Anda di halaman 1dari 79

MENINGITIS

VIRUS
NOR FAZILLAH BT ADAM
11-2012-060
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. I
 Umur : 30 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Perkawinan:Belum menikah
 Pendidikan: SMA
 Pekerjaan : Tukang Pijit
 Alamat: Jl Leli IV No.16 RT 4/7 Depok
 No RM : 296338
 Dirawat Diruang : Cattleya
KELUHAN UTAMA
 Kejang dan seluruh tubuh kaku 2 jam SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 2 jam SMRS, OS mengalami kejang di rumah selama kurang
lebih 5 menit. Mata ke atas, kepala lurus, dan kaku keempat alat
gerak. Mulut berbusa (-), lidah tergigit (-), mulut mengecap-
ngecap (+). Saat kejang, penderita tidak sadar dan setelah kejang
sadar kembali, tetapi langsung tertidur kembali. Pasien dibawa
oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit Bakhti Yudha.
 Sewaktu di IGD, pasien kembali mengalami kejang dengan
kaku seluruh tubuh selama kurang lebih 5 menit, dengan mata
ke atas, kaku keempat alat gerak, tidak ada mulut berbusa, tidak
ada lidah tergigit, tetapi diawali dengan mulut mengecap-
ngecap. Sehabis kejang, pasien sadar tetapi tertidur kembali.
 Beberapa jam SMRS, pasien dikatakan melakukan
kerja berat dengan mengangkat panci besar, dan
sehabis itu, pasien mengeluh sakit di punggung.
Pasien terbangun dari tidur karena sakit punggung
dan sakit jika bergerak. Kira-kira 1 jam setelah
terbangun dari tidur, pasien mengalami kejang,
yang menyebabkan keluarga pasien membawa
pasien ke IGD RSBY.
 pasien pertama kali mengalami kejang saat usia 17 tahun.
Kejang biasanya diawali dengan mulut mengecap-ngecap,
pasien bengong dengan mata ke atas dengan pandangan
kosong. Pasien juga sering mengeluh perutnya mual sebelum
kejang. Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan
berkunang-kunang/ seperti melihat warna-warni (-), perasaan
seperti ada kupu-kupu diperut (-), seperti mencium bau-
bauan aneh (-). Tidak lama setelah kejang berakhir, pasien
biasanya tidak sadar akan jatuh, dan tertidur. Tidur sangat
lama bisa sehingga satu hingga dua hari, dan pasien hanya
bangun untuk makan atau minum.
 Selama ini, pasien berobat ke puskesmas, dan
diberi obat putih (nama obat tidak diketahui), tetapi
pasien berhenti mengkonsumsi obat tersebut karena
dirasakan tidak cocok. Pasien hanya minum jamu
secara rutin, kira-kira tiap dua hari 1 kali minum.
Pasien juga mengatakan telah melakukukan
pemeriksaan EEG beberapa tahun sebelum ini,
tetapi menurut doter yang merawat pasien, hasil
EEG tidak ditemukan sebarang kelainan
 Riwayat trauma/ cedera kepala sebelum kejang
pertama kali disangkal, riwayat kejang saat balita
atau sebelum kejang pertama (-), riwayat kejang di
keluarga atau keluarga yang menderita tuberkulosis
paru disangkal. Tetapi terdapat keluarga pasien
menderita penyakit kanker dan tuberkulosis. Riwayat
demam, nyeri kepala hebat sebelum kejang terjadi
disangkal. Riwayat stroke/TIA, riwayat penggunaan
obat-obatan terlarang dan alkohol tidak diketahui.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
 Riwayat DM (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat penyakit TB(+), alergi (-)
 Riwayat keluhan seperti pasien (-)
 Riwayat kanker (+), kakek pasien
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
 Diabetes mellitus (-)
 Hipertensi (-)
 penyakit TB(-)
 alergi (-)
 obesitas (-)
 jantung (-)
 stroke (-)
STATUS GENERALIS
 Keadaan umum : tampak sakit berat
 Kesadaran : CM GCS = E4M5V6= 15
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Pernapasan : 24 x/menit
 Suhu : 36,5oC
 Kepala : normosefali, tidak ada kelainan
 Mata OS : pupil bulat,isokor, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+),
reflex cahaya tidak langsung (+)
OD : pupil bulat,isokor, ø 3mm,
reflex cahaya langsung (+),
reflex cahaya tidak langsung (+)
 Mulut : mukosa basah, tidak ada kelainan
 Leher : pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar
 Paru : SN vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
 Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, hepar
dan lien tidak teraba
 Kelamin : tidak di indikasikan
 Berat badan : 73 kg
 Tinggi badan : 161 cm
STATUS PSIKIKUS
 Cara berpikir : realistik, sesuai umur
 Perasaan hati : eutim
 Tingkah laku : pasien sadar, pasif
 Ingatan : baik, amnesia (-)
 Kecerdasan : sesuai tingkat pendidikan
STATUS NEUROLOGIKUS
Kepala
 Bentuk : normosefali
 Nyeri tekan : (-)
 Simetris : (+)
 Pulsasi : (-)
Leher
 Sikap : simetris
 Pergerakan: bebas
Tanda-tanda perangsangan meningen
 Kaku kuduk : positif
 Laseq : positif
 Kernig : positif
 Brudzinski I : negatif
 Brudzinski II : negatif
 N.
Pemeriksaan saraf kranial
olfaktorius
 Penciuman: pasien tidak kooperatif
Dengan bahan : rokok
 N. optikus 
Kanan Kiri
 Tajam penglihatan 1/60 1/60
 Pengenalan warna Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Lapang pandang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 
Pemeriksaan saraf kranial
• N. Okulomotorius Kanan Kiri

