Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

GIZI KURANG

Oleh :
Rinitha Dinda Savitri
H1A012050

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS KEDIRI
PENDAHULUAN
Gizi Buruk Marasmus
Kurang Energi dan Protein Kwashiorkor
Gizi Kurang

Dampak negatif pertumbuhan fisik maupun mental


menurunkan sistem imun,
menyebabkan hilangnya masa hidup sehat
balita,
meningkatkan angka kesakitan serta angka
kematian
RISKESDAS
Provinsi NTB
prevalensi gizi kurang yang tinggi melebihi 30%
Laporan Pemantauan Status Gizi NTB Tahun 2015
TINJAUAN PUSTAKA
GAMBARAN GIZI KURANG DI
PUSKESMAS KEDIRI
Grafik 2. Perkembangan Status Gizi
Balita selama Tahun 2015 - 2017
KONSEP KURANG ENERGI
PROTEIN GIZI KURANG
Pengertian Kurang Energi Protein

KEP adalah keadaan kurang gizi yang


disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG). 10
Pengukuran Status Gizi
Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori :
Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD
Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD
Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD
Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau
Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :
Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
Pendek jika hasil ukur 3 SD sampai dengan < -2 SD.
Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau
Panjang Badan:
Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
Kurus jika hasil ukur 3 SD sampai dengan < -2 SD.
Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat
kurus, sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil
normal.
Faktor Resiko
Asupan makanan
Status sosial ekonomi
Pendidikan ibu
Penyakit penyerta
BBLR
Imunisasi
Pemberian ASI
Gejala Klinis KEP
KEP Ringan KEP Berat

Ditemukan anak Kwashiorkor


tampak kurus Marasmus
Marasmus-
kwashiorkor
Tata Laksana KEP Berat/ Gizi Buruk
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2 tahun
Alamat : Pelowok Selatan, Kediri
Agama : Islam
Kunjungan ke PKM : 20 Agustus 2017
Sistem Pembayaran : Umum
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Puskesmas Kediri dengan keluhan utama sesak
nafas sejak setengah jam yang lalu. Sesak tanpa disertai dengan
bunyi ngik. Ibu pasien mengatakan pasien juga mengalami batuk dan
pilek sejak 1 hari yang lalu. Batuk tanpa disertai dengan dahak. Pasien
juga mengalami demam sejak keluhan batuk pilek ini muncul. Nafsu
makan pasien dikatakan berkurang sejak keluhan muncul
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering mengalami sesak yang disertai batuk pilek
sejak usia 6 bulan. Pasien pernah MRS di Puskesmas
Kediri dengan keluhan sesak sebanyak 2x, terakhir pada
bulan Januari 2017.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa
sebelumnya. Riwayat asma (-) Riwayat TB (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat ke pelayanan kesehatan sejak keluhan
sesak ini muncul. Pasien hanya membeli obat batuk dan pilek yang
dibeli di apotek.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Pasien merupakan anak ketiga. Ibu pasien rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan di polindes sebanyak 7 kali
selama masa kehamilannya. Ibu pasien mengatakan berat
badannya selama hamil tidak mengalami kenaikan, maksimal
kenaikan berat badan hanya 2 kg.
Bayi lahir di polindes, secara spontan dengan pertolongan
bidan pada usia kehamilan cukup bulan dengan berat 2900
gram.
Title
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan : Berat badan lahir 2900 gr
Berat badan sekarang 8,4 kg, TB 79,5 cm
Pasien saat ini sudah bisa berlari, mengucapkan 3 kata
dalam kalimat, mampu mengikuti perintah.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 6 bulan. Pasien
sudah diberikan makan nasi sejak usia 1 tahun.
Kebiasaan nasi papah diakui tidak ada pada pasien.
Pasien sejak lama sulit makan, frekuensi makan 3x sehari
namun pasien lebih cenderung suka makan lauk
dibandingkan nasi. Selain itu pasien juga sering konsumsi
jajan/ snack, yang membuat kenyang dan tidak mau
makan nasi.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal bersama 3 anggota keluarga di rumahnya
yang terdiri dari bapak, ibu dan kakak laki- laki. Bapak
pasien bekerja sebagai penjual nasi goreng di Rumak saat
malam hari, pagi harinya bekerja sebagai tukang ojek,
sedangkan ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Penghasilan yang diperoleh bapak pasien sekitar Rp
1.000.000/ bulannya, ini dikatakan kurang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 gudang, 1
kamar mandi dan 1 dapur. Rumah ini sudah ditempati sejak 4 tahun
yang lalu. Luas rumah pasien 7x6 meter dengan teras, rumah
pasien tidak memiliki pekarangan. Jarak rumah pasien dengan
rumah tetangga sangat dekat. Tembok rumah menyatu dengan
tembok tetangga. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah
berupa tembok, atap rumah terbuat dari genteng. Ventilasi kurang
baik, karena jendela pada ruang tamu jendela kamar jarang di
buka. Tempat pembuangan sampah berada di belakang rumah
pasien
Title
Untuk MCK, pasien menggunakan WC sendiri. Sehari- hari
keluarga menggunakan air PDAM untuk mandi, BAB,
memasak dan mencuci pakaian dan alat rumah tangga. Ibu
pasien mengatakan air PDAM kadang kurang lancar, air
PDAM kurang bersih dan air sering berwarna kuning namun
tidak berbau. Untuk minum, pasien menggunakan air gallon.
Penggunaan garam menggunakan garam beryodium.
Ikhtisar Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan Tanda Vital
Nadi : 104 x/menit
Respirasi : 36 x/menit
Suhu : 37,7 C
Status Generalis
Kepala : kesan normocephali, deformitas (-)
Bibir : sianosis (-) stomatitis (-)
Rambut : Hitam, ikal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-) sekret (-)
Hidung: Deformitas (-), sekret (+)
Tenggorok : uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi : Karies dentis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Thorak : Simetris (+), retraksi (+) minimal
P/ Vesikuler +/+, ronki +/+, wheezing -/-
C/ Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : turgor baik, hati dan limpa tidak teraba
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, edema -/- , CRT < 3 detik

