anda terhadap persepsinya dan perhatian yang anda berikan terhadapnya. Ia juga
menunjukkan permulaan perubahan yang dilakukan secara berangsur-angsur dalam
gaya wawancara dimana anda akan menjadi lebih terpusatkan
Yang dicatat dalam keluhan utama hanya 1 (satu) keluhan dan lama keluhan itu telah
dideritanya.
dan tanda non-spesifik. Jika anda menemukan bahwa anda tidak dapat membuat
diagnosis dengan tepat, kemungkinan besar anda tidak cermat dalam definisi anda
tentang delapan ciri tiap gejala penyakit.
Ciri pertama tiap gejala yang membantu anda mempersempit perhatian anda adalah
lokasi yang tepat. Nyeri, gangguan fungsi, dan observasi biasanya mengarah kepada
suatu daerah tertentu. Nyeri dada jelas menarik perhatian terhadap struktur-struktur
di dada. Perubahan dari keadaan stabil sebelumnya tidak mempunyai lokalisasi yang
tepat. Demam, rasa tidak enak badan, penurunan berat badan, atau labilitas
emosional mungkin tidak mempunyai lokalisasi anatomik. Kalau gambaran umumnya
sudah jelas, mentalah pasien utnuk sedapat mungkin menunjukkan lokasi gejalagejala dan organ atau sistem organ yang terlibat. Tanyakanlah kaitan antara gejala
atau strukturnya atau fungsi normal organ yang dibicarakan ("Apakah rasa sakit
tersebut paling hebat di bagian tengah dada anda atau pada bahu anda?")
Ciri berguna kedua ialah penilaian setiap gejala secara kualitatif dan kuantitatif.
Mintalah pasien anda unutk melukiskan kualitas dan kuantitas gejala dan tanda dalam
suatu referensi umum. Pastikanlah bahwa anda memahami dengan jelas apa yang
disebutkan oleh pasien tersebut. Anda harus menentukan keluhan dengan tepat.
Mungkin penting sekali untuk membimbing sumber informasi yang memberikan
keterangan yang samar-samar dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup langsung yang
memberikan ukuran spesifik tentang beratnya gejala, frekuensi dan intensitasnya.
("Apakah nyeri tersebut berlangsung lebih dari satu jam, lima belas menit, lima menit?
Apakah nyeri tersebut bersifat tajam seperti ditusuk-tusuk, panas seperti terbakar
atau nyeri tumpul?")
Urutan kronologis setiap kejadian adalah sangat penting. Perjelaslah keluhan mana
yang timbul pertama kali dan urutan timbulnya keluhan lain. Hubungan waktu antara
gejala-gejala yang berkaitan juga sangat berguna. Terjadinya gejala-gejala yang sama
hebatnya secara serentak atau berkembangnya beberapa gejala ketika beberapa
gejala lainnya berkurang menyarankan mekanisme patofisiologi yang menunjukkan
diagnosis spesifik tertentu.
Ciri berikutnya berkaitan dengan faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang
memperburuk atau mengurangi gejala-gejala. Di sini, struktur dan fungsi organ atau
sistem organ mengarah kepada diagnosis. ("Bagaimana pengaruh makan terhadap
nyeri lambung anda?").
Hubungan waktu sangat berguna. Lama penyakit sekarang membedakan penyakit
akut dan kronis. Gejala-gejala yang berlangsung selama bertahun-tahun
kemnungkinan besar tidak disebabkan oleh keganasan atau infeksi. Perubahan gejala
dengan berlalunya waktu membantu menentukan kemajuan penyakit. Apakah gejalagejala tersebut menetap, berulang, memburuk , atau membaik? Jika berlangsung
secara periodik, apakah panjang siklusnya berubah?
Pasien secara sukarela sering menyampaikan gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa
yang berkaitan. Ini harus selalu diperhatikan secara serius, walaupun hal tersebut
kelihatannya sangat aneh atau tidak fisiologis. Sikap anda menerima pengamatan
pasien secara begitu saja memperlihatkan penghargaan terhadap pasien sebagai
seorang pengamat dan mungkin bermanfaat dalam menemukan penyakit yang
tersembunyi. Suatu kesalahan yang sering terjadi pada pihak dokter ialah secara
Ialah penyakit-penyakit yang jelas diagnosisnya bagi pasien maupun dokternya, yang
pernah diderita pasien dahulu.
Catat kapan penyakit itu diderita, bagaimana diobati ,siapa yang
mengobati,bagaimana keadaan penyakit itu sekarang.Catat penyakit masa kanakkanak,penyakit-penyakit masa dewasa, penyakit psikiatri, kecelakaan dan
cedera,operasi,keracunan,alergi.
Penyakit-penyakit yang pernah diderita pasien dahulu yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit sekarang atau memperberat penyakit sekarang.
Periksalah riwayat penyakit dahulu secara kronologis.Pertanyaan tentang kejadiankejadian hidup yang berkaitan berguna sebagai pertanda dan membantu mengingat
kembali. Pakailah kejadian-kejadian penting dalam hidup ini untuk membantu pasien
merekontruksi kejadian medis secara kronologis dan tepat.Informasi prenatal,partus
dan postnatal relevan untuk meneliti penyakit congenital atau herediter.
Setelah menanyakan penyakit dengan urutan kronologis, tanyakanlah apakah pasien
pernah menderita dua atau tiga penyakit umum yang menyerang tiap system
tubuh.Imunisasi, reaksi terhadap tes tuberculin,alergi terhadap obat dan alergen lain,
perawatan kesehatan dan catatan kondisi fisik juga harus diperiksa dan dicatat.
Berusahalah untuk memperoleh rincian tentang alergi obat dan uraian khusus tentang
gejala, tanda, dan kronologi kejadian.Banyak pasien menganggap bahwa mereka
alergi terhadap obat, padahal sebenarnya mereka hanya menderita efek samping
yang umum
Penyakit-penyakit masa lampau berjangka panjang yaitu :
Penyakit-penyakit yang menghilang dengan pengobatan atau dengan sendirinya,
tetapi mempunyai potensi untuk kambuh lagi atau menimbulkan sekuele.Tuberkulosis,
keganasan-keganasan tertentu (limfoma atau leukemia limfositik akut),hepatitis
B,alkoholisme dan depresi berat misalnya termasuk dalam kategori ini.
Pengobatan yaitu semua obat-obatan yang dipergunakan saat ini atau pernah
dipergunakan secara teratur di masa lampau, termasuk obat bebas seperti laksatif,
aspirin, antihistamin dan vitamin, oleh karena penderita jaran menganggap obatobatan yang tidak diresepkan ini sebagai pengobatan" atau " obat" sehingga tidak
menyebutkan pengunaannya
Alergi :
Alergi musiman, lingkungan atau makanan dengan manifestasi dan pengobatannya
didokumentasikan. Yang paling penting adalah adanya riwayat reaksi alergi obatobatan.Jika terdapat riwayat alergi terhadap obat atau unsur apapun yang
dipergunakan dalam diagnosis dan pengobatan, maka rincian tentang reaksi dan
nama bahan yang bersangkutan harus dipastikan.Adalah penting untuk membedakan
reaksi alergi sesungguhnya (misalnya ruam kulit,reaksi histamin seperti sembab muka
dan mulut;nefritis interstitial alergika atau syok anafilaktik) dengan efek sampingan
yang bukan alergi seperti mual dan tinja encer.Oleh karena tersebarnya derivat
penisilin dan frekuensi alergi yang bermakna terhadap bahab-bahan tersebut, adalah
bijaksana untuk hkhusus menanyakan reaksi terhadap penisilin.Cara yang paling
ekonomis adalah dengan bertanya :" apakah anda pernah mengalami reaksi alergi
terhadap penisilin atau obat-obat lainnya?"
Status imunisasi:
Data esensial berubah dengan perubahan umur penderita.Semua anak dan dewasa
muda harus mempunyai catatan imunisasi yang lengkap, termasuk imunisasi dari
campak (measles),parotitis,dan rubela(MMR),hepatitis B, polio, difteria, pertusis dan
tetanus(DPT pada kanak-kanak) dan Hemophilus influenzae tipe B (HiB).Orang-orang
yang lebih tua dan penderita-penderita dari semua golongan umur yang menderita
penyakit menahun memerlukan vaksin influenza setiap tahun dan imunisasi terhadap
pneumokok setiap 6 tahun.Tanggal suntikan tetanus yang terakhir harus dipastikan.
Kita juga harus tau cara pasien bereaksi terhadap lingkungan hidupnya, latar belakang
pendidikan, keadaan keuangan, catatan pekerjaan, status perkawinan, tempat dalam
keluarga, dan kebiasaan sehari hari semuanya mencerminkan keadaan pasien dan
lingkungannya. Sebagian informasi ini kita peroleh selama " percakapan kecil "
sepanjang kontak kita dengan pasien. Pisahkanlah informasi ini agar mendapat
perhatian khusus. Sebagian diantarannya merupakan informasi yang sensitif untuk
pasien dan mungkin memerlukan beberapa wawancara untuk mendapatkan evaluasi
yang lengkap.
Dalam sistem pencatatan, isi riwayat hidup di beri tempat yang menonjol. Informasi ini
dapat ditempakan dalam permulaan rekaman medis di bawah judul Profil Pasien atau
digabungkan dalam suatu bagian yang berjudul Riwayat Sosial. Buatlah catatan
khusus tentang kebiasaan kebiasaan : Jumlah dan lama merokok, minum alkohol,
penyalahgunaan obat, dan pemaparan terhadap toksin potensial.
Wawancara dengan keluarga atau teman mungkin akan sangat membantu.
Keluarga
" Apakah segala sesuatunya baik baik saja di rumah ? "
" Apakah anda mempunyai masalah keluarga ? "
Mungkin memadai dengan bertanya " Bagaimana dengan pernikahan anda ? Apakah
tidak terdapat masalah dalam seks ? "
Masalah ini mungkin ada karena alasan fisik atau emosi, dan pasien mungkin dapat
menghargai kesempatan untuk membicarakan kekuatirannya.
Tempat tinggal
" di mana anda tinggal ? "
" Apakah disana baik baik saja ?" " Apakah perumahan anda padat ?" " Bagaimana
ventilasi rumah anda? " "Penggunaan kamar mandi pribadi atau menggunakan kamar
mandi umum ? " " Apa rumah anda serih terkena banjir ?" " dekat pabrik dengan ?"
Pekerjaan
"Apakah pekerjaan anda ?"
" Dapatkah anda menjelaskan kepada saya dengan tepat apa yang anda kerjakan ?" ,
" Apakah memuaskan anda ? " , " Apakah penyakit anda mempengaruhi pekerjaan
anda ? "
Hobi
" Apakah yang anda lakukan dalam waktu luang ? "
" Apakah anda melakukan kegiatan sosial ? "
Alkohol
" Berapa banyak alkohol yang anda minum ? "
Pecandu alkohol biasanya meremehkan jumlah alkohol yang diminumnya tiap hari.
Mungkin membantu untuk melacaknya sepanjang hari. Bila terdapat kecurigaan
terhadap masalah minum, kita dapat menanyakan " Apakah anda pernah minum pada
pagi hari ?" " Apakah anda kuatir untuk membatasi keniasaan minum anda ? " Apakah
akibatnya sampai mempengaruhi pekerjaan, rumah tangga atau kehidupan sosial
anda ? "
Merokok
" Apakah anda merokok ? "
" apakah anda pernah merokok ? "
" Mengapa anda berhenti merokok ? "
" Berapa batang rokok yang anda hisap tiap hari ? "
Hal hal ini terutama relevan untuk penyakit jantung dan paru. Tetapi bagaimanapun,
harus selalu ditanyakan.
Bila relevan, tanyakan tentang binatang peliharaan, bepergian ke luar negri pada
waktu bekerja berkontak dengan misalnya debu arang, asbetosis, dan lain lain, baik
dahulu maupun sekarang.
Obat obatan
" Obat apa saja yang anda minum sekarang ? "
" Apakah anda minum obat lain dalam beberapa bulan terakhir ?"
" apa anda minum Jamu ?"
Ini merupakan pertanyaan yang sangat penting. Daftar semua obat dan dosisnya yang
lengkap sebisa mungkin diketahui.
Mulai dengan pertanyaan ringan dan umum tentang tiap sistem. Hal ini memfokoskan
perhatian pasien dan memudahan kita untuk memikirkan pertanyaan yang lebih
spesifik terhadap sistem yang ingin lebih kia perhatikan. Contoh untuk memulai
pertanyaan adalah :
" Bagaimana pengelihatan dan pendengaran anda ?"
" Bagaimana paru paru dan pernafasan anda ? "
" Apa ada masalah dengan jantung anda ? "
" Bagaimana pencernaan anda ? "
" Bagaimana kencing anda ? "
Kita juga bisa menambahkan dan memfariasikan pertanyaan tergantung dari usia
pasien, keluhan pasien, keadaan umum pasien, dan diagnosa klinis sementara kita.
Kita juga bisa melakukan tinjauan sistem ini bersamaan saat fisik diagnostik, tanyakan
tentang mata, telinga, dan lainnya saat kita memeriksa. Bila pasien hanya mempunyai
sedikit symptoms hal ini bisa efektif. Namu bila ada banyak symptoms, jalannya
anamnesa dan fisik diagnostik akan terganggu dan hal hal yang penting menjadi
tidak terdeteksi dan tercatat.
Bila pada waktu melakukan tinjauan sistem sistem ini didapatkan jawaban yang
positif, hal hal yang terinci harus juga diberikan Tanda (*) menunjukkan pertanyaan
pertanyaan yang hampir selalu ditanyakan.
Pertanyaan Umum
Tanyakan tentang gejala gejala berikut :
*Berat badan
" Berapa berat badan anda sebelum sakit ? "
" Apakah berat badan anda turun atau naik akhir akhir ini ? "
" Apakah baju anda lebih sempit atau lebih longgar dari sebelumya ?
*Nafsu makan
" Bagaimana nafsu makan anda ?
Perihal nafsu makan adalah hal yang penting. Tanyakan sejak kapan penurunan nafsu
atau rasa lapar terus muncul. Penurunan nafsu makan dan berat badan karena diet
dan olah raga intensif juga harus ditanyakan. Maka tanyakan kemudian tentang
kesegarannya. Biasanya bila nafsu makan baik, pederita juga akan merasa segar
bergairah. Sebaliknya jika penderita sudah tidak suka makan, maka kesegaran jasmani
juga akan terasa menurun.
*Kesehatan umum / kesegaran
" Apakah anda merasa diri anda sehat ? "
Lelah
" Apakah anda merasa lebih atau kurang merasakan lelah dibandingkan sebelumnya ?
"
Demam atau menggigil
" Apakah anda perhatikan adanya penyakit akhir akhir ini ? "
Berkeringat pada malam hari
" Apakah anda perhatikan adanya keringat pada malam hari atau pada waktu lain ? "
namun perlu ditanyakan perihal kondisi kamar tidur pasien. Karena makin tidak
memenuhi syarat kamar tidurnya maka pertanyaan keringat malam akan kehilangan
maknannya .Sebaliknya bagi pasien yang tidur di kamar dengan AC, mka keluhan
keringat malam akan mempunyai makna yang penting.
Ruam ( Rash )
Apakah anda pernah mengalami ruam kulit akhir akhir ini ?
Apakah gatal ?
Pembengkakan atau benjolan
Sistem Kardiovaskular dan Pernafasan
Tanyakan tentang gejala gejala berikut :
*Nyeri dada
" Apakah anda mengalami nyeri atau rasa tidak enak pada dada akhir akhir ini ? "
Penyebab paling sering dari nyeri dada adalah :
o Penyakit jantung iskemik : Nyeri dada hebat di tengah dada seperti diikat, menjalar
ke leher rahang dan lengan kiri,. Angina adalah nyeri yang dicetuskan oleh aktifitas
fisisk atau emosi ; hilang bila beristirahat. Pada infark miokard nyeri mungkin terjadi
pada waktu istirahat, lebih hebat dan dapat barlangsung berjam jam.
o Nyeri pleuritik : Nyeri seempat dan tajam, biasanya lateral ; memburuk pada waktu
ispirasi atau batk.
*Napas pendek
" Apakah anda selalu merasa sesak napas ? "
Ortopnoe
" Apakah anda mengalami sesak nafas bila berbaring ? "
" Berapa banyak bantal yang anda gunakan ? "
Dyspnoe nokturnal paroksismal
" Apakah anda terbangun malam hari karena menderita kesukaran bernafas ? "
Sesak nafas ( Dyspnoe ) dan nyeri dada harus dilukiskan dengan tepat dan derajat
aktifitas fisik yang menyebabkan timbulnya harus dicatat ( misalnya menaiki tangga,
setelah berjalan 100 meter ).
Ortopnoe ( sesak nafas bila berbaring datar ) dan dyspnoe nocturnal paroksismal
merupakan gajala gagal jantung kiri.
*Pembengkakan pergelangan kaki.
Sering pada gagal jantung kongestif ( gagal jantung kanan )
Palpitasi
" Apakah anda merasakan debar jantung anda ? "
Palpitasi mungkin :
Denyut tunggal ( ektopik ?)
Lambat atau cepat
Teratur atau tidak
Minta pada pasirn untuk menunjukkan tempatnya.
Takikardi paroksismal biasanya mulai dan berakhir secara mendadak.
*Batuk
" Apakah anda menderita batuk ? "
" Apakah batuk kering atau anda membatukkan dahak / lendir ?
" Kapan saja anda batuk ?
Sputum
" Apa warna dati dahak / lendir yang anda batukkan ?
Sputum berwarna hijau biasanya menunjukkan infeksi saluran napas akut. Sputum
yang jernih tiap hari pada waktu bulan bulan musim dingin menjurus ke bronkhitis
kronik.
*Hemoptisis
" Apakah ada batuk darah ? "
Hemoptisis harus dianggap serius. Penyebabnya antara lain :
o Karsinoma bronkhus
o Emboli Paru
o Stenosis Mitral
o Tuberkulosis
o Bronkiektasis
Sinkop ( syncope )
" Pernahkah anda mengalami pendangan gelap ? " ( blackouts )
*Merokok
" apakah anda merokok ? "
" Berapa banyak / bungkus rokok yang anda hisap tiap hari ? "
"Sudah berapa lama anda merokok ? "
" Apa alasan anda berhenti merokok ?"
Sistem Gastrointestinal
Tanyakan tentang hal hal berkut :
Mual
" Apakah terjadi pada waktu anda merasa sakit ? "
" Apa munculnya setelah makan ? "
Muntah
" Apakah anda muntah ? "
" Seperti apa muntah tersebut ? "
Muntahan seperti bubuk kopi mungkin tercampur darah. Bila terlihat makanan yang
lama, terdapat stenosis pilorus. Bila darah dimntahkan, bagaimana warnanya galap
atau merah terang ?
Dysfagia
" Apakah anda mengalami kesukaran menelan ? "
Untuk makanan padat : sering obstruksi organik
Untuk makanan cair : sering akibat kelainan neurologik atau psikologik
Indigesti
" Apakah anda merasa tidak enak dalam lambung setelah makan ? "
Nyeri Abdominal
" Dimanakah yang terasa nyeri ? "
" Apakah berhubungan dengan makanan atau buang air besar ? "
" Apakah yang menyembuhkan nyeri tersebut "
*Kebiasaan buang air besar
" Apakah buang air besar anda normal ? "
Bila terdapat kecurigaan terhadap diare, berapa kali buang air besar tiap hari dan
sifatnya ( darah ? pus ? mukus ? ) harus ditanyakan. Kotoran mungkin pucat, banayk
dan berbusa ( steatore ) atau hitam seperti ter dari darah yang tercerna ( melena ).
Darah yang berada pada permukaan kotoran mungkin dari hemoroid, sedangkan
darah yang bercamur dalam kotoran mungkin merupakan tanda tumor ganas atau
penyakit inflamasi usus.
Ikterus
" Apakah urin anda berwarna gelap ? "
" Apakah kotoran anda pucat "
" Obat apa yang anda minum akhir akhir ini ? "
" Apakah anda pernah mendapat suntikan atau transfusi akhir akhir ini ? "
" Apakah akhir akhir ini anda pergi ke luar kota atau ke luar negri ? "
" Berapa banyak alkohol yang anda minum ? "
Ikterus mungkin bersifat obstruktif ( urin berwarna gelap, kotoran pucat ),
berhubungan dengan obat, transfusi ( hepatitis serum ), alohol, atau infeksi
( berpergian ke luar kota / keluar negri )
Sistem Genito urinarius
Tanyakan tentang hal hal berikut :
Nyeri pinggang
" Adakah nyeri pada punggung anda ? "
Nyeri pada pinggang menjurus pada pielonefritis
*Urin
" Apakah buang air kecil anda baik ? "
" Apakah anda banyak kencing di malam hari ? "
" Apakah anda mengalami kesulitan dalam berkemih ? "
" Apakah ada darah dalam kencing anda ? "
Poliuria dan nokturia terdapat pada diabetes
Prostatisme mengakibatkan urinasi yang lambat,aliran yang buruk dan menetes
Seks
" Apakah terdapat masalah seksual ? "
*Menstruasi
" Apakah ada masalah dalam menstruasi anda ? "
Atritis reumatoid merupaan penyakit autoimun umum dengan sendi sendi yang
terserang simetris. Pada tangan, pembengkakan sendi sendi interfalang hingga
membentuk kumparan, disertai pembengkakan sendi sendi meta karpo falangea.
Gout biasanya menyerang satu sendi, seperti sendi metatarsofalangea, pertama,
tetapi kemudian dapat berkembang menyerang tangan secara luas dengan benjolan
asam urat (9 tophi ) pada beberapa sendi yang asimetris.
Rambut yang mudah rontok pada DM, hipertiroidisme, syphilis tampak menjadi botak
terutama di bagian belakang seperti dimakan ngengat "moth eaten appearance", juga
pada demam tifoid, myxedema, atau karena jamur pada rambut atau kulit kepala.
Mata:
Periksa alis mata, kelopak mata, bola mata, conjungtiva, sclera, cornea, iris, pupil,
lensa.
alis mata menipis terutama bagian sisi pada orang tua, myxedema. Pada lepra alis dan
bulu mata rontok sama sekali ("madarosis") Pada malnutrisi bulu mata panjangpanjang.
Kelopak mata ptosis pada kelumpuhan NIII, Myasthenia gravis, sindrom horner.
Xanthelasma yaitu bercak kekuningan, menonjol pada kelopak mata terutama di
bagian medial dihubungkan dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.
Oedema kelopak mata pada orang yang habis menangis hebat, pilek hebat, sinusitis,
radang mata, glaucoma, penyakit cacing, alergi, pada hipertiroidisme (tanda dari
Enroth) dan pada trombosis sinus cavernosus
Pada fractura basis cranii timbul hematoma di sekitar mata hingga seolah memakai
kacamata(brill hematome).
Jarak yang jauh antara kedua bola mata disebut hypertelotrismus terdapat pada
sindroma down.
Bola mata yang menonjol disebut exophtalmus atau proptosis; bila:
- unilateral : tumor, perdarahan, meningocele
- bilateral : kemungkinan trombosis sinus cavernosus atau penyakit basedow
i. Pada penyakit basedow selain exophtalmus dan tanda enroth juga dijumpai:
- tanda dalrympel : retraksi kelopak mata atas
- tanda Stellwag : mata jarang berkedip
- tanda von graefe : bila melirik ke bawah kelopak mata atas tertinggal
- tanda moebius : ketidakmampuan mata untuk berkonvergens pada sebuah objek
yang diletakkan di depan
hidung
- tanda Joffroy : tidak ada kerutan dahi pada waktu melirik ke atas
- tanda Rosenbach : kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna
- tanda Riesman : bila kelopak mata ditutup didengar dengan stetoskop terdengar
arterial bruit
j. Bola mata : tekanan dalam bola mata diperiksa dengan 2 jari pada bola mata yang
ditutup dan melirik ke bawah
* tekanan tinggi (terasa keras) terdapat pada glaucoma dan hipoglikemi
* tekanan rendah (terasa lunak) terdapat pada hiperglikemi
k. conjunctiva palpebra inferior tampak pucat pada anemia, memerah dan berair pada
radang. Tampak petechie/ purpura pada endokarditis bakterialis.
Pada conjunctiva bulbi mungkin terdapat:
- pterygiuum (penebalan conjunctiva bulbi berbentuk segitiga yang puncaknya dapat
mencakup sampai pada cornea, biasanya terdapat pada bagian nasal)
- pannus (neovaskularisasi dan infiltrasi di conjungtiva bulbi, terdapat pada trachoma)
- phlycten (benjolan putih kekuningan dikelilingi zona merah, mungkin reaksi alergi
terhadap protein kuman Mycobacterium Tuberculosis atau cacingan)
Sclera, pada keadaan ikterus berwarna kuning merata. Pada orang tua, kekuningan
akibat hyperpigmentasi berupa bercak-bercak tidak merata.
Pada osteogenesis imperfecta sclera berwarna kebiru-biruan
Kornea, cincin atau setengah lingkaran berwarna putih keruh agak di sebelah medial
daripada limbus cornea disebut arcus senilis, sering terdapat pada orang tua terutama
yang berkulit warna. Bila annulus/ arcus senilis (pada limbus cornea) berwarna hijau
kecoklatan atau merah atau kuning kehijauan disebut cincin Kayser Fleischer yang
dijumpai pada penderita penyakit Wilson (degenerasi hepatolentikuler)
Pupil mata
- normal : bentuknya bulat, regular (tepinya rata) dan isokor (diameter pupil dan
kanan sama)
- midriasis : pupil melebar misalnya: berada di tempat gelap, atau diberi atropine atau
pada seorang morfinis (pinpoint pupil)
- penyinaran pada pupil yang satu akan menyebabkan pupil satunya lagi akan ikut
mengecil reflex cahaya tidak langsung dan reflex konsensuil pupil juga akan
mengecil bila mata berkonvergensi dan berakomodasi tes dengan menyeluruh pasien
melihat dengan kedua mata ujung jari dokter pada jarak kira-kira setengah meter di
depan hidung pasien kemudian digerakkan perlahan lahan mendekati ujung hidung
pasien
Lensa mata tampak keruh pada katarak misalnya pada orang tua (katarak senilis) atau
pada DM, hypoparatiroidisme, dapat juga terjadi sejak lahir karena saat di dalam
kandungan ibunya menderita Rubella atau karena mata sering terkena panas, sinar UV
atau sinar x.
Telinga :
Periksa daun telinga, daerah sekitar telinga, liang telinga, membrane tympani
daun telinga seorang cretin relative besar
tophi : benjolan (nodul) keras, putih kekuningan merupakan deposit asam urat,
biasanya pada penderita gout
pada tetani, terdapat tanda Chvostek yaitu bila daerah pipi tepat di depan daun
telinga diketuk dengan satu jari, menyebabkan kontraksi/ spasme otot-otot muka sisi
tersebut.
Hidung :
Periksa bentuk, ukuran, liang hidung dan mukosa
pada syphilis bentuk hidung seperti pelana "saddle nose"
cairan yang keluar dari liang hidung bisa:
lendir: pada sinusitis banyak, kental, berbau, keruh, keruh, ada nyeri tekan/ ketuk
pada daerah sinus
darah (epistaxis) mungkin disebabkan peradangan, neoplasma, trauma, benda asing,
penyakit perdarahan, difteri, DHF, hipertensi, lepra, demam tifoid, dll
mukosa hidung merah, bengkak pada peradangan, pucat pada alergi.
Bibir :
Periksa bentuk, warna, kelainan
a. Labioschizis : bibir terbelah biasanya congenital.
pada skorbut (def vit C) gusi bengkak, mudah berdarah, nyeri pada perabaan serasa
seperti spon, gigi longgar
pada penderita epilepsy yang diberi pengobatan dilantin (diphenylhydantoin), gusi
bengkak, kenyal, karena terjadi hyperplasia
pada leukemia, gusi bengkak, mudah luka, nekrotis, mudah berdarah
pada gusi mungkin dijumpai tumor (fibroma), misalnya pada wanita hamil.
Lidah:
Periksa ikuran, bentuk, warna dan kelainan
pada cretin, myxedema, akromegali, lidah relative besar hingga menonjol keluar,
tanpa rasa nyeri.
Pada dehidrasi lidah mengecil, kering, keriput
Pada DM lidah kering, merah, terasa seperti terbakar, sering disertai bercak keputihan
seperti bekas susu pada kandidiasis.
Selain DM bercak kandidiasis dapat ditemnukan pada leukemia dan AIDS.
Lidah kering, kotor umumnya pada penderita demam, atau yang bernafas melalui
mulutnya. Pada demam tifoid, lidah kering-kotor-putih-kelabu dengan pinggiran merah
disebut coated tongue.
Pada scarlet fever, lidah merah dengan papil besar-besar disebut raspberry atau
strawberry tongue.
Pada defisiensi vitamin B2 dan polycythemia rubra vera, warna lidah merah magenta.
Pada anemia perniciosa, lidah pucat, licin, berkilat.
Pada pellagra, lidah merah, bengkak, licin.
Pada neurosis, lidah seperti gambaran peta (geographical tongue).
Jika seperti kerut-kerut scrotum (scrotal tongue) mungkin menderita defisiensi vitamin
B.
Pada penyakit Addison lidah kecil dengan bercak-bercak datar berbentuk bulat atau
oval berwarna coklat kehitaman pada sindrom peutz-jegher.
Pada AIDS bercak merah coklat kehitaman sedikit menonjol di permukaan (sarcoma
Kaposi).
Lidah sianotik pada kelainan jantung misalnya decomp.kiri atau saluran penafasan
(misalnya PPOK) atau keracunan darah, misalnya metHb, sulfHB, CO, CN.
Sikatriks npada lidah mungkin dijumpai pada penderita epilepsy.
Tremor lidah pada penyakit Parkinson, hypertiroidisme, anxietas.
Pada kelumpuhan N XII lidah mencong ke sisi yang sakit bila dijulurkan.
Mukosa mulut dan palatum:
Periksa warna, bercak/eflorosensi, kelainan
normal berwarna pink, pucat pada anemia, merah pada radang, sianotik pada kelainan
jantung, dan saluran nafas.
Bercak koplik (bercak sebesar ujung jarum pentul, warna putih kelabu dikelilingi zona
merah di mukosa bukal berhadapan dengan gigi molar bawah, tanda dini morbili.
Noma adalah gangrene progressif destruktif pada mukosa buccal hingga
menyebabkan perforasi, dijumpai pada anak-anak malnutrisi berat.
Ulkus atau perforasi pada palatum mungkin disebabkan syphilis
Uvula:
Periksa warna, ukuran, gerak/pilsasi
Pada peradangan, berwarna merah dan memanjang
Pada AI tampak pulsasi yang sunkron dengan denyut jantung
Pharynx:
Trakea
Tiroid dari anterior dan posterior
KGB dan arteri karotis
Auskultasi
Jika perlu
Bruit (dari tiroid, trakea dan arteri karotis)
Tes
Rentang gerakan
Pengisian vena (tentukan nilai JVP)
Inspeksi
Pada inspeksi leher tentukan adakah:
Asimetri karena pembengkakan, yang dapat disebabkan aneurisma arteri karotis.
Pembengkakan terdapat pada satu sisi dan dapat diraba pulsasi arteri pada daerah
tersebut.
Pulsasi yang abnormal atau bendungan vena. Jika terdapat bendungan aliran darah ke
vena torakalis, vena-vena jugularis akan menonjol. Misalnya pada tumor intratorakal
(sindrom vena jugularis), gagal jantung kanan.
Terbatasnya gerakan leher yang dapat disebabkan adanya pembengkakan leher.
Kekakuan pada leher, misalnya kaku kuduk pada meningitis, tetanus.
Tortikolis, yang mana pada keadaan ini leher miring pada arah yang sakit dan sukar
digerakkan karena rasa nyeri. Misalnya pada tuberculosis vertebra servikalis.
Kelenjar limfe. Pembesaran kelenjar limfe dapat dijumpai pada tuberculosis kelenjar,
leukemia, limfoma malignum. Bila didapati, dituliskan besarnya, konsistensi, serta
nyeri tekan.
Kelenjar tiroid (struma). Perhatikan ada tidaknya pembesaran, lalu perkirakan berapa
besarnya. Untuk memastikannya dilakukan palpasi.
Palpasi
Untuk memastikan keterangan yang telah diperoleh dari inspeksi, maka dilakukan
palpasi. Palpasilah suatu massa untuk menentukan letak, konsisstensi, ukuran dan
mobilitasnya. Palpasi dilakukan baik dari depan maupun dari belakang pasien. Dari
depan, palpasi dapat dimulai dari daerah oksipital, tangan pemeriksa digerakkan kea
rah aurikularis posterior, yang terdapat superficial terhadap prosesus mastoideus; ke
bawah ke trigonum posterior untuk merba untai servikalis posterior; sepanjang
muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba untai servikalis superfisialis, melintasi
muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba rantai servikalis profunda di sebelah
dalam muskulus; ke dalam trigonum anterior; ke atas tepian rahang untuk meraba
kelompok tonsilaris; sepanjang rahang untuk meraba kelompok submaksilaris; ke
ujung rahang untuk kelenjar submentalis; dan keatas ke untai aurikularis anterior di
depan telinga.
Kelenjar limfe dapat terpisah atau menyatu, bisa seperti karet atau keras seperti batu,
bisa bebas atau melekat, tidak nyeri atau ada nyeri tekan. Pembesaran fisiologis
kelenjar limfe sebagai respon terhadap fungsi penyaring yang aktif, biasanya
menyebabkan pembesaran yang tersendiri, kenyal dan tidak melekat. Bila kelenjar
mengandung limfosit polimorfonuklear (limfadenitis), terdapat nyeri tekan. Penyakit
metastasis memberi kesan keras seperti batu pada jari yang meraba. Limfoma dan
kadang-kadang karsinoma, menyebabkan kelenjar limfe bersatu karena biasanya
terjadi perluasan penyakit ke periskapular.
Kartilago tiroidea merupakan struktur yang paling menonjol di garis tengah, yang
dapat digerakkan bebas ke kanan dan ke kiri tapi tidak dapat ke atas dan ke bawah.
Bila digerakkan ke lateral teraba krepitasi sewaktu ia menggeser melewati bagian
anterior vertebra servikalis. Jika tidak ada krepitasi seperti itu mungkin menunjukkan
adanya suatu massa pada ruang retrofaringeal.
Kartilago hyoidea terletak di atas kartilago tiroidea. Pada orang tua, kornu lateral
kartilago hyoidea mungkin mengalami osifikasi dan teraba seperti kelenjar limfe yang
keras seperti batu.
Selanjutnya palpasi arteri karotis. Letakkan tiga jari anda di sisi kartilago thyroidea.
Dengan hati-hati geserlah m.sternokleidomastoideus ke lateral dan kartilago thyroidea
ke medial.
Periksalah kelenjar tiroid dari depan dan rabalah dari depan dan dari belakang. Mulamula, lakukanlah palpasi dengan jari menyilang trakea, kemudian tentukanlah garis
bentuk lobus lateral. Letakkan ujung jari anda pada pinggir lateral
m.sternokleidomastoideus dan ujung jari anda pada garis tengah tepat di atas incisura
sternalis. Suruh pasien menelan. Bila kelenjar tiroid membesar, waktu menelan akan
teraba sebagai jaringan yang berjalan ke atas di bawah jari anda. Bila tidak,
kemungkinan tumor yang bukan berasal dari kelenjar tiroid. Tiroid normal tidak mudah
teraba.
Jika anda pindah ke belakang pasien, sekali lagi rabalah kelenjar tiroid yang
membesar. Mula-mula pasien diminta untuk sedikit fleksi leher, kemudian letakkan
jari-jari anda medial terhadap m.sternokleidomastoideus. dalam posisi ini, kedua
tangan dapat melakukan palpasi secara serentak.
C. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada tiroid yang membesar, untuk mengetahui adakah bruits
pada kelenjar tiroid tersebut, yang cenderung untuk suatu keadaan vaskularisasi yang
bertambah (misalnya pada suatu keganasan, tirotoksikosis), maupun suatu keadaan
hipertiroid. Auskultasi dilakukan dari arah depan.
Jika pasien berusia diatas 50 tahun, dengarkan di tiap sinus karotis kemungkinan
adanya aliran turbulen pada pembuluh darah atau bising karotis (carotid bruit). Pada
arteri karotis sering terjadi suatu proses aterosklerosis. Bahan ateromatosa yang
menonjol ke lumen mengganggu aliran lamellar dan menimbulkan arus yang turbulen
yang terdengar sebagai bising sistolik. Bising sistolik dan diastolic, yang ditemukan
secara kebetulan karena dengung vena (venous hum) dapat didengar pada dasar
leher dan incisura suprasternalis.
kanker laring, faring, atau tiroid. Benjolan di garis tengah tidak pernah berasal dari
kelenjar limfe.
Benjolan lateral yang bukan berasal dari kelenjar limfe mencakup aneurisma arteri
karotis, higroma kistik dan celah kista brankialis. Pada penyakit tiroid yang
menyebabkan pembesaran difus, lobus piramidalis yang terletak di garis tengah dapat
diraba dengan mudah. Kelenjar yang membesar disebut goiter.sifat yang membantu
menentukan arti pembesaran adalah tekstur, nodularitas, dan ukuran.
Bila anda meraba nodul tiroid, periksalah tiga sifatnya: limfadenpati yang
berhubungan, nodul multiple, dan tekstur. Limfadenopati kenyal yang berhubungan
menandakan adanya tumor, demikian pula kelenjar yang baru membesar, tunggal,
dank eras. Nodul multiple menandakan adanya goiter. Kelenjar yang membesar, keras
seprti kayu menandakan adnya tiroiditis kronis, sedangkan pembesaran kelenjar yang
nyeri tekan menyarankan adanya tiroiditis akut. Goiter atau pembesaran tiroid
menandakan adanaya hiper atau hipoaktif dari kelenjar. Goiter ditandai pada palpasi
teksturnya difus (homogen) atau nodular (teraba massa multiple). Wajah pasien,
penampilan fisik (habitus) dan sifat lainnya dapat memberikan petunjuk khusus akan
adanya gangguan fungsi tiroid.
NERVI CRANIALIS
Saraf otak ada 12 pasang, dan biasanya dinyatakan dengan angka romawi I-XII.
Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit.
Lesi dapat terjadi pada serabut saraf atau bagian perifer (infranuklir), pada inti (nuklir)
atau hubungannya ke sentral (supranuklir). Bila inti rusak akan diikuti oleh degenerasi
saraf perifernya. Saraf I dan II berfungsi mirip jaringan otak, sedangkan saraf otak
lainnya (III-XII) mempunyai bangunan dan fungsi mirip saraf spinal dan bereaksi mirip
dengan saraf spinal terhadap proses penyakit.
A. Nervus Olfaktorius (N.I)
Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya satu, yaitu
mencium bau, menghidu (penciuman, pembauan). Kerusakan saraf ini menyebabkan
hilangnya penciuman (anosmia), atau berkurangnya penciuman (hiposmia).
Pemeriksaan:
Tujuan: untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Juga untuk mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung
lokal.
Cara pemeriksaan: periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat misalnya polip. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang dikenali
sehari-hari misalnya kopi, the, tembakau, jeruk. Jangan menggunakan zat yang dapat
merangsang mukosa hidung (N.V) seperti mentol, amoniak, alkohol, cuka. Dengan
mata pasien tertutup, zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan suruh
menciumnya. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang
hidung yang lainnya dengan tangan.
B. Nervus Optikus (N.II)
Alat penangkap rangsang cahaya ialah sel batang dan kerucut yang terletak di retina.
Impuls kemudian dihantarkan melalui serabut saraf yang membentuk nervus optikus.
Sebagian dari serabut ini, yaitu serabut yang menghantarkan rangsang yang datang
dari bagian medial retina, menyilang ke sisi lainnya di khiasma optikus. Dari khiasma
optikus, serabut melanjutkan diri dengan membentuk traktus optikus ke korpus
genikulatum lateral dan setelah bersinap disini rangsang diteruskan melalui traktus
genikulokalkarina ke korteks optik kemudian berakhir di korteks yang disebut korteks
striatum.
Pemeriksaan:
Tujuan: mengukur ketajaman penglihatan dan menentukan apakah kelainan pada
visus disebabkan kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.
Cara pemeriksaan: dilakukan dengan jalan membandingkan dengan kampus
penglihatan pemeriksa yaitu dengan metoda konfrontasi dari donder. Penderita
disuruh berdiri atau duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1
meter. Jika hendak memeriksa mata kanan pasien, maka mata kiri pasien harus
ditutup dengan tangannya atau dengan kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup
mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus (memfiksasi matanya) pada
mata kiri pemeriksa dan pasien harus selalu melihat ke mata kanan pemeiksa. Setelah
itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa
dan pasien. Gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat
gerakan jari-jari pemeriksa,ia harus memberitahu dan hal ini dibandingkan dengan
pemeriksa. Jika ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan melihat
gerakan tersebut lebih dahulu.
C. Nervus Occulomotorius (N.III)
D. Nervus Trokhlearis (N.IV)
E. Nervus Abducens (N.VI)
Ketiga saraf otak ini diperiksa bersama-sama, karena kesatuan fungsinya yaitu
mengurus otot-otot ekstrinsik dan instrinsik bola mata.
Mucle
Innervation
Primary
function
Secondary
function
Tertiary
function
Superior
rectus
Occulomotor
(N.III)
elevation
intorsion
adduction
Inferior
rectus
Occulomotor
(N.III)
depression
extorsion
adduction
abduction
adduction
Superior
oblique
Trochlear
(N.IV)
intorsion
depression
abduction
Inferior
oblique
Occulomotor
(N.III)
extorsion
elevation
abduction
Pemeriksaan:
Cara pemeriksaan: selagi berwawancara dengan pasien perhatikan celah matanya,
apakah ada ptosis, eksoftalmus, dan apakah ada strabismus.
1. Ptosis
Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yaitu klopak mata yang
terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat dibuka. Hal ini disebabkan kelumpuhan m.
levator palpebra.
Untuk menilai tenaga m. levator palpebra pasien disuruh memejamkan matanya,
kemudian ia disuruh membukanya. Waktu ia membuka mata, kita tahan gerakan ini
dengan jalan memegang (menekan) kelopak mata.
2. Refleks pupil
Perhatikan besarnya pupilpada mata kiri dan kanan apakah sama (isokor) atau tidak
sama (anisokor). Juga perhatikan bentuk pupil apakah bundar dan tepinya rata
(normal) atau tidak. Otot polos yang mengecilkan pupil dipersarafi oleh saraf
parasimpatis dan nervus III, sedangkan yang melebarkan pupil disarafi serabut
simpatis (torakolumbal). Besarnya pupil dipengaruhi banyak faktor terutama intensitas
cahaya.
Refleks pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung dan tak langsung (konsensual). Mata
pasien difiksasi pada benda yang jauh letaknya, setelah itu mata di senter dan dlihat
apakah ada reaksi pada pupil. Pada keadaan normal pupil mengecil. Bila demikian
disebut refleks cahaya langsung positif. Perhatikan juga pupil mata yang tidak disinar,
apakah ikut mengecil oleh penyinaran mata yang lainnya. Bila demikian disebut
refleks cahaya tidak langsung (konsensual) positif.
3. Refleks akomodasi
Pasien disuruh melihat jauh kemudian ia disuruh melihat dekat, misalnya jari kita yang
ditempatkan dekat matanya. Positif bila terlihat pupil mengecil. Pada kelumpuhan
nervus III refleks ini negatif.
4. Kedudukan (posisi) bola mata
Perhatikan apakah bola mata menonjol (eksoftalmus) atau selah-olah masuk kedalam
(enoftalmus).
5. Gerakan bola mata
Pasien disuruh melihat mengikuti jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral,
medial, atas, bawah dan ke arah miring yaitu atas lateral, bawah medial, atas medial,
bawah lateral. Perhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya dan bagaimana
gerakan bola mata, apakah lancar dan mulus atau kaku, tanyakan juga apakah telihat
benda kembar (diplopia).
F. Nervus Trigeminus (N.V)
Terdiri dari dua bagian yaitu bagian sensorik (porsio mayor) dan bagian motorik
(porsio minor).
Bagian motorik mengurusi otot mengunyah.
Bagian sensorik mengurus sensibilitas dari muka melalui ketiga cabangnya yaitu;
Nervus Oftalmikus
Nervus Maksilaris
Nervus Mandibularis
Pemeriksaan:
Cara pemeriksaan: untuk memeriksa bagian motoris, pasien disuruh merapatkan
giginya sekuat mungkin dan kemudian perhatikan besarnya tonus dan konturnya.
Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang
bawah. Kekuatan otot dapat dinilai dengan menyuruh pasien menggigit suatu benda.
Untuk memeriksa bagian sensorik, dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri, suhu
daerah-daerah yang disarafinya.
G. Nervus Fasialis (N.VII)
Nervus Fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah
(UMN dan LMN). Juga membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan lakrimalis.
Termasuk sensasi pengecapan 2/3 bagian anterior lidah.
Pemeriksaan:
1. Fungsi motorik
perhatikan muka pasien, simetris atau tidak, kerutan dahi, pejaman mata, plika
nasolabialis, dan sudut mulut. Bila asimetris wajah jelas, maka disebabkan oleh
kelumpuhan jenis perifer (LMN). Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang
dipejamkan, plika nasolabialis mendatar dan sudut mulut menjadi rendah. Pada
kelumpuhan jenis sentral (UMN) muka dapat simetris saat istirahat, baru nyata bila
pasien melakukan gerkan misalnya menyeringai.
Cara pemeriksaan:
Menyuruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi
Kelumpuhan UMN sesisi, pasien dapat mengangkat alis dan mengkerutkan dahinya,
sebab mendapat persarafan bilateral. Pada kelumpuhan jenis LMN jelas adanya
asimetris.
Menyruh pasien memejamkan mata
Bila berat maka pasien tidak dapat memejamkan mata. Bila ringan maka tenaga
pejaman kurang kuat. Suruh pula pasien memejamkan mata satu persatu, bila tidak
dapat memejamkan mata berarti matanya pada sisi yang parese.
Menyuruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi), mencucurkan bibir,
mengembungkan pipi.
Perhatikan apakah asimetris sudut mulut, apakah dapat bersiul.
Fungsi pengecapan
Kerusakan N.VII sebelum percabangan khorda timpani dapt menyebabkan ageusi
(hilangnya pengecapan) 2/3 bagian anterior lidah.
H. Nervus Vestibulokokhlearis (N.VIII)
Terdiri dari dua bagian yaitu saraf kokhlearis (pendengaran) dan saraf vestibularis
(keseimbangan).
Pemeriksaan saraf kokhlearis;
Tes Schwabach
Proyeksi permukaan struktur tulang thorax dan lobus pulmonary dengan tempattempat garis thorax anterior.
Manuver
I. INSPEKSI
Pada inspeksi terdapat hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Perhatikan bentuk dada atau thoraks dalam keadaan tidak bergerak ( statis ), lihat
apakah :
a. Normal
Simetris, potongan melintang bentuk elips, diameter anteroposterior : diameter lateral
= 5 : 7, sela iga tidak terlalu lebar / sempit, iga-iga tidak terlalu horizontal / vertical,
angulus costae 70o 90o
b. Abnormal:
Dada paralitikum
o Dada kecil, gepeng, diameter anteroposterior pendek
o Sela iga sempit, iga lebih miring / vertical
o Angulus costae < 70o
o Scapula menonjol ke belakang
o Terdapat pada pasien malnutrisi tuberculosis
Kifosis :
Melengkungnya ( lordosis ) kurvatura vertebra pada posisi anterior posterior secara
berlebihan dari normal. Jika berbentuk anguler ( sudut ) = gibbus, yang terdapat pada
penderita spondilitis TBC. Jika seperti busur ( arkuer ) kemungkinan karena
osteoporosis. Kelainan ini terlihat pada pemeriksaan dari samping.
Lordosis :
Melengkungnya kurvatura vertebra ke anterior. Kemungkinan karena hamil tua,
ascites, atau tumor intra abdominal.
Pectus excavatum :
Dada dengan tulang sternum yang mencekung ke dalam. Perubahan letak ke arah
posterior dari sternum bawah. Kompresi pada jantung atau pembuluh darah yang
besar dapat menyebabkan murmur. Kelainan ini jelas terlihat pada pemeriksaan dari
depan. Sinonim : Funnel - chest
Pectus carinatum :
Dada dengan tulang sternum menonjol ke depan. Perubahan letak ke arah anterior
dari sternum. Perbatasan kartilago kosta terhadap sternum relatif tertekan. Kelainan
ini jelas terlihat pada pemeriksaan dari depan. Sinonim : Pigeon chest atau dada
burung.
Flail chest :
Gerakan pernafasan abnormal yang berkaitan dengan fraktur iga multiple. Area yang
mengalami cedera bergerak ke dalam selama inspirasi dan ke arah luar saat expirasi.
Rachitic rosary :
Hampir semua perlekatan iga dengan rawan iga di dada membentuk benjolan
sehingga menyerupai untaian biji tasbih. Terdapat pada penderita rachitis.
Scorbutic rosary :
Hampir semua perlekatan iga dengan tulang dada seolah menonjol karena tulang
dada mengalami depresi sehingga tampak juga seperti untaian biji tasbih. Terdapat
pada penderita skorbut ( defisiensi vit. C )
Kelainan lain pada dada yang sering ditemukan:
Kulit : warna, bintik-bintik, spider nevi (sirosis hepatic), tonjolan tumor, bekas
jaringan parut, luka operasi.
Bendungan vena
Emfisema subkutis
Pernafasan Cheyne Stokes : amplitudo pernafasan mulai dari kecil makin lama makin
besar sampai mencapai yang tertinggi, kemudian makin mengecil hingga apnoe
( tidak bernafas ) beberapa saat lalu mulai lagi dengan amplitude yang kecil, makin
lama makin besar dan kembali lagi seperti tadi dan seterusnya. Terdapat pada :
decompensatio cordis kiri, tekanan intracranial meninggi, keracunan opium,
barbiturat, atau uremia, hypoxia kronik. Hal ini terjadi karena terlambatnya respon
reseptor klinis medulla otak terhadap pertukaran gas.
Pernafasan Biot : irama pernafasan yang sama sekali tidak teratur. Terdapat pada
kerusakan otak. Sinonim : pernafasan ataxic.
Pernafasan Kussmaul : pernafasan cepat dan dalam (takipnoe disertai hiperpnoe).
Terdapat pada asidosis ( misalnya pada DM tidak terkontrol dan gagal ginjal ).
Bentuk kelainan irama pernafasan tersebut kadang-kadang dapat ditemukan pada
orang normal tapi gemuk ( obesitas ) atau pada waktu tidur. Keadaan ini biasanya
merupakan pertanda kurang baik.
Di samping melihat keadaan-keadaan tersebut di atas, pemeriksa hendaknya juga
mendengar kelainan yang langsung dapat didengar tanpa bantuan alat pemeriksa :
Suara batuk ( kering dan berdahak ) menunjukkan adanya gangguan dalam saluran
bronkus / bronkiolu.
Suara mengi ( wheezing ) yaitu suara nafas berbunyi ngikk yang terdengar selama
fase inspirasi dan ekspirasi karena terjadi penyempitan jalan udara.
Stridor adalah suara nafas ngorok secara teratur. Terjadi karena adanya penyumbatan
daerah laring. Stridor dapat berupa inspiratoir ( gangguan pada saluran nafas atas )
dan ekspiratoir ( ganguan pada saluran nafas bawah), misalnya pada tumor,
peradangan pada trakea, atau ada benda asing di trakea.
Suara serak ( hoarseness ) yang terjadi karena kelumpuhan pada saraf laring atau
peradangan pita suara.
Setelah memperhatikan hal-hal di atas, pemeriksa hendaknya juga memeriksa apakah
ada kelainan pada ekstremitas atas yang berhubungan dengan penyakit paru seperti :
Jari tabuh (clubbing), pada penyakit paru suppuratif dan kanker paru
Sianosis perifer pada ujung-ujung kuku jari tangan menunjukkan hipoksemia
Karat nikotin pada perokok berat
Otot-otot tangan dan lengan yang megecil karena penekanan nervus thoracic I eloh
tumor paru di apeks paru ( Sindrom Pancoast )
Kelainan kepala yang menunjukkan gangguan pada paru seperti :
mata yang mengecil pada Sindroma Horner
sianosis pada ujung lidah pada hipoksemia.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada gangguan paru adalah sputum ( dahak ) :
o Friction fremitus
Mungkin dapat teraba getaran pada dinding thorax akibat gesekan permukaan kedua
pleura ( parietalis dan viseralis ) yang meradang / pleuritis. Sinkron saat gerak
inspirasi-ekspirasi dan teraba amat halus.
III. PERKUSI
Teknik perkusi dinding thorax dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Perkusi langsung adalah pemeriksaandimana dinding dada diketuk ringan dengan
ujung jari tengah.
Perkusi tidak langsung, bagian distal jari tengah dan telunjukdari tangan yang satu
kita tempelkan dengan erat pada dinding dada, kemudian jari tengah tangan yang lain
kita gunakan untuk mengetuk dengabn kuat jari yang ditempelkan pada dinding dada.
Tujuan perkusi adalah untuk memperlihatkan keadaan pekak pada tempat dimana
seharusnya ada resonansi.