Kelopak mata Terbuka Terbuka

Gerakan mata:

Superior Tidak ada kelainan Pandangan

berbayang

Inferior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Medial Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Endoftalmus Tidak ada Tidak ada

Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada


•Pupil kanan kiri
Diameter 3 mm 3 mm

Bentuk Bulat Bulat

Posisi Sentral Sentral

Refleks cahaya + +

langsung

Refleks cahaya + +

tidak langsung

Strabismus - -

Nistagmus - -
N. Trochlearis Kanan Kiri

Gerak mata ke Tidak ada Tidak ada


lateral bawah kelainan kelainan

Strabismus - -

Diplopia - -
N. trigeminus

Mengunyah
tidak ada kelainan

Menggigit
tidak ada kelainan

Refleks kornea
tidak ada kelainan

Sensibilitas
tidak ada kelainan
N. Abdusens Kanan Kiri

Gerak mata ke Tidak ada Tidak ada


lateral kelainan kelainan

Strabismus - -

divergen

Diplopia - -
N. Facialis Kanan Kiri

Tidak ada kelainan


Mengerutkan dahi Tidak ada kelainan

Kerutan kulit dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


Menutup mata Kerutan (+)
Kerutan (+)
Menggembungkan pipi Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Meringis Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Memperlihatkan gigi Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Bersiul Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Perasaan lidah bagian 2/3 Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
depan
N. Vestibulokoklearis Kanan Kiri

Mendengar suara Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

berbisik
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Test Rinne

Test Weber Tidak dilakukan Tidak ada kelainan

Test Shwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan


N. Glossofaringeus

Arkus faring tidak ada kelainan

Daya mengecap tidak dilakukan


1/3 belakang
Refleks muntah tidak ada kelainan
N.Vagus

Arkus faring Tidak ada kelainan

Menelan Tidak ada kelainan


N. Asesorius

Menoleh Tidak ada kelainan

kanan, kiri,
bawah
Angkat bahu Tidak ada kelainan

Trofi otot Tidak dilakukan

bahu
N. Hipoglosus

Sikap lidah Tidak dilakukan

dalam mulut
Julur lidah Tidak ada kelainan

Tremor Tidak ada kelainan

Fasikulasi Tidak ada kelainan


Anggota gerak
Ekstremitas atas Kanan Kiri
Simetris Simetris simetris
Trofik Eutrofik eutrofik
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan 4444 5555
Refleks bisep + +
Refleks trisep + +
Refleks H.Trommer - -

