Ker
Pembimbing:
Dr. Dini Adriani, SpS
oleh:
Olivia Josephine
11 2012 094
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSU BHAKTI YUDHA, DEPOK
PERIODE 11 NOVEMBER- 14 DESEMBER 2013
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi : Kamis, 22 Agustus 2013
ILMU PENYAKIT SARAF
RSU BHAKTI YUDHA
Nama : Olivia Josephine
NIM : 11 – 2012 – 094
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Tempat/tanggal lahir : Medan/26-october-1965
Umur : 48 tahun
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Perum Grand Sawangan D1/11 Jl. Mangga tiga pasir putih
Jenis kelamin : Laki - laki
Status perkawinan : Belum Menikah
No. RM : 00302841
Ruang rawat : ICU
I. SUBJEKTIF
Anamnesis : alloanamnesis (Adik) tanggal 13/11/2013 Jam 06.10 WIB
2
2. Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke IGD RS Bhakti Yudha pada tanggal 6 November 2013 setelah
mengalami penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS, Pada saat penurunan kesadaran,
keluarga tidak melihat penurunan kesadaran itu saat beristirahat atau saat melakukan
kegiatan tertentu karena pasien tinggal sendirian. Os tampak lemas dan karena tidak
mau makan dan minum walaupun sebetulnya pasien tidak memiliki kesulitan menelan
makanan. Os cenderung menutup matanya sejak dibawa ke rumah sakit.
Menurut keterangan dari keluarga OS, Os sebelum mengalami penurunan
kesadaran Os mengeluhkan adanya sakit kepala yang cukup berat, rasa seperti
berputar saat perubahan posisi, saat terkena cahaya dan keramaian disangkal serta
mengalami kesulitan bicara. Saat menjalani perawatan, Os sempat muntah 1 kali,
berisi air dan sedikit ampas dan tidak ada trauma sebelum penurunan kesadaran serta
riwayat kejang disangkal. Pasien mempunyai riwayat stroke kurang lebih 2 bulan
yang lalu saat Os berada di medan, tangan dan kaki disebelah kanan terasa lemas dan
berat akan tetapi stroke tidak menyebabkan keterbatasan pada pasien dimana pasien
masih dapat berjalanan, makan, dan lainnya sendiri tanpa bantuan. Os juga merupakan
seorang perokok berat. Riwayat merokok sudah lebih dari 20 tahun.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di IGD RSU Bhakti Yudha, Os cenderung tidur
tetapi masih bisa dibangunkan dengan panggilan namun sulit diajak berkomunikasi
seolah-olah tidak mengerti apa yang diinstruksikan dan tidak memberi reaksi terhadap
perintah yang diberikan, pasien terlihat agak sulit menggerakkan tangan dan kaki
kanannya. Os masih dapat berbicara satu-satu kata namun tidak jelas karena pelo di
muka kanan. Kelopak mata pasien tampak turun disebelah kanan, Namun penurut
pengakuan keluarga Os tidak pernah mengeluh penglihatan ganda.
Os mempunyai riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak kira-kira 10 tahun
yang lalu. Akan tetapi OS tidak minum obat secara teratur. Riwayat sakit jantung,
diabetes Mellitus disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu sebelum
kejadian disangkal, riwayat batuk pilek dan demam sebelum kejadian disangkal,
riwayat trauma di kepala sebelumnya juga disangkal.
3
Riwayat stroke (+)
Riwayat trauma (-)
II. OBJEKTIF
1. STATUS PRESENS
a. Keadaan umum : tampak sakit berat
b. GCS : E3 M6 V3
c. TD : 210/110 mmHg
d. Nadi : 88x/menit, reguler
e. Pernafasan : 17 x/menit
f. Suhu : 36,50C
g. Sat O2 : 98%
h. BB : 75 kg
i. Kepala : normocephal, distribusi rambut merata, konjungtiva anemis (-
/-), sclera ikterik (-/-)
j. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan tiroid, JVP tidak
meningkat
k. Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
l. Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
m. Perut : Supel, BU (+) 4x permenit, nyeri tekan (-)
n. Ekstremitas : edema (-), akral hangat (+)
2. STATUS PSIKIS
a. Cara berpikir : sulit dinilai
b. Perasaan hati : tampak Gelisah
4
c. Tingkah laku : afasia
d. Ingatan : sulit dinilai
e. Kecerdasan : sulit dinilai
3. STATUS NEUROLOGIS
a. Kepala
1) Bentuk : normosefali
2) Nyeri tekan : (-)
3) Simetris : (+)
4) Pulsasi : (-)
b. Leher
1) Sikap : simetris
2) Pergerakan : bebas
d. Nervus kranialis
N. I (Olfactorius) kanan kiri
Sulit dinilai sulit dinilai
N. II (Optikus) kanan kiri
Tajam penglihatan sulit dinilai sulit dinilai
Lapangan penglihatan sulit dinilai sulit dinilai
Pengenalan warna tidak dilakukan tidak dilakukan
Fundus okuli tidak dilakukan tidak dilakukan
Pupil
Diameter 2mm 4mm
Bentuk bulat bulat
5
Posisi sentral sentral
Isokor anisokor isokor
RCL (+) Normal (+) normal
RCTL (+) Normal (+) normal
6
Strabismus divergen - -
Diplopia sulit dinilai sulit dinilai
7
b. Sensibilitas kanan kiri
Taktil Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan
Diskriminasi Baik Baik
c. Refleks
Refleks kulit perut atas : (+)
Refleks kulit perut bawah : (+)
Refleks kulit perut tengah : (+)
8
Babinski - -
Chaddock - -
Klonus - -
5) Gerakan-gerakan abnormal
Tremor : tidak ada
Miokloni : tidak ada
Khorea : tidak ada
6) Alat vegetatif
Miksi : catéter +-400ml
Defekasi : tidak dapat dikendalikan
RINGKASAN
Subjektif :
Subjektif :
Os mengalami penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS, tampak lemas dan tidak mau
makan dan minum. Pasien cenderung menutup matanya sejak dibawa ke rumah sakit. Os
mengeluhkan adanya sakit kepala yang cukup berat serta kesulitan bicara. Saat menjalani
perawatan, Os sempat muntah 1 kali, berisi air dan sedikit ampas dan tidak ada trauma
sebelum penurunan kesadaran serta riwayat kejang disangkal. Pasien mempunyai riwayat
stroke kurang lebih 2 bulan yang lalu. Riwayat merokok sudah lebih dari 20 tahun. Os
cenderung tidur tetapi masih bisa dibangunkan dengan panggilan namun sulit diajak
berkomunikasi dan tidak memberi reaksi terhadap perintah yang diberikan, pasien terlihat
agak sulit menggerakkan tangan dan kaki kanannya. Os masih dapat berbicara satu-satu
kata namun tidak jelas karena pelo di muka kanan. Kelopak mata pasien tampak ptosis
disebelah kanan, riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak kira-kira 10 tahun yang lalu.
DM (-), jantung (-) disangkal. riwayat kanker dikeluarga disangkal.
9
Objektif :
a. Keadaan umum : tampak sakit berat
b. GCS : E3 M6 V3
c. TD : 210/110 mmHg
d. Nadi : 88x/menit, reguler
e. Pernafasan : 17 x/menit
f. Suhu : 36,50C
g. Sat O2 : 98%
h. BB : 75 kg
i. Perut : Supel, BU (+) 4x permenit, nyeri tekan (-)
j. Ekstremitas : edema (-), akral hangat (+)
k. Pupil anisokor, doameter 4mm/4mm, bulat, posisi sentral, RCL +/+ RCTL +/+
l. Hemiparese N. III (Okulomotorius) dextra
i. Kelopak mata ptosis
ii. Gerakan mata medial gerakan minimal
m.
o Pemeriksaan anggota gerak
Motorik : kesan hemiparese dextra
sensorik : rangsang sensorik tidak bisa dinilai.
Reflek Fisiologis
kanan kiri
Bisep + +
Trisep + +
KPR + +
APR + +
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : penurunan kesadaran, hemiparesi dextra, afasia
sensorik transkortikal
Diagnosis topis : cortex temporal sinistra
Diagnosis etiology : vaskular
10
Diagnosis patology : hemoragic
Kesadaran
sadar 0
stupor 1
koma 2
Diagnosis
>1 cerebral haemorrage
ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan laboratorium (Darah lengkap, elektrolit, Gula darah
sewaktu,fungsi hati, fungsi ginjal dll)
2. EKG
3. Foto rontgen torak AP
4. CT brain
RENCANA AWAL
Stroke Hemoragik
Non medikamentosa
Tirah baring total dengan “head up” 30o.
Oksigen nasal kanul 3 liter/menit
11
Medikamentosa
IVFD Ringer asetat 20 tetes per menit
Manitol 0.25-0.5 gram/KgBB/4-6jam , 250 cc selama 40 menit dilanjut 125
cc 4 kali tiap 6 jam
Asam traneksamat 2x1 ampul (50mg/ml @5ml) iv
citikoline 3 x 1 ampul (@500mg) iv
Perdipine 0,4 mikrogram (syringe pump)
omeprazole 2x1 amp
lactulosa 3x 10 cc
Paracetamol 4x 500 mg NGT
Laxadine 2x CI
Ranitidine 1x1 amp
Pasang NGT cek Analisa gas darah dan elektrolit
Perawatan penderita.
1. Kulit. Perawatan posisi diganti – ganti untuk mencegah dekubitus.
2. Anggota gerak. Dilakukan fisioterapi secara pasif, latihan dan pergerakan sendi untuk
mengelakkan terjadinya kontraktur. Anggota dalam posisi netral.
3. Monitoring. Pasien dipasang monitor untuk memastikan observasi keadaan umum
pasien dapat dilakukan semaksimal mungkin.
4. Traktus respiratorius. Pasien dipasang ventilator untuk memastikan patensi jalan
napas dan pasien mendapatkan ventilasi yang cukup.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
o Pemeriksaan EKG
Kesan : LVH
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Rutin
12
Hb 14.1 g/dL 13.0 -18 g/dL
Leukosit 12.300 4000- 10000/mm3
Hematokrit 41 % 40-50 %
Trombosit 210 ribu 150-450 ribu
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 155 mg/dl <140 mg/dl
AST (SGOT) 33U/L <40U/L
ALT(SGPT) 40U/L <41U/L
KIMIA DARAH
Ureum 68 mg/dl 15-50 mg/dl
Creatinin darah 1.4 mg/dl 0.5 – 1.5 mg/dl
ASTRUB/GAS DARAH
Temperatur 36,2 celcius
PH 7.516 mmHg 7.35-7.45 mmHg
PCO2 33,7 32-45 mmHg
PO2 128,5 75-100 mmHg
TCO2 27,7 23-27 mmHg
HCO3 26,7 22-26 mmol/lt
BEecf 3,7 -2-3 mmol/lt
SO2 (c) 98,8 95-98 %
KIMIA DARAH
Fungsi jantung
Elektrolit (Na/K/Cl)
Chorida 113 mEq/lt 90-107 mEq/lt
Natrium 143 mEq/lt 135-146mEq/lt
Kalium 4.14 mEq/lt 3.5-5 mEq/lt
13
Basofi 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Neutrofil stab 2* % 3-8
Neutrofil segmen 60 % 54-62
Lymposyte 30 % 25-33
Monosyte 7 % 3-7
Kimia darah
Diabetes mellitus
Gula darah (s)
Glukosa sewaktu 100 Mg/dl <180
SGOT/ASAT 13 U/L <35
SGPT/ALAT 14 U/L <40
Fungsi hati
Elektrolit (Na/k/cl)
Natrium 139 MEQ/L 135-146
Kalium 3,59 MEQ/L 3,5-5
Chorida 104 MEQ/L 98-107
o Pemeriksaan Radiologi
1. X Foto Thorax AP
Cor : cor tampak membesar, elongasio aorta, LVH
Pulmones : hila tidak tampak melebar
Diafragma : Sinus tidak tampak kelainan
Kesan :
Cor : cor tampak membesar, elongasio aorta, LVH
Pulmones : sesuai gambaran bronchitis
HHD
14
2. CT Brain
Kesan :
Suatu gambaran infark lama dengan ICH di basal ganglia sinistra (20,08 cc),
tidak tampak SDH di serebrum/cerebellum saat ini
15
.