Macam-macam bunyi perkusi :
Bunyi perkusi tympani adalah bunyi yang amat nyaring seperti mengetuk abdomen
yang kosong. Misalnya pada perkusi yang dilakukan pada pneumothorax.
Bunyi perkusi hipersonor adalah bunyi perkusi yang kurang nyaring disbanding
dengan bunyi timpani. Misalnya pada paru yang mengalami emfisema.
Bunyi perkusi sonor adalah bunyi yang kurang nyaring disbanding bunyi hipersonor.
Merupakan bunyi perkusi dinding thorax yang normal.
Bunyi perkusi redup adalah bunyi perkusi yang kurang nyaring disbanding dengan
bunyi sonor.ini timbul pada paru yang terdapat infiltrate atau konsolidasi, atau paru
normal dengan efusi pleura.
Bunyi pekak ialah bunyi perkusi pada thorax bila jaringan paru didalamnya tidak lagi
terdapat udara. Misalnya pada paru dengan tumor yang besar atau atelektasis.
Aunskultasi langsung terdiri dari menempelkan telinga langsung pada dinding dada
Auskultasi tidak langsung menggunakan stetoskop.
Stetoskop mempunyai 2 macam ujung yaitu :
Ujung bell digunakan untuk mendengar suara yang bernada rendah.
Krepitasi
Suara seperti menggesek rambut dekat telinga, karena adanya cairan pada alveolus.
Suara gesek pleura
Karena gesekan kedua permukaan pleura. Terjadi peda perangan pada pleura.
4. Vocal resonance
Sama seperti vocal fremitus hanya didengarkan dengan stetoskop.
Bila vocal resonance mengeras disebut aegophoni.
Bila vocal resonance mengeras disebut whispered pectoriloquy.
Saat akan melakukan pemeriksaan fisik jantung, pemeriksa juga sudah dapat
membayangkan aliran darah di dalam keempat rongga jantung, kapan membuka dan
menutupnya katup-katup jantung tersebut. Pemeriksaan fisik jantung meliputi :
Inspeksi pasien
Pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan denyut arteri
Pemeriksaan denyut vena jugularis
Perkusi jantung
Palpasi jantung
Auskultasi jantung
Pemeriksaan edema dependen
Pasien harus berbaring terlentang, dengan pemeriksa berdiri di sisi kanan tempat
tidur. Bagian kepala tempat tidur dapat sedikit ditinggikan jika pasien merasa lebih
nyaman dengan posisi ini.
Inspeksi
Evaluasi Penampilan Umum
Inspeksi umum pasien sering memberikan petunjuk berharga untuk diagnosis penyakit
jantung. Apakah pasien berada dalam distres akut? Sepeti apa pernapasan pasien?
Apakah ia bernapas dengan susah payah? Apakah memakai obat pernapasan
tambahan?
Inspeksi Kulit
Kulit dapat mengungkapkan banyak perubahan yang berkaitan dengan penyakit
jantung. Apakah ada sianosis? Jika ya, apakah sentral atau perifer?
Suhu dapat mencerminkan penyakit jantung. Anemia berat, beri-beri, dan
tirotoksikosis cenderung membuat kulit lebih hangat; klaudikasio intermiten berkaitan
dengan rasa dingin pada ekstremitas inferior jika dibandingkan dengan ekstremitas
superior.
Apakah ada xantomata? Xantomata tendo adalah massa agak kekuningan sekeras
batu yang biasanya ditemukan melekat pada tendo ekstensor jari tangan adalah
patognomonik untuk hiperkolesterolemia familial. Tendo Achilles dan tendo plantar
telapak kaki juga merupakan lokasi umum untuk xantomata tendo. Pasien dengan
konsentrasi kolesterol total di atas 450 mg/100 cc dengan xantomata tendo pada
permukaan ekstensor jari tangannya diperlihatkan dalam gambar IX C.
Apakah ada ruam kulit? Adanya eritema marginatum ( eritema dimana daerah
kemerahan berbentuk cakram dengan tepi yang menonjol ) pada pasien demam
mengarah kepada demam reumatik akut.
Inspeksi Kuku
Sering kali, spinter hemorrhage dapat terlihat sebagi garis kecil coklat-kemerahan di
dasar kuku. Perdarahan ini berjalan dari tepi bebas proksimal dan secara klasik
dikaitkan dengan endokarditis bacterial subakut. Tetapi penemuan ini tidak spesifik
karena ditemukan pula pada banyak keadaan lain, bahkan termasuk trauma setempat
pada kuku. Jari tangan dengan splinter hemorrhage pada pasien dengan endokarditis
diperlihatkan pada Gambar IX D.
Inspeksi Wajah
Kelainan jantung dapat pula dikaitkan dengan kelainan pada wajah dan kepala.
Stenosis aorta supravalvula, suatu kelainan congenital, dijumpai bersama-sama
dengan mata yang terletak berjauhan, strabismus, telinga letak rendah, hidung yang
menengadah, dan hipoplasia mandibula. Wajah bulat seperti bulan dan mata yang
terletak berjauhan mengarah kepada stenosis pulmonal. Wajah tanpa ekspresi dengan
kelopak mata bengkak dan hilangnya sepertiga luas alis dijumpai pada hipotiroldisme.
Individu-individu ini mungkin menderita kardiomiopati. Lipatan daun telinga, atau
tanda Lichstein, adalah lipatan melintang, seringkali bilateral, sering dijumpai pada
pasien diatas usia 50 tahun dengan penyakit arteri koronaria yang bermakna.
Meskupun ini merupakan tanda yang berguna, terlalu banyak hasil positif palsu dan
negatif palsu sehingga penemuan ini kurang dapat diandalkan.
Inspeksi Mata
Adanya plak kekuningan pada kelopak mata, yang disebut xantelasma, harus
membagkitkan kecurigaan akan hiperlipoproteinema, meskipun lesi ini kurang spesifik
ketimbang xantoma. Pasien dengan xantelasma dan hiperkolesterolemia diperlihatkan
dalam gambar IX F.
Pemeriksaan mata dapat memperlihatkan arkus senilis. Arkus (lihat Gambar VI A) yang
dijumpai pada pasien di bawah 40 tahun harus membangkitkan kecurigaan terhadap
hiperkolesterolemia. Kekeruhan kornea mungkin dijumpai pada sarkoidosis yang
mungkin menjadi penyebab cor pulmonale atau gangguan miokard.
Pindahnya lensa mata sering dijumpai pada pasien dengan sindrom Marfan, suatu
penyebab penting regurgitasi aorta. Perdarahan konjungtiva lazim dijumpai pada
endokarditis infektif. Hipertelorisme, atau mata yang berjarak lebar, berkaitan dengan
penyakit jantung kongenital, terutama stemosis pulmonal dan stenosis aorta
supravalvular. Pemeriksaan retina dapat memberikan informasi yang berguna
mengenai diabetes, hipertensi, dan aterosklerosis.
Inspeksi Mulut
Mintalah pasien untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Inspeksi palatumnya. Apakah
palatumnya melengkung tinggi? Palatum yang melengkung tinggi mungkin berkaitan
dengan gangguan jantung kongenital seperti prolaps katup mitral.
Apakah ada petekiae pada palatum? Endokarditis bakterial subakut sering disertai
dengan petekia di palatum seperti terlihat pada pasien Gambar X A.
Inpeksi Leher
Tetapi, jika titik hilangnya lebih dari 10 mmHg di bawah titik meredup, titik meredup
mungkin lebih akurat (Freis, 1968). Pencatatan titik meredup dan menghilangnya
bunyi ini seringkali membantu komunikasi. Tekanan darah dapat dicatat sebagai
125/75-67. Tekanan darah sistolik adalah 125; titik meredup 75; titik menghilang 65
(tekanan darah diastolik).
Tekanan darah sebaiknya dicatat hanya pada 5 mmHg terdekat, karena ada batas
ketepatan 3 mmHg bagi semua sfigmomanometer. Disamping itu perubahan
tekanan darah normal terjadi dari waktu ke waktu dan pengukuran sampai kurang dari
5 mmHg memberikan perasaan ketepatan yang semu.
Ukuran manset penting untuk penentuan tekanan darah yang tepat. Manset ini harus
dilingkarkan dengan sempit disekeliling lengan dengan tepi bawah 1 inci di atas fosa
antekubiti. Manset ini sebaiknya 20% lebih lebar ketimbang diameter ekstremitas.
Kantong karet harus terletak di atas arteri. Pemakaian manset yang terlalu kecil untuk
lengan berukuran besar akan menghasilkan pengukuran tekanan darah yang lebih
tinggi daripada sebenarnya.
Celah auskultasi adalah keadaaan hening yang disebabkan oleh lenyapnya bunyi
korotkoff setelah muncul untuk pertama kali dan timbulnya kembali bunyi pada
tekanan yang lebih rendah. Celah auskultasi ada sewaktu terjadi penurunan aliran
darah ke ekstremitas, seperti ditemukan pada hipertensi dan stenosis aorta.
Kepentingan klinis hal ini adalah tekanan darah sistolik dapat ditentukan secara keliru
pada tingkat yang lebih rendah, yaitu titik timbulnya bunyi Korotkoff.
Pengukuran Tekanan Darah dengan Palpasi
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan pasien berbaring dalam posisi supinasi
dengan nyaman. Kantong manset diletakkan di atas arteri brakialis kanan. Jika lengan
terlalu gemuk, pakelah manset paha. Lengan sedikit difleksikan, dan disokong kira-kira
setinggi jantung. Untuk menentukan tekanan darah sistolik secara memadai dan untuk
menyingkirkan kesalahan karena celah auskulasi, tekanan darah mula-mula diperiksa
dengan palpasi.
Menurut prosedur ini, arteri brakialis atau radialis kanan dipalpasi sementara manset
dipompa di atas tekanan yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi. Sekrup
yang dapat diputar dibuka perlahan-lahan untuk mengurangi tekanan di dalam
kantong karet secara lambat. Tekanan sistolik diketahui dengan timbulnya kembali
denyut brakial. Segera setelah denyut diraba, sekrup itu dibuka untuk mengurangi
tekanan kantong karet dengan cepat. Ini adalah tekanan darah sistolik. Prosedur ini
diperlihatkan dalam Gambar 11-11.
bunyi terdengar pada waktu ekspirasi saja. Catat tekanan ini. Lanjutkan mengurangi
tekanan di dalam manset secara perlahan-lahan sampai bunyinya terdengar selama
inspirasi. Catatlah tekanan ini. Jika perbedaan di antara kedua tekanan ini melebihi 10
mmHg, dikatakan ada pulsus paradoksus yang bermakna; yang mungkin disebabkan
oleh tamponade jantung. Tamponade jantung timbul bila ada peningkatan tekanan
intraperikardial yang mengganggu pengisian diastolic yang normal. Pulsus paradoksus
yang berlebihan bukan merupakan fenomena spesifik untuk tamponade jantung
karena juga dijumpai
pada efusi perikardial yang besar; pada perikarditis konstriktif; dan pada keadaan
yang berkaitan peningkatan usaha ventilasi, seperti asma dan emfisema.
Denyut Arteri
Informasi berikut ini diperoleh dari palpasi denyut arteri:
Kecepatan dan irama jantung
Kontur denyut itu
Amplitudo denyut
Penentuan Kecepatan Denyut Jantung
Kecepatan denyut jantung secara rutin ditentukan berdasarkan palpasi denyut radial.
Pemeriksa harus berdiri di depan pasien dan memegang kedua arteri radialis. Jari
kedua, ketiga dan keempat harus diletakkan di atas arteri radialis, seperti
diperlihatkan pada Gambar 11-13. Pemeriksa harus menghitung denyut selama 30
detik dan mengalikan jumlah denyut dengan angka 2 untuk memperoleh jumlah
denyut per menit. Metode ini tepat untuk kebanyakan irama teratur. Jika pasien
mempunyai irama yang tidak teratur, seperti pada fibrilasi atrium, mungkin ada pulsus
defisit Pada fibrilasi atrilim, banyak impuls membombardir nodus atrioventrikular dan
ventrikel. Karena lamanya periode pengisian diastolik berbeda-beda, sebagian
kontraksi mungkin sangat lemah dan tidak dapat menimbulkan gelombang denyut
yang memadai meskipun terjadi kontraksi ventrikel. Dengan demikian terjadi pulsus
defisit, yaitu perbedaan antara denyut apikal (prekordial) dengan denyut radial. Pada
kasus seperti itu, hanya auskultasi jantung - bukan denyut radial - yang akan
memberikan hasil yang akurat untuk kecepatan denyut jantung.
leher untuk menghindari penekanan pada sinus karotis, yang akan menyebabkan
refleks penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Tiap arteri karotis diperiksa
secara tersendiri. Jangan menekan kedua karotis pada saat yang sama! Setelah
memeriksa karotis kanan, berdirilah dalam posisi yang sama dan letakkan jari-jari
yang sama pada trakea dan geserkanlah ke kiri untuk meraba arteri karotis sinistra.
Teknik ini diperlihatkan dalam Gambar 11-14.
menonjol, dengan atau tanpa gelombang dikrotik. (Ringkasan kelainan denyut arteri
dapat dilihat pada Gambar 11-29).
Denyut Vena Jugularis
Vena jugularis interna memberikan informasi mengenai bentuk gelombang dan
tekanan atrium kanan. Pulsasivena jugularis interna ditemukan di bawah muskulus
sternokleidomastoideus dan dapat dilihat ketika dibantarkan ke jaringan sekitarnya.
Vena itu sendiri tidak terlibat. Karena vena jugularis interna kanan lebih lurus daripada
yang kiri, hanya vena jugularis intema kanan yang diperiksa. Sistem jugularis
eksterna, yang lebih mudah dilihat, kurang akurat dan jangan dipakai.
Penentuan Bentuk Gelombang Jugular
Untuk menampakkan bentuk. gelombang jugular, Pasien barus berbaring telentang
tanpa bantal sehingga leher tidak fleksi dan mengganggu pulsasi. Kepala pasien kirakira 250 dengan bidang horizontal, Makin tinggi tekanan venanya, makin besar elevasi
yang diperlukan; makin rendah tekanannya, makin kecil elevasi yang dibutuhkan.
Kepala pasien diputar sedikit ke kanan dan agak ke bawah untuk merelaksasikan
muskulus sternokleidomastoideus.
Dengan berdiri di sisi kanan pasien pemeriksa harus meletakkan tangan kanannya,
yang memegang lampu senter kecil, pada sterum pasien dan mengarahkan sinarnya
ke sisi kanan leher pasien. Bayangan pulsasi dapat ditangkap di atas kertas di
belakang pasien. Sinar dan bayangan itu berfungsi memperbesar bentuk gelombang.
Teknik ini diperlihatkan dalam Gambar 11-15.
Denyut Karotis
Palpasi
Dapat dipalpasi
Bentuk
Tunggal
gelombang
3 komponen
Kualitas
Halus berombak
Kuat
Penekanan
Bentuk gelombang
hilang
Inspirasi
Tinggi gelombang
Denyut Jugularis
Duduk
Internal
Denyut Karotis
Tinggi gelombang
berkurang
Tindakan
Tinggi gelombang
Valsava
meninggi
bentuk gelombang di dalam pulsasi vena jugularis interna. Garis horizontal imaginer
kemudian ditarik dari angulus sterna. Pemeriksa kemudian mengukur jarak dari
angulus sternal ke garis imaginer ini. Sudut elevasi kepala tempat tidur juga dihitung.
Kalimat pernyataannya dapat sebagai berikut: "pada elevasi 45 , denyut jangula 7 cm
di atas angulus sternal dalam posisi telentang, tekanan vena biasanya normal.
Pada 45 , batas atas yang normal adalah 4-5 cm di atas annulus sternal; jika pasien
pada 30 , batas atas yng normal adalah 6 cm. Bila tinggi kolom vena samam atau
lebih rendah daripada angulus sternal dalam posisi telentang, tekanan vena biasanya
normal.
Usaha menentukan tekanan atrium kanan dengan manometer jungular memberikan
hasil yang sangat tidak tepat. Berkali-kali telah diperlihatkan bahwa sensitivitas dan
spesifisitas pemeriksaan ini rendah., sehigga membuat pemeriksaan ini menjadi tidak
tepat dalam meramalkan peninggian tekanan. Satu-satunya pernyataan tepat yang
dapat dibuat adalah bahwa tekanan atrium kanan meninggi bila terjadi distensi vena
leher sampai tepi rahang ketika pasien duduk 90 . Pada saat ini, tekanan atrium
kanan biasanya melbihi 15 mmHg. Pasien yang terlihat dalam Gambar X B mempunyai
distensi vena lehersamapi angulus mandibula ketika duduk tegak. Tekanan atrium
kanannya adalah 21 mmHg.
Pemeriksaan Refluks Hepatojugular
Pemeriksaan yang berguna untuk menentukan tekanan vena jugularis yang tinggi
adalah refluks hepatojugular. Pemeriksaan ini dikenal pula sebagi kompresi abdominal.
Dengan menekan di atas hati, fungsi ventrikel kanan secara kasar dapat dinilai. Pasien
dengan gagal ventrikel kanan mempunyai hati dengan sinusoid yang berdilatasi.
Penekanan pada hati mendorong darah keluar dari sinusoid ini masuk ke dalam vena
kava inferior dan jantung kanan, menyebabkan bertambahnya distensi vena leher.
Prosedur ini dilakukan dengan pasien dalam posisi berbaring di tempat tidur, mulut
terbuka, bernafas biasa; ini untuk mencegah tindakan Valsava. Pemeriksa meletakkan
tangan kananya di atas hati di kuadran kanan atas dan melakukan tekanan yang
progresif menguat. Penekanan dilakukan selama 20-30 detik. Respons normalnya
adalah bertambahnya distensi sementara dari vena jugularis interna dan eksterna
selama beberapa siklus jantung, yang diikuti dengan penurunan tingkat akhir selama
bagian penekanan. Pada gagal ventrikel kanan distensi vena leher tetap ada selama
seluruh periode penekaan, yang turun tiba-tiba kalau tangan yang menekan dilepas.
Jika pemeriksaan ini dilakukan secara tidak tepat yaitu dengan mulut pasien tertutup,
akan terjadi tindakan valsava yang akan memberikan hasil pemeriksaan refluks
hepatojugular yang tidak tepat.
Beberapa peneliti merasa bahwa pemeriksaan refluks hapatojugular adalah teknik
dengan sensitivitas dan spesifitas rendah. Ini biasanya berkaitan dengan teknik yang
tidak tepat. Jika dilakukan dengan tepat seperti diuraikan di atas, angka ketepatannya
seharusnya cukup baik.
Perkusi
Perkusi batas-batas jantung
Teknik perkusi telah diuraikan dalam bab terdahulu, perkusi dilakukan pada sela iga
ketiga, keempat dan kelima dari garis aksilaris anterior kiri ke garis aksilaris anterior
kanan. Biasanya ada perubahan dari perkusi dari sonor ke redup kira-kira 6 cm
disebelah lateral kiri sternum. Redup ini disebabkan adanya jantung.
Kebanyakan klinikus merasa bahwa perkusi untuk memperkirakan ukuran jantung
hanya sedikit membantu, karena sensitivitas ini rendah. Pada beberapa keadaan klinis,
perkusi mungkin berguna. Ini mencakup dekstrokardia dan tension pneumotoraks
dada kiri. Pada keadaan-keadaan ini dapat ditemukan redup pada sisi kanan sternum.
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengevaluasi impuls apikal, gerakan ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, dan ventrikel kiri. Ada tidaknya thrill juga ditentukan dengan palpasi.
Impuls apikal, atau titik impuls maksimum (PMI) melukiskan gerakan keluar apeks
jantung ketika berotasi berlawanan arah dengan jarum jam, ketika dilihat dari bawah,
memukul dinding dada anterior selama kontraksi isovolumetrik.
Palpasi Titik Impuls Maksimum
Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien, dengan tinggi tempat tidur disesuaikan
dengan kenyamanan pemeriksa. Palpasi titik impuls maksimum paling mudah
dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk. Hanya ujung-ujung jari yang diletakkan
di dada pada sela iga kelima, garis midklavikular, karena ujung jari paling sensitif
untuk menilai gerakan setempat. Titik impuls maksimum harus dicatat. Teknik ini
diperlihatkan dalam Gambar 11-16. Jika impuls apikal tidak teraba, pemeriksa harus
menggerakkan ujung jari tangannya di daerah apeks jantung. Titik impuls maksimum
biasanya dalam jarak 10 cm dari garis midsternal dan diameternya tidak lebih dari 2-3
cm. Titik impuls maksimum yang pindah ke lateral atau teraba dalam 2 sela iga
selama fase respirasi yang sama mengarah kepada kardiornegali.
Setiap keadaan yang memperbesar laju pengisian ventrikel selama fase awal diastol
dapat menimbulkan impuls yang dapat dipalpasi yang terjadi setelah impuls utama
ventrikel kiri. Impuls Kedua di daerah titik impuls maksimum ini biasanya teraba
bersama-sama dengan S3. Sering kali S3 lebih mudah diraba daripada didengar.
Pemakaian spatula lidah atau lidi kapas dapat membantu memperkuat secara visual
apa yang telah dipalpasi. Ujung lidi diletakkan tepat di atas daerah itu dan dipegang
oleh jari pemeriksa. Ini bekerja sebagai titik tumpu, dan gerakannya diperbesar oleh
gerakan lidi kapas. Teknik ini diperlihatkan pada Gambar 11-19.
Teknik
Auskultasi yang baik memerlukan ruangan yang tenang. Setiap usaha harus dilakukan
untuk menghilangkan bunyi tambahan dari radio, televisi, dan sebagainya. Bagian
telinga stetoskop diarahkan ke anterior, atau sejajar dengan arah kanan auditoris
eksternal. Jika bagian telinganya mengarah ke belakang, lubangnya akan mengenai
dinding kanal eksternal dan menurunkan intensitas bunyi jantung. Bagian telinga
stetoskop harus cukup pas dengan ukuran telinga pemeriksa sehingga masih dapat
dipakai dengan nyaman, tetapi juga harus cukup ketat untuk menyingkirkan bunyi
eksternal.
Sering kali berguna jika Anda inenutup mata sementara mendengarkan bunyi jantung.
Bunyi yang lebih sulit didengar sebenarnya akan terdengar lebih kuat. Ini berkaitan
dengan fakta bahwa otak kita dibanjiri dengan berbagai macam masukan sensoris.
Masukan daii mata kita kelihatannya paling penting. Masukan sensoris terpenting
berikutnya adalah masukan auditoris, diikuti dengan masukan taktil. Jika Anda
menghilangkan gangguan rangsangan visual, konsentrasi otak akan lebib dicurahkan
kepada masukan auditoris dan bunyi yang terdengar akan menjadi lebih jelas.
Seperti dijelaskan dalam bab terdahulu, bel stetoskop harus diletakkan secara ringan
pada kulit, sedangkan diafragma, harus ditekan kuat-kuat pada kulit. Bunyi bernada
tinggi, seperti penutupan katup, kejadian sistolik, dan bising regurgitasi, lebib baik
didengar dengan diafragma. Bunyi bernada rendah, seperti irama gallop atau bising
karenastenosis atrioventrikular, lebib baik didengar dengan bel .stetoskop.
Jangan sekali-kali mendengarkan melalui pakaian apa saja!
Auskultasi Daerah-Daerah Jantung
Pemeriksa harus berada pada sisi kanan pasien sementara pasien berbaring
telentang. Jika tidak pada ketinggian yang tepat, tempat tidur harus disesuaikan
sehingga pemeriksa berada pada posisi yang nyaman. Pemeriksa harus
mendengarkan di daerah aorta, pulmonal, trikuspid dan mitral. Tetapi pemeriksa tidak
boleh membatasi auskultasinya pada daerah-daerah ini saja. Pemeriksa seharusnya
mulai pada salah satu daerah dan menggerakkan stetoskopnya sedikit demi sedikit
dari satu daerah ke daerah lainnya di perikordium. Daerah-daerah ini telah ditentukan
untuk memberikan standarisasi.
Ketika mendengarkan pada apeks dan batas sternal bawah kiri dengan bel stetoskop,
pemeriksa harus menetukan apakah ada S3 dan S4.
Bising jantung dapat tersebar luas. Observasi yang penting adalah untuk menentukan
tempat dimana bunyi tersebut paling kuat atau paling jelas terdengar. Tidak ada
dinding akustik di dada. Bising yang khas terdengar di apeks dengan penyebaran ke
aksila dapat terdengar di leher, jika cukup kuat. Dalam contoh ini bising itu mungkin
terdengar paling kuat di apeks dan aksila.
Posisi Auskultasi Standar
Empat posisi standar untuk auskultasi diperlihatkan dalam Gambar 11-20, yaitu :
Telentang
Evaluasi
Telentang
Duduk tegak
Waktu bising dipandang dari sudut sistol atau diastol adalah sangat penting: Apakah
bising sistolik mulai timbul bersama-sama dengan, atau setelah S1? Apakah ia
berakhir sebelum, bersama-sama dengan, atau setelah S2? Apakah bising itu
menempati seluruh periode sistolik? Bising terjadi sepanjang sistol disebut holosistolik
atau pansistolik. Bising ini mulai timbul bersama-sama dengan S1 dan berakhir
setelah S2. Bising ejeksi sistolik mulai timbul setelah S1 dan berakhir setelah S2.
Apakah bising itu hanya terjadi pada awal sistol, mid-sistole, atau bagian akhir sistole?
Apakah bisisng itu menetap sepanjang seluruh periode sistolik. Bising seperti itu
disebut holodiastolik.
Di daerah mana bising paling baik didengar?
Penyebaran bising dapat memberi petunjuk mengenai penyebabnya. Apakah bising itu
menyebar ke aksila? leher? punggung?
Intensitas bising digolongkan dari I sampai VI, berdasarkan kekuatan yang makin
bertambah. Sistem penggolongan berikut ini, meskipun kuno, berfungsi sebagai alat
komunikasi dengan orang lain mengenai intensitas bising
I Intensitas terendah, sering tidak terdengar oleh pemeriksa yang belum
berpengalaman.
II Intensitas rendah, biasanya dapat didengar oleh pemeriksa yang belum
berpengalaman.
III Intensitas sedang tanpa thrill
IV Intensitas sedang dengan thrill
V Bising terkuat yang dapat didengar bila stetoskop diletakkan di dada. Berkaitan
dengan thrill.
VI Intensitas terkuat: dapat didengar sewaktu stetoskop diangkat dari dada. Berkaitan
dengan thrill.
Bising dapat dilukiskan, misalnya, sebagai derajat "II/VI, "derajat IV/VI", "derajat IIIII/VI". Tiap bising yang berkaitan dengan thrill paling sedikit mempunyai derajat IV/VI.
Perlu diketahui bahwa bising derajat IV/VI lebih kuat daripada bising II/VI hanya karena
ada turbulensi yang lebih besar; kedua-duanya mungkin mempunyai makna klinis,
mungkin pula tidak. Penulisan "IV" dipakai karena ada sistem penggolongan lain yang
kurang populer yang memakai hanya empat kategori.
Kualitas bising dapat dilukiskan sebagai "bergemuruh" (rumbling), "meniup" (blowing),
"kasar", "musikal", "seperi bunyi mesin" (machinery), atau "kasar seperti manggarut"
(scratchy).
Uraian Mengenai Gesekan Perikardial
Gesekan friksi (friction rub) adalah bunyi ekstrakardial yang berlangsung singkat yang
mempunyai sifat khas seperti bunyi gesekan pada ampelas. Gesekan ini dapat
disebabkan oleh iritasi pleura (yaitu gesekan pleura), atau perikardium (yaitu gesekan
perikardial). Gesekan perikardial khas mempunyai tiga komponen: satu sistolik dan
dua diastolik. Komponen sistolik terjadi selama ejeksi; dua komponen diastolik terjadi
selama pengisian cepat dan kontraksi atrium. Gesekan perikardial paling baik didengar
pada pasien dalam posisi duduk sementara menahan napasnya selama ekspirasi.
Pasien dengan gesekan perikardial biasanya mengalami nyeri dada yang berkurang
dengan duduk membungkuk ke depan. Gesekan yang menghilang apabila pasien
menahan napas berasal dari pleura.
Tujuan Auskultasi
Tujuan pada akhir auskultasi adalah agar dapat melukiskan hal-hal berikut ini:
Intensitas S1 di semua daerah
Intensitas S2 di semua daerah
Ciri-ciri setiap bunyi sistolik
Ciri-ciri setiap bunyi diastolik
Dengan pengalaman, pemeriksa akan dapat mendengarkan semua bagian siklus
jantung pada satu daerah dan membandingkan bunyi dan peristiwa yang terjadi
dengan daerah lain. Biasanya, S1 paling kuat di apeks dan S2 paling kuat di basis.
Splitting S2 menjadi A2 dan P2 selama inspirasi paling jelas terdengar di daerah
pulmonal dengan pasien berbaring telentang. Seperti telah diuraikan di atas, hal ini
meningkatkan aliran balik vena dan memperlebar pemisahan A2-P2.
Pemeriksaan Edema
Bila tekanan vena perifer tinggi, seperti pada gagal jantung kongestif, tekanan di
dalam vena disebarkan secara retrograd pada pembuluh-pembuluh yang lebih kecil.
Terjadi transudasi cairan, yang mengakibatkan timbulnya edema di daerah dependen.
Peningkatan cairan jaringan ini menimbulkan edema yang "cekung" kalau ditekan.
Uji adanya Edema
Untuk memeriksa adanya pitting edema, jari ditekankan kepada daerah dependen,
seperti daerah pretibial, selama 2-3 detik. Jika ada pitting edema, jari-jari akan
terbenam ke dalam jaringan, dan bila jari itu diangkat, bekas tekanan jari akan tetap
ada.
Pitting edema biasanya digolongkan dari 1+ sampai 4+, tergantung pada lamanya
cekungan tadi bertahan. Yang paling jelas adalah 4+. Pada pasien yang terbaring di
tempat tidur, daerah dependen biasanya sakruin dan bukan pretibia. Pada pasien
seperti ini pemeriksa harus memeriksa kemungkinan adanya edema di sakrum.
KORELASI KLINIKOPATOLOGIK
Perhatian sekarang akan dipusatkan kepada perubahan patologis, yang menyebabkan
hal-hal berikut ini:
Kelainan bunyi jantung pertama
Kelainan bunyi jantung kedua
Systolic click
Kelainan Intensitas 2
Keadaan-keadaan yang mengubah intensitas S2 adalah sebagai berikut:
Perubahan tekanan sistolik
Keadaan katup
Tiap keadaan yang menimbulkan peningkatan tekanan sistolik akan memperbesar
intensitas S2. Sebaliknya, keadaan yang menurunkan tekanan sistolik akan mem
perlemah S2. Hipertensi meningkatkan tekanan sistolik aorta dan menimbulkan A2
yang keras dari komponen S2.
Kalsifikasi atau fibrosis katup senulunar akan menyebabkan melemahnya penutupan
katup tersebut. Karena katup semilunar merupakan tipe katup yang secara morfologis
berbeda, fibrosis tidak menimbulkan peningkatan intensitas, seperti pada penutupan
katup atrioventrikular yang, fibrotik.
Kelainan S2 yang Terpisah (Splitting)
Bunyi jantung kedua yang terpisah (Splitting) secara fisiologis normal telah diuraikan
pada bab mengenai anatomi dan fisiologi. Bab ini akan nienguraikan splitting yang
abnormal.
Tiap keadaan yang memperlambat sistole ventrikel kanan, baik secara elektris
maupun mekanis, akan memperlambat P2 dan menimbulkan pelebaran splitting S2.
Pengisian ventrikel kanan akan diperlambat oleh blok cabang berkas kanan atau
stenosis pulmonal. Komponen pulmonal S2 akan diperlambat selama inspirasi dan
ekspirasi, sehingga akan terjadi splitting S2 yang lebar.
Tiap keadaan yang mempersingkat sistole ventrikel kiri akan membuat A2 terjadi lebih
awal ketimbang normal, demikian pula akan terjadi splitting yang lebar. Keadaankeadaan seperti regurgitasi mitral, defek septum ventrikel, atau duktus arteriosus
yang paten akan mempersingkat sistole ventrikel kiri, dan interval Sl sampai A2 akan
lebih singkat ketimbang normal. Pada keadaan ini, "saluran keluar" ventrikel kiri ada
dua, oleh karena itu sistolenya akan lebih singkat. Pada defek septum ventrikel
dengan jalan pintas kiri ke kanan, tidak hanya sistole ventrikel kiri yang akan lebih
singkat, tetapi juga sistole ventrikel kanan akan memanjang, kedua faktor ini menjadi
kunci dalam timbulnya splitting S2 yang lebar.
Tiap keadaan, baik elektris maupun mekanis, yang memperlambat pengosongan
ventrikel kiri akan menimbulkan splitting paradoks S2. Blok cabang berkas kiri atau
stenosis aorta akan memperlambat pengosongan ventrikel kiri. Keadaan ini
memperlambat penutupan katup aorta setelah terjadinya sistole ventrikel kanan dan
P2. Urutan normal A2 P2 menjadi terbalik. Selama inspirasi, P2 biasanya bergerak
menjauhi S1 menuju A2. Splittingnya dikatakan menyempit. Dengan ekspirasi, P2
bergerak normal dan mendekati Sl splitting P2 - A2 melebar. Pelebaran selama
ekspirasi ini adalah paradoks. Keadaan lain, seperti gagal ventrikel kiri dan hipertensi
berat, memperlambat ejeksi ventrikel kiri dan menyebabkan splitting paradoks S2.
Splitting menetap pada S2 adalah tanda auskultasi untuk adanya defek septum
atrium. Pada keadaan ini, splitting lebar dan lidak berubah dengan pernapasan: Ini
karena peningkatan aliran balik vena ke atrium kanan selama inspirasi secara normal
Istilah ejection murmur ditujukan untuk bising yang dihasilkan oleh turbulensi
melintasi katup semilunar selama sistol seperti pada stenosis aorta atau stenosis
pulmonal. Ejection murmur berbentuk wajik dan dilukiskan sebagai "kresendodekresendo". Mereka mulai segera setelah S1 dan berakhir sebelum S2. Ejection click
karena stenosis katup semilunar mungkin mendahului bising itu. Bising ini bernada
sedang dan paling baik didengar dengan diafragma stetoskop. Karena berdasarkan
aliran, intensitas bising ini tidak mencerminkan beratnya penyakit. Bertambahnya
aliran melintasi katup aorta yang menyempit secara minimal akan menimbulkan
bising yang kuat; berkurangnya aliran melalui katup aorta yang mengalami stenosis
berat dapat menimbulkan bising yang hampir tidak dapat didengar. Setiap
peningkatan aliran atau volume dapat menimbulkan ejection murmur meskipun
katupnya normal. Ejection murmur sebagai tanda stenosis aorta merupakan
penemuan dengan sensitivitas tinggi tetapi spesifisitas rendah.
Bising systolic regurgitan dihasilkan oleh aliran retrograd dari daerah bertekanan
tinggi ke daerah bertekanan rendah selama sistole, seperti pada regurgitasi mitral
atau trikuspid. Bising ini disebut holosistolik atau pansistolik. Ia mulai bersama-sama
dengan Sl dan berakhir setelah S2. Bising ini berlangsung sampai setelah S2 karena
tekanan ventrikel lebih tinggi daripada tekanan atrium bahkan setelah penutupan
katup semilunar. Suatu S3-yang menunjukkan beban volume berlebihan pada ventrikel--sering terdengar. Bising ini bernada tinggi dan paling jelas didengar dengan
diafragMa. Istilah "regurgitasi", "inkompetensi", dan "insufisiensi" sering dipakai
sebagai sinonim untuk jenis bising in~. Istilah yang lebih disukai adalah "regurgitasi",
karena Imenunjukkan arah aliran yang retrograd. Bising holosistolik pada regurgitasi
katup atrioventrikular adalah penemban d.engan sensiti, vitas tinggi.
Bising atrioventrikular diastoli,k dimulai pada waktu tertentu setelah S2 dengan
membukahya katup atrioventrikular. Stenosis mitral dan stenosis trikuspid merupakan
contoh bising jenis ini. Ada jeda di antara S2 dan permulaan bising. Relaksasi
isovolumetrik sedang terjadi selama periode ini. Bisingnya berbentuk dekresendo, dan
dimulai dengan opening snap, jika katupnya mobil. Bising ini bernada rendah dan
paling je,jas didengar dengan bel stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi
dekubitus lateral kiri. Karena katup atri ventrikular mengalami stenosis, pengisian
cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastole, Jika pasien
mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan
tekanan pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada
saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan spesifik
untuk stenosis katup atrioventrikular.
Bunyi Jantung Sikius Jantung
Bunyi Sistolik awal Ejection click
Bunyi pembukaan katup pretesa aorta
Sistole pertengahan/akhir Midsystolic click Rub
Diastoli k awal Opening snap S3
Bunyi pembukaan katup protesa mitra
Deburan tumor
Diastolik pertengahan S3
Summation gallop
Akhir diastolik S4
kadang-kadang Bunyi pacu jantung
disebut presistolik)
Pembukaan dan penutupan katup aorta prostetik terdengar pada banyak katup
prostetik. Pembukaannya sebanding dengan ejection click; penutupannya adalah
suatu S2 "prostetik".
Pembukaan dan penutupan katup mitral prostetik terdengar pada banyak katup
prostetik. Pembukaannya sebanding dengan opening snappenutupannya adalah suatu
S1 "prostetik".
Miksoma atrium yang bertangkai dapat keluar masuk cincin mitral, menyerupai tanda
stenosis mitral.
Pada denyut jantung yang cepat periode diastole memendek. Jika ada S3 dan Sq
bunyinya mungkin "disumasi" menjadi bunyi tunggal yang disebut summation gallop.
Bising semilunar diastolik ditnulai segera setelah S2, seperti terdengar pada
regurgitasi aorta atau pulmonal.
RISING SISTOLIK
Stenosis Regurgitast
Aorta Mitral
Lokasi Daerah aorta Apeks
Penyebaran Leher Aksila
Bentuk Wajik Holosistolik
Nada Sedang Tinggi
Kualitas Kasar Meniup
Tanda terkait A2 melemah S1
Ejection click S3
S4 Titik impuls maksi
Tekanan denyut mum (PMI) difus
sempit dan pindah ke lateral
Denyut meningkat
dengan perlahan
dan terlambat
Berbeda dengan bising atrioventrikular diastolik, setelah S2 tidak ada keterlambatan
sampai mulai tirubulnya bising itu. Bising bernada tinggi berbentuk dekresendo dan
paling jelas didengar dengan diafragma stetoskop, dengan pasien dalam posisi duduk
membungkuk ke depan. Bising semilunar diastolik adalah suatu tanda dengan
sensitivitas rendah tetapi spesifisitas tinggi.
TINJAUAN GEJALA SPESIFIK
Gejala-gejala penting penyakit jantung mencakup berikut ini:
Nyeri dada
Ketidakteraturan irama jantung (palpitasi)
Dispnea (sesak napas)
Sinkop (pingsan)
Kelelahan
Edema dependen (pembengkakan tungkai)
Hemoptisis (batuk darah)
Sianosis (kulit berwarna kebiruan)
Nyeri Dada
Nyeri dada mungkin merupakan gejala penyakit jantung yang paling penting. Tetapi ia
tidak patognomonik untuk penyakit jantung. Telah diketahui bahwa nyeri dada dapat
disebabkan oleh gangguan paru-paru, usus, kandung empedu, dan muskuloskeletal.
Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada setiap pasien dengan nyeri
dada:
"Di mana nyerinya?"
"Sudah berapa lama Anda menderita nyeri itu?"
"Apakah episode nyerinya berulang?"
"Berapa lama Anda menderita nyeri itu ?"
"Berapa seringAnda mengalami nyeri itu?"
"Apa yangAnda lakukan untuk membuatnya lebih baik?"
'Apa yang membuat nyeri itu memburuk? ...
bernapas? ... berbaring? ... menggerakkan lengan atau leher?"
"Bagaimana deskprisi nyerinya? . . . rasa panas? . . .
menekan? ... memeras? ... tumpul? ...
nyeri terus-menerus? ... berdenyut?. . . seperti ditusuk pisau? ... tajam? ... menjepit? ...
menusuk-nusuk?"
'Apakah nyerinya timbul pada waktu beristirahat? ... melalaukan aktivitas ftsik? ...
sesudah makan? ... ketika menggerakkan lengan? ... waklu rriengalami stres
emosional? ... ketika tidur?.. . selama koitus?"
'Apakalt nyerinya berkaitan dengan sesak napas? ... palpitasi? ... nausea atau
vomitus? ... batuk? ... demam? . . . batuk darah? ... nyeri tungkai?"
Perikarditis
Stenosis subaorta hipertrofik
idiopatik (IHSS)
Vaskular Diseksi aorta
Pulmonal Emboli paru
Pneumonia
Pleuritis
Pneumotoraks
Muskuloskeletal Kostokondritis
Artritis
Spasme otot
Tumor tulang
Neural Herpes zoster
Gastrointestinal Penyakit tukak
Penyakit kolon
Hiatus Hernia
Pankreatitis
Kolesistitis
Emosional Ansietas
Depresi
Sindrom Tietze, suatu peradangan tulang tawan kosta.
Herpes zoster, seraagan virus pada saraf tepi dalam distribusi dermatom.
Angina pektoris merupakan gejala sejati penyakit arteri koronaria. Angina merupakan
akibat hipoksia miokard yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai
koroner dan kebutuhan miokard.
Sangat sering pasien melukiskan anginanya dengan mengepalkan tinjunya dan
meletakkannya di atas sternum. Ini adalah tanda patognomonik angina yang biasanya
disebut tanda Levine.
Bila nyeri dada berkaitan dengan etiologi jantung, aterosklerosis koroner dan penyakit
katup aorta merupakan penyebab tetsering.
Palpitasi
Palpitasi adalah sensasi tidak nyaman di dada yang berkaitan dengan berbagai
macam aritmia. Pasien mungkin
masa lalu dan apa yang dilakukan untuk menghilangkannya. Palpitasi sangat lazim
dan tidak perlu menunjukkan penyakit jantung yang serius. Setiap keadaan di mana
terjadi peningkatan isi sekuncup (stroke volume), seperti pada regurgitasi aorta,
mungkin berkaitan dengan sensasi "kontraksi yang kuat". Bi1a seorang pasien
mengeluh palpitasi, penting untuk menanyakan pertanyaan berikut ini:
"Berapa lama Anda sudah mengalami palpitasi?" 'Apakah serangan palpitasinya
terjadi secara berulang-ulang?"Jika ya, "Berapa sering?" "Kapan dimulainya serangan
ini?"
"Berapa lama serangan ini 6erlangsung?" "Bagaimana rasanya?"
'flpakah tindakan atau posisi tertentu menghentikannya?"
'Elpakah serangan ini berhenti secara tiba-tiba?" 'Apakah Anda dapat menghitung
denyut nadi Anda selama serangan?"
"Dapatkah Anda mengetukkan irama tersebut di meja ini?"
'Apakah Anda mengalami palpitasi setelah latihan fisik berat?. . , ketika melakukan
aktivitas fisik? ... ketika berbaring pada sisi kiri tubulz? ... sesudah makan?.. . bila
lelah?" 'ApakahAnda pernah pingsan selama palpitasi? ... mengalami nyeri dada?"
'Apakah palpitasi disertai dengan muka kemerahan, nyeri kepala, atau berkeringat?"
'ApakahAnda tidak tahan panas?. . . dingin?" "Obat-obatan apa yang sedangAnda
gunakan?" 'Apakah Anda minum obat untuk paru paru Anda ?"
'Apakah Anda minum obat untuk kelenjar tiroid?" 'Apakah Anda pernah diberitahu
bahwa ada gangguan pada kelenjar tiroid Anda?" "Berapa banyak teh, kopi, atau soda
cola yang Anda minum setiap hari?"
'Apakah Anda merokok?"
'Apakah Anda minum minuman yang mengandung alkohol?"
'ApakahAnda memperhatikan bahwa setelah palpitasiAnda harus buang air kecil?"
Di samping sebab primer kardiovaskular, keadaaan yang lazim berkaitan dengan
palpitasi adalah tirotoksikosis, hipoglikemia, demam, anemia, feokromositoma, dan
ansietas. Hipertiroidisme merupakan penyebab penting gangguan irama yang berasal
dari luar jantung. Kafein, tembakau dan obat-obatan juga merupakan faktor penting
dalam aritmogenisitas. Amine simpatomimetik yang dipakai dalam pengobatan
bronkokonstriksi juga merupakan perangsang kuat untuk terjadinya aritmia. Pada
pasien dengan gangguan panik dan keadaan ansietas lainnya, sensasi palpitasi dapat
terjadi selama periode laju dan irama jantung yang normal.
Pasien yang pernah mengalami serangan palpitasi harus ditanyakan pertanyaanpertanyaan berikut ini:
"Bagaimana serangan terdahulu berakhir?" "Berapa seringAnda mengalami serangan
ini?" . 'Apakah Anda dapat mengakhirinya sendiri?" Jika ya, "Bagaimana caranya?"
'Apakah Anda pernah diberitahukan bahwa Anda menderita sindrom Wolff-ParkinsonWhite?"4
Dispnea
Keluhan dispnea sangat penting. Pasien akan melukiskan bahwa ia "sesak napas" atau
bahwa ia "tidak mendapat udara dalam jumlah yang cukup". Dispnea biasanya
berhubungan dengan penyakit jantung atau paru-paru.
Dispnea nokturnal paroksismal (PND) terjadi di malam hari atau bila pasien telentang.
Posisi ini meningkatkan volume darah intratorakal, dan jantung yang lemah mungkin
tidak dapat mengatasi peningkatan beban ini; sebagai akibatnya dapat timbul gagal
jantung kongestif. Pasien terbangun kira-kira 2 jam setelah tertidur, sangat sesak,
sering kali batuk, dan mengurangi rasa sesak dengan berlari ke jendela untuk
"mendapatkan lebih banyak udara." Episode PND relatif spesifik untuk gagal jantung
kongestif.
Gejala PND sering berkaitan dengan gejala ortopnea. Ortopnea adalah keadaan di
mana pasien memerlukan lebih banyak bantal untuk tidur. Penting untuk bertanya ke
pada semua pasien: "Berapa banyak bantal yang Anda perlukan untuk tidur?" Untuk
membantu mengukur beratnya ortopnea, dapat dinyatakan, misalnya, "ortopnea 3
bantal selama 4 bulan terakhir."
Dispnea aktivitas fcsik (DOE) biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongestif kronis
atau penyakit paru berat. Penting untuk mengukur beratnya dispnea dengan
menanyakan,"Berapa blok rumah yang dapat Anda tempuh sekarang ?
Sebab-sebab Umum Dispnea
Sistem Organ
atau Keadaan Penyebab
Jantung Gagal ventrikel kiri
Stenosis mitral
Paru-paru Penyakit paru obstruktif
Asma
Penyakit paru restriktif
Emboli paru
Hipertensi pulmonal
Emosional Ansietas
Pemaparan tempat tinggi Berkurangnya tekanan oksigen
Anemia Berkurengnya kapasitas pengangkut oksigen
"Berapa blok rumah yang dapat Anda lalui 6 bulan yang lalu?" Pemeriksa sekarang
dapat berusaha mengukur beratnya dispnea. Misalnya, "Pasien mengalami DAF 1 blok
rumah selama 6 bulan terakhir. Sebelum 6 bulan yang lalu, pasien dapat berjalan
melalui 4 blok rumah taripa menjadi sesak napas. Di samping itu, selama 3 bulan yang
lalu pasien mengalami ortopnea 4 bantal."
Trepopnea adalah bentuk jarang dispnea posisional di mana pasien dispnea berkurang
sesaknya bila berbaring pada sisi kiri atau kanannya. Patofisiologi trepopnea tidak
diketahui dengan baik.
Sinkop
Pingsan, atau sinkop, adalah hilangnya kesadaran untuk sementara yang disebabkan
oleh perfusi serebral yang inadekuat. Penting untuk menanyakan kepada pasien apa
yang dimaksudkannya dengan "pingsan" atau "pusing". Sinkop mungkin berkaitan
dengan penyebab jantung atau pun bukan jantung. Bila pasien menyebutkan pingsan,
penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
"Apa yang sedang Anda lakukan tepat sebelum Anda pingsan ?"
'Apakah Anda menderita serangan pingsan berulang?" Jika ya, "Berapa sering Anda
menderita serangan ini?"
"Apakah pingsan timbul secara tiba-tiba?" 'Apakah Anda kehilangan kesadaran?" 'Anda
berada dalam posisi apa ketika pingsan?" 'Apakah pingsan didahului oleh gejala
lain? ... nausea?. . . nyeri dada? ... palpitasi? ... bingung?. . . mad rasa? ... lapar?"
'Apakah ada tanda peringatan lain yang menunjukkan bahwaAnda akan pingsan?"
'Apakah tinja Anda berwarna hitam seperti ter setelah pingsan?"
Aktivitas yang dilakukan sebelum sinkop penting karena beberapa etiologi kardiak
berkaitan dengan sinkop selama aktivitas Ssik, misalnya stenosis katup aorta, stenosis
subaorta hipertrofik idiopatik, dan hipertensi pulmonal primer. Jika pasien
menyebutkan palpitasi sebelum sinkop, mungkin ada penyebab aritmogenik. Curah
jantung mungkin berkurang oleh aritmia atau lesi obstruktif.
Posisi pasien tepat sebelum pingsan penting karena informasi ini dapat membantu
menentukan penyebab
Penyebab Lazim Sinkop
Sistem Organ
atau Keadaan Penyebab
Jantung Berkurangnya perfusi serebral karena
gangguan irama jantung
Obstruksi keluaran ventrikel kiri
Metabolik Hipoglikemia
Hiperventilasi
Hipoksia
Psikiatrik Histeria
Neurologik Epilepsi
Penyakit serebrovaskular
Hipotensi ortostatik Berkurangnya volume darah
Obat antidepresan
Obat antihipertensi
Vasovagal Vasodepresi
Miksi Refleks viseral (vasodepresor)
Batuk Penyakit paru kronis
Sinus karotis Respons vasodepresor terhadap sensitivitas
sinus karotis
sinkop. Misalnya, jika pasien pingsan setelah bangun tiba-tiba dari tempat tidur di
tengah malam untuk berlari menjawab telepon, penyebabnya mungkin hipotensi
ortostatik. Hipotensi ortostatik adalah suatu bentuk sinkop postural dan disebabkan
oleh keterbatasan otonom perifer. Tekanan darah sistemik tiba-tiba turun karena
kegagalan refleks adaptif untuk mengkompensasi sikap tubuh tegak. Sinkop miksi
adala6 sinkop yang biasanya terjadi selama mengejan pada waktu buang air kecil di
malam hari. Keadaan ini biasanya terjadi setelah minum alkohol dalam jumlah cukup
banyak.
Sinkop vasovagal adalah jenis pingsan yang paling sering ditemukan. Sinkop
vasovagal terjadi selama periode ketegangan emosional, seperti donor darah,
menerima kabar buruk, atau keadaan stres. Keadaan ini sering didahului oleh nausea,
kelemahan, perspirasi, rasa tidak enak di epigastrium, atau suatu "perasaan
tenggelam".
Tahanan vaskular sistemik mendadak turun tanpa diimbangi dengan peningkatan
curah jantung sebagai akibat peningkatan vagotonia. Sinkop sinus karotis berkaitan
dengan sinus karotis yang hipersensitif dan lebih sering dijumpai pada orang berusia
lanjut. Bila pasien dengan sinkop sinus karotis memakai baju dengan kerah baju
sempit atau memutar lehernya ke arah tertentu, terjadi peningkatan rangsangan pada
sinus karotis. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik secara
tiba-tiba, sehingga terjadi sinkop. Ada dua macam hipersensitivitas sinus karotis: jenis
kardioinhibisi (bradikardia), dan jenis vasodepresor (hipotensi tanpa bradikardia).
Sinkop post-tusif biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis.
Beberapa mekanisme telah dipostulasikan untuk menjelaskan terjadinya hal- ini.
Umumnya diterima bahwa batuk menyebabkan peningkatan tekanan intratoraks
sehingga mengurangi aliran balik vena dan menurunkan curah jantung. Mungkin
terjadi pula peningkatan tekanan cairan serebrospinal yang menyebabkan
berkurangnya perfusi ke otak.
Ada sejumlah pertanyaan lain yang sebaiknya ditanyakan kepada pasien dengan
sinkop yang mengarahkan perhatian kita kepada etiologi neurologik.
Kelelahan
Kelelahan adalah gejala umum berkurangnya curah jantung. Pasien dengan gagal
jantung kongestif dan penyakit katup mitral sering kali mengeluh lelah. Tetapi
kelelahan tidak spesifik untuk penyakit jantung. Penyebab tersering kelelahan adalah
ansietas dan depresi. Keadaan lain yang berkaitan dengan kelelahan adalah anemia
dan penyakit kmnis. Arah pertanyaan harus berusaha membedakan kelelahan organik
dari kelelahan psikogenik. Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut:
"Sudah berapa lama Anda merasa lelah?" 'Apakah timbulnya secara tiba-tiba?"
"Apakah Anda merasa lelah sepanjang hari? ... di pagi hari? ... di malam hari?"
"Bilamana Anda merasa paling lairang lelah?" 'Apakah Anda merasa lebila lelah di
rumah ketim6ang di tempat kerja?"
