Anda di halaman 1dari 15

2

1.1 Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal


Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk
memperoleh data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data
tersebut dikoordinasikan dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar
belakang sosial dan psikososial pasien.Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang
aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi
roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor
pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

1.2 Anamnesa / Wawancara


1.2.1 Keluhan Utama (PQRST)
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang sering ditemukan pada masalah sistem
muskuloskeletal yang perlu diketahui secara lengkap tentang sifa-sifat nyeri.
Kebanyakan klien dengan penyakit atau kondisi traumatik, baik yang terjadi
pada otot, tulang, dan sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang biasanya
di gambarkan sebagai nyeri dalam tumpul yang bersifat menusuk sedangkan
nyeri otot di gambarkan sebagai adanya rasa pegal. Nyeri fraktur bersifat
tajam dan menusuk dan dapat di hilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam
juga di timbulkan oleh infeksi nyeri tulang akibat spasme otot atau penekanan
pada syaraf sensoris.
Kebanyakan nyeri muskuloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat.
Memar sendi atau otot menimbulkan nyeri akan bertambah karena aktivitas.
Nyeri pada satu titik yang terus bertambah menunjukan proses infeksi
osteomielitis tumor ganas, atau komplikasi faskula nyeri menyebar terdapat
pada keadaan yang menimbulkan tekanan pada serabut syaraf nyeri bisa

3
berbeda-beda dan pengkajian maupun penanganan keperawatannya harus di
bedakan pula untuk masing-masing klien.
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain
berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing klien sifat-sifat
nyeri perlu diketahui dapat dikaji menggunakan PQRST.

2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu keluhan yang
menyebabkan klien meminta pertolongan layanan kesehatan. Perawat perlu
menanyakan berapa lama keluhan di rasakan kemana klien pernah meminta
pertolongan sebelum ke rumah sakit apakah pernah ke dukun urut atau patah
tulang pada beberapa kasus iyang menyebabkan deformitas setelah terjadi
trauma atau patah tulang adalah karena intervensi dukun patah, atau apakah
tidak ada tindakan setelah mengalami trauma pengkajian juga untuk
mengetahui apakah keadaan atau masalah kelainan bentuk pada dirinya
menyebabkan perubahan citra diri klien.

at, apakah nyeri bertambah berat bila beraktifitas, pada aktivitas mana nyeri bertambah (apakah pada saat batuk, bersin, b
atau merupakan respon dari peradangan local.
usuk
uk, tajam, atau tumpul menusuk.
m bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh pasien sehingga pasien akan lebih mudah mendeskripsikan ras nyeri tersebut.
Region, radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukan dengan
tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar /
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi tekanan pada saraf / radiks saraf
akan memberi gejala nyeri yang disebut radiating paint, misalnya pada
skiatika yang nyerinya menjalar mulai dari bokong sampai anggota gerak
bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri
kiriman / referred paint adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya
akibat kelainan dari tempat lain, misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada
sendi panggul.
Severity (scale) off pain :seberapa hebat rasa nyeri yang dirasakan klien,
dapat berdasarkan scala nyeri / gradasi dan klien menerangkan seberapa
hebat rasa sakit mempengaruhi fungsinya.
Pengkajian ini juga menjadi parameter penting dalam menentukan
keberhasilan suatu intervensi.
Sebagia contoh : pasien yang mengalami fraktur sebelum dilakukan
intervensu imobilisasi mempunyai derajat skala nyeri 3 (0-4) atau nyeri
berat, maka setelah mendapat intervensi apakah skala nyeri mengalami
penurunan, misalnya 1(0-4) atau nyeri ringan.
Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat subjektif oleh karena itu pada
pengkajian tersebut estimasi harus ditentukan oleh pasien sendiri. Teknik
pengkajian dilakukan dengan cara; Pasien bisa ditanya dengan
menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh rasa
nyeri yang dirasakan.
0 = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat
4 = nyeri berat sekali

Time : beberapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari / siang hari.
Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan, atau seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala-
gejala timbul secara terus menerus atau hilang timbul (Intermiten).
Tanyakan apa yang sedang dilakukan pasien saat gejala timbul.
Lama timbulnya (durasi). Tanyakan kapan gejala tersebut pertama kali
timbul dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti mungkin.