Status Gizi
BB/U : (-3) SD - (-2) SD kurang
TB/U : (-2) SD (-1) SD normal
BB/TB : (-3) SD - (-2) SD kurang
DIAGNOSIS
Pneumonia ringan
Gizi kurang
TATA LAKSANA
Farmakologi :
Nebulizer dengan NaCl
Amoksilin sirup 3x Cth
Parasetamol sirup 3x Cth
Ambroksol 1/5, CTM 1/3 3x1 pulv
Gizi:
Konsul Gizi Pemberian Makanan Tambahan
KIE
Mencari tahu penyebab kekurangan gizi pada anak dan
memberi nasihat sesuai dengan penyebab tersebut.
Memberikan anjuran pemberian makan sesuai umur dan kondisi
anak dan cara menyiapkan makan, melaksanakan anjuran
makan dan memilih atau mengganti makanan
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien agar
tidak rentan terkena infeksi yang dapat memperberat kondisi gizi
pasien
DETERMINAN MASALAH
KESEHATAN
PENULUSURAN KASUS
DASAR PEMILIHAN KASUS
Status Gizi Balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat karena anak
usia dibawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi.
Berdasarkan hasil pemantauan gizi di NTB tahun 2015,
Kabupaten Lombok Barat menduduki peringkat ke- 2 prevalensi
gizi kurang terbanyak setelah Kabupaten Lombok Utara dengan
persentase 15,98 %.
DENAH RUMAH
Warung Nasi
Teras Goreng U
W
Ruang C
Kamar
Makan Tidur

Kamar D
Tidur a Halaman
p Belakang S
Gudang u
r
FOTO KONDISI RUMAH PASIEN
PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya
ketidakseimbangan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang
diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
biologis (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,
faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan
kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya)
Faktor Lingkungan
Sosio- ekonomi rendah
1

Pengetahuan dan pendidikan ibu/ orang yang


2 mengasuh

Lingkungan rumah yang kurang bersih


3
Faktor Perilaku
Pola asuh anak yang kurang tepat
Tidak diberikan ASI Ekslusif
Pemberian makanan dengan kandungan gizi yang
tidak seimbang
Pemberian nasi papah
Faktor pelayanan kesehatan
Penyuluhan mengenai masalah gizi belum maksimal

Media penyuluhan dan konseling mengenai gizi terbatas

Pelayanan kesehatan di posyandu didominasi oleh petugas


puskesmas
Faktor Biologis
Imunitas yang rendah
Usia
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Terjadinya gizi kurang pada anak ini berkaitan dengan
empat determinan kesehatan yaitu faktor biologis,
lingkungan perilaku dan faktor pelayanan kesehatan.
Faktor yang paling mempengaruhi pada keadaan pasien
adalah faktor lingkungan yang kurang memadai seperti
sosial ekonomi yang kurang, rendahnya tingkat pendidikan
orang yang mengasuh anak tersebut, serta faktor perilaku
seperti pola asuh yang kurang tepat.
SARAN
Kepada institusi:
Perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan mengenai gizi
dan pedoman gizi seimbang pada orang tua anak
Konseling perlu diberikan kepada semua orang tua balita,
bukan hanya yang mempunyai masalah gizi
Pembinaan kader secara intensif agar tidak hanya
didominasi oleh petugas puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
1. Nuzula, F., Oktaviana, M.N., Anggari, R.S. Analisis Terhadap Faktor- Faktor Penyebab Gizi Kurang
pada Balita di Desa Banyuanyar Kecamatan Kalibaru Banyuwangi. 2013. Available from: http://e-
journal.akesrustida.ac.id [Accessed on: 31 August 2017]
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang. 2014. Available from:
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf [Accessed on: 31 August 2017]
3. UNICEF Indonesia. Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. 2012. Available from: http://
https://www.unicef.org/indonesia/id/A6_-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf [Accessed on: 31 August 2017]
4. Tim Penyusun. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tengga Barat.
5. Saputra, W., Nurrizka, R.H. Faktor Demografi dan Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang Makara
Kesehatan . 2012;16 (2): 95-101
6. Handayani, L., Mulasari, S.A., Nurdianis, N. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak
Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 2008; 11 (1)
7. Tim Penyusun. 2015. Data Status Gizi Puskesmas Kediri Tahun 2015. Puskesmas Kediri
8. Tim Penyusun. 2016. Data Status Gizi Puskesmas Kediri Tahun 2016. Puskesmas Kediri
9. Tim Penyusun. 2017. Data Status Gizi Puskesmas Kediri Tahun 2017. Puskesmas Kediri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai