Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar
tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan
pada duramater. Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi
anatomi tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar.
Fraktur basis cranii dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fossa-nya
menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media, dan fraktur fossa
posterior.
Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu :
Fraktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa
pergeseran, dan umumnya tidak diperlukan intervensi.
Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau
tanpa kerusakan pada scalp. Fraktur depresi mungkin memerlukan tindakan
operasi untuk mengoreksi deformitas yang terjadi.
Fraktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada
neonatus dan bayi yang suturanya belum menyatu. Pada fraktur jenis ini,
garis sutura normal jadi melebar.
Fraktur basis merupakan yang paling serius dan melibatkan tulang-tulang
dasar tengkorak dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan
serebrospinal (Cerebrospinal Fluid).
Suatu fraktur tulang tengkorak berarti patahnya tulang tengkorak dan
biasanya terjadi akibat benturan langsung. Tulang tengkorak mengalami
deformitas akibat benturan terlokalisir yang dapat merusak isi bagian dalam
meski tanpa fraktur tulang tengkorak. Suatu fraktur menunjukkan adanya
sejumlah besar gaya yang terjadi pada kepala dan kemungkinan besar
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam dari isi cranium.
INSIDEN
Cedera pada susunan saraf pusat masih merupakan penyebab utama
tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada usia muda di seluruh dunia.
Pada tahun 1998 sebanyak 148.000 orang di Amerika meninggal akibat
berbagai jenis cedera. Trauma kapitis menyebabkan 50.000 kematian.
Insiden rata-rata (gabungan jumlah masuk rumah sakit dan tingkat
mortalitas) adalah 95 kasus per 100.000 penduduk. Sebanyak 22% pasien
trauma kapitis meninggal akibat cederanya. Sekitar 10.000-20.000 kejadian
cedera medulla spinalis setiap tahunnya.
Lebih dari 60% dari kasus fraktur tulang tengkorak merupakan kasus fraktur
linear sederhana, yang merupakan jenis yang paling umum, terutama pada
anak usia dibawah 5 tahun. Fraktur tulang temporal sebanyak 15-48% dari
seluruh kejadian fraktur tulang tengkorak, dan fraktur basis cranii sebesar 1921%. Fraktur depresi antara lain frontoparietal (75%), temporal (10%),
occipital (5%), dan pada daerah-daerah lain (10%). Sebagian besar fraktur
depresi merupakan fraktur terbuka (75-90%). Insiden fraktur tulang
tengkorak rata-rata 1 dari 6.413 penduduk (0.02%), atau 42.409 orang setiap
tahunnya. Sejauh ini fraktur linear adalah jenis yang banyak, terutama pada
anak usia dibawah 5 tahun di Amerika Serikat.
ANATOMI
Bagian cranium yang membungkus otak (neurocranium / brain box)
menutupi otak, labirin, dan telinga tengah. and middle ear. Tabula eksterna
dan tabula interna dihubungkan oleh tulang kanselosa dan celah tulang rawan
(diplo). Tulang-tulang yang membentuk atap cranium (calvaria) pada remaja
dan orang dewasa terhubung oleh sutura dan kartilago (synchondroses)
dengan kaku. Sutura coronaria memanjang melintasi sepertiga frontal atap
cranium. Sutura sagitalis berada pada garis tengah, memanjang ke belakang
dari sutura coronaria dan bercabang di occipital untuk membentuk sutura
lambdoidea. Daerah perhubungan os frontal, parietal, temporal, dan
sphenoidal disebut pterion, di bawah pterion terdapat percabangan arteri
meningeal media. Bagian dalam basis cranii membentuk lantai cavitas cranii,
yang dibagi menjadi fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior.
1. Fossa anterior dibentuk oleh os frontal di bagian depan dan samping,
lantainya dibentuk oleh os frontale pars orbitale, pars cribriformis os
ethmoidal, dan bagian depan dari alae minor os sphenoid. Fossa ini
menampung traktus olfaktorius dan permukaan basal dari lobus frontalis, dan
hipofise. Fossa anterior dan media dipisahkan di lateral oleh tepi posterior
alae minor os sphenoidale, dan di medial oleh jugum sphenoidale. Pada fossa
anterior dari sinus sagitalis superior dan melanjutkan diri menjadi sinus
transversus dan sinus sigmoideus. Jenis penyebab dan pola fraktur, tipe,
perluasan, dan posisi adalah hal-hal yang penting dalam menentukan cedera
yang ada. Tulang tengkorak menebal di daerah glabella, protuberansia
eksternal occipital, processus mastoideus, dan processus angular eksternal
dan disatukan oleh 3 arches pada masing-masing sisinya. Lapisan tulang
tengkorak disusun oleh tulang cancellous (diplo) menyerupai roti sandwich
di antara dua tablets, lamina externa (1.5 mm), dan lamina interna (0.5 mm).
Diplo tidak ditemukan pada bagian tulang tengkorak yang dilapisi oleh otot,
sehingga lebih tipis dan rentan terhadap fraktur.
PATOFISIOLOGI
Trauma dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak yang diklasifikasikan
menjadi :
fraktur sederhana (simple) suatu fraktur linear pada tulang tengkorak
fraktur depresi (depressed) apabila fragmen tulang tertekan ke bagian lebih
dalam dari tulang tengkorak
fraktur campuran (compound) bila terdapat hubungan langsung dengan
lingkungan luar. Ini dapat disebabkan oleh laserasi pada fraktur atau suatu
fraktur basis cranii yang biasanya melalui sinus-sinus.
Pada dasarnya, suatu fraktur basiler adalah suatu fraktur linear pada basis
cranii. Biasanya disertai dengan robekan pada duramater dan terjadi pada
pada daerah-daerah tertentu dari basis cranii.
Fraktur Temporal terjadi pada 75% dari seluruh kasus fraktur basis cranii.
Tiga subtipe dari fraktur temporal yaitu : tipe longitudinal, transversal, dan
tipe campuran (mixed).
a. Fraktur longitudinal terjadi pada regio temporoparietal dan melibatkan
pars skuamosa os temporal, atap dari canalis auditorius eksterna, dan tegmen
timpani. Fraktur-fraktur ini dapat berjalan ke anterior dan ke posterior
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis
periorbita (racoon eyes), ekimosis retroauricular ( Battles sign), dan
kebocoran cairan serebrospinal (dapat diidentifikasi dari kandungan
glukosanya) dari telinga dan hidung. Parese nervus cranialis (nervus I, II, III,
IV, VII dan VIII dalam berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sebagai tambahan pada suatu pemeriksaan neurologis lengkap, pemeriksaan
darah rutin, dan pemberian tetanus toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur
terbuka tulang tengkorak), pemeriksaan yang paling menunjang untuk
diagnosa satu fraktur adalah pemeriksaan radiologi.
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto Rontgen: Sejak ditemukannya CT-scan, maka penggunaan foto
Rontgen cranium dianggap kurang optimal. Dengan pengecualian untuk
kasus-kasus tertentu seperti fraktur pada vertex yang mungkin lolos dari CTcan dan dapat dideteksi dengan foto polos maka CT-scan dianggap lebih
menguntungkan daripada foto Rontgen kepala.
Di daerah pedalaman dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray
dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Diperlukan foto posisi AP,
lateral, Townes view dan tangensial terhadap bagian yang mengalami
benturan untuk menunjukkan suatu fraktur depresi. Foto polos cranium
dapat menunjukkan adanya fraktur, lesi osteolitik atau osteoblastik, atau
pneumosefal. Foto polos tulang belakang digunakan untuk menilai adanya
fraktur, pembengkakan jaringan lunak, deformitas tulang belakang, dan
proses-proses osteolitik atau osteoblastik.
CT scan : CT scan adalah kriteria modalitas standar untuk menunjang
diagnosa fraktur pada cranium. Potongan slice tipis pada bone windows
hingga ketebalan 1-1,5 mm, dengan rekonstruksi sagital berguna dalam
menilai cedera yang terjadi. CT scan Helical sangat membantu untuk
penilaian fraktur condylar occipital, tetapi biasanya rekonstruksi tiga dimensi
tidak diperlukan.
MRI (Magnetic Resonance Angiography) : bernilai sebagai pemeriksaan
penunjang tambahan terutama untuk kecurigaan adanya cedera ligamentum
dan vaskular. Cedera pada tulang jauh lebih baik diperiksa dengan
menggunakan CT scan. MRI memberikan pencitraan jaringan lunak yang
lebih baik dibanding CT scan.
c. Pemeriksaan Penunjang Lain
Perdarahan melalui telinga dan hidung pada kasus-kasus yang dicurigai
adanya kebocoran CSF, bila di dab dengan menggunakan kertas tissu akan
menunjukkan adanya suatu cincin jernih pada tissu yang telah basah diluar
dari noda darah yang kemudian disebut suatu halo atau ring sign. Suatu
kebocoran CSF juga dapat diketahui dengan menganalisa kadar glukosa dan
DIAGNOSIS
Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa didapatkan riwayat medis
yang lengkap dan mekanisme trauma. Trauma pada kepala dapat
menyebabkan gangguan neurologis dan mungkin memerlukan tindak lanjut
medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau
cedera penetrasi antara lain :
Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung
Keluar darah atau cairan jernih dari telinga
Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata
(panda eyes)
Adanya luka memar di belakang telinga (Battles sign)
Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi
Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.
DIAGNOSA BANDING
Echimosis periorbita (racoon eyes) dapat disebabkan oleh trauma langsung
seperti kontusio fasial atau blow-out fracture dimana terjadi fraktur pada
tulang-tulang yang membentuk dasar orbita (arcus os zygomaticus, fraktur Le
Fort tipe II atau III, dan fraktur dinding medial atau sekeliling orbital).
Rhinorrhea dan otorrhea selain akibat fraktur basis cranii juga bisa
diakibatkan oleh :
Kongenital
Ablasi tumor atau hidrosefalus
Penyakit-penyakit kronis atau infeksi
Tindakan bedah
PENATALAKSANAAN
A Airway Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga
diyakini tidak ada cedera
B Breathing Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteri
C Circulation Penilaian kemungkinan kehilangan darah, pengawasan secara
rutin tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV line
D Dysfunction of CNS Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutin
E Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki,
dari depan dan belakang.
Setelah menyelesaikan resusitasi cardiovaskuler awal, dilakukan pemeriksaan
fisis menyeluruh pada pasien. Alat monitor tambahan dapat dipasang dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Nasogastric tube dapat dipasang
kecuali pada pasien dengan kecurigaan cedera nasal dan basis cranii, sehingga
lebih aman jika digunakan orogastric tube. Evaluasi untuk cedera cranium
dan otak adalah langkah berikut yang paling penting. Cedera kulit kepala yang
atau trauma kapitis yang sudah jelas memerlukan pemeriksaan dan tindakan
dari bagian bedah saraf. Tingkat kesadaran dinilai berdasarkan Glasgow
KOMPLIKASI
Resiko infeksi tidak tinggi, sekalipun tanpa antibiotik rutin, terutama pada
fraktur basis cranii dengan rhinorrhea. Paralisis otot-otot fasialis dan rantai
tulang-tulang pendengaran dapat menjadi komplikasi dari fraktur basis
cranii. Fraktur condyler tulang occipital adalah suatu cedera serius yang
sangat jarang terjadi. Sebagian besar pasien dengan fraktur condyler occipital
terutama tipe III berada dalam keadaan koma dan disertai dengan cedera
vertebra servikal. Pasien-pasien ini juga mungkin datang dengan gangguan-
PROGNOSIS
Walaupan fraktur pada cranium memiliki potensi resiko tinggi untuk cedera
nervus cranialis, pembuluh darah, dan cedera langsung pada otak, sebagian
besar jenis fraktur adalah jenis fraktur linear pada anak-anak dan tidak
PEMBIMBING :
Dr. Saleh, Sp. BS
Disusun Oleh :
Dm. Alvarez O. J. Ticoalu
Dm. Jonathan Albert
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2012