Sensibilitas
Raba tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Suhu tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Vibrasi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah Kanan Kiri
Bentuk Simetris simetris
Trofik Eutrofik eutrofik
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan 4444 5555
Refleks patella + +
Refleks Achilles + +

Refleks patologis:

Babinski + -
Chaddock + -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Sensibilitas:
Raba tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Suhu tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Vibrasi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Gerakan-gerakan abnormal
 Tremor : (-)
 Miokloni : (-)
 Khorea : (-)
 
Alat vegetative
 Miksi : normal
 Defekasi : normal
RENCANA DIAGNOSTIK
 Laboratorium darah lengkap, kimia darah (GDS,
Ur, Cr), elektrolit, analisa gas darah
 Rontgen torakolumbal dan rontgen thorax
 CT scan dengan kontras
 Lumbal Punksi (Analisa LCS dan antibody virus),
bila tidak ada kontraindikasi
 Observasi kejang suspek meningoensefalitis
tuberkulosis.
Lab Tgl 14/6/2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


HEMATOLOGI  
Hemoglobin 13,1 12-16
Leukosit 16,4* 5-10
Hematokrit 39 38-47
Trombosit 236 150-450
Basofil 0 0-1
Eusinofil 0* 1-3
Neutrofil stab 0* 3-5
Neutrofil segmen 54 54-62
Limfosit 37* 25-33
Monosit 9* 3-7
 Kimia Darah
Gula darah sewaktu 153 <180
Ureum 25 10-50
Kreatinin 0,6 0.5-1.5
Lab Tgl 29/5/2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


ELEKTROLIT  

Natrium 131* 135-146


Kalium 3,76 3,5-5
Chlorida 101 98-107
Hasil Analisa Cairan Otak tgl 18/6/13 pk 16.21

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


ANALISA CAIRAN

OTAK

Glukosa 75 50-80 mg/dL

Protein 33 <50 mg/dL

None (-) (-)

Pandy (-) (-)

Jumlah sel 25* 0-5/uL

Mono 42%

Poli 58%
CT Scan kepala tanpa kontras Tgl
15/06/13
 Tak tampak lesi hipodense/hiperdense di parenkim otak.
 Tak tampak hematom pada intracranial-extracerebral
 Sulci dan Gyri tampak normal
 System ventrikel dan cisterna tampak normal
 Pons dan Cerebellum tampak normal
 Tak tampak midline shift
 Tak tampak kalsifikasi abnormal
 Mastoid dan bulbus occuli kanan kiri tampak normal
 Sinus ethmoidalis, sphenoidalis dan frontalis tidak tampak penebalan
mukosa
 Tak tampak kelainan pada calvaria.

KESIMPULAN : CT scan kepala tak tampak lesi patologis intracranial


Rontgen Thorax tanggal
15/6/2013
 Cor: tampak membesar, LVH
 Pulmones: Hila tak tampak melebar
 : tampak kesuraman di suprahiler/perihiler/paracardial
 : corakan bronchovaskuler tak meningkat
 : pleura tak tampak kelainan
 Diafragma/sinus: tak tampak kelainan
 Tulang-tulang: tak tampak kelainan os costae/ vertebrae thoracalis
 Kesan:
 Cor: tampak cardiomegali, LVH
 Pulmones: sesuai gambaran oedema pulmonum type alveolar
Rencana Anjuran
 IgM dan IgG Anti HSV 2
Resume
Subjektif:
 Pasien perempuan berumur 30 tahun dibawa ke RSBY
dengan kejang dan kaku seluruh tubuhnya 2 jam SMRS. Mata
ke atas, kepala lurus, kaku keempat alat gerak, mulut
mengecap-ngecap. Kejang berlangsung kurang lebih 5 menit,
dan habis itu pasien tertidur. Beberapa jam sebelum masuk
rumah sakit, pasien habis mengangkat panci besar, dan
mengeluh sakit di punggung belakang sehingga terbangun
dari tidur pada waktu malam. Riwayat kejang pertama pada
usia 17 tahun, dan tidak ada riwayat kejang saat bayi atau
anak-anak. Riwayat jatuh disangkal.
Objektif:
 Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran Compos
Mentis, GCS E3M5V3 dengan tanda-tanda vital tekanan darah
110/70 mmHg, frekuensi nadi 76 kali per menit, frekuensi
nafas 24 kali per menit, suhu 36.50C. Pemeriksaan status
neurologis baik, Pada pemeriksaan motorik di kedua
ekstremitas kiri didapatkan 5555, tetapi di kedua ekstremitas
kanan didapatkan 4444, refleks fisiologis keempat ekstremitas
(+), refleks patologis babinski positif di kaki kanan, ransang
meningeal (kaku kuduk positif, kernig positif, laseq positif),
N.cranial: kesan paresis nervus III sinistra parsial.
 Pada pemeriksaan penunjang (Lab) didapatkan
Hb:13,1 g/dL, Leuko: 16,4 ribu/mm, Ht: 39%,
eosinofil : 0%, neutrofil stab: 0%, limfosit: 37%,
monosyte: 9%. Kimia darah : GDS: 153mg/dL.
 Pada Analisa cairan otak didapatkan, glukosa: 75
mg/dL, protein 33 mg/dL, jumlah sel 25/uL, warna
merah muda.
 Pada rontgen thorax didapatkan cardiomegali.
Diagnosis
 Klinis : kejang, kaku
 Topis : meningens, korteks serebri
 Patologis : inflamasi
 Etiologi : infeksi ec meningoensefalitis virus
Tatalaksana
 Pantau airway, breathing, circulation
 IVFD RL 20 tpm (+ Ketesse 1 amp/12 jam)
 Cortidex 4xi amp i.v
 Ceftriaxon 2xII gram i.v
 Fenitoin 3x 100 mg p.o
 Pct 3x ½ tab
 Ranitidine 2x1 i.v
Prognosis
 Ad vitam :dubia bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : bonam
Follow Up Tgl 02/06/13
S : Os mengatakan tidak ada keluhan
O : CM
GCS: E4M6V5(15)
TD:120/70 mmHg N: 80 x/mnt RR: 22 x/mnt
S: 36,0oC
GDS : 138 mg/dL
Motorik 4444 5555 RF + + RP - -
4444 5555 + + - -
Tanda rangsang meningel :
 Kaku kuduk (-)
 Bruzinski I dan II (-)

A: -Meningitis viral
P:
 Boleh pulang
 Acyclovir 4x600 mg
 (PCT 300 mg/codein 20 mg/ tramol 25 mg/ amitriptilin
5mg) 3x1
 Carbamazepin 2x200 mg
Pembahasan
 Diagnosis awal: epilepsi
 Dasar diagnosis:
 Pasien mengalami kejang kira-kira 5 menit, sebanyak 2 kali
 Mata ke atas, kepala lurus, dan kaku keempat alat gerak.
Mulut berbusa (-), lidah tergigit (-), mulut mengecap-ngecap
(+).
 Gejala sebelum kejang: mulut mengecap-ngecap, pandangan
kosong, mual
 Gejala sesudah kejang: tertidur lama
 Kaku kuduk: (+)
 Diagnosis lanjut: meningitis
 Dasar diagnosis:
 Kaku kuduk (+)
 Kejang dan kaku keempat anggota gerak
 Mialgia
 Kejang pertama saat umur 17 tahun
 Tidak ada riwayat kejang saat bayi atau saat anak-anak
 Tidak ada riwayat kejang dalam keluarga
 Gold standar untuk menegakkan diagnosis
meningitis adalah lumbal pungsi
 Melalui analisa LCS, dapat diketahui penyebab
dari Meningitis apakah virus / bakteri / jamur /
tuberkulosa / parasit.
KontraIndikasi
 adanya Lumbal Punksi
luka pada punggung
 adanya herniasi karena hidrocephalus obstruksi
 adanya kelainan darah seperti trombositopenia
 adanya massa/tumor kepala

