3
berbeda-beda dan pengkajian maupun penanganan keperawatannya harus di
bedakan pula untuk masing-masing klien.
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain
berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing klien sifat-sifat
nyeri perlu diketahui dapat dikaji menggunakan PQRST.
2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu keluhan yang
menyebabkan klien meminta pertolongan layanan kesehatan. Perawat perlu
menanyakan berapa lama keluhan di rasakan kemana klien pernah meminta
pertolongan sebelum ke rumah sakit apakah pernah ke dukun urut atau patah
tulang pada beberapa kasus iyang menyebabkan deformitas setelah terjadi
trauma atau patah tulang adalah karena intervensi dukun patah, atau apakah
tidak ada tindakan setelah mengalami trauma pengkajian juga untuk
mengetahui apakah keadaan atau masalah kelainan bentuk pada dirinya
menyebabkan perubahan citra diri klien.
at, apakah nyeri bertambah berat bila beraktifitas, pada aktivitas mana nyeri bertambah (apakah pada saat batuk, bersin, b
atau merupakan respon dari peradangan local.
usuk
uk, tajam, atau tumpul menusuk.
m bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh pasien sehingga pasien akan lebih mudah mendeskripsikan ras nyeri tersebut.
Region, radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukan dengan
tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar /
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi tekanan pada saraf / radiks saraf
akan memberi gejala nyeri yang disebut radiating paint, misalnya pada
skiatika yang nyerinya menjalar mulai dari bokong sampai anggota gerak
bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri
kiriman / referred paint adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya
akibat kelainan dari tempat lain, misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada
sendi panggul.
Severity (scale) off pain :seberapa hebat rasa nyeri yang dirasakan klien,
dapat berdasarkan scala nyeri / gradasi dan klien menerangkan seberapa
hebat rasa sakit mempengaruhi fungsinya.
Pengkajian ini juga menjadi parameter penting dalam menentukan
keberhasilan suatu intervensi.
Sebagia contoh : pasien yang mengalami fraktur sebelum dilakukan
intervensu imobilisasi mempunyai derajat skala nyeri 3 (0-4) atau nyeri
berat, maka setelah mendapat intervensi apakah skala nyeri mengalami
penurunan, misalnya 1(0-4) atau nyeri ringan.
Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat subjektif oleh karena itu pada
pengkajian tersebut estimasi harus ditentukan oleh pasien sendiri. Teknik
pengkajian dilakukan dengan cara; Pasien bisa ditanya dengan
menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh rasa
nyeri yang dirasakan.
0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat
4 = nyeri berat sekali
5. Kelemahan otot
n otot, apakah keluhan terjadi secara bertahap atau tiba-tiba tanpa adanya sebab.
mengalami kelemahan otot, apakah keluhan kelemahan otot mengenal seluruh badan atau hanya ekstremitas bawah, apaka
ainan sensorik, misalnya parastesia, hipoestesia, atau hipersetesia.
otot akibat pengobatan sebelumnya.
6. Gangguan sensinilitas
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi
kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron, baik bersifat total maupun
menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau
penekanan pada syaraf. Gangguan sensorik sering berhubungan dengan
masalah muskuluskeletal. Klien mungkin menyatakan mengalami parestesia
(perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin
akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaraan darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur
tersebut dapat menganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat
gangguan struktur saraf dan peredaraan darah yang terletak sepanjang sistem
muskuluskeletal. Status neurofaskular di daerah muskuluskeletal yang
terkena harus dikaji guna memperoleh informasi untuk perencanaan
intervensi. Hal ini yang perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami
perasaan yang tidak normal atau kebas; apakah gangguan ini bertambah berat
atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada
saat wawancara,apakah keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema;
apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang terkena
seperti pucat atau sianotik.
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia (pengkajian usia klien) gangguan muskulusekeletal
penting karena berhubungan dengan status anastesi dan pemeriksaan
diagnostik tambahan, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan ,
asuransi kesehatan, agama,bahasa yang dipakai, status perkawinan,suku
bangasa,tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor
register,diagnosis medis, dan golongan darah.
6. Kemampuan koping
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga peting di nilai
untuk mengetahui respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Apakah muncul dampak seperti takut cacat, cemas,
ketidak mampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra
tubuh. Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa digunakan klien
semala stress meliputi :
a. Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini.
Apakah klien mengalami situasi krisis atau kehilangan?
Adakah penerimaan atau penolakan terhadap hal tersebut?
Apakah klien bertanya atau meminta informasi mengenai
masalah?
Apakah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah?
b. Perubahan perilaku akibat stress
Apakah efek atau mood klien menujukkan kecemasan (gelisa,
insomnia, kontak mata kurang, gemetar, wajah tegang) atau
depresi (afektumpul, tidak berdaya, rasa bersalah,
ketidakmampuan berbicara, apatis, kemampuan harga diri)?
Apakah telah ada perubahan dalam kebisaan makan, tidur, dan
beraktivitas?
Apakah klien mengalami kesulitan berkosentrasi terhadap tugas,
tetap produktif, atau menyelesaikan hal-hal kecil?
Apakah klien mempunyai kecenderungan menunjukkan ledakan
emosi tanpa alasan?
c. Sumber koping
Apakah klien mampu meminta pertolongan?
Pada siapa klien bergantung selama krisis? Adakah orang tersebut
?
Metode kopping apakah yang terbaik bagi klien selama stress ?
Berapa lama klien secara normal mengatasi suatu krisis?
7. Pengkajian sosioekonomispiritual
Bila klien dirawat inap, apakah keadaan ini memberi dampak pada status
ekonomi klien karena perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis
dengan dampak neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua aspek keterbatasan
yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran
sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi terhadap
gangguan neurologis dalam sistem pendukung individu.
Pertanyaan-petanyaan berikut dapat membantu perawat mengkaji lebih
lanjut :
a. Kesehatan spiritul meliputi konsep klien mengenai Yang Mahakuasa.
Apakah klien mempunyai sumber pengharapan, kenyamanan,
kekuatan?
Ibadah spiritual apa yang penting menurut klien?
Apakah klien melihat hubungan antara kepercayaan spiritualnya
denga kesehatan atau situasi hidup saat ini?
Apakah klien membicarakan pentingnya hadir ketempat ibadah
atau melaksaan acara ritual lain?
Apakah klien mempunyai kitab suci atau benda relijius dalam
ruanganya?
b. Identivikasi ras, budaya, dan suku bangsa
Apakah latar belakang budaya klien?
Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
(nasional) atau perlu penerjemah?
Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan?
Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?
Aps sistem sehat-sakit (dokter, ahli neuralogi, kebatinan, dukun)
atau kepercayaan rakyat yang klien gunakan?
Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan dirumah sakit
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti norma
budaya?
c. Pekerjaan
Apakah pekerjaan klien?
Adakah asuransi kesehatan untuk keluarganya?
Sampai tingkat mana klien senang terhadap pekerjaannya?
Apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit mengancam
pekerjaan klien?
Seberapa berat stres yang dialami klien ditempat kerja?
d. Hubungan keluarga
Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua, saudara,
dan teman?
Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
Bagaimana status pernikahan klien?
Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?
Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap anggota
lainnya?
1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1.
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri:
pencedera fisik keperawatan diharapakan
a. Lakukan pengkajian nyeri
(D.0077) gangguan rasa nyaman
secara komprehensif termasuk
dapat teratasi dengan
lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil:
frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level:
presipitasi
a. Mampu mengontrol b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu c. Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan teknik mencari dan menemukan
untuk mengurangi dukungan
nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat
b. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri seperti
nyeri berkurang dengan suhu ruangan, pencahayaan dan
manajemen nyeri kebisingan
c. Menyatakan rasa e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri f. Ajarkan tentang teknik
berkurang nonfarmakologis: napas dalam,
d. Tanda vital dalam relaksasi, distraksim kompres
rentang normal hangat/dingin
g. Berikan analgetik
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah diberikan analgesic
pertama kali
3.
4.
5.