumen impaction - Myringitis
-Foreign body - Tumor
-Preauricular cyst or - Perichondritis
sinus
II. Middle ear, Eustachian tube, & Mastoid
- Barotrauma - Complication of
- Middle ear effusion OM
- ET dysfunction - Tumor
- Acute otitis media - Eosinophilic
- Mastoiditis granu-loma
- Aditus block - Wegener granulo-
matosis
Extrinsic
I. Trigeminal Nerve IV. Vagus Nerve
- Dental - Laryngopharynx
34
- Jaw - Esophagus
- TMJ - Thyroid
- Oral cavity
(tongue)
V. Cervical Nerve
II. Facial Nerve
- Bell’s palsy - Lymph nodes
- Tumors - Cyst
- Herpes zoster - Cervical spine
- Neck infection
IV. Miscellaneous
III. N. IX
- Tonsil - Migraine
- Oropharynx - Neuralgia
- Nasopharynx - Paranasal sinuses
- CNS
PEMERIKSAAN PRE-OP
Anamnesis
KU + penyerta, perjalanan penyakit
Arah komplikasi IK : demam, nyeri kepala hebat, mual, muntah, kejang, kesadaran
Pemeriksaan telinga
Otoskop a/ mikroskop binokular
Liang telinga : ulserasi, granulasi, erosi tulang, sekret
Pars tensa MT & telinga tengah : warna, bentuk, reaksi thd tekanan, mobilitas tulang
pendengaran, perforasi, tanda radang, penebalan mukosa, granulasi, kolesteatom
Pars flaksida & epitimpanum : Retraksi “pocket” atik : retraksi pars flaksida ke lat epitim-
panum krn tekanan (-) yg kronis.
Retroaurikular : fistel, sikatriks, abses
Pemeriksaan pendengaran
Tes penala
Audiometri nada murni, saat ps datang & akan dioperasi
Tes patch : u/ tahu perbaikan pendengaran bila perforasinya ditutup dg kertas tipis. Sbl &
stl tes, px audiometri. Ada 2 : type I & IV
Audiometri impedans – pd MT utuh
Audiometri tutur – u/ kemampuan bicara & tentukan tel mana yg dioperasi pd ggn bilat &
evaluasi hasil op
BERA : pd anak a/ ps tidak kooperatif
Tes fungsi tuba
Tes tetes telinga : tetesi ear drops pd tel sakit, jika terasa di tenggorok TE terbuka
Tes ventilasi : masukkan kateter mel hidung ke epifaring, stl menyentuh ddg post,
kateter ditarik sedikit lalu dimasukkan ke arah muara TE, kmd disemprotkan udara dan
scr auskultasi terdengar bunyi udara di telinga
35
Pemeriksaan keseimbangan
Tes fistula : tekan tragus, tanya pusing/tdk, lihat nistagmusnya
Romberg
Dundas : alirkan udara dingin ke dlm tel yg di periksa, catat adanya nistagmus a/ vertigo.
Tes ini dilakukan pd MT perforasi u/ nilai adanya paresis kanal
Tes gaze : ps lihat jari pemeriksa lurus ke depan jarak 50 cm, ikuti arah jari, lihat
nistagmus
Dix-Hallpike
Tes kalori : stiap tel dilakukan 2x irigasi, I air dg suhu 30 oC, kmd air hangat 44 oC. Rekam
dg ENG
Posturografi, ENG
Tes koordinasi
Pemeriksaan N. VII
Motorik, Schimer, Tes pengecap, NET
Radiologi
Schuller : mastoid dr lat, dg sudut sinar X sefalokaudal 25-30 o : luas pneumatisasi,
destruksi air cell, derajat aerasi, kepala maleus, TMJ
Frontal atau transorbita : foto mastoid dg pasien menghadap atau membelakangi film :
kedua KAI, KSS sup & hori
Stenvers : ps menghadap film dg kepala sedikit fleksi & rotasi 45 o ke arah sisi berlawanan
dg sisi yg diperiksa : apeks petrosus di seb lat rim orbita, KSS t’u post, poros KAI
CT Scan, MRI
INSTRUKSI PRE-OP
PEMERIKSAAN PASCA OP
Px N.VII
Tanda ggn vestibuler (labirintitis vertigo, nistagmus beda intensitas & arah dp preop)
Penala : tuli saraf/tdk
Audiometri 6 mgg pasca op : u/ nilai keberhasilan timpano-plasti.
