Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI KASUS

Nama : Palupi Fatma Ningtyas


NIM/NIPP : 20120310083 / 20164011066
Stase : Ilmu Kedokteran Jiwa / Stase Puskesmas Kasihan II

1. Pengalaman
Di Puskemas Kasihan II pasien dengan diagnosis skizofrenia kebanyakan diberikan
kombinasi obat antipsikosis berupa Haloperidol dan Clorpromazine, ditambah
antikolinergik Trihexylphenidil

2. Masalah yang di kaji


Bagaimana penggunaan kombinasi antipsikosis Haloperidol-Clorpromazine yang sama-
sama antipsikosis tipikal (generasi I)?

3. Analisis
Menurut PPDGJ III, skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-kadang
mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar, waham
yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang tak terpadu, dengan
situasi nyata yang sebenarnya, dan autisme.
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia
yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia adalah
seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan kepribadian.
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
realitas, merasakan dan menunjukan emosi serta berperilaku dengan sikap yang tidak
dapat diterima secara social.
Simptom/Gejala skizofrenia atas:
Gejala Positif Gejala Negatif Gejala psikopatologi umum
Waham Afek tumpul Kekhawatiran somatic
Kekacauan proses Penarikan emosional Ansietas
pikir Kemiskinan rapport Rasa bersalah
Perilaku halusinasi Penarikan diri dari Ketegangan (tension)
Gaduh gelisah hubungan social secar Mannerism dan sikap tubuh
Waham/ide pasif/apatis Depresi
kebesaran Kesulitan dalam Retardasi motorik
Kecurigaan/kejaran pemikiran abstrak Ketidakkooperatifan
Permusuhan Kurangnya spontanitas Isi pikiran yang tidak biasa
dan arus percakapan Disorientasi
Pemikiran stereotipik Perhatian buruk
Kurangnya daya nilai dan daya tilikan
Gangguan dorongan kehendak
Pengendalian impuls yang buruk
Penghindaran social secara aktif
Obat antipsikosis juga dikenal sebagai `neuroleptik` dan secara salah diartikan sebagai
trankuiliser mayor. Obat antipsikosis pada umumnya membuat tenang tanpa
mempengaruhi kesadaran dan tanpa menyebabkan efek kegembiraan paradoksikal
(paradoxical excitement) namun tidak dapat dianggap hanya sebagai trankuiliser saja.
Untuk kondisi seperti skizofrenia, efek penenangnya merupakan hal penting nomor dua.
Semua obat antipsikotik bekerja dengan cara mengeblok aktivitas dopamin, dan
kebanyakan juga mengeblok reseptor serotonin (5-HT2A). Obat antipsikotik dibagi
menjadi 2, yaitu : 1) tipikal atau klasik dan 2) atipikal. Perbedaan dari keduanya lebiih
kepada generasi penemuannya. Antipsikotik atipikal adalah yang relatif baru dibandingkan
dengan antipsikotik tipikal. Disamping itu, obat antipsikotik atipikal mempunyai efek
ekstrapiramidal yang relatif lebih ringan.

Haloperidol dan chlorpromazine merupakan antipsikotik klasik atau tipikal yang


penggunaannya paling luas.
Haloperidol merupakan golongan potensi rendah untuk mengatasi penderita dengan
gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. Haloperidol berguna untuk
menenangkan keadaan mania pasien psikosis. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
pasien yang diobati haloperidol. Chlorpromazin merupakan golongan potensi tinggi untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, hipoaktif, waham dan
halusinasi. Chlorpromazin menimbulkan efek sedasi yang disertai acuh tak acuh terhadap
rangsang dari lingkungan.
Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal seperti haloperidol dan chlorpromazin
adalah memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonists). Dengan
adanya mekanis mekerja tersebut maka penggunaan haloperidol mempunyai potensi yang
besar untuk menimbulkan efek samping diantaranya berupa gejala ekstrapiramidal. Gejala
ekstrapiramidal ini dapat berupa parkinsonisme (hipokinesia, kekakuan anggota tubuh,
tremor tangan dan keluar air liur berlebihan, gejala ’rabbit syndrome’), akathisia, dystonia
akut, dyskinesia tardive, sindroma neuroleptika maligne. Efek merugikan parkinsonisme
terjadi pada kira-kira 25% pasien yang diobati dengan antipsikotik khususnya haloperidol,
biasanya dalam 5-90 hari setelah terapi awal. Obat antipsikotik juga mempengaruhi
reseptor kolinergik, alfa adrenergik, histaminergik dan serotonergik. Chlorpromazine
merupakan antagonis reseptor dopamin dan alfa bloker yang tidak selektif. Disinyalir
mekanis me kerja chlorpromazine sebagai alfa blokerlah yang menimbulkan efek
hipotensi ortostatik.
Kombinasi antipsikotik haloperidol dan chlorpromazine adalah yang paling banyak
digunakan. Kombinasi antara chlorpromazine dengan haloperidol bertujuan untuk
memperkuat khasiat antipsikotik dan efek sedatif. Chlorpromazine memiliki khasiat
antipsikotik lemah tetapi memiliki efek sedatif yang kuat, sedangkan haloperidol memiliki
khasiat antipsikotik kuat, tetapi efek sedatifnya rendah. Kombinasi Haloperidol dan
Chlorpromazine juga meningkatkan BMI, tekanan darah dan profil lipid.

4. Daftar Pustaka

Muslim, Rusdi. (2003). Diagnosa Gangguan Jiwa, PPDGJ III. Jakarta:Direktorat Kesehatan
Republik Indonesia.
Wijoyo dan Jarut. (2013). Tinjauan Penggunaan Antipsikotik Pada Pengobatan Skizofrenia
Di Rumah Sakit Prof. Dr. V. L.Ratumbuysang Manado Periode Januari 2013-Maret
2013. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 03 Agustus 2013
ISSN 2302 – 249354
Hariyani, Kusuma, dan Yuliastuti. (2014). Pola Pengobatan Pasien Schizoprenia Program
Rujuk Balik Di Puskesmas Mungkid Periode Januari-Juni 2014. PHARMACON
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 3 No. 04
Medication Indonesia. (2014). Obat-obat antipsikotik. Diakses dari
www.dhi.health.nsw.gov.au

Blessing, IO., Iyalomhe, GBS., George, EO., Okojie, FO., Solomon., AO. (2013). Effect Of
Chlorpromazine And Haloperidol Combination On Lipid Profile In Nigeria
Schizophrenic Patients. IJMPS. 2013; 3(12): 11-20

Leucht,C., Kitzmantel, M., Kane, J., Leucht, S., Chua, WLL. (2008). Haloperidol versus
chlorpromazine for schizophrenia. The Cochrane Library.

Anda mungkin juga menyukai