'Apakah rasa lelahnya hilang dengan beristirahat?"
Pasien dengan lelah psikogenik merasa lelah "sepanjang waktu". Mereka seringkali
merasa lebih lelah di rumah ketimbang di tempat kerja, tetapi kadang-kadang
menyebutkan lebih lelah di pagi hari. Mereka mungkin merasa paling sehat di
penghujung hari, ketika kebanyakan pasien dengan penyebab organik merasa paling
kurang sehat.
Edema
Pembengkakan tungkai, suatu bentuk edema dependen, sangat sering dikeluhkan
pasien. Pewawancara harus menanyakan:
"Bilamana Anda mengetahui pertama kali adanya edema?"
'Apakah kedua tungkai sama bengkaknya?" "Apakah bengkak timbul tiba-tiba?"
'flpakah bengkak memburuk pada suatu waktu dalam satu hari?"
'Apakah bengkak hilang setetah tidur malam hari?"
'Apakah peninggian tungkai membuat bengkak berkurang?"
'Anda sedang meminum obat apa saja?" 'flpakah ada riwayat penyakit ginjal; jantung,
atau hati?"
'Apakah Anda mengalami sesak napas?" Jika yq "Mana yang lebih dahulu, edema atau
sesak napas ?" 'Apakah Anda mengalami rasa nyeri di tungkai?" 'Apakah ada ulkus di tungkaiAnda?"
Jika pasiennya wanita, 'Apakah Anda minum pil ' KB?" 'Apakah edema berkaitan
dengan perubahan daur haid?"
Pasien dengan gagal jantung kongestif mengalami edema simetris pada tungkai
bawah yang memburuk dengan berjalannya hari. Keadaan paling baik di pagi hari
setelah tidur dengan meninggikan tungkai di tempat tidur. Jika pasien juga mengeluh
dispnea, adalah berguna untuk menentukan mana yang timbul lebih dahulu. Pada
pasien dengan dispnea dan edema yang disebabkan oleh gadgguan jantung, dispnea
biasanya timbul lebih dahulu sebelum terjadinya edema.
Sianosis
Terkadang mungkin dijumpai sianosis hanya pada ekstremitas inferior. Ini disebut
sianosis diferensial. Keadaan ini berkaitan dengan pintas kanan ke kiri melalui patent
ductus arteriosus (PDA). Pada pintas kanan ke kiti yang disebabkan oleh hipertensi
pulmonal, darah di dalam arteri pulmonal melintasi PDA, yang terletak di bawah
tingkat arteti karotis dan subklavia kiri; darah yang kurang mengandung oksigen
hanya dipompa ke ekstremitas inferior untuk menimbulkan sianosis hanya pada lokasi
tersebut. Sebagian darah masuk ke paru-paru untuk mengalami oksigenisasi dan
akhirnya dipompa melalui aorta untuk menghasilkan warna kulit yang normal di
ekstremitas superior.
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Anatomi
Hati terletak dibawah diafragma dan dilindungi oleh iga-iga bawah. Kubah diafragma
dimulai kira-kira pada sela iga keenam digaris midclavicula. Tepi bawahnya yang
biasanya tipis dan halus, menonjol ketepi bawah iga kanan. Tepi bawah hati dengan
lebar normal ( 8-12 cm ) dapat dipalpasi pada sebagian orang normal yang melakukan
inspirasi dalam. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan,
lambung pancreas dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri.
Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Hati memiliki dua
sumber suplai darah yaitu dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta dan dari
aorta melalui arteri hepatica.
Kandung empedu dan porta hepatikus terletak dibawah kulit hipokondrium kanan.
Limpa terletak dibagian posterior kanan didepan iga kedelapan, kesembilan dan
kesepuluh. Ujung limpa sedikit dapat dipalpasi pada 5% pasien normal yang sudah
mencapai umur akademis.
Ginjal adalah organ profunda retroperitoneal didaerah pinggang, dan sering kali tidak
dapat dipalpasi. Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis. Arteri renalis dicabangkan dari
aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Karena aorta terletak
disebelah kiri garis tengah, maka arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis
kiri. Sedangkan vena renalis menyalurkan darah kedalam vena cava superior yang
terletak disebelah kanan garis tengah. Akibatnya vena renalis kiri kira-kira dua kali
lebih panjang dari vena renalis kanan. Karena gambaran anatomis ini maka ahli bedah
transplantasi biasanya lebih suka memilih ginjal kiri donor yang kemudian diputar dan
ditempatkan pada pelvis kanan resipien.
Sudut costo vertebral adalah sudut yang dibentuk oleh batas bawah iga kedua belas
dan prosesus transverses vertabra lumbalis. Hal ini menunjukan daerah nyeri tekan
ginjal
Duodenum dan pancreas terletak didalam abdomen bagian atas. Normalnya tidak
dapat dipalpasi
Promontorium sacrum dapat dipalpasi pada pasien kurus dikutub atas sector
hipogastrium selama inspirasi dalam.
Aorta yang berdenyut dengan diameter kira-kira 2 cm, dapat teraba sebagai struktur
digaris tengah. Uterus dan vesika urinaria merupakan struktur-struktur digaris tengah
yang biasanya tidak dapat dipalpasi kecuali kalau telah membesar. Uterus dan Vesika
urinaria yang membesar dapat dipalpasi pada simpisis pubis.
Abdomen dibagi dalm sembilan regio yaitu : regio epigastrium, regio hypokondrium
kanan dan kiri, region umbilicalis, region lumbalis kanan dan kiri, region hypogastrika
(supra pubik), dan region inguinalis (iliaca) kanan dan kiri.
Inspeksi
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi pasien telentang atau tegak.
Dinding perut penderita harus dalam keadaan relax. Sebaiknya penderita bernafas
melalui mulut atau diajak bercakap-cakap. Kedua tungkai jika perlu dalam keadaan
fleksi pada sendi paha dan lutut. Vesika urinaria lebih baik dalam keadaan kosong.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Periksa : Bentuk abdomen
Kulit dinding perut dan umbilicus
Gerak dinding perut pada pernafasan
Gerak peristaltic usus yang tampak pada dinding perut
Bentuk Abdomen
Normal simetris, mendatar. Pada anak-anak agak membuncit hingga masa pubertas.
Perut yang tampak membuncit pada orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh
obesitas, kehamilan, tumor intra abdominal, meteorismus, ascites, dan retensio urine.
Perut yang schapoid (cekung) adalah perut dimana konturnya menyerupai lunas
perahu yang turun secara tiba-tiba dari prosesus xipoideus, Keadaan ini dapat
dijumpai pada orang yang kekurangan makan atau dehidrasi.
Bentuk perut asimetris dapat disebabkan oleh adanya penonjolan pada salah satu sisi
misalnya karena adanya tumor atau pembesran hepar/lien.
Bentukperut yang seperti perut kodok yaitu buncit, dengan sagging pada pinggang
(bila bebaring telentang), disertai dengan umbilicus yang tertarik kekiri dan kekanan
(smiling umbilicus) terdapat pada ascites. Bila pasien ascites diinspeksi dalam posisi
tegak, tampak perut buncit, umbilicus menonjol ( tidak smiling ). Pada kehamilan
atau adanya tumor intra abdominal, pada posisi tegak maupun telentang perut
tampak buncit tanpa sagging pada pinggang dan tanpa smiling pada umbilicus.
Distensi harus dibedakan dari lemak. Tentukanlah apakah pembengkakan tersebut
meliputi seluruh abdomen atau setempat saja. Jika setempat, perhatikanlah daerah
anatomiknya. Jika ditemukan didaerah supra pubis, mungkin disebabkan oleh distensi
kandung kemih atau pembesaran uterus. Didaerah iliaka, ovarium, secum, atau
sigmoid mungkin abnormal. Ginjal, limpa atau hati mungkin menyebabkan distensi
pinggang sedangkan aorta, lambung, atau pancreas dapat menimbulkan
pembengkakan epigastrium. Kelainan hati dan limpa dapat menimbulkan
pembengkakan didaerah hipokondrium.
Kulit Dinding Perut dan Umbilicus
Kulit abdomen perlu diperhatikann secara khusus. Perdarahan abdominal, pelvis atau
retroperitoneal dapat bermanifestasi sebagai ekimosis setempat didaerah pinggang
atau disekitar umbilicus.
Stria karena baru saja mengalami perubahan berat badan dan stria berpigmen pada
sindrom cushing terlihat dengan jelas pada dinding abdomen. Linea nigra, garis
hiperpigmentasi yang berjalan dari umbilicus sampe simfisis, menunjukan bahwa
wanita tersebut pernah hamil.
Caput medusae adalah lingkaran vena-vena yang berdilatasi menyebar dari umbilicus
dan merupakan aliran kolateral vena pada sirosis dan hipertensi portal. Kadangkadang, pada keadaan ini darah akan mengalir kearah bawah untuk memintasi
obstruksi pada vena cava superior.
Jaringan parut bekas operasi memberikan petunjuk tentang kelainan abdomen.
Periksalah apakah pasien anda mempunyai jaringan parut, dan tanyakanlah riwayat
penyakit yang berkaitan.
Diastesis recti adalah suatu tonjolan digaris tengah yang dapat diperlihatkan dengan
meminta pasien mengangkat kepalanya. Kelainan ini sering ditemukan dan
menunjukan kelemahan dan terpisahnya musculus rectus.
Kulit yang keriput menandakan bahwa dinding perut mengalami distensi seperti
misalnya karena kehamilan, atau pernah ascites. Juga terdapat pada keadaan
dehidrasi. Pada pembesaran perut, kulit dinding perut akan tampak tegang , licin dan
mengkilap.
Vena kulit mungkin tampak tetapi tidak menonjol dan berkelok-kelok, bila tampak
demikian, disebabkan oleh dilatasi venae yang mungkin disebabkan oleh adanya
obstruksi vena porta (misalnya pada sirosis hati), atrau obstruksi vena cava superior
atau interior pada obstruksi vena porta, vana yang berdilatasi terutama vena dibagian
tengah dinding perut sedangkan pada obstruksi vena cava, vena yang berdilatasi
adalah vena yang terdapat di daerah perifer dinding abdomen. Arah aliran darah
didalam vena pada obstruksi vena porta ialah vena yang teletak diatas umbilikus dari
atas kebawah sedangkan pada vena yang terletak dibawah umbilikus dari bawah ke
atas,. Pada obstruksi vena cava superior, arah aliran darah dalam vena yang
berdilatasi itu semua keaarah bawah, sedangkan pada obtruksi vena cava interior,
semua aliran darah dalam vena dari bawah ke atas.
Pada umbilikus dapat terjadi hernia atau neoplasma. Pada tumor intra abdominal atau
kehamilan, umbilikus dapat menonjol. Pada obesitas, walau perut buncit umbilicus
tidask menonjol.
Gerak dinding perut dalam keadaan ststis dan pada waktu bernapas.
Pulsasi dapat tampak pada dinding perut di daerah epigastrium yang mungkin
disebabkan oleh hipertropi ventrikel kanan atau pada orang normal yang amat kurus.
Pulsasi tampak jelas yang berasal dari denyut aorta abdominalis yang diteruskan ke
dinding perut. Tapi bila aorta abdominalisnya mengalami aneurysma, maka denyut itu
tampak walau pada orang yang tidak kurus sekalipun dan bersifat ekspansif berdenyut
kesegala arah). Pada penderita tumor lambung pulsasi didaerah epigastrium pun akan
tampak lebih menonjol.
Pulsasi didaerah hipokondrium kanan dapat berasal dari hepar pada pasien yang
menderrita insufisiensi katup trikusfpidalis.
Pada waktu bernapas normal dinding perut mengembang pada waktu inspirasi dan
mengempis pada ekspirasi secara simetris. Pada kelumpuhan diafragma, misalnya
pada abses subdiafragma, gerakan dinding perut menjadi sebaliknya.
Pada peritonitis tidak ada pergerakan dinding perut sama sekali. Pada ascites yang
amat besar, pergerakan dinding perut saat bernapas juga tidak tampak.
Gerak peristaltic usus yang tampak pada dinding perut.
Normal tidak tampak gerak peristaltic. Tapi pada obstruksi usus, akan tampak gerak
peristaltic disebelah proksimal dari temapt obstruksi traktus digestivus.
Abdomen hernia
Abdomen-ascites
Abdomen-obese
Abdomen-hepatomegaly
Palpasi abdomen
Informasi yang diperoleh dengan palpasi berbeda-beda tergantung pada perhatian
dan ketelitian yang dicurahkan.Periksalah abdomen dengan hati-hati, lemah-lembut,
dan tidak tergesa-gesa. Palpasi yang dilakukan secara tergesa-gesa,tangan yang
dingin, atau pemeriksaan yang dilakukan secara sepintas lalu akan menggagalkan
usaha anda.
Jika ada alasan untuk mencurigai kelainan atau nyeri di suatu daerah, palpasilah
daerah tersebut pada saat terakhir. Dengan memakai bantalan jari-jari dan tangan
yang sejajar dengan abdomen, mula-mula palpasilah tiap sektor dengan perlahanlahan dan dengan lemah-lembut. Seorang pasien yang tegang dapat menjadi lebih
santai jika sendi panggul dan sendi lututnya difleksikan dan hanya tumitnya yang
berada pada meja periksa. Pada tiap daerah pemeriksaan, secara perlahan-lahan
tingkatkanlah tekanan tangan yang memeriksa sampai anda puas dengan hasilnya.
Jika anda merasa perlu memeriksa lebih dalam lagi, letakkanlah tangan lainnya pada
tangan yang melakukan palpasi untuk menambah tekanan. Untuk membantu
mencapai bagian dalam abdomen, mintalah pasien untuk bernafas perlahan-lahan dan
dalam-dalam. Pada tiap ekspirasi abdomen turun, dan posisi ini dipertahankan sampai
ekspirasi berikutnya, dimana tangan dimasukkan lebih dalam lagi.
Pemeriksa yang berpengalaman akan mengalihkan perhatian pasien selama
pemeriksaan dengan membicarakan hal-hal ringan. Perhatikanlah wajah pasien untuk
melihat tanda-tanda perasaan tidak enak selama palpasi.
Palpasi bimanual yang sebenarnya bermanfaat untuk mengetahui garis bentuk organ,
struktur vaskuler, atau massa dengan mempalpasi kedua sisi berlawanan struktur
tersebut. Ini dilakukan dari depan kebelakang melalui pinggang atau dengan menekan
kedua sisi struktur tersebut di bagian anterior.
Ballotement bermanfaat, terutama kalau abdomen tersebut besar atau penuh dengan
cairan. Cara ini dapat memperlihatkan adanya massa atau pembesaran organ yang
tidak dapat diketahui dengan palpasi biasa. Ujung jari tangan ditekankan dengan
gerak menusuk yang cepat kedalam abdomen, yang untuk sementara memindahkan
cairan yang berada diatasnya.
Palpasi abdomen yang menggelembung membantu dalam membedakan dilatasi usus,
cairan, dan lemak. Diantara ketiga keadaan ini, hanya cairan yang akan
menghantarkan gelombang tekanan. Mintalah asisten anda untuk menekan garis
tengah dengan pinggir tangannya.Letakkanlah satu tangan anda di pinggang dan
ketuklah pinggang yang berlawanan dengan ujung jari tangan anda. Jika ada cairan
bebas, tangan yang melakukan palpasi akan merasakan adanya benturan gelombang
cairan.
Nyeri tekan pantulan adalah suatu tanda penting untuk adanya iritasi peritoneum.
Tangan yang melakukan palpasi secara perlahan-lahan dan dengan lemah-lembut
ditekankan dalam dalam ke dalam abdomen dan kemudian secara tiba-tiba
dilepaskan. Ketika peritoneum kembali ke posisi semula, pasien dapat menggerenyit
atau berteriak. Jika demikian, tanyakanlah dengan segera tempat iritasi maksimum.
Kadang-kadang letaknya jauh sekali dari jari-jari anda yang melakukan palpasi.
Penarikan umbilikus kadang-kadang dapat dipakai untuk memperlihatkan peradangan
peritoneum.
Gelombang peristaltik dapat teraba dimana saja di dalam abdomen dan biasanya
menunjukkan obstruksi mekanis, baik persial maupun hamper lengkap.
Pada palpasi yang dilakukan di daerah hipokondrium kanan mungkin ditemukan
pembesaran hati atau kandung empedu. Tepi hati mungkin dapat diraba pada orang
normal. Kalau teraba, lebarnya harus ditentukan dengan perkusi. Pada palpasi hati,
letakkan tangan kiri anda pada iga kanan bawah dan arahkanlah jari-jari tangan kanan
anda ke arah bahu kanan, dan lakukanlah penekanan. Mintalah pasien untuk menarik
nafas dalam. Tepi hati akan terasa menyentuh ujung jari tangan anda ketika ia turun
pada waktu inspirasi. Secara progresif, lakukanlah palpasi lebih rendah sampai anda
mencapai krista iliaka. Hati yang sangat membesar lebih sering tidak di temukan
ketimbang hati yang sedikit membesar.
Sebagai teknik alternatif, anda dapat meletakkan tumit tangan kiri anda pada margo
kosta dan melengkungkan jari-jari tangan anda di atas tepi hati ketika pasien sedang
menarik nafas. Pembesaran lobus kiri hati dapat melintasi garis tengah dan sampai ke
hipokondrium kiri. Kalau hati teraba, perhatikanlah apakah tepinya tidak nyeri, nyeri
tekan, tajam, atau tumpul. Yang terakhir ini merupakan tanda pembengkakan yang
merata.