3. Kekakuan/ ketidakstabilan sendi


Kekakuan atau ketidakstabilan sendi adalah suatu keluhan yang
dirasakan klien menggunakan aktivitasnya sehari-hari dan menyebabkan
klien meminta pertolongan kesehatan. Perawat perlu menanyakan berapa
lama keluhan dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan gangguan
pada aktivitas klien.
Kelainan ini bisa bersifat umum (misalnya pada artritis reumatoid,
spondilitis ankilosan) atau bersifat lokal pada sendi-sendi tertentu locking
merupakan suatu kekauan sendi yang terjadi secara tiba-tiba akibat block
mekanis pada sendi oleh tulangj rawan atau meniskus. Perlu diketahui apakah
kelainan pada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan diteluri pula
penyebabnya apakah karean kelemahan otot atau kelemahan atau robekan
pada ligamen dan selaput sendi.

4. Pembekakaan atau benjolan


Keluhan adanya pembengkakaan ekstrmitas merupakan suatu tanda
adanya bekas trauma yang terjadi pada klien. Pembekaan dapat terjadi pada
jaringan lunak sendi atau tulang hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi
spesifik pembekaan sudah berapa lama proses terjadinya trauma sudah
meminta pertolongan kepada siapa saj untuk mengatasi keluhan, dan apakah
terjadi secara perlahan misalnya pada hematoma progresif pembekakaan juga
dapat disebabkan oleh infeksi tumor jinak atau ganas.

5. Kelemahan otot

Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum


(misalnya pada peyakit distrofi muskular) atau bersifat lokal karena gangguan
neurologis gangguan otot (misalnya pada morbushansen, peroneaparalisis,
atau pada penyakit poliomielitis).

n otot, apakah keluhan terjadi secara bertahap atau tiba-tiba tanpa adanya sebab.
mengalami kelemahan otot, apakah keluhan kelemahan otot mengenal seluruh badan atau hanya ekstremitas bawah, apaka
ainan sensorik, misalnya parastesia, hipoestesia, atau hipersetesia.
otot akibat pengobatan sebelumnya.
6. Gangguan sensinilitas
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi
kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron, baik bersifat total maupun
menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau
penekanan pada syaraf. Gangguan sensorik sering berhubungan dengan
masalah muskuluskeletal. Klien mungkin menyatakan mengalami parestesia
(perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin
akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaraan darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur
tersebut dapat menganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat
gangguan struktur saraf dan peredaraan darah yang terletak sepanjang sistem
muskuluskeletal. Status neurofaskular di daerah muskuluskeletal yang
terkena harus dikaji guna memperoleh informasi untuk perencanaan
intervensi. Hal ini yang perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami
perasaan yang tidak normal atau kebas; apakah gangguan ini bertambah berat
atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai pada
saat wawancara,apakah keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau edema;
apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang terkena
seperti pucat atau sianotik.

7. Gangguan atau kehilangan fungsi


Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi organ muskulskeletal
merupakan gejala yang sering menjadi keluhan utama. Gangguan atau
hilangnya fungsi baik pada sendi maupun anggota gerak mungkin disebabkan
oleh nyeri, kekakuan sendi, atau kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan
perawat untuk menggali keluhan utama klien adalah berapa lama keluhan
muncul, lokasi atau organ yang mengalami gangguan atau kehilangan fungsi,
dan apakah ada keluhan lain yang menyertai.
1.2.2 Riwayat Kesehatan
Pengajian selanjutnya adalah mengenai riwayat kesehatan klien. Dalam
wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status
kesehatan klien. Perawat memperoleh data subjektif dari klien mengenai awitan
masalahnya dan ada penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan
klien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi perbaikan
kesehatan.

1. Identitas klien
Meliputi nama, usia (pengkajian usia klien) gangguan muskulusekeletal
penting karena berhubungan dengan status anastesi dan pemeriksaan
diagnostik tambahan, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan ,
asuransi kesehatan, agama,bahasa yang dipakai, status perkawinan,suku
bangasa,tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor
register,diagnosis medis, dan golongan darah.

2. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit sekarang mencakup masalh klien mulai awitan keluhan
utama sampai pengkajian. Keluhan utama nyeri dapat dikaji dengan
menggunakan metode PQRST. Pada klien yang dirawat di rumah sakit,
penting untuk ditanyakan apakh keluhan utama masih sama seperti pada
saat masuk rumah sakit, kemudian tindakan yang sudah dilakukan
terhadapnya. Perawat mengetahui apakh klien pernah mengalami trauma
yang menimbulkan gangguan muskuluskeletal, baik berupa kelainan
maupun komplikasi yang dialami saat ini. Pengkajian lainnya yang juga
penting adalah pengkajian status kesehatan secara umum saat ini.