Pemeriksaan : ct scan kepala polos
Hasil : MSCT-cerebral cranium potongan axial (tanpa kontras)
Reformat sagital/cpronal dengan hasil sbb :
Dibandingkan CT scan tanggal 6 november 2013
- tidak tampak midline shifting , berkurang
16
- Substansia alba dan grisea dalam batas normal
- tampak lesi hipodens , udem tampak berkurang
- tampak SDH di sinistra ( slice : Im : 13 )
Kesan :
Oedem di hemisfere sinistra berkurang, ICH di parietal sinistra ( 20,71 cc)
Tampak SDH di sinistra (slice : 13 )
17
VII.PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia
Ad Fungsionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad malam
IX. Follow up
12/11/ 2013
S : Pasien sudah mulai membuka mata , gelisah
O : Kesadaran : E4M5V2 : 10
TD – 152/100 mmHg N – 97 x/ menit RR – 18 x/ menit S – 36,5oC SPO2 : 100%
- Pupil bulat, isokor 4mm/4mm, RCL +/+ RCTL +/+
- Kaku kuduk (+)
- Parese nervus III dextra , dan IV bilateral
- Motorik – hemiparesis dextra RF : + + RP : - -
+ + + -
A: - penurunan kesadaran e.c. Stroke hemorrhagic (ICH) + SAH (?)
- Hipertensi
P:
- IVFD RL + 1 Ampul ketorolac/8jam
- Lanjut RL/24 jam
- paracetamol 30gr/tramadol 25gr/codein 25gr/ diazepam 1gr 3x1
- Perdipine 0,7/kg BB
- Antibiotik stop
- Diet 4x 250 cc manitol
- Lasix 1 ampul
- Neolin 2x 1000 mg IV
- Vit k 2x1 tab
- CT scan ulang
- Cek ulang elektrolit
18
Laxadine 3x C1
13/11/ 2013
S : Pasien bisa bangun dan bicara tidak jelas, sudah mau makan, gelisah
S : Pasien sudah mulai membuka mata , gelisah
O : Kesadaran : E4M5V4 : 12
TD – 152/100 mmHg N – 97 x/ menit RR – 18 x/ menit S – 36,5oC SPO2 : 100%
- Pupil bulat, isokor 4mm/4mm, RCL +/+ RCTL +/+
- Kaku kuduk (+)
- Parese nervus III dextra , dan IV bilateral
- Motorik – hemiparesis N III dextra
- RF : + + RP : - -
+ + + -
A: penurunan kesadaran e.c. Stroke hemorrhagic (ICH)
Hipertensi
P:
- IVFD RL + 1 Ampul ketorolac/8jam
- Lanjut RL/24 jam
- paracetamol 30gr/tramadol 25gr/codein 25gr/ diazepam 1gr 3x1
- Perdipine 0,7/kg BB
- Antibiotik stop
- Diet 4x 100 cc manitol
- Lasix 1 ampul
- Neolin 2x 1000 mg IV
- Vit k 2x1 tab
- Cortidex 4x1 amp
- Ranitidine 2x1 amp
- Storam2x1
- Laxadine 3x C1
14/11/ 2013
S : bangun dan bisa bicara mulai jelas, gelisah, tidak mengikuti perintah
O : Kesadaran : CM, E4M5Vafasia sensorik , compos mentis
19
- Pupil bulat, isokor 4mm/4mm, RCL +/+ RCTL +/+
- Kaku kuduk (+)
- Parese nervus III dextra , dan IV bilateral
- Motorik – hemiparesis N III dextra
TD – 146/104 mmHg N – 65 x/ menit RR – 10 x/ menit S – 37oC
RF : + + RP : - -
+ + + -
Motoric 5 5 5 5 4444
5555 4444
Sensorik sulit dinilai
A:
Penurunan kesadaran ec Stroke hemorrhagic
Hipertensi
Meningitis
P: cortidex 1x16gr
Cataprese 2x0,5 cc
Manitol 3x75 cc
\ RF : + + RP : - -
+ + + -
Motoric 5 5 5 5 4444
5555 4444
Sensorik sulit dinilai
20
A:
Penurunan kesadaran ec Stroke hemorrhagic
Hipertensi
Meningitis
P: cortidex 1x16gr
Cataprese 2x0,5 cc
Manitol 3x75 cc
RF : + + RP : - -
+ + - -
Motoric 5 5 5 5 4444
5555 4444
Sensorik sulit dinilai
A:
Penurunan kesadaran ec Stroke hemorrhagic
Hipertensi
P: cortidex 1x16gr
Cataprese 2x0,5 cc
Manitol 3x75 cc
17/11/2013
Pasien APS
Tinjauan Pustaka
21
PENDAHULUAN
22
penerapannya disesuaikan dengan kondisi maksimal pusat pelayanan yang disediakan.
berbagai penelitian telah menjelaskan dasar-dasar standar pengobatan yang harus dilakukan
dalam penatalaksanaan kasus stroke. 1,2
Definisi
Definisi stroke menurut WHO adalah suatu kumpulan gejala klinis yang ditandai
dengan deficit neurologis. Baik sebagian atau menyeluruh, secara mendadak disebabkan
gangguan pembuluh darah. 1
23
Gambar 1. Stroke hemoragic dan stroke iskemik
pada perdarahan intraserebral pecahnya pembuluh darah otak karena berry anuresyms
akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol pembuluh darah otak
karena kelainan congenital pembuluh darah otak tersebut. Arteri yang sering pecah adalah
arteri lentikulostriata di wilayahkapsula interna.aneurisme tersebut timbul pada orang dengan
hipertensi kronis sebagai proses degenerative dan ditambah dengan beban tekanan yang
tinggi maka timbullah pengembungan kecil setempat yang dinamakan Charcot-Bauchard.1
Membedakan jenis strok bisa dilakukan dengan pengiraan siriraj/ skor gagjah mada:
24
ANATOMI & FISIOLOGI SUSUNAN SARAF PUSAT
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput otak yang disebut meningen (duramater,
arachnoid, dan piamater) dan berada di dalam rongga tengkorak.
Otak mempunyai peranan yang berbeda antara bagian yang kanan maupun kiri. Otak
kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik
dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi
kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang
terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya. Otak kiri berfungsi dalam hal
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat
jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi
gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.2
Hemisfer serebri
Kedua hemisfer serebri, yang membentuk bagian otak yang terbesar, dipisahkan oleh
fisura longitudinalis serebri yang dalam. Permukaan hemisfer serebri terdapat alur-alur atau
parit-parit yang dikenal sebagai fissura dan sulkus. Bagian otak yang terletak di antara alur-
alur ini dinamakan konvolusi atau gyrus. Fisura lateralis serebri (fissura Sylvii) memisahkan
lobus temporalis dari lobus frontalis.
25
Bagian-bagian serebri yang utama:2
1. Lobus Frontalis : sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan kognitif serta
pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena adalah pusat
bicara motorik (girus frontalis inferior) maka gejala yang didapat berupa gangguan
bicara motorik (afasi motorik/afasi broca).
2. Lobus Parietalis : merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke gejala yang terkena
adalah gangguan sensoris dan dapat timbul rasa nyeri (central pain).
3. Lobus Occipitalis : pusat penglihatan, bila daerah ini terkena pasien mengalami buta
sentral (central blindness).
4. Lobus Temporalis : berhubungan dengan pusat bicara sensorik (girus temporalis
superior/wernicke), gejala yang didapat adalah afasia sensorik.2
Diensefalon
Bagian ini mencakup talamus dengan korpus genikulatum, epitalamus, subtalamus
dan hipotalamus. Talamus merupakan struktur penentu bagi persepsi beberapa tipe sensasi.
Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral talamus dan membentuk lantai serta dinding
inferior lateral dari ventrikel III. Kerusakan pada regio hipotalamus dapat menghasilkan
berbagai macam gejala termasuk diabetes insipidus, obesitas, distrofi seksual, somnolen,
kehilangan nafsu seks dan kehilangan pengendalian temperatur.2
Batang Otak
Mesensefalon
Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan hemisfer serebri.
di sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (N.III) dan troklearis (N.IV) yang
berperan dalam gerakan bola mata.
Pons
Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula. Pada pons ini terletak inti
dari saraf kranialis trigeminus (N.V), abdusens (N.VI), fasialis (N.VII), dan vestibularis-
koklearis (N.VIII). Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan gejala yang dapat
dihubungkan dengan terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang melewati lesi tersebut,
terutama dengan terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada dalam daerah lesi.
Medula Oblongata
26
Merupakan bagian batang otak yang berbentuk piramid di antara medula spinalis dan
pons. Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis glossofaringeus (N.IX), vagus
(N.X), assesorius (N.XI), dan hipoglossus (N.XII).2
Serebelum
Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla, dipisahkan
dengan serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater yaitu tentorium
serebeli. Fungsi serebelum ini antara lain mempertahankan posisi tubuh, mengendalikan otot-
otot anti gravitasi dari tubuh, dan mengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama
gerakan yang memerlukan pengawasan dan penghentian serta gerakan halus dari tangan.2
27
Sistem peredaran darah otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal
sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda.
Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total,
tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah
arterial.3
28
Gambar Pembuluh Darah Otak
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari
otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai
area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris,
sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta
batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ.5
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada
anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah.
Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.
29
ARAS (Ascending Reticular Activating system)
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer
serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua
sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan. Ascending Reticular Activating
System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari
medulla spinalis menuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem ntk kemudian difus di
korteks serebri. sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut berada diantara
medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus, hipothalamus, thalamus dan korteks
serebri akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran. Neurotransmiter yang berperan pada
ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik, monoaminergik dan gamma aminobutyric acid
(GABA). 6
Berdasarkan gejala klinik yang timbul, gangguan kesadaran dibagi menjadi 3 :
1.gangguan kesadaran tanpa disertai defisit neurologi fokal dan tanpa disertai kaku kuduk;
2.gangguan kesadaran tanpa disertai defisit neurologi fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku
kuduk;
3. gangguan kesadaran disertai dengan defisit neurologi fokal. 7
II.2.1 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk :7
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemis
30
5. Hipertermia
6. Epilepsi
II.2.2 Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk 7
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
STROKE
1.0 Pendahuluan
Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik
Perdarahan intra serebral
Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Stroke akibat trombosis serebri
Emboli serebri
Hipoperfusi sistemik
2.Berdasarkan waktu terjadinya
Transient Ischemic Attack (TIA)
31
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
Completed stroke
3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
a) Sistem karotis
Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis
fugaks
Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
b) Sistem vertebrobasiler
Motorik : hemiparese alternans, disartria
Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
berdasarkan patologis , stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik
maupun stroke hemorragik. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah
stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Definisi
32
Definisi stroke menurut WHO adalah suatu kumpulan gejala klinis yang ditandai
dengan hilangnya fungsi otak. Baik sebagian atau menyeluruh, secara mendadak disebabkan
gangguan pembuluh darah. 1
Gejala Klinis.
Cortex
Hemiplegia kontralateral
Afasia
Ada fase syok/fase akut yaitu dimana gejala kelumpuhan UMN belum menunjukkan
gangguan kelumpuhan tipe UMN
Subcortex
Hemiplegia di kontralateral
Gangguan termi
Gangguan memori
Afasia
Capsula interna
Hemiplegia
33
Afasia
Bicara Komprehensi Repetisi Diagnosis Gejala Topis
spontan afasia penyerta
Defisit Global Hemiparesis Teritori MCA
kanan
Defisit Intak Transkortikal
campuran
Non- fluent Intak Defisit Broca’s Hemiparesis Girus frontal
kanan inferior
Intak Transkortikal Anterior &
motorik superior area
broca
34
- Herediter
- Ras
Neoplasma intrakranial
PIS ; perdaran intraserebral.
35
Hipertensi
STROKE HEMORAGIK
KLASIFIKASI
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh
trauma.Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor
penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah
seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan
angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis
serebrovaskular.
36
Paling sering karena pecahnya mikroaneurysma pada arteri penembus di
capsula interna dan ganglia basales. Faktro-faktor penyebab: usia lanjut,
arterosklerosis, hipertensi kronis, tekanan darah naik mendadak, kejadian biasanya
dalam keadaan sadar dan aktif.
Gejala umum:
Gejala timbul mendadak berkembang dalam beberapa menit-jam,
hematom membesar, menekan, menembus, merusak daerah sekitarnya. Tekanan
intrakranium meninggi→ sakit kepala, muntah, kesadran menurun. Darah masuk
ke ruang subarachnoidal → meningismus.Darah masuk ke ventrikel →
decerebrasi(prognosa buruk),timbulnya tegang/kaku.
Gejala fokal:
Tergantung tempat hematom odem kolateral, pergeseran dan tekanan pada
struktur lain (herniasi). Diagnosa tepat pungsi lumbal (dulu), sekarang dengan CT
scan. Perdarahan intracerebral dapat disebabkan infark hemoragis, trauma, tumor,
malformasi, pembuluh darah (AVM), vaskulitis, koagulopati. 9,10
37
Sebab : pecahnya kongenital aneurysma, AVM, penyakit haemoragik. Penderita
lebih muda (30-50 thn).Mendadak sakit kepala sangat, muntah-muntah,
meningismus, kejang, penurunan kesadaran cepat koma → kematian.
Gejala fokal jarang tergantung struktur sekitar aneurysma. Aneurysma
biasanya terdapat pada anastomose di circulus arteriosus Willisi.
Diagnosa:
- Pungsi lumbal,analisa cairan cerebrospinal (dulu).
- Ct scan darah di sulci.
- Angiografi
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan
sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea. 9,10
38
gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam
setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat
antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan
perubahan pada EKG
39
1. Tia sebelum serangan 1
2. Permulaan serangan
‐ Sangat mendadak (1-2 menit) 6,5
‐ Mendadak (beberapa menit-1 jam) 6,5
‐ Pelan-pelan (beberapa jam) 1
3. Waktu serangan
‐ Waktu kerja (aktivitas) 6,5
‐ Waktu istirahat/duduk/tidur 1
‐ Waktu bangun tidur 1
40
2. Mengantuk + 7.3
3. Tak dapat dibangunkan + 14.6
4. Babinski bilateral + 7.1
5. Permulaan serangan
Sakit kepala dalam 2 jam setelah serangan atau kaku kuduk: + 21.9
6. Tekanan darah diastolik setelah 24 jam + (tekanan darah diastolik x
0.17)
7. Penyakit katub aorta/mitral -4.3
8. Gagal jantung - 4.3
9. Kardiomiopati - 4.3
10. Fibrilasi atrial - 4.3
11. Rasio kardio-torasik > 0.5 (pada x-foto toraks) - 4.3
12. Infark jantung (dalam 6 bulan) - 4.3
13. Angina, klaudikasio atau diabetes - 3.7
14. TIA atau stroke sebelumnya - 6.7
15. Anemnesis adanya hipertensi - 4.1
Pembacaan:
Skor : < + 25: Infark (stroke non hemoragik)
> + - 5: Perdarahan (stroke hemoragik)
+ 14: Kemungkinan infark dan perdarahan 1 : 1
< + 4: Kemungkinan perdarahan 10%
Sensivitas: Untuk stroke hemoragik: 81-88%; stroke non hemoragik (infark)
76-82%.
Ketetapan keseluruhan: 76-82%.
Versi disederhanakan:
= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan
41
darah
diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Kesadaran:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah:
tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma:
tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostik: 90.3%.