Pada pasien ini tidak didapatkan kelainan-kelainan tersebut,


oleh karena itu, lumbal punksi dapat dilakukan.
Keadaan Warna Tekanan Leukosit (/µL) Protein (mg/dL) Glukosa (mg/dL)

Normal Jernih 75-200 mmH2O 2-5 15-45 40-70

50-500 dominan
Meningitis TB Jernih Biasanya meningkat ↑ 100-200 <50-60% dari GDS
mononuklear

ningitis Bakterialis Keruh >180 mmH2O 1.000-10.000 (PMN) >150-1.000 <40% dari GDS

Toksoplasmosis Normal Monosit mendominasi Normal / sedikit ↑ Biasanya Normal

Abses otogenik Normal / sedikit↑ 0-100 20-200 Normal

Normal / sedikit ↑ (80-


Meningitis Virus Jernih Normal <1.000 Normal
200)

Jamur Biasanya ↑ 25-500 ↑ Normal / ↓


 Curiga virus::
 Gejala prodromal: mialgia, dan rasa tidak enak badan (infeksi virus)
 OS tidak sedang batuk lama/batuk darah, tidak turun berat badan
 tuberkulosis dapat disingkirkan.
 CT scan: terbatas karena tidak dilakukan CT Scan dengan kontras
 Pemeriksaan tambahan yang harus dianjurkan:
 IgG CMV dan HSV
 IgM CMV dan HSV
 Pemeriksaan yang lebih akurat adalah dengan pemeriksan PCR DNA
CMV maupun HSV dari LCS
 CMV : sensitivitas 82-100% dan spesifisitas 86-100%
 HSV : sensitivitas >95% dan spesifisitas >99%
 Radang susunan saraf pusat
 Ensefalitis : radang otak
 Meningitis : radang selaput otak
 Meningoensefalitis: radang otak + selaput
 Ensefalopati : gangguan kesadaran
 Penyebab : bakteri, virus , jamur, mycobacterium,
protozoa.
MENINGOENSEFALITIS
 MENINGITIS ENSEFALITIS
 Sakit kepala  Sakit kepala
 Demam  Demam
 Fotofobia  Kelainan cerebral :
 Tanda rangsang gangguan kesadaran,
meningeal defisit neurologi
Ensefalitis viral
 Demam onset akut
 Tanda dan gejala iritasi leptomeningeal (seperti
sakit kepala, demam, kaku leher).
 Tanda-tanda neurologik fokal seperti kejang dan
gangguan kesadaran, gangguan perilaku dan
bicara, gerakan abnormal (jarang)
 Gejala prodromal virus: demam, sakit kepala,
mual, dan muntah, letargi, dan mialgia.
Cytomegalovirus
 Lebihsering pada pasien dengan imunosupresi, khususnya AIDS
 UjiPCR untuk memastikannya
 Serologi bisa jadi positif tetapi prevalensi CMV seropositif pada
masyarakat umum juga tinggi.
 IgG anti CMV yang positif sedangkan IgM anti CMV negatif 
infeksi primer CMV telah terjadi sebelumnya
 IgM anti CMV (-) pada ditemukannya CMV di LCS merupakan
penanda adanya reaktivasi lokal di SSP.
 PCR CMV-DNA dari darah penting pada keadaan klinis untuk
menentukan viremia CMV.
Meningoensefalitis viral
 Demam
 Sakitkepala
 Kaku kuduk
 Nyeri jika menggerakan mata, Fotofobia
 Perubahan perilaku dan kepribadian, gangguan kesadaran
ringan.
 Pasien biasanya tidak tampak sakit seperti pada meningitis
bakterialis.
 Kejang umum atau fokal
 Konfusi akut atau keadaan amnestik
 Flaccid paralysis (pada 10% pasien dengan WNE)
 virusEpidemiologi
enterik
 virus eksantem pada masa kanak-kanak,
 arthropod-borne/arbovirus
 eastern equine, western equine, St. Louis, Japanese B, West Nile, dan
California ensefalitis.
 herpes simpleks tipe 1
 dewasa muda, sebelumnya sehat, tiba-tiba mengalami gangguan kesadaran,
diikuti kejang onset cepat dan defisit neurologik fokal.
 Menyebabkan ensefalitis akut, fokal, dan nekrotik dengan peradangan dan
edema
 MRI: kelainan di lobus temporalis medial dan inferior pada sisi yang
terkena.
Patofisiologi
 Virus memasuki SSP dengan dua jalan yang berbeda
 penyebaran hematogen
 penyebaran neuronal retrograd.
 Ensefalitis viral bervariasi berdasarkan kelompok
virusnya.
 Arbovirus degenerasi sel saraf yang luas, ada edema
dan area nekrosis dengan atau tanpa perdarahan.
Terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan dapat
berlanjut menjadi herniasi.
Diagnosis
 Riwayat perjalanan penyakit
 Manifestasi klinis
 Pemeriksaan lab:
 Kultur cairan serebrospinalis (CSF), pemeriksaan
serologis, hitung sel darah putih
 CT scan atau MRI.
Evaluasi dan Terapi
 Terapi suportif untuk mengurangi gejala dan
mengontrol tekanan intrakranial
 Pemberian obat untuk mengurangi morbiditas dan
mencegah komplikasi.
 Antiviral untuk mengatasi ensefalitis viral yang dapat
diatasi. Acyclovir, ganciclovir, foscarnet
 Kortikosteroid untuk ensefalitis post-infeksi atau non-
infeksi.
 Kadang diberikan obat golongan benzodiazepin untuk
mengatasi kejang akibat ensefalitis.
Meningitis Bakterialis
 KU lebih buruk
 Demam
 + tanda infeksi sistemik atau parameningeal, seperti abses kulit atau
otitis
 Konfusi
 Muntah
 Sakit kepala
 Kaku kuduk & tanda rangsang meningeal (80%)
 sering tidak muncul pada orang yang sangat muda dan sangat tua,
atau dengan gangguan kesadaran yang berat.
 Ruam petekie pada pasien N. meningitidis (50-60%)
Penanganan
 Pemilihan antibiotik awal bersifat empiris,
berdasarkan usia pasien dan faktor-faktor
predisposisi.
 Terapi disesuaikan berdasarkan indikasi ketika hasil
pewarnaan Gram atau kultur dan sensitivitas tersedia.
 Dexamethasone, segera sebelum terapi antibiotik dan
dilanjutkan selama 4 hari, menurunkan mortalitas
pada pasien imunokompeten yang dipastikan
mengalami meningitis bakterialis.
Meningitis Tuberkulosis
 Reaktivasi infeksi laten Mycobacterium tuberculosis.
 Infeksi primer dari paru-paru menuju meninges dan permukaan
otak
 Demam, letargi atau konfusi, dan sakit kepala.
 Berat badan turun, muntah, kaku kuduk, gangguan penglihatan,
diplopia, kelemahan fokal, dan kejang mungkin juga terjadi.
 Edema papil, kelumpuhan okuler, dan hemiparesis kadang-kadang
dapat dijumpai.
 Anamnesis  batuk lama atau batuk darah (-)  penurunan
berat badan (-)
 kontak dengan penderita TBC (-)
Stadium meningitis tuberkulosis

 Grade I : GCS 15, tanpa defisit fokal


 Grade II :
 GCS 10-14 +/- defisit neurologis fokal
 GCS 15 dengan defisit nurologis fokal
 Grade III : GCS <10 dengan atau tanpa defisit
neurologis fokal
Skoring Meningitis TB
Variabel Skor
Usia (tahun)
≥ 36 2
< 36 0
Hitung sel darah putih plasma (103/mL)
≥ 15000 4
< 15000 0
Lama sakit (hari)
≥6 -5
<6 0
Persentase neutrofil LCS (%)
≥ 75 +4
< 75 0
Total skor ≤ 4 menunjukkan meningitis TB; skor > 4 tidak menunjukkan meningitis TB
Tata Laksana
 Isoniazid
300 mg (5 mg/kg/hari)
 Rifampicin 600 mg (10 mg/kg/hari
 Pyrazinamide 25 mg/kg (max 2 g/hari)
 Ethambutol 15-20 mg/kg (max 1,2 g/hari)