3. Riwayat penyakit dahulu


Perlu ditanyakan penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya kemungkinan
mempunyai hubungan dengan masalah klien sekarang, seperti apakah klien
pernah mengalami fraktur atau trauma, apakah klien pernah mengalami
peningkatan kadar gula darah, apkah klien pernah mempunyai tekanan
darah tinggi.
Riwayat opreasi klien perlu ditanyakan karena kemungkinan mempunyai
hubungan dengan keluhan sekarang seperti opresi kasdinoma prostat,
karsinoma mamae yang dapat bermetastasis ketulang dengan segala
komplikasinya.
Hal yang lain perlu ditanyakan adalah pengunaan obat-obatan sebelumnya
oleh klien karena dalam menimbulkan komplikasi, misalnya pemakaian
kortisem dapat menimbulkan negrosis avaskular pada panggul. Selain itu
ditanyakan pula pada klien tentang adanya riwayat alergi terhadap obat-
obatan.

4. Riwayat penyakit keluarga


Penulusuran riwayat keluarga sangat penting karena beberapa penyakit
muskuluskeletal berkaitan dengan kelainan genetik dan dapat diturunkan.
Perlu ditanyakan apakah pada generasi terdahulu ada yang mengalami
keluhan sama dengan keluhan klien saat ini.

5. Pengkajian psikosial spiritual


Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan perilaku klien. Perawat melakukan pemeruiksaan klien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya
pengkajian psikososial spiritual yang seksama. Suatu pemeriksaan mental
meliputi penampilan, perilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan kecepatan
berfikir, persepsi, dan kognitif. Pengkajian status emosi dan mental yang
terkait dengan fisik termasuk pengkajian fungsi serebral (tingkat kesadaran
klien, perilaku dan penampilan, bahasa, fungsi intelektual, termasuk
ingatan, pengetahuan, kemampuan berfikir abstrak, asosiasi, dan penilaian)
sebagian besar pengkajian ini dapat dilakukan ketika interaksi dengan klien
dalam pengkajian lain.

6. Kemampuan koping
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga peting di nilai
untuk mengetahui respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Apakah muncul dampak seperti takut cacat, cemas,
ketidak mampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra
tubuh. Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa digunakan klien
semala stress meliputi :
a. Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini.
 Apakah klien mengalami situasi krisis atau kehilangan?
 Adakah penerimaan atau penolakan terhadap hal tersebut?
 Apakah klien bertanya atau meminta informasi mengenai
masalah?
 Apakah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah?
b. Perubahan perilaku akibat stress
 Apakah efek atau mood klien menujukkan kecemasan (gelisa,
insomnia, kontak mata kurang, gemetar, wajah tegang) atau
depresi (afektumpul, tidak berdaya, rasa bersalah,
ketidakmampuan berbicara, apatis, kemampuan harga diri)?
 Apakah telah ada perubahan dalam kebisaan makan, tidur, dan
beraktivitas?
 Apakah klien mengalami kesulitan berkosentrasi terhadap tugas,
tetap produktif, atau menyelesaikan hal-hal kecil?
 Apakah klien mempunyai kecenderungan menunjukkan ledakan
emosi tanpa alasan?
c. Sumber koping
 Apakah klien mampu meminta pertolongan?
 Pada siapa klien bergantung selama krisis? Adakah orang tersebut
?
 Metode kopping apakah yang terbaik bagi klien selama stress ?
 Berapa lama klien secara normal mengatasi suatu krisis?

