HIV/AIDS
Cornel Anggara
20120310212
Identitas Pasien
Nama : Bp. K
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Badegan RT 09 Bantul
Status Perkawinan : Menikah
Masuk RS tanggal : 25 Oktober 2017
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran 1jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan klinik datang ke IGD RS Panembahan Senopati Bantul dengan
keluhan penurunan kesadaran setelah kejang pada seluruh tubuh >15menit 1jam
SMRS keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pijat dan kemudian
mengalami kejang, demam (+), sesak nafas (+), riwayat jatuh (+), riwayat abses
cerebri pada B20 (+), riwayat HT (-), DM (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HIV (+) DM (-) HT (-) asma (-) jantung (-) alergi (-) stroke (-)
Riwayat Penyakit pada Keluarga
Riwayat DM (-) HT (-) asma (-) Jantung (-) Alergi (-) HIV (-)
Riwayat Sosial/Pekerjaan
Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik, sebelumnya sempat pisah ranjang
8tahun dengan istri, kemudia rujuk. Kemudian keluarga mengetahui pasien
menyukai lelaki dan perempuan, Sehari-hari pasien bekerja sebagai pengusaha
jamu.
Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : Demam (+), pusing (-) kaku kuduk (-) kesadaran
menurun (+)
Sistem respiratorius : Sesak nafas (+), batuk (-), pilek (-)
Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-)
Sistem gastrointestinal : Muntah (-), tidak ada gangguan BAB
Sistem genitalia : Tidak ada gangguan BAK
Sistem muskuloskeletal: Tidak dapat dinilai
Sistem integumentum : Akral teraba hangat
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
LEHER
Keadaan umum: Lemah
Kelenjar limfe submandibula : tidak
Kesadaran : E3VxMx
teraba membesar
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 38.4 C Kelenjar limfe servikal : tidak teraba
Nadi : 120 kali/menit
membesar
Pernafasan : 30 kali/menit THORAX
Kepala
Jantung
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Rambut : Warna tampak hitam, tidak Palpasi : iktus cordis teraba pada
rontok
distribusi merata. sela iga ke-4 linea
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik midclavicula kiri
(-/-)
Pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+) Perkusi : batas jantung normal
Telinga : Malformasi (-) serumen (-/-) tidak terdapat pembesaran
Hidung : Malformasi (-), lendir (-/-) ,napas
cuping hidung(-/-), Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 regular,
epiktasis (-/-)
murmur (-), gallop (-)
Mulut : pucat (-), bibir pecah-pecah (-),
mucosa bucal kering(+
Paru-paru:
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
ABDOMEN:
detik, edema(-)
Status Neurologis
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-) Okulomotorius Kanan Kiri
Ptosis - -
Brudzinski IV : (-) Gerak mata ke atas Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerak mata ke medial Sulit dinilai Suit dinilai
Gerak mata ke bawah Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran pupil 2 mm 2 mm
Nervus I (Olfaktorius) Bentuk pupil Bulat Bulat
reguler reguler
Anosmia : tidak Kesamaan pupil Isokor
dilakukan Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +
Hiposmia : tidak Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai
Nistagmus Sulit dinilai Sulit dinilai
dilakukan Eksoftalmus - -
Hiperosmia :
tidak dilakukan
Halusinasi penciuman
: tidak dilakukan
Nervus I (Olfaktorius)
Toklearis Kanan Kiri Abdusen Kanan Kiri
Gerak mata ke lateral bawah dbn dbn Gerak mulut ke lateral Sulit Sulit
Strabismus konvergen Sulit dinilai Sulit dinilai dinilai dinilai
Diplopia Sulit dinilai Sulit dinilai Strabismus konvergen Sulit Sulit
dinilai dinilai
Trigeminus Kanan Kiri Diplopia Sulit Sulit
Menggigit Sulit Sulit dinilai dinilai
dinilai dinilai
Membuka mulut Sulit Sulit Kanan Kiri
dinilai dinilai Kerutan kulit dahi Sulit Sulit
Sensibilitas muka atas, Sulit Sulit dinilai dinilai
tengah, bawah dinilai dinilai Kedipan mata Sulit Sulit
Refleks kornea Sulit Sulit dinilai dinilai
dinilai dinilai Mengerutkan dahi Sulit Sulit
Refleks bersin Sulit Sulit dinilai dinilai
dinilai dinilai Meringis Sulit Sulit
Refleks masseter Sulit Sulit dinilai dinilai
dinilai dinilai Menggembungkan pipi Sulit Sulit
dinilai dinilai
Tik fasialis Sulit Sulit
dinilai dinilai
Vestibulokoklearis Kanan Kiri Aksesorius Kanan Kiri
Mendengar suara berbisik Sulit Sulit Memalingkan kepala + +
dinilai dinilai Sikap bahu simetris simetris
Mendengar detik arloji Sulit Sulit Mengangkat bahu Sulit Sulit
dinilai dinilai dinilai dinilai
Nervus IX (Glossofaringeus)
Nervus XII (Hipoglosus)
Arkus faring Sulit dinilai 1. Sikap lidah : sulit dinilai
Sengau Sulit dinilai 2. Artikulasi : Sulit dinilai
3. Tremor lidah : Sulit dinilai
4. Menjulurkan lidah: Sulit dinilai
Nervus X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Nadi Teraba
Bersuara Sulit Dinilai
Menelan Sulit Dinilai
1. Sistem motorik
1. Gerakan volunter : Sulit dinilai
2. Tonus otot : menurun
3. Kekuatan otot : Sulit dinilai
A.Sistem sensorik
Sensibilita Tangan Kaki
s Kanan Kiri Kanan Kiri
Nyeri Sulit Sulit Sulit Sulit
dinilai dinilai dinilai dinilai
Taktil Sulit Sulit Sulit Sulit
dinilai dinilai dinilai dinilai
Posisi Sulit Sulit Sulit Sulit
dinilai dinilai dinilai dinilai
Reflek Fisiologis
Biceps + +
Triceps + +
Achilles + +
Knee patella + +
Reflek Patologis
Refleks Kanan Kiri
Tromner - -
Hoffman - -
Babinski - -
Pemeriksaan penunjang
25/10/2017
Parameter Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,2 14,0 18,0 gr/dL
Kesan :
Minimal SAH di falk cerebri,
oedem cerebri
Multiple lesi hipodens di
biparietal terutama dextra DD/
abses, massa
Saran MSCT head dengan kontras
bila KU memungkinkan
DIAGNOSIS
Proses pembentukan abses otak oleh bakteri Streptococcus alpha hemolyticus secara histology
dibagidalam 4 fase dan waktu 2 minggu untuk terbentuknya kapsul abses (Price and Wilson,
2012).
Early cerebritis (hari 1 - 3)
Terjadi reaksi radang lokal dengan dengan infiltrasi polymorphonuclear leukosit, limfosit dan
plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat
pada hari ketiga. Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan
mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini
terjadi edema disekitar otak dan peningkatan efek massa karena pembesaran abses.
Late cerebritis (hari 4-9)
Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis membesar oleh
karena peningkatan acellular debris dan pembentukan nanah karena pelepasan enzim-enzim
dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan
gambaran fibroblast yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk
kapsul kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari abses otak atau serebri bergantung pada lokasi infeksi,bentuk,
jumlah lesi, dan struktur spesifik dari otak yang terkena. Sebagian besar pasien
dengan abses serebri menunjukkan adanya peningkatan tekanan intrakranial
sepeti nyeri kepala, mual dan muntah, perubahan status mental,defisit
neurologis fokal, dan demam. Dalam hal ini demam tidak selalu terjadi, pada 30
76% kasus demam bahkan tidak dijumpai pada abses serebri (Mustafa, 2014).
Trias abses otak klasik, yaitu :
- Peningkatan tekanan intracranial
- Defisit neurologi fokal
- Demam
Pemeriksaan Penunjang
Tes tuberkulin
Pada pasien immunocompromised, beberapa tes mungkin berguna. Tes kulit
tuberkulin adalah tes skrining sering diabaikan yang harus diberikan kepada
pasien imunosupresi dengan lesi otak atau paru-paru. Keterbatasan tes kulit
tuberkulin adalah reaksi negatif palsu yang disebabkan oleh alergi kulit dari
steroid, obat lain, dan sering infeksi primer itu sendiri.
Tes Toxoplasma
Tingkat Toxoplasma IgG adalah beberapa potensi untuk digunakan dalam menilai
pasien AIDS dengan focal lesi SSP. Tingkat prevalensi dari tingkat Toxoplasma IgG
positif tinggi pada populasi umum. Toxoplasma IgG negatif adalah diagnosis selain
Toxoplasma encephalitis, tetapi tidak mengesampingkan diagnosis ini benar-
benar. Hasil tes serum IgG negatif dapat menempatkan diagnosis toksoplasmosis
lebih rendah dalam pertimbangan diagnostik diferensial tetapi tidak
mengecualikan diagnosis seluruhnya.
Tes fungsi lumbal
Pungsi lumbal sering kontraindikasi pada orang dengan dugaan abses otak. Hasil
dari patogen dari pemeriksaan CSF yang diduga abses otak rendah, kurang dari
10%. Fungsi lumbal kadang-kadang untuk mendapatkan CSF untuk sitologi dan
aliran cytometry studi (untuk menyingkirkan metastasis), deteksi antigen
kriptokokus, dan polymerase chain reaction (PCR) assay untuk T. gondii. Namun,
ini harus dilakukan dengan hati-hati. Mengingat risiko herniasi otak dalam
pengaturan tekanan intrakranial yang meningkat, dan hasil yang rendah tes
diagnostik, fungsi lumbal harus dihindari dalam sebagian besar kasus.
CT scan
CT scan memiliki beberapa keterbatasan terutama jika dilakukan tanpa kontras.
Ini mungkin kehilangan cerebritis awal dan otak kecil dan batang otak dapat
dilihat buruk. Secara khusus, itu mungkin kehilangan lesi 1,5 cm atau lebih kecil
seperti biasanya terlihat di endokarditis.
Magnetic Resonance Imaging
Pada orang immunocompromised, tidak mungkin untuk membedakan abses otak
bakteri dari infeksi SSP oportunistik atas dasar pencitraan MRI konvensional saja.
Dengan Toxoplasma encephalitis, MRI biasanya menunjukkan beberapa, kecil, lesi
cincin meningkatkan. Sering ada terlihat edema lokal dan defek massa , yang
membantu dalam membedakan Toxoplasma encephalitis dari lesi otak lain di
AIDS, yang kurang efek massa (misalnya, PML, cytomegalovirus ensefalitis).
Penatalaksanaan
Prognosis