POST OP MASTOIDEKTOMI
Gangguan keseimbangan ?
Luka insisi retroaurikular : tenang / pus
Hematom sekitar luka operasi
Perdarahan drain ?
Tampon telinga ?
Parese N. VII
Angkat drain : 1hr post op
Angkat jahitan : 1 minggu
Tampon telinga selama 2 minggu
36
MASTOIDEKTOMI SIMPEL
Stl ps terbaring dlm narkose & telah dilakukan a & antisepsis, dilakukan anestesi infiltrasi dg
Adrenalin 1:200.000
Identifikasi surgical landmark permukaan luar tulang mastoid spina Henle, Macewen’s
Pembuangan korteks mastoid, dimulai dg mengebornya tepat di blkg Macewen’s
Pembentukan rongga spt cawan. Bila pembersihan korteks baik, akan didapat rongga
berbentuk ginjal
Identifikasi tegmen timpani
Identifikasi sinus lateralis
Identifikasi antrum mastoid ke arah kavum timpani menemukan inkus
Identifikasi KSS horizontalis
Identifikasi jalannya N.VII dg mengidentifikasi fosa inkudis & m.digastrikus
Mastoidektomi Radikal
Pasien telentang di atas meja operasi dalam narkose
Dilakukan a dan antisepsis lapangan operasi
Dilakukan anestesi infiltrasi dengan Adrenalin 1:200.000
Dilakukan insisi ½ cm di belakang sulkus RA
Dilakukan insisi tangensial ke arah liang telinga
Dengan menggunakan retraktor dilakukan pemaparan tulang mastoid
Dilakukan pengeboran tulang mastoid dengan berpatokan pada segitiga Macewen, di luar
epitimpanum, sudut sinodural, ujung mastoid
Facial ridge direndahkan
Kecuali stapes, seluruh sisa tulang pendengaran dibuang
Sinus timpani dibuka
Kolesteatoma dibersihkan
Diambil graf pada daerah fasia temporalis
Dilakukan meatoplasti
Graf dipasang
Tampon dipasang pada kavitas operasi
Luka operasi dijahit lapis demi lapis
Operasi selesai
LANDMARK
Aditus ad antrum : saluran yg menghubungkan epitimpanum dg antrum mastoid
Anterior buttress : bagian bertulang dimana dinding kanal posterior bertemu tegmen
timpani.
(Posterior buttress : bagian bertulang dimana dinding kanal posterior bertemu dasar kanalis
auditorius eksterna, lateral dari N.VII)
Arnold’s nerve : cabang auricular N.X. Implicated in herpetic involvement of EAC in herpes
zoster oticus, dan refleks batuk akibat manipulasi kulit EAC.
Atticotomy : canal wall-up procedure yang digunakan untuk membersihkan penyakit yang
terbatas pada epitimpanum ; dilakukan pengangkatan dinding epitimpanikum lateral
(scutum).
Bill’s bar : landmark in translabyrinthine surgery of CPA, y/ vertical crest yang memisahkan
n. vestibularis superior dengan N.VII di anteriornya.
Bridge : bagian tulang dari dinding meatus posterosuperior yang terletak lateral dari aditus
ad antrum.
Canal wall-up : mempertahankan ddg post LT & sulkus timpanikum, mencegah kavitas
mastoid pasca operasi & dilakukan rekonstruksi MT.
Digastric groove : tempat asal m. digastrikus, merupakan tanda bedah untuk ujung segmen
mastoid N.VII
Facial ridge : tulang petanda pembedahan N.VII yg merupakan dinding posterior meatus,
terletak lat dr canal Fallopi & N.VII.
Fosa inkudis : lekukan kecil yg mer tanda u/ pembedahan N.VII ; batas atas resesus
fasialis ; lekukan kecil tempat procesus brevis inkus berhubungan dengan ligamentnya.
Fissula ante fenestram : evaginasi ruang perilimf, yang terletak anterosuperior oval
window.
Fossula post fenestram : evaginasi perilimfatik terletak posterior dari oval window.
Jacobson’s nerve : cab timpanik N.IX, menyuplai ser sensorik ke mukosa TT, arise drom
inferior (petrosal) ganglion of N.IX. Masuk ke kavum timpani bersama a.timpani inferior
(melalui kanalikulus timpani inferior).
Macewen’s : imajiner yg dibentuk o/ linea temporalis, ddg post LT & garis linea
temporalis yg menyinggung ddg post LT. Merupakan petanda untuk antrum mastoid.
Ponticulus : tonjolan tulang dari promontori di atas subiculum ke piramid pada dinding
posterior rongga.
Promontorium : penonjolan pada bag medial kavum timpani yang merupakan bagian dari
koklea.
Prosesus kokleoformis : penonjolan tulang tempat tendon tensor timpani ke luar dari semi
kanalis. Landmark ant aspect of tympanic segment N.VII karena N.VII berjalan superior dr
prosesus ini
Prussak’s space : resesus timpanikus sup, yg dibatasi o/ membran Shrapnell (di lat) leher
malleus (med) & lig malleolaris lat (sup) & prosesus lat malleus (inf).
38
Round window niche : lekukan berbentuk segitiga tempat terletaknya round window dimana
round window menghadap ke inferoposterior & terletak di bawah pinggir promontorium yang
menggantung sehingga round window biasanya tidak terlihat. Terletak anteroinferior dari
subiculum dan posteroinferior promontorium.
Resesus fasialis : daerah berbentuk seperti yg dibatasi fosa inkudis (sup), korda timpani
(lat) & N.VII (med). Used in ICW to gain access to middle ear.
Scutum : lat epitympanic wall = outer attic wall, yang membentuk permukaan atas bagian
dalam meatus ext
Sinodural angle Citelli : sudut atr middle fossa & post fossa dura plate & sinus sigmoid, di
belakang antrum
Solid angle : tulang solid yg terletak medial dr antrum disudut yg dibentuk 3 KSS.
Stapedotomy : stapedius tendon is cut, crural arch is fractured and removed, followe by
opening in the thinnest part of the footplate
Sulkus timpanikus : alur pada tulang timpanik tempat melekat membran timpani
Suprameatal spine of Henle : tonjolan tulang yang terletak pada tepi posterosuperior bag
bertulang dari kanalis akustikus eksternus (bony ext auditory canal)
Trautmann’s : drh lempeng fosa post di belakang antrum yg dibatasi o/ sinus sigmoid,
sinus petrosus sup & labirin tulang.
Tegmen timpani : lempeng tulang yg membatasi epitimpani dengan otak (kavum timpani dg
duramater)
Timpanosklerosis : kondisi pengerasan dari telinga tengah (tympanum = middle ear, sclero
= hardening, osis = condition) atau massa putih & keras pd telinga tengah atr periosteum &
membran mukosa yg tidak mendestruksi keduanya, tetapi jika terjadi dekat dg tulang
pendengaran akan menyebabkan fiksasi.
Underlay Technique : Placement of the graft under the drum, or under the fibrous annulus.
Septum korner : Lamina petroskuamosa yang menetap sebagai lempeng tulang yang
memisahkan sel mastoid superfisial dan sel petrosa
Segitiga Macewen : Segitiga imajiner yang dibentuk oleh linea temporalis, dinding posterior
liang telinga, garis tegak lurus linea temporalis yang menyinggung dinding posterior liang
telinga merupakan pertanda untuk antrum mastoid
Scutum : Lateral epitimpanic wall yang membentuk permukaan atas bagian dalam meatus
eksternus
Anulus timpanikus : penebalan pada daerah pinggir membran timpani yang berbentuk
seperti cincin
Fosa inkudis : Lekukan kecil yang merupakan tanda pembedahan N VII : batas atas resesus
fasialis
Resesus fasialis :suatu cekungan didinding posterior kavum timpani Segitiga yang
dibatasi fosa inkudis pada superior, korda timpani pada inferior dan N VII pada media
39
Promontorium : Tonjolan di dinding medial kavum timpani yang dibentuk oleh lingkaran
basal koklea.
Tingkap lonjong/oval window : terletak dibagian superior dinding posterior kavum
timpani, diatas pontikulus
Pontikulus : Suatu alur tonjolan tulang yang terletak disebelah superior dari promontorium
kearah eminensia piramidalis yang memisahkan sinus timpani dengan oval window
Subikulum : Suatu alur tonjolan tulang yang terletak dibagian inferior posterior dinding
medial kavum timpani yang membatasi tingkap bulat / round window dengan sinus timpani
Tingkap bulat/round window
Prominentia kanalis fasialis
Pleksus timpanikus
Nervus Yacobson