7. Pengkajian sosioekonomispiritual
Bila klien dirawat inap, apakah keadaan ini memberi dampak pada status
ekonomi klien karena perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis
dengan dampak neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua aspek keterbatasan
yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran
sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi terhadap
gangguan neurologis dalam sistem pendukung individu.
Pertanyaan-petanyaan berikut dapat membantu perawat mengkaji lebih
lanjut :
a. Kesehatan spiritul meliputi konsep klien mengenai Yang Mahakuasa.
 Apakah klien mempunyai sumber pengharapan, kenyamanan,
kekuatan?
 Ibadah spiritual apa yang penting menurut klien?
 Apakah klien melihat hubungan antara kepercayaan spiritualnya
denga kesehatan atau situasi hidup saat ini?
 Apakah klien membicarakan pentingnya hadir ketempat ibadah
atau melaksaan acara ritual lain?
 Apakah klien mempunyai kitab suci atau benda relijius dalam
ruanganya?
b. Identivikasi ras, budaya, dan suku bangsa
 Apakah latar belakang budaya klien?
 Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
(nasional) atau perlu penerjemah?
 Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan?
 Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?
 Aps sistem sehat-sakit (dokter, ahli neuralogi, kebatinan, dukun)
atau kepercayaan rakyat yang klien gunakan?
 Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan dirumah sakit
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti norma
budaya?
c. Pekerjaan
 Apakah pekerjaan klien?
 Adakah asuransi kesehatan untuk keluarganya?
 Sampai tingkat mana klien senang terhadap pekerjaannya?
 Apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit mengancam
pekerjaan klien?
 Seberapa berat stres yang dialami klien ditempat kerja?
d. Hubungan keluarga
 Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
 Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua, saudara,
dan teman?
 Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
 Bagaimana status pernikahan klien?
 Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
 Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?
 Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap anggota
lainnya?

8. Pengertian klien tentang masalah kesehatan


Hal ini memperlihatkan tingkat penerimaan tingkat intelektual dan
kemampuan untuk melakukan perewatan mandiri klien.
a. Persepi klien tentang masalah kesehatan
 Apakah klien mempunyai pengertian yang akurat mengenai
masalah kesehatan?
 Apakah klien memahami beratnya masalah?
 Bagaimana pemahaman klien tentang perawatan sekarang dan
yang akan dilakukan?
b. Perilaku terhadap tim perawatan kesehatan
 Siapakah pemberi perawatan kesehatan utama klien?
 Bagaimana penilaian dan perilaku klien terhadap pembeli
perawatan kesehatan?
 Apakah klien melakukan pencegahan?
 Seberapa sering klien melakukan pemeriksaan kesehatan?
c. Kepatuhan terhadap terapi
 Apakah terapi untuk masalah kesehatan klien saat ini? Apakah
klien mengikuti rangkaian terapi?
 Apakah klien mampu membayar terapi?
 Apakah ada alat transportasi ke tempat terapi tersebut?
 Apakah klien menderita gangguan kognitif atau fisik yang
menghalangi pemenuhan terapi?
d. Pertimbangan pediatik. Perawat harus melakukan pertimbangan
pediatik yang mencakup :
 Dampak hospitalisasi pada anak
 Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat
mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan
orang tua
 Orang tua biasanya merupakan sumber terbaik untuk
menggambarkan perubahan perilaku
 Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan
mereka dan cenderung memperlihatkan masalah mereka melalui
tingkah laku
 Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatik (kehilangan orang
tua, binatang peliharan, sahabat dekat) dapat mengalami masa
depresi akut
 Anak-anak yang mengalami masalah pikososial mungkin
mengalami kesulitan di sekolahnya
e. Pertimbangan gerontologik. Perawat harus melakukan pertimbangan
gerontik yang mencakup :
 Pengkajian psikososial pada lansia meliputi pembedaan antara
karakteristik normal yang menyimpang dari proses penuaan dan
kondisi patologis
 Pertimbangan bidang kepuasan sehari-hari klien
 Siapakah sumber pendukung utuma klien?
 Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi klien
mengenai peristiwa saat ini
 Tanyakan harapan atau aspirasi klien yang tidak terpenuhi
 Kumpulkan data pengkajian melalui pertemuan yang singkat dan
terus-menerus
 Pusatkan wawancara pada kekuatan dan keterampilan klien, bukan
kekurangan klien.

1.3 Diagnosa Keperawatan


a. Pola napas tidak efektif (D.0005)
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskularl (D.0054)
d. Konstipasi b.d ketidakadekuatan toileting (D.0049)
e. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)

1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1.
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri:
pencedera fisik keperawatan diharapakan
a. Lakukan pengkajian nyeri
(D.0077) gangguan rasa nyaman
secara komprehensif termasuk
dapat teratasi dengan
lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil:
frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level:
presipitasi
a. Mampu mengontrol b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu c. Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan teknik mencari dan menemukan
untuk mengurangi dukungan
nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat
b. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri seperti
nyeri berkurang dengan suhu ruangan, pencahayaan dan
manajemen nyeri kebisingan
c. Menyatakan rasa e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri f. Ajarkan tentang teknik
berkurang nonfarmakologis: napas dalam,
d. Tanda vital dalam relaksasi, distraksim kompres
rentang normal hangat/dingin
g. Berikan analgetik
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah diberikan analgesic
pertama kali
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai