Anda di halaman 1dari 35

Ir. DJOKO SUSILO, DIPL.

RAD
INSTALASI RADIOLOGI
RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE

BIOOPTIK
pendahuluan

 Dalam ilmu optik ada dua cara


pendekatan mengenai gejala optik,
yaitu :
1. Optika geometris.
2. Optika fisik
OPTIK GEOMETRIS & OPTIK FISIK

 Optik geometris  berpangkal pada penjalaran


cahaya dalam medium secara garis lurus,
berkas-berkas cahaya disebut garis cahaya dan
digambar secara garis lurus
f = fokus (titik api)
1 1 1
b = jarak benda  
f b v
v = jarak bayangan
Cont………………

 Hukum Snelius sin i


n = indeks bias n 
i = sudut datang sin r
r = sudut bias
OPTIK FISIK
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan
polarisasi tdk dpt dijelaskan melalui metode optika
geometris dan hanya bisa dihitung dari ciri-ciri fisik
dari cahaya tersebut.
LENSA

 BERDASARKAN BENTUK PERMUKAAN :


1. Lensa dgn permukaan sferis.
• Lensa konvergen / konveks  sinar sejajar yang
menembus lensa akan berkumpul menjadi
bayangan nyata ( lensa positif / lensa cembung )
• Lensa Divergens / konkaf  sinar sejajar yang
menembus lensa akan menyebar ( lensa negatif /
lensa cekung )
2. Lensa dgn permukaaan silindris.
Lensa yg mempunyai fokus positif dan negatif
KESESATAN LENSA
 Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan
jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus, radius
kelengkungan lensa serta sinar-sinar yang datang
paraksial maka kemungkinan adanya kesesatan
lensa (aberasi lensa), aberasi ada beberapa
macam :
1. Aberasi sferis
Disebabkan oleh kecembungan lensa. Sinar-sinar
paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa
membentuk bayangan di P`. Aberasi ini dapat
dihilangkan dengan mempergunakan difragma
yang diletakkan di depan lensa atau dgn lensa
gabungan aplanatis yang terdiri dari 2 lensa yg
koma
 Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya
lensa membentuk bayangan dari sinar di
tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dgn
aberasi sferis, pada aberasi koma sebuah
titik benda akan terbentuk bayangan seperti
bintang berekor, gejala ini tidak dapat
diperbaiki dengan diafrgama.
Astigmatisma
Merupakan suatu kesesatan lensa yang
disebabkan oleh suatu titik benda
membentuk sudut besar dengan sumbu
sehingga bayangan yang terbentuk ada dua,
yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut
antara sumbu titik benda relatif kecil. Maka
kemungkinan besar akan berbentuk koma
Kelengkungan medan

Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada


layar letaknya tidak dalam satu bidang datar,
melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa
ini disebut lengkungan medan atau
lengkungan bidang bayangan
distorsi
 Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan
palsu. Terjadinya bayangan palsu ini oleh
karena di depan atau di belakang lensa
diletakkan diafragma atau cela. Benda
berbentuk kisi akan tampak bayangan
berbentuk tong atau berbentuk bantal.
Aberasi kromatis
 Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh
karena fokus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap
warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan
tampak berbagai jarak dari lensa.
 Ada 2 macam aberasi kromatis :
1. Aberasi kromatis aksial/longitudinal  perubahan
jarak bayangan sesuai dgn indeks bias.
2. Aberasi kromatis lateral  perubahan aberasi
dalam ukuran bayangan.
Untuk menghilangkan terjadinya aberasi kromatis
dipakai lensa flinta dan kaca krown, lensa kembar
ini disebut
“ achromatic double lens “
MATA
 Ada 3 komponen pada indra penglihatan :
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina.
2. Sistem syaraf mata yang memberi informasi
ke otak.
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang
menganalisa penglihatan tersebut
ALAT OPTIK MATA

 Bagian dari mata :


1. Retina, terdapat rod/batang & korteks
kerucut  fungsi rod untuk melihat pada
malam hari, sedangkan kone untuk melihat
pada siang hari. Dari retina dilanjutkan ke
syaraf optikus.
2. Fovea sentralis  daerah cekung yang
berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya
terdapat makula lutea ( bintik kuning )
 3. Kornea dan lensa  kornea merupakan
lapisan mata paling depan dan berfungsi
mengfokuskan benda dgn cara refraksi,
tebalnya 0,5 mm. Sedangkan lensa terdiri

dari kristal mempunyai dua permukaan dgn


jari-jari kelengkungan 7,8 mm, fungsinya
adalah mengfokuskan obyek pada berbagai
jarak.
 4. Pupil  di tengah-tengah iris yang
berfungsi mengatur cahaya yang masuk.
Apabila cahaya terang, pupil menguncup
demikian sebaliknya.
Kelebihan sistem optik mata
 Mata bisa mengamati obyek dgn sudut yg bsr.
 Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan

lubikasi.
 Dalam 1 dtk dpt memfokuskan obyek berjarak 20 cm
 Sangat efektif pada intensitas cahaya
 Diafragma mata diatur scr otomatis oleh iris
 Kornea terdiri dati sel-sel hidup namun tdk mendapat
vaskulerisasi
 Tekanan bola mata diatus scr otomatis sehingga
mencapai 20 mm Hg
 Tiap mata dilindung oleh tulang
 Bayangan yang terbentuk oleh mata akan
diteruskan ke otak

 Bola mata dilengkapi dgn otot mata yg mengatur


gerakan bola mata.
 Ada 6 oto yg mengatur gerakan mata :
1. M. rectus med menarik b.m ke dalam
2. M. rectus lat  menarik b.m ke samping
3. M. rectus sup  menarik b.m ke atas
4. M. rectus inf  menarik b.m ke bawah
5. M. obligus inf  menarik b.m ke samping atas
6. M. obligus sup  menarik b.m ke samping dalam
 Kelumpuhan salah satu otot mata akan
menimbulkan gejala yang disebut
strabismus ( mata juling )
 Ada 3 jenis macam strabismus ;
1. Strabismus horisontal.
2. Strabismus vertikal
3. Strabismus torsional
DAYA AKOMODASI
Dalam memfokuskan obyek pada retina, lensa
mata memegang peranan penting. Kornea
mempunyai fungsi memfokuskan obyek
secara tetap, demikian pula bola mata.
Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan
obyek disebut daya akomodasi. Selama
mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi.
Makin dekat benda yang dilihat, semakin
kuat mata / lensa berakomodasi. Daya
akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia
makin tua  daya akomodasi ↓. Hal tersebut
disebabkan kekenyalan lensa / elastisitas
lensa makin berkurang.
 Jarak terdekat dari benda agar dpt dilihat dgn jelas dikatakan
benda terletak pada “ titik dekat / punktum proksimum1 (P)“
maka P
disebut AP ( Aksial proksimum )

 Jarak terjauh dari benda agar dpt dilihat dgn jelas dikatakan
benda terletak pada “ titik jauh / punktum remontum1 (P)“
maka disebut Ar ( Aksial proksimum ) r
Pada saat ini mata tidak berakomodasi / lepas akomodasi.
Selisih AP dgn Ar disebut lebar akomodasi, dpt dinyatakan :
Ac = AP - Ar
Ac = lebar akomodasi yaitu perbedaan antara akomodasi max
dgn lepas akomodasi max.
Secara emoiris Ac = 0,0028 ( 80 th – L )2 dioptri  L = umur
dalam tahun
Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata
Penyimpangan penglihatan & Teknik koreksi
 Mata yg mempunyai titik jauh terhingga akan
memberi bayangan benda secara tajam

pada selaput retina, dikatakan mata


emetropia. Sedangkan mata yg mempunyai
titik jauh yg bukan tak terhingga  mata
ametropia.
 Mata emetropia mempunyai titik dekat 25 cm
 normal.
 Mata emetropia yg mempunyai titik dekat
lebih dari 25 cm  mata presbiopia
Mata ametropia
Ada 2 bentuk :
1. Miopia ( penglihatan dekat )

mata ametropia yg mempunyai P da r


terlalu kecil.
bentuk mata terlalu lonjong
2. Hipermetropia ( penglihatan jauh )
mata ametropia yg mempunyai P da r
terlalu besar.
bentuk bola mata gepeng dari normal
Teknik koreksi
 Mata presbiopia  tidak ada masalah tuk
jarak jauh, jarak dekat jd masalah.
Dianjurkan pakai kacamata positif.
 Mata hipermetropia kemampuan melihat
jauh dan dekat terganggu, P dan r terlalu
jauh dianjurkan pakai kacamata positif
 Mata miopia  kemampuan melihat jauh dan
dekat terganggu, P dan r terlalu dekat
dianjurkan pakai kacamata negatif
 Mata astigmatisma  penglihatan terganggu
tidak semua arah  pakai kacamata silindris
Ketajaman penglihatan
 Visus  ketajaman penglihatan untuk menentukan
d
penggunaan kacamata V
D

D = jarak yg dpt dilihat olh mata normal


d = jarak yg dilihat oleh penderita
Tanggap cahaya
 Bagian mata yang tanggap cahaya adalah
retina. Ada 2 tipe fotoreseptor pada retina ;
Rod (batang) dan Cone (kerucut).

 1. Cone  tiap mata mempunyai ± 6,5 juta


cone yg berfungsi untuk melihat siang hari,
disebut fotopik.
 2. Rod  tiap mata mempunyai 120 juta
batang yg berfungsi untuk malam hari,
disebut skotopik.
Cone & Rod sama-sama peka thd cahaya
merah, tp penglihatan con lebih baik
dibandingkan rod.
Teori tanggap warna
 Kone berbeda dgn rod dlm beberapa hal yaitu kone
memberi jawaban yg selektif

terhadap warna, kurang sensitif thd cahaya dan


mempunyai hubungan dgn otak dalam kaitan
ketajaman penglihatan dibandingkan dgn rod.
a. Kone biru  frekuensi cahaya 400 – 500
milimikron, reseptor ungu, biru & hijau.
b. Kone hijau  frek. 450 675 mm, reseptor biru,
hijau & kuning.
c. Kone merah  mendeteksi seluruh panjang
gelombang cahaya, respon thd oranye kemerahan
sgt kuat.
Buta warna
 Pada suatu penelitian diperoleh 8 % laki-laki
buta warna, sedangkan 0,5 % terdapat pada

wanita dan dikatakan buta warna ini


diturunkan oleh wanita. Adapula orang buta
terhadap warna merah disebut protanopia,
buta thd warna hijau disebut deuteranopia
dan buta thd warna biru disebut tritanopia
Peralatan pada pemeriksaan mata
 Ada 3 prinsip dlm pem. mata, yaitu :
pemeriksaan mata bagian dlm, pengukuran

daya fokus dan pengukuran kelengkungan


kornea. Ada 6 macam pemeriksaan mata &
lensa :
1. Opthalmoskop  mengetahui fundus okuli
(retina mata & pembuluh darah khoroidea
keseluruhannya)
- Pencerminan mata secara langsung
- Pencerminan mata secara tak langsung
2. Retinoskop  untuk menetapkan resep
lensa demi koreksi mata penderita tanpa
aktifitas penderita.
3. Keratometer untuk mengukur kelengkunan

kornea. Pengukuran dilakukan untuk


pemakaian lensa kontak.
4. Tonometer  mengukur tekanan di dalam
bola mata (intraokuli) untuk mengetahui
penderita menderita glaukoma atau tidak.
5. Pupilometer  mengukur diameter pupil
6. Lensometer  untuk mengukur kekuatan
lensa baik dipakai si penderita atau sekadar
untuk mengetahui dioptri lensa tsb.
Sumber dan sifat cahaya
1. Cahaya alam
2. Cahaya buatan

Fotometri dan satuan :


a. Kuat cahaya ( I )  jumlah arus cahaya yg
dipancarkan dari sumber cahaya tiap
satuan sudut ruang.
b. Arus cahaya / Fluks cahaya ( F ) 
banyaknya tenaga cahaya yg dipancarkan
dari sumber cahaya tiap satu satuan waktu
c. Kuat penerangan ( E )  jumlah arus cahaya
tiap satu satuan luas.
d. Terang cahaya  besar kuat cahaya tiap-cm2

dari luas permukaan sumber cahaya yg dilihat.


Jika arus cahaya ( F ) menerangi merata suatu
bidang A m2 maka kuat penerangan bidang
tsb :
F = arus cahaya dalam lumen
F
A = luas bidang dalam m 2
E
E = kuat penerangan A
I
 Rumus e 
A
lilin
e = terang cahaya dalam satuan
cm 2

I = kuat cahaya dalam lilin


A = luas permukaan sumber cahaya
Hubungan gelombang cahaya
dgn Gelombang Elektromagnetik

 Cahaya yang melewati prisma akan


dibiaskan (difefraksi) dan diuraikan
(dispersi) menjadi 7 warna.
 Secara garis besar gelombang cahaya
dibagi menjadi 3 bagian :
1. Ultra ungu  λ = 100 – 400 nm
2. Sinar tampak  λ = 400 – 700 nm
3. Sinar inframerah  λ = 700 – 10.000 nm
Aplikasi sinar pd bid. kedokteran

1. Sinar tampak ;
- Transilluminasi  transmisi cahaya melalui
jaringan tbuh untuk mengetahui apakah ada gejala
hidrocephalus atau ada kelainan di dalam tubuh.
- Endoskopi dipergunakan untuk melihat ruang di
dalam tubuh.
- Sistokopi untuk melihat struktur dalam kandung
kemih.
- Protoskop  untuk melihat struktur rectum
- Bronkhoskop  untuk melihat bronkhus paru-paru
2. Sinar ultra ungu
 Untuk pengobatan vitiligo

 Untuk mengatasi penderita artritis

3. Sinar infra merah


- Untuk diathermi pd artritis.
- Termogram
- Identifikasi aliran vena
laser
 Light amplification by stimulated emission of
radiation ( laser )

 Untuk memblokir pembuluh darah vena


operasi.
 Untuk terapi pada kanker

Anda mungkin juga menyukai