Kalau timbul kecurigaan bahwa pasien menderita penyakit akut pada kandung
empedu, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dapat memberikan petunjuk yang
bermanfaat. Tanda Murphy diperoleh dengan meletakkan tangan kiri pada iga kanan
pasien dan menyangkutkan ibu jari anda di atas margo kosta. Mintalah pasien untuk
menarik nafas dalam ketika anda berusaha menjepit kandung empedu yang sedang
meradang di antara ibu jari anda dan margo kosta. Pasien akan tersendat-sendat
ketika ia menarik nafas dalam, dan ia akan mengalami nyeri tekan kalau anda
mempalpasi kandung empedu tersebut. Demikian pula, nyeri tekan dapat
diperlihatkan dengan palpasi dalam secara langsung dengan jari tangan anda ketika
pasien sedang menarik nafas dalam.Anda dapat menggetarkan hati dengan
melakukan perkusi dengan telapak tangan anda pada iga dan memperlihatkan nyeri
tekan di daerah hati tersebut.
Palpasi dalam pada epigastrium biasanya menimbulkan nyeri tekan pada pasien
normal. Lobus kiri hati dapat membesar dan mencapai daerah ini, dan ditemukan
sebagai suatu massa yang teraba pada palpasi. Pankreas bersilangan dengan tulang
belakang di daerah ini, dan lambung terletak di antaranya dan jari-jari yang
melakukan palpasi.
Hipokondrium kiri mengandung fundus lambung, limpa dan ginjal kiri. Pembesaran
limpa paling baik di deteksi dengan palpasi yang dilakukan dengan cara yang sama
seperti palpasi hati. Sokonglah margo kosta kiri dengan tangan kiri anda dan
masukkanlah secara perlahan-lahan jari-jari tangan anda ke dalam daerah subkosta
ketika pasien menarik nafas secara perlahan-lahan dan dalam-dalam.Jika anda merasa
tidak pasti tentang pembesaran limpa, gulingkanlah tubuh pasien kearah anda
sehingga berada dalam posisi dekubitus lateral kanan untuk mendorong organ
tersebut ke arah lebih superior dan anterior. Mungkin sangat sulit untuk membedakan
limpa yang besar dengan ginjal yang besar. Yang terakhir ini biasanya akan turun
menjauhi jari-jari tangan anda ketika anda berusaha mendekati margo kosta. Juga,
ginjal tidak bergerak pada waktu inspirasi.
Pinggang mengandung ginjal. Pada palpasi bimanual, satu tangan terletak di belakang
dan satu lagi di depan, seringkali anda dapat meraba ginjal kanan pada orang kurus
dan, kadang-kadang,kutub bawah ginjal kiri.
Daerah umbilikus perlu mendapat perhatian khusus. Umbilikus lazim menjadi tempat
hernia. Tekankanlah jari tangan anda ke dalam pusat. Pada hernia, anda akan meraba
suatu cincin fasia yang berbatas tegas di sekitar suatu depresi lunak di bagian tengah.
Keganasan intraabdomen dapat menjalar ke daerah ini sebagai Sister Mary Joseph
node. Aorta abdominal terletak di bawah dan sedikit di atas dan di sebelah kiri
umbilikus. Palpasilah secara bimanual pada kedua sisi aorta untuk mengetahui
diameter lateralnya. Pulsasi lateral merupakan tanda bahwa anda memang
memegang kedua sisi pembuluh darah ini dan tidak di atasnya. Pada orang yang
berusia lanjut, ektasia mungkin sulit dibedakan dari aneurisma sejati. Tepat di bawah
umbilikus, aorta bercabang di atas promontorium sakrum. Lordosis yang menonjol dan
abdomen yang tipis dapat membuat promontorium ini jelas kelihatan.
Daerah iliaka kanan mengandung titik Mc Burney daerah dengan nyeri tekan
maksimum pada apendisitis, kira-kira di pertengahan antara umbilikus dengan spina
iliaka anterior superior. Di daerah iliaka kanan sering di temukan dilatasi sekum. Ia
akan teraba seperti massa berbentuk sosis lunak dan mungkin nyeri tekan kalau di
guling-gulingkan di antara ujung-ujung jari tangan. Tepat di sebelah medialnya
terdapat ovarium kanan, yang dapat di palpasi kalau mengalami pembesaran
patologik, meskipun untuk kepastiannya perlu di lakukan pemeriksaan pelvis.
Demikian pula di sebelah kiri, sigmoid atau ovarium kiri dapat di temukan di daerah
fosa iliaka kiri.
Hipogastrium mengandung kandung kemih dan uterus, yang kalau membesar dapat di
tentukan garis bentuknya dengan palpasi.
Palpasi
Hati
Palpasi dengan jari-jari yang fleksi pada sendi metakarpofalangea dengan sisi telunjuk
sejajar dengan hati, saat penderita bernapas agak dalam. Mulai kira-kira 10 cm di
bawah tepi iga dan kemudian ke atas ke arah tepi iga-iga.
Lukiskan posisi tepi hati dalam cm di bawah tepi iga pada garis mid-klavikular. Raba
tepi hati untuk menentukan :
Konsistensi
Regular atau iregular
Nyeri tekan
Pulsasi
Perkusi tepi atas dan tepi bawah hati setelah palpasi untuk memastikan kelainan yang
dijumpai.Bila hati tidak teraba dan hipokondrium kanan pekak, hati mungkin meluas
ke hipogastrium. Palpasi tepi bawah kea rah bawah. Bila hati membesar:
Keras
Iregular ?Metastasis
Tidak nyeri tekan
Membesar
Keras licin
Tidak nyeri tekan ?Sirosis
Membesar ?Limfoma
Licin ?Gagal jantung kongestif
Nyeri tekan ?Alkohol
Membesar ?Infeksi
Limpa
Seperti pada hati, palpasi 10 cm di bawah pinggir iga pada hipokondrium, lakukan ke
atas kea rah iga-iga.
Minta penderita untuk menarik napas dalam, untuk mendorong limpa ke bawah
sehingga dapat di palpasi.
Bila limpa tidak teraba, periksa daerah pekak dari limpa dengan perkusi-limpa dapat
membesar hingga ke daerah hipogastrium.Bila terdapat kecurigaan bahwa limpa,
sedikit membesar, baringkan penderita pada sisi kanan dengan lengan kiri tergantung
bebas di depan dan raba kembali pada inspirasi dalam. Sifat-sifat dari limpa :
Tempat
Bentuk (?cekungan)
Tidak dapat meraba bagian atasnya
Bergerak pada respirasi
Pekak pada perkusi
Lukiskan seperti pada hati. Limpa sangat membesar :
?Leukemia myeloid kronik
?Mielofibrosis
Ginjal
Palpasi bimanual
Dorong ke atas dengan tangan kiri pada sudut ginjal dan raba ginjal dari anterior
dengan menggunakan tangan kanan.
Minta penderita untuk bernapas dalam supaya ginjal berada di antara kedua tangan.
Nyeri pada ginjal sering bila terdapat infeksi. Ginjal yang besar mungkin menunjukkan
suatu tumor, penyakit polikistik, atau hidronefrosis.
Massa
Palpasi dengan teliti seluruh abdomen
Bila di temukan massa, lukiskan :
Tempat.
Ukuran.
Bentuk.
Konsistensi-feses mungkin mencekung (indented) dengan penekanan.
Terfiksasi atau dapat di gerakkan-apakah bergerak pada respirasi?
Nyeri tekan.
Pulsasi-penyebaran pulsasi dari aorta atau pembengkakan yang berpulsasi.
Pekak pada perkusi-terutama penting dalam penentuan apakah usus terdapat di
depan massa.
Apakah berubah setelah defekasi atau miksi?
Aorta
Palpasi pada garis tengah di atas umbilikus untuk massa yang berpulsasi. Bila dengan
mudah teraba, mungkin normal pada penderita kurus atau aneurisma besar-ekspansifbruit.
Pemeriksaan palpasi abdomen :
Tepi hati
Ujung limpa
Semua massa
Perhatikan nyeri tekan
Nyeri pantulan
Defense musculare
Pemeriksaan untuk gelombang cairan kalau perlu
Penemuan-penemuan lazim pada palpasi abdomen
Nyeri tekan setempat atau umum harus dibedakan. Pasien yang mengalami nyeri
tekan dapat menegangkan otot-otot perutnya secara volunteer atau involunter.
Penegangan otot-otot perut yang terjadi secara volunter dapat di atasi dengan
mengalihkan perhatian pasien, sedangkan defense musculare yang sejati atau
rigiditas tidak berada di bawah kendali kesadaran. Abdomen yang benar-benar kaku
menunjukkan peradangan peritoneum di bawahnya, yang secara refleks
menyebabkan spasme pada otot-otot abdomen. Dalam keadaan seperti itu, daerah
yang sakit akan teraba seperti kayu atau papan. Pada keadaan ini, penarikan
umbilikus dapat membantu menentukan adanya peritonitis, karena akan timbul nyeri
tekan yang jelas. Ini adalah daerah di mana peritoneum melekat pada kulit tanpa di
halangi oleh otot.
Nyeri tekan pantulan adalah tanda penting peradangan peritoneum yang biasanya
menyertai Defense musculare sejati dan rigiditas. Jangan kacaukan dengan varian
normal. Palpasi dalam dada epigastrium biasanya menimbulkan nyeri tekan pada
orang normal, demikian pula palpasi aorta dan daerah hipogastrium pada banyak
wanita. Ingatlah bahwa lobus kiri hati normal dapat mencapai epigastrium dan
menjadi massa yang dapat di palpasi.
Perkusi abdomen
Seperti di tempat-tempat lainnya, perkusi menggambarkan batas-batas statik antara
jaringan-jaringan dengan kepadatan yang berbeda-beda. Tekniknya sama seperti pada
perkusi thoraks. Jari pasif yang di letakkan dengan hati-hati di abdomen di ketuk oleh
jari pleksor dengan ketukan stakato, dan bunyi serta resistensinya di perhatikan.
Jika tepi hati telah teraba di hipokondrium kanan, anda harus menentukan apakah ia
benar-benar membesar atau hanya terdorong ke bawah. Lakukanlah perkusi pada
paru-paru anterior yang resonan dan bergeraklah ke bawah sampai pekak hati
menunjukkan batas atas.Lebarnya berbeda-beda dari pasien ke pasien, tetapi ukuran
yang melebihi 12 cm mungkin abnormal. Perkusi di daerah epigastrium dan
hipokondrium kiri menimbulkan bunyi timpani karena adanya gelembung gas di dalam
lambung.
Pekak limpa seringkali di temukan di antara sela iga kesembilan dan kesebelas, di
garis aksila anterior. Pembesaran limpa yang ringan bermanifestasi sebagai
perubahan timpani menjadi pekak ketika sela iga terbawah di perkusi dan pasiennya
menarik nafas dalam tanda perkusi limpa. Pembesaran limpa dan ginjal dapat lebih
di bedakan dengan bantuan perkusi. Ingatlah bahwa fleksura lienika kolon terletak di
belakang limpa tapi di depan ginjal. Seringkali terisi dengan udara, ada atau tidak
adanya timpani, bersama-sama dengan massa yang dapat di palpasi, memberikan
petunjuk yang jelas. Adanya massa tanpa timpani di kuadran kanan atas mengarah
pada pembesaran limpa. Massa dengan timpani menunjukkan pembesaran ginjal.
Timpani menunjukkan udara. Udara tersebut mungkin berada di dalam gelung usus
yang mengalami distensi atau terdapat bebas di dalam abdomen. Bersama-sama
dengan cara-cara lainnya, lokasi timpani dapat menentukan tempat obstruksi.
Perkusi memastikan dan memperjelas banyak penemuan pada palpasi. Nyeri pekak
pantulan dapat diperoleh dengan perkusi dan juga dengan palpasi. Pekak yang
berpindah menunjukkan asites. Cairan bebas menunjukkan usus yang mengandung
udara terapung-apung di bagian paling atas, dan kenyataan ini di manfaatkan dengan
perkusi. Pada pasien yang berbaring, mulailah perkusi di garis tengah dan bergeraklah
ke kedua pinggang. Tandailah dengan pena anda tempat di mana resonansi berubah
menjadi pekak. Gulingkanlah tubuh pasien ke salah satu sisi dan ulangilah prosedur itu
pada sisi yang lebih rendah. Gulingkanlah tubuh pasien ke sisi lainnya dan ulangi. Hal
ini di sebut shifting dullness.Jarak antara garis-garis yang di buat ketika pasien
telentang dan ketika tubuhnya di gulingkan menunjukkan jumlah cairan karena
permukaan cairan akan selalu rata.
Ada dua sumber kesalahan potensial. Kadang-kadang perpindahan usus yang relative
tidak mengandung udara akan memberikan hasil positif palsu, dan cairan peritoneal
yang terlokalisir akan memberikan hasil negative palsu. Contoh khas keadaan yang
terakhir ini adalah kista ovarium. Kista ini dapat berukuran besar sekali dan terlihat
sebagai distensi abdomen yang sangat menyolok. Meskipun demikian, cairannya
trdapat di dalam suatu ruang tertentu. Pada keadaan ini di jumpai dua petunjuk :
pertama, umbilikus tidak menonjol keluar; dan kedua, pekak cairan tetap terdapat di
bagian anterior pada pasien yang berada dalam posisi berbaring, dan usus yang
resonan terdorong ke bawah dan lateral tepat kebalikan asites bebas.
Pada kasus asites yang meragukan, berusahalah menemukan puddle sign (tanda
genangan). Suruhlah pasien untuk berdiri di atas empat anggota tubuhnya. Sekarang
cairan akan tergenang di umbilikus, di mana anda akan dapat menemukan daerah
yang pekak.
Pemeriksaan perkusi abdomen : Ukuran hati dan limpa
Massa
Pemeriksaan pindahnya pekak kalau perlu
Penemuan-penemuan pada perkusi abdomen
Perkusi memastikan penemuan-penemuan yang di peroleh dengan palpasi. Pekak alih
menunjukkan adanya asites, pekak yang menetap menunjukkan massa, dan timpani
menunjukkan adanya gas.
Auskultasi Abdomen
Auskultasi ialah salah satu dari bagian pemeriksaan fisik, dengan cara mendengarkan
suara melalui stetoskop. Auskultasi sebaiknya dilakukan sebelum palpasi atau perkusi
agar tidak merangsang timbulnya peristaltik. Auskultasi memberikan infromasi
tentang kejadian dinamik. Sumber suara abdomen mencakup peristaltik dan struktur
vaskuler. Aktivitas peristaltik memancarkan berbagai macam suara bergelembung
ketika permukaan antara air dan udara berubah dengan adanya gelombang kontraksi.
Perubahannya adalah dalam hal intensitas, frekuensi dan nadanya. Intensitas
berkaitan dengan kekuatan peristaltik, frekuensi berkaitan dengan kecepatan
gelombang, dan nada berhubungan dengan ketegangan dinding visera. Pemeriksaan
auskultasi yang dilakukan pada abdomen adalah pemeriksaan:
Bising usus: Bising usus disebabkan bunyi udara dan cairan dalam usus yang bergerak
karena peristaltik usus. Bising usus didengarkan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya nyeri abdomen. Peristaltik usus halus cenderung bernada tinggi ketimbang
gemuruh panjang kolon yang bernada rendah. Dengarkan pada seluruh abdomen
dengan stetoskop diafragma kira-kira 10-15 detik atau 1 menit. Normal bising usus
akan terdengar 13 kali per menit. Bila peristaltik meningkat seperti pada diare atau
gastroenteritis bising usus terdengar 10-15 kali per menit. Bila selama 3-10 menit
tidak terdengar sekalipun bising usus, keadaan ini disebut "silent abdomen", misalnya
terdapat pada peritonitis dan ileus paralitikus. Pada Obstruksi usus memberikan bising
usus hiperaktif atau berdenting. Pada obstruksi usus, didapat nyeri kolik disertai
dengan bising usus yang meningkat dan amat nyaring.
Arterial bruit:Berasal dari arteri,menunjukan aliran turbulen didalam pembuluh darah
yang berdilatasi, menyempit atau berkelok. Setiap arteri besar dalam abdomen dapat
menjadi sumber bising. Arterial bruit terdengar pada fase sistolik jantung bersamaan
atau tepat setelah ictus cordis. Arterial bruit juga harus bisa dibedakan dengan bising
jantung yang menyebar dan berasal dari jantung. Aorta abdominalis paling baik
didengar tepat diatas pembuluh darah di epigastrium, arteri hepatica di hipokondrium
kanan, arteri lienalis di hipokondrium kiri. Bising arteri lienalis penting karena stenosis
arteri renalis mungkin merupakan penyebab hipertensi.
Venous hum: Lebih halus terdengarnya daripada arterial bruit dan nadanya lebih
tinggi. Terdengar sepanjang fase sistolik maupan diastolic jantung. Paling sering
terdengar di daerah umbilikalis atau daerah hepar. Venuos hum mingkin berasal dari
vena cava orang normal, tapi mungkin juga terdengar karena pasien menderita sirosis
hepatic dengan hipertensi portal.
Friction rub: Bunyi ini sama kedengarannya seperti bunyi gesekan pleura atau
pericardial, tapi terdengar bersamaan dengan inspirasi dan ekspirasi. Mungkin
terdengar di daerh hati atau lien. Bunyi gesek yang terdengar didaerah hati mungkin
dijumpai pada hepatoma, atau cholesystisis. Bunyi gesek yang terdengar di daerah
lien mungkin disebabkan oleh peradangan atau infark limpa.
Gejala-gejala daerah abdomen
Keluhan pada abdomen dapat berkaitan dengan kelainan lokal atau dapat disebabkan
oleh penyakit sistemik. Terdapat beberapa gejala atau kumpulan gejala yang
karakteristik pada suatu penyakit yang sering merupakan masalah bagi pasien untuk
memperoleh pertolongan medis. Gejala atau kumpulan gejala tersebut tak jarang
menimbulkan persepsi atau interpretasi yang berbeda diantara yang mengeluh, dalam
hal ini pasien , dengan yang mendengarkan, dalam hal ini dokter. Tidak jarang pula
satu gejala medis tertentu diekspresikan secara berbeda-beda, bergantung latar
belakang pendidikan , sosial, atau budaya pasien. Sehingga diperlukan tehnik
anamnesis yang spesifik untuk menyamakan persepsi. Dibawah ini terdapat beberapa
simtom yang sering dikeluhkan oleh pasien didaerah abdomen, