Anda di halaman 1dari 7

1.

Jenis-jenis gerakan involunter

Gerakan involunter merupakan kumpulan gerakan yang tidak dapat dikendalikan yang
bermanifestasi berupa tremor, tic, myoclonic jerk, korea, atetosis, distonia, dan
hemibalismus.

Tremor

Tremor merupakan gerakan involunter ritmis yang terjadi saat istirahat, selama
pemeliharaan postur tertentu, atau selama gerakan yang disebabkan oleh terjadinya
kontraksi otot yang intermiten. Tremor dipicu oleh emosi dan hilang saat tidur. Tremor
yang terjadi saat istirahat disebut tremor statik atau resting tremor. Sementara tremor
yang terjadi saat postur tertentu disebut tremor postural. Tremor yang terjadi pada saat
gerakan adalah tremor intensi. Tremor dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

Atetosis
Atetosis merupakan gerakan menggeliat, gerakan berliku-liku, biasanya terjadi pada
jari dan ekstremitas, seperti yang terjadi pada ensefalopati hepatik

Chorea
Chorea adalah serangkaian gerakan singkat, tersentak-sentak, atau "gelisah"; contohnya
adalah Chorea Sydenham dan terlihat pada demam rematik. Gerakan korea tidak
terpola, sering kali memiliki tujuan (mis. menyesuaikan pakaian, memeriksa arloji).
Gerakan seringkali cepat dan dapat melibatkan kelompok otot proksimal atau distal.
Chorea Sydenham biasa terjadi pada anak-anak.
Mioklonus
Mioklonis adalah kontraksi otot yang tiba-tiba, cepat, dan berkedut. Gerakan mioklonus
tidak dapat ditahan. Mioklonus melibatkan beberapa kelompok otot dan paling sering
terjadi pada pasien dengan ensefalopati metabolik, seperti gangguan metabolik yang
disebabkan oleh uremia, karbon dioksida, atau hipoksia. Mioklonus dapat berupa
general dan segmental. Mioklonus dapat spontan atau disebabkan oleh stimulasi.
Penyebab mioklonus adalah sebagai berikut :

Asteriksis
Asteriksis merupakan gerakan berulang dari suatu postur yang berkelanjutan,
contohnya dengan "mengepak" tangan ketika lengan direntangkan dan pergelangan
tangan dorsifleksi, terjadi seperti pada ensefalopati hati. Asteriksis juga dapat terjadi
pada kaki.
Tik
Tik merupakan gerakan abnormal mendadak, berulang, cepat, terkoordinasi yang
biasanya dapat ditiru dengan mudah. Gerakan yang sama terjadi berulang kali dan dapat
ditekan secara sukarela untuk waktu yang singkat, meskipun hal itu dapat menyebabkan
kecemasan. Tik terdiri dari tik transien, kronik, persisten, kronik multipel, atau tik
vokal.

Hemibalismus
Hemiballismus adalah chorea unilateral yang sangat kencang karena melibatkan pada
otot proksimal anggota tubuh. Penyakit ini paling sering disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah di nukleus subthalamik kontralateral dan biasanya sembuh secara
spontan pada minggu-minggu setelah onsetnya. Hemibalismus juga dapat terjadi karena
gangguan struktural lain.

2. Perbedaan TB dan Pneumonia


Gambaran khas pada TB paru adalah:
Pada apex berupa infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler.
Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax dalam mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86%
dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainan diatas. Tuberkulosis paru minimal
ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB paru post primer yaitu
kelainan di apek disebabkan karena tekanan oksigen di apek paru lebih tinggi sehingga
bakteri berkembang lebih baik.
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis. (Konsolidasi)
 Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
 Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
 Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
 Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
 Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).

Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus
3. Perdossi Infeksi : durasi pemberian antibiotik dan evaluasinya. Indikasi bedah.
Dalam pemberian antibiotik
Prinsip umum dalam pemberian antibiotika pada abses serebri meliputi:
1. Antibiotika di berikan segera, baik dengan atau tanpa tidakan pembedahan dan
telah di lakukan pengambilan sampel kultur darah.
2. Terapi antibiotika harus memiliki spektrum luas.
3. Abses serebri yang kemungkinan berasal dari komunitas di sarankan pemberian
antibiotika golongan sefalosporin generasi III (misalnya ceftriaxone 4g/ hari
atau cefotaxime 8-12 g/ hari) di kombinasi dengan metronidazole 1,5g/ hari
untuk bakteri anaerob.

Lama pengobatan antibiotika tergantung klinis pasien, namun biasanya di berikan


intrvena selama 6 – 8 minggu. CT scan kepala ulang di lakukan untuk melihat
respons terapi.
Pembedahan di lakukan bila diameter abses > 2.5 cm, abses mengandung gas,
multilokuleted, lokasi di fossa posterior,atau teridentifikasi adanya jamur.

Anda mungkin juga menyukai