Untuk menegakkan diagnosis stroke pencitraan CT scan (Computerised Tomography
Scanning) yang merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standard). Mengingat bahwa alat
tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam menghadapi kasus dengan
kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah menentukan lebih dahulu apakah
benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor otak, infeksi otak, trauma kepala,
juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama, kemudian menentukan jenis stroke
yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat mengalami perubahan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non hemoragik atau
keduanya, dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan berikut:14,15
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena, sekiranya memang stroke sebagai penyebab, maka sesuai
dengan definisinya, di mana kelainan saraf yang timbul adalah secara mendadak. Bila sudah
42
ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin. 16,17
Stroke haemorhagik :
- Penderita rata-rata lebih muda
- Ada hipertensi
- Terjadi dalam keadaan aktif
- Didahului nyeri kepala
- Kesadaran menurun (tidak selalu)
- Ada meningismus (tidak selalu kecuali pada perdarahan subaraknoid)
Stroke iskemik :
- Penderita rata-rata lebih tua
- Terjadi dalam keadaan istirahat
- Ada dislipidemia(LDL tinggi), DM, disaritmia jantung
- Nyeri kepala
- Gangguan kesadaran jarang.
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel di bawah ini.
43
KLINIS PERDARAHAN EMBOLI TROMBOSIS
Glasgow Coma Scale rendah sedikit sedikit
Hemi Plegi parese parese
Kaku kuduk + - -
Deviation conjugree + - -
Gangguan N. III, IV, VI + - -
Bradikardi + - hari ke-4
Papiledema + - -
Gejala perdarahan subarachnoid dapat mencakup tiba-tiba mengalami sakit kepala, tanda-
tanda meningismus dengan kuduk, fotofobia kekakuan dan rasa sakit dengan gerakan mata,
mual, dan muntah. Sistem penilaian klinis yang paling umum untuk grading perdarahan
subarachnoid aneurismal adalah Hunt dan Hess skema grading dan Federasi Dunia Ahli
bedah saraf (WFNS) grading skema, yang mencakup Skala Coma Glasgow.
44
b. Tabel 5. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score.
No. Gejala / Tanda Penilaian Indeks Skor
1. Kesadaran (0) Kompos mentis
(1) Mengantuk X 2,5 +
(2) Semi koma / koma
2. Muntah (0) Tidak X2 +
(1) Ya
3. Nyeri kepala (0) Tidak X2 +
(1) Ya
4. Tekanan darah Diastolik X 10% +
5. Ateroma
a. DM (0) Tidak X (-3) -
b. Angina pectoris (1) Ya
45
c. Klaudikasio
intermiten
6. Konstanta -12 -12
46
pemberian kontras
14-21 hari - Didapatkan fogging effect (daerah infark
menjadi isoden seperti daerah sekelilingnya
tetapi dengan pemberian kontras didapatkan
penyangatan).
> 21 hari - Area hipodens lebih mengecil dengan batas
yang jelas dan mungkin pelebaran ventrikel
ipsilateral.
Hemoragik 7-10 hari pertama - Lesi hiperdens (putih) tak beraturan dikelilingi
oleh area hipodens (edema)
11 hari – 2 bulan - Menjadi hipodens dengan penyangatan
disekelilingnya (peripheral ring enhancement)
merupakan deposisi hemosiderin dan
pembesaran homolateral ventrikel
- Daerah isodens (hematoma yang besar dengan
> 2 bulan defect hipodens)
47
Derajat 4 : stupor, hemiparesis sedang samapai berat, awal deserebrasi
Derajat 5 : koma dalam, deserebrasi18,19
PENCEGAHAN STROKE
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan
untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
PENCEGAHAN PRIMORDIAL
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan
dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok
terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian
masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke
melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard20
PENCEGAHAN PRIMER
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu
yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke,
antara lain:
Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-
obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular aterosklerotik
lainnya.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-
buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada
makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak
serta dianjurkan berolah raga secara teratur. 20
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini
ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi
kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
48
Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari,
antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung
(fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang
lain.
Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasiMtrombosit
kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra indikasi terhadap
asetosal (aspirin).
Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat
antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak. 20
PENCEGAHAN TERSIER
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada
orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan
oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa,
ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.
Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama
adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita
seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan
serta mobilitas di tempat tidur.
Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau
OT), diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga
adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam
menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan
orang lain.
Rehabilitasi Mental
49
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan
perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan
memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan
sosial20
KOMPLIKASI STROKE
a) Komplikasi neurologik : Edema otak, kejang, peningkatan tekanan intrakranial, infark
berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi
b) Komplikasi paru-paru : Obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi, pneumonia
c) Komplikasi kardiovaskular : Aritmia, dekompensasio kordis, hipertensi, DVT,
d) Komplikasi nutrisi/GIT : Ulkus, perdarahan lambung, konstipasi, dehidrasi, gangguan
elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia
e) Komplikasi traktus urinarius : Inkontinensia, infeksi
f) Komplikasi Ortopedi-Kulit : Dekubitus, kontraktur, nyeri sendi bahu, jatuh-fraktur14,15
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik neurologi penting untuk membuktikan gangguan fungsi motorik,
gangguan saraf otak, dan penurunan kesadaran atau koma. Tanda dan gejala klinis sesuai
50
definisi stroke menurut WHO yaitu hilangnya fungsi otak sebagian atau defisit neurologi
fokal misalnya:
1. Hemiparese/hemiplegi, dilakukan pemeriksaan dengan memerintah pasien
mengangkat kedua tangan dan tungkai
2. Mulut mencong (parese saraf fasialis atau nervus kranial VII)
3. Bicara pelo/disartria (gangguan nervus kranial XII)
4. Gangguan meneln/ disfagia (nervus kranial IX dan X)
5. Hemihipestesi atau kehilangan rasa peka tubuh sesisi
6. Gangguan defekasi dan miksi
7. Gangguan bicara
8. Gangguan mengontrol emosi
9. Gangguan daya ingat.
Sedangkan gangguan fungsi otak menyeluruh adalah pasien akan mengalami penurunan
kesadaran. Dinilai dengan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif GCS. Jika tanda-tanda dan
gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic
Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke. 14,15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Computerized tomography (CT)
Pencitraan otak memainkan peran kunci dalam menentukan stroke dan jenis stroke.
Computerisasi tomografi angiography (CTA) adalah ujian CT khusus di mana dye
disuntikkan ke pembuluh darah dan X-ray balok menciptakan gambar 3-D dari
pembuluh darah di leher dan otak. CTA digunakan untuk mencari aneurisma atau
malformasi arteriovenosa dan untuk mengevaluasi arteri untuk penyempitan. CT scan,
yang dilakukan tanpa pewarna, dapat menyediakan gambar otak dan pendarahan
menunjukkan, tetapi memberikan sedikit informasi rinci tentang pembuluh darah.
51
USG karotis
Prosedur ini dapat menunjukkan adanya penyempitan atau penyumbatan dalam arteri
karotis. Perangkat seperti tongkat (transduser) tanpa rasa sakit mengirimkan frekuensi
tinggi gelombang suara menjadi leher. Gelombang suara melewati jaringan dan
kemudian kembali, menciptakan pada layar gambar.
Arteriografi
Prosedur ini memberikan pandangan, arteri di dalam otak tidak biasanya terlihat dalam
sinar-X. Tabung tipis dan fleksibel (kateter) dimasukkan melalui sayatan kecil, biasanya
di pangkal paha. Kateter dimanipulasi melalui arteri utama dan ke dalam arteri karotis
atau vertebralis. Kemudian suntikkan pewarna melalui kateter untuk menyediakan X-ray
dari arteri.
Echocardiography
Teknologi USG ini menciptakan gambar jantung, memungkinkan dokter untuk melihat
apakah bekuan (embolus) dari jantung meuju ke otak dan menyebabkan stroke.
Prosedur tambahan dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE)
untuk melihat jantung dengan jelas dan memungkinkan pandangan yang lebih baik dari
bekuan darah yang mungkin tidak terlihat jelas dalam ujian ekokardiografi tradisional.
15,16
52
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
Pada pasien hipoksia saturasi O2 < 95%, diberi suplai oksigen
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama
Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi
53
Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama > 20 menit,
diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1
mg/kgBB IV
Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar
Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading
dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke
perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1
bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD,
analisa urin, AGDA dan elektrolit
Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada14,15,16
54
2. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat dalam 48 jam
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari.
55
Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi berat atau trombositopenia berat: terapi
penggantian faktor koagulasi atau trombosit
Pasien dengan perdarahan intrakranial dan peningkatan INR terkait obat antikoagulan
oral, sebaikanya jangan diberikan warfarin. Terapi diganti Vitamin K, pemberian
Konsentrat Kompleks Protrombin untuk mengurangi komplikasi, FFP.
Pasien dengan gangguan koagulasi:
- Vit K 10 mg/ iv dengan peningkatan INR
- FFP 2-6 unit untuk koreksi defisiensi faktor pembekuan darah/faktor koagulasi,
memperbaiki INR atau aPTT dengan cepat.
Faktor VIIa
LMWH dan UFH ssubkutan dosis rendah dapat dipertimbangkan untuk mencegah
tromboemboli vena setelah perdarahan berhenti.
Efek heparin diatasi dengan protamin sulfat, observasi tanda-tanda hipersensitif
3. Tekanan darah
Stroke hemoragik: sebaiknya ICU
Glukosa darah
Obat kejang dan antiepilepsi
4. Penanganan di rumah sakit dan pencegahan terjadi kerusakan otak sekunder
5. Prosedur / operasi:
Penanganan dan pemantauan: TIK, GCS < 8, tanda klinis herniasi transtentorial,
perdarahan intraventrikuler luas, hidrosefalus. Drainase ventrikuler dengan stroke
iskemik dengan hidrosefalus yang disertai penurunan kesadaran
Perdarahan intraventrikuler
Evakuasi hematom
Prediksi keluaran dan penghentian dukungan teknologi
Mencegah perdarahan intrakranial berulang
Rehabilitasi dan pemulihan17,18,19
56
CT scan kepala, bila hasil PSA (–) namun klinis curiga PSA, punksi lumbal dan
analisis LCS
Angiografi cerebral untuk memastikan aneurisma pada pasien PSA. MRA, CT
angiografi
57
9. Komplikasi hidrosefalus: ventrikulostomi/drainase eksternal ventrikel untuk obstruksi
hidrosefalus akut, dan ventrikulo peritoneal shunt untuk hidrosefalus kronik/komunikan
10. Terapi tambahan: laksansia, analgesik asetaminofen, kodein fosfat, tylanol dan kodein,
hindari asetosal, obat penenang untuk pasien sangat gelisah: haloperidol, petidin,
midazolam, propofol. 18,19
PROGNOSIS
Pada Stroke hemoragik ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu kematian atau sembuh tanpa
gejala sisa.
1. Prognosa dipengaruhi
- Usia
- Letak lesi dan luasnya
- Serangan pertama / residif.
2. Kematian dapat terjadi karena tekanan intrakranial yang meninggi secara progressive
pada CVD hemoragik, jadi bukan karena kehilangan darah. 20
58
Pembahasan Kasus
Definisi Stroke : tanda – tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal/ global secara tiba-tiba, dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain gangguan pada pembuluh darah vaskular.
o Pada kasus ini sesuai dengan pengertian di atas dimana os mempunyai gejala
defisit neurologis dengan onset yang cepat dan sudah berlangsung 3 hari sebelum
dibawa ke rumah sakit, dengan defisit neurologi focal yaitu bicara pelo dan tidak
jelas dengan mengucapkan satu per satu kata dan tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan atau diperintahkan oleh orang sekelilingnya dan adanya hemiparesis
dextra. Didapatkan juga defisit neurologi global yaitu penurunan kesadaran
(somnolen) dimana os datang dengan keadaan cenderung tidur dan memerlukan
rangsangan suara untuk membangunkannya.
Tergantung lokasi di otak yang terganggu, gambaran klinis yang sesuai akan muncul, lesi
pada daerah cortex temporal sinistra , maka akan muncul gejala penurunan kesadaran
akibat hipertensi lama, afasia sensorik transkortikal, dimana os dapat berbicara baik dan
ekhoalia serta pemahaman pasien buruk dan hemiparesis dextra. Pada CT Scan
didapatkan gambaran oedem di hemisfer sinistra berkurang, ICH di parietal sinistra
(20,71cc) akan tetapi letak lesi dekat sebenarnya lebih cocok di temporal dimana pusat
bicara sensorik ada. Penurunan kesadaran pada pasien ini terjadi karena terdapatnya
tekanan intracranial yang meningkat.
Pada kriteria gadjahmada score yaitu adanya penurunan kesadaran, nyeri kepala dan
reflex babinsky (+). Pada pasien ini memenuhi 2 dari 3 kriteria score karena terdapat
penurunan kesadaran dan nyeri kepala maka dapat dikatergorikan sebagai stroke
hemoragik. Pasien muntah, tetapi rangsang meningeal (kaku kuduk ,laseque, brudzinky I
dan II , Kernig) lainnya negatif ,serta terdapat penurunan kesadaran tiba-tiba yang
merupakan tanda dari stroke hemoragik
Pada pasien ini terdapat hasil CT scan dengan hasil Suatu gambaran oedem di hemisfer
sinistra berkurang, ICH di parietal sinistra (20,71cc)
59
Faktor resiko yang didapatkan pada pasien ini adalah : hipertensi dalam anamnesis
terhadap keluarga didapatkan bahwa pasien sudah menderita hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu dan tidak berobat secara teratur, sesuai dengan usia merupakan factor resiko
dari terkenanya stroke, pada pasien ini riwayat merokok dan hipertensi merupakan factor
resiko terkenanya stroke.
Pada stroke hemoragik mempunyai ciri-ciri penderita rata-rata lebih muda, ada riwayat
hipertensi, terjadi dalam keadaan aktif, didahului sakit kepala, muntah, dan kesadaran
menurun. Pada pasien ini terdapat penurunan kesadaran, disertai muntah, nyeri kepala
hebat dan terjadi dalam keadaan aktif, dan hipertensi tidak terkontrol serta riwayat
merokok sejak 20 tahun yang lalu.
Pada stroke, letak lesi menentukan prognosis, lesi terkena di daerah cortex temporal
menyebabkan afasia sensorik transkortikal dan hemiplegia dextra. Jadi dapat disimpulkan
Tn.S usia 46 tahun menderita penurunan kesadaran dengan stroke tipe stroke hemoragik,
hemiparese dextra, parese N.III dextra dan Hipertensi, kaku kuduk (-), brudzinsky I, II (-
),laseque dan kernig sign (-). Dengan topis cortex temporal sinistra, patologi perdarahan
serta etiologinya merupakan pembuluh darah vascular.
DAFTAR PUSTAKA
60
1. Sutrisno, Alfred. Stroke. You Must Know Before you Get It. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta; 2007.hal.1-13.
2. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat.
Dalam: Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi
4. EGC, Jakarta. 2005;371–438.
3. Ropper AH, Samuels MA.Cerebrovascular Diseases: Adams and Vistor’s Principles
of Neurology. Ed 9th. McGraw Hill, USA. 2009;746–837.
4. Papalia, Diane E., Sters, Harvey L, Ruth Duskin dan Camp, Cameron J. (2007). Adult
development and aging (3rd ed). New York: Mc Graw Hill Companies, Inc.
5. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
6. Penurunan kesadaran. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/57899613/Penurunan-Kesadaran, 2010
7. Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Diagnosis of Stupor and Coma. Edisi ke 4.
USA : 2007
12. Feigin, Valery. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. PT.
Bhuana Ilmu Populer: Jakarta; 2006.
13. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Ed II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;18–34.
14. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
15. Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh K (editor). Stroke: Buku Pedoman SPM &
SPO Neurologi. PERDOSSI, Jakarta. 2006;19–24.
16. Furie KL, Kasner SE, Adams RJ, Albers GW, Bush RL, Fagan SC, et al. Guidelines
for the prevention of stroke in patients with stroke or transient ischemic attack: a
61
guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 2011;42:227–276.
17. Barnett HJM, Bogousslavsky J, Meldrum H. Ischemic Stroke: Advances in
Neurology. Vol 92. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2003.
18. Greenberg DA, Aminoff MJ. Simon RP. Stroke: Clinical Neurology Lange. Ed 6th.
McGraw Hill, USA. 2005; 285–318.
19. Shinberg, E.F., (1990). Stroke: Petujuk penting bagi keluarga. Jakarta: Pustaka
delapratasa.
20. Thomas, D. J., (1995). Stroke dan pencegahannya. Jakarta: Arcan.
62