 2 R-H-Z-E + 7-10 R-H-Z


 Pyridoxine 50 mg/hari untuk mencegah polineuropati
yang diinduksi isoniazid.
Tata Laksana
 Kortikosteroid
 Hanya pada pasien yang negatif HIV
 Meningitis TB grade I
 Minggu I : 0,3 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu II : 0,2 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu III-IV : mulai 4 mg/hari p.o.
dan diturunkan 1 mg/hari tiap minggu
 Meningitis TB grade II/III
 Minggu I : 0,4 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu II : 0,3 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu III : 0,2 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu IV : 0,1 mg/kgBB/hari i.v.
 Minggu V-VIII : mulai 4 mg/hari p.o.

dan diturunkan 1 mg/hari tiap minggu


Meningitis Sifilis
 Dalam 2 tahun setelah infeksi sifilis primer
 Paling sering terjadi pada dewasa muda, laki-laki
daripada perempuan
 terapi segera mencegah manifestasi yang
ireversibel atau neurosifilis tersier
 Sakit kepala, mual dan muntah, kaku kuduk, gangguan mental,
kelemahan fokal, kejang, tuli, dan gangguan penglihatan
biasanya ada selama kira-kira 2 bulan.
 Pemeriksaan fisik
 gejala iritasi meningeal, konfusi atau delirium, edema papil,
hemiparesis, dan afasia.
 Nervus kranialis paling sering terkena secara berurutan ialah
nervus VII, VIII, III, V, VI, dan II
 Demam biasanya tidak ditemukan.
Tata Laksana
Fase akut (3-6 minggu)
 Pirimetamin
 BB >50 kg: 2 x 25 mg per hari p.o.
 BB <50 kg: 3 x 25 mg per hari p.o.
 Klindamisin
 4 x 600 mg per hari p.o.
Fase rumatan:
 Pirimetamin dan klindamisin setengah dari dosis akut atau
kotrimoksazol 2 x 1, diteruskan hingga pasien mencapai
CD4 > 200
Meningitis Jamur
 Riwayat kondisi predisposisi
 karsinoma, keganasan darah, infeksi HIV, diabetes,
transpalantasi organ, terapi dengan kortikosteroid atau
agen sitotoksik (kemoterapi), terapi antibiotik yang lama,
atau penggunaan obat intravena
 Gejala yang umum mencakup sakit kepala dan letargi
atau konfusi. Mual dan muntah, gangguan penglihatan
kejang, atau kelemahan fokal perlu diperhatikan, di
mana mungkin tidak ditemukan adanya demam.
 Pemeriksaan neurologis
 tanda-tanda iritasi meningeal
 status konfusional
 edema papil
 gangguan penglihatan, ptosis, exoftalmus, okular atau palsi
saraf cranial yang lain
 kelainan neurologis fokal seperti hemiparesis.
 Beberapajamur (mis, Cryptococcus) dapat menyebabkan
kompresi korda spinalis,
 nyeri spinal, paraparesis, tanda-tanda piramidal pada
tungkai, dan hilangnya sensasi pada tungkai dan batang
badan.
Tata Laksana
 Amfoterisin diberikan 0,7-1 mg/kg/hari dalam infus
dekstrosa 5% selama 4-6 jam.
 Flukonazol dapat ditambahkan (800 mg/hari)
 Kombinasi ini dapat digunakan selama 2 minggu pertama
lalu flukonazol 800 mg/hari per oral selama 800 mg/hari
per oral.
 Bila tidak ada Amfoterisin B
 Flukonazole 800-2000 g/hari selama 12 minggu.

Dosis rumatan: flukonazole 200 mg/hari sampai kadar CD4>


200.
Komplikasi
 Kejang
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Koma

Anda mungkin juga menyukai