Disusun oleh :
RISA SRI WULANDARI
2030282041
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
SPACE OCCUPYING LESION (SOL)
A. DEFINISI
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa penyebab yang
dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan
tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013)
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam
otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatu lesi yang meluas pertama
kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan cerebrospinal dari rongga cranium.
Pada otak umumnya berhubungan dengan malignasi, namun dalam keadaan patologilain
meliputi abses otak atau hematom. Adanya Space Occupying Lesion dalam otak akan
memberikan gambaran seperti tumor yang meliputi gejala umum yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, perubahan tingkah laku, false localizing sign, serta true
localizing sign. Tumor juga dapat menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ
yang penting seperti terjadinya obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus
atau menginduksi angiogenesis dan edema otak (Akhyar, 2010)
Space occupying lesion intrakranial (lesi desak ruang intrakranial) didefinisikan sebagai
neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta setiap inflamasi yang berada di
dalam rongga tengkorak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan
menempati ruang di dalam otak.Space occupying lesion intrakranial meliputi tumor,
hematoma, dan abses. (Ejaz Butt, 2011)
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh
di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf
pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di
meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel
pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca, B Batticaca, (2008), dalam Tuasikal, Hani
(2013).
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu dari
faktor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan
sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea
adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat
imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS
2. Faktor genetik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
C. ANATOMI FISIOLOGI
rongga kranialis. Ruang intrakranial di tempati oleh darah dan cairan serebrospinal. Setiap
bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan intrakranial
normal sebesar 50-200 mm H2O atau 4-15 mmHg. Ruang intrakranial adalah suatu ruangan
baku yang terisi penuh sesuai kapasitas nya dengan unsur yang tidak dapat di tekan. Otak
(1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga
unsur utama mengakibatkan desakan ruang yang di tempati oleh unsur lain nya dan menaikan
dengan tekanan intrakranial berkisar 10-15mmHg. Tekanan abnormal apabila tekanan diatas
Penyebab peningkatan intrakranial adalah cedera otak yang di akibat kan trauma kepala.
secara mendadak sehingga mencapai 8 tingkatan tekanan darah arteri untuk sesaat. Tingginya
tekanan intrakranial paska pecah aneurisma sering kali diikuti dengan meningkatnya kadar
laktat cairan serebrospinal dan hal ini mengindikasi terjadinya suatu iskemia serebri. Tumor
otak yang makin membesar akan menyebabkan pergeseran CSS dan darah perlahan-lahan
(Satyanegara, 2010).
Gambar 2.2 Skema Proses Desak Ruang Yang menimbulkan Kompresi Pada Jaringan
Otak dan Pergeseran Struktur Tengah.
(Satyanegara, 2010)
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal
terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam
mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun
diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema
yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume
inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub
bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya.
efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan
cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/serebulum.herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister
otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke
tiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum
oleh suatu massa poterior, (Suddart, Brunner. (2001), dalam Ulrahma, Amelia Miftah, (2016).
E. PATHWAY
Idiopatik
Tumor otak
Ancaman Gang.Komunikasi
Gangguan kematian verbal
Pertukaran gas
Gangguan
Rasa nyaman
F. MANIFESTASI KLINIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan diagnostik
1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler
2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan daerah
Scan
1. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik sebagai
Miftah, (2016)).
H. PENATALAKSANAAN
I. Penatalaksaan Medis
yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting
2. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500
cc / hari.
3. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
4. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
6. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
I. KOMPLIKASI
1. Edema serebral.
3. Herniasi otak.
4. Hidrosefalus.
5. Kejang.
6. Metastase ketempat lain. (Brunner & Sudarth, (2003), dalam Ulrahma, Amelia
Miftah, (2016)).
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
4. Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
5. Riwayat keluarga yaitu pada migren dan nyeri kepala biasanya di dapatkan juga
6. Pemeriksaa fisik
1) Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
2) Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
5) Rasa Nyaman
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan
nyeri)
6) Kebersihan Diri
7) Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
9) Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
10) Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
11) Spiritual
sebaliknya.
7. Pemeriksaan neurologis
Tanyakan waktu, tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji kemampuan klien
b) Saraf Kranial
dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak
bau tersebut.
mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang
- Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan Abdusen)
dan ptosis kelopak mata. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral
sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah tadi
Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan
ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam
Fungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat
test
motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi gerakan
meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.
c) Fungsi Motorik
d) Fungsi Sensorik
tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam,
suhu, getaran.
e) Fungsi Refleks
- Biseps: pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
verbal.
- Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
2. Resiko Cidera
3. Gangguan Pertukaran Gas
4. Ansietas\
5. Gangguan Rasa Nyaman
C. INTERVENSI
N Diagnosa Keperawtan (SDKI) SLKI SIKI
o
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Yang Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan
Ditandai Dengan Tumor Otak Setelah dilakukan tindakan Intrakranial
keperawatan selama 3x24 jam Aktivitas-aktivitas :
Kondisi Klinis Terkait diharapkan perfusi serebral Observasi
1. Cidera kepala klien dapat meningkat, dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan
2. Neoplasma otak kriteria : TIK (mis. Lesi, edema serebral)
3. Hidrosefalus 2. Monitor tanda dan gejala
No Kriteria peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
1. Tekanan Intra meningkat, kesadaran menurun)
Kranial 3. Monitor status pernafasan
2. Gelisah
3. Kecemasan 4. Monitor intake dan output cairan
4. Demam Terapeutik
Keterangan :
1. Berikan posisi semi fowler
1. Meningkat
2. Cegah terjadinya kejang
2. Cukup Meningkat
3. Pertahankan suhu tubuh normal
3. Sedang
Kolaborasi
4. Cukup Menurun
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan
5. Menurun
anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian deuretik
osmosis, jika perlu
2. Resiko Cedera Yang Ditandai Tingkat Cedera Pencegahan Cedera
Dengan Perubahan Fungsi Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :
Psikomotor keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat cedera klien 1. Identifikasi area lingkungan yang
Kondisi Klinis Terkait dapat menurun dengan berpotensi menyebabkan cedera
1. Kejang kriteria : 2. Identifikasi obat yang berpotensi
2. Gangguan penglihatan No Kriteria menyebabkan cidera
3. Gangguan pendengaran 1. Kejadian Teraupetik
4. Kelainan nervus vetibularis cedera 1. Sediakan cahaya yang memadai
2. Ekspresi wajah
2. Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi
kesakitan
3. Agitasi ditempt tidur, jika perlu
4. Gangguan 3. Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
mobilitas dijangkau
Keterangan :
4. Pastikan roda ditempat tidur terkunci
1. Meningkat
5. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
2. Cukup Meningkat
dengan kebijakan fasilitas pelayanan
3. Sedang
kesehatan
4. Cukup Menurun
6. Diskusikan mengenai latihan dan terapi
5. Menurun
fisik yang diperlukan
7. Diskusikan anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
8. Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri
3. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Dengan Dispnea Ditandai Dengan Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-Aktivitas
Abnormal(Cepat/Lambat, keperawatan selama 3x24 jam Observasi
Reguler/Ireguler,Dalam/Dangkal) diharapkan pertukaran gas 1. Monitor freuensi, irama, kedalaman
jkien dapat membaik, dengan dan upaya nafas
Gejala dan Tanda Mayor kriteria : 2. Monitor pola nafas
Objektif No Kriteria 3. Monitor kemampuan batuk efektif
1. Dispnea 1. Dispnea 4. Auskultasi bunyi nafas
2. Pusing
Objektif 3. Penglihatan 5. Monitor saturasi oksigen
1. PCO2 meningkat/menurun kabur
2. PO2 menurun 4. Gelisah Teraupetik
3. Takikardi 1. Alur intervensi pemantauan
Keterangan :
4. Bunyi nafas tambahan respirasi sesuai kondisi pasien
1. Menurun
2. Dokumentasi hasil pemantauan
2. Cukup Menurun
Gejala dan Tanda Minor Edukasi
3. Sedang
Subjektif 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Pusing 4. Cukup Meningkat pemantauan
2. Penglihatan kabur 5. Meningkat 2. Informasikan hasil pemantauan,
Objektif jika perlu
1. Sianosis
2. Gelisah
3. Nafas cuping hidung
4. Pola nafas abnormal (cepat/lambat,
reguler/ireguler,dalam/dangkal)
5. Warna kulit abnormal (mis.pucat)
6. Kesadaran menurun
A. Kesimpulan
a. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi benigna dan maligna
Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua
kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor
itumuncul.
b. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian ringan,
B. Saran
a. Dapat Belajar dalam memahami secara teoritis dan praktek dalam
Lession
Ulrahma, Amelia Miftah, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengansuspect Space
Occupying Lession (S.O.L) Di Ruang Rawat Inap Interne Wanita Rsud
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi. Diakses pada 24 Mei 2021
Tuasikal, Hani, 2013 Laporan Pendahuluan Space Occupying Lesion (Sol). Diakses pada
24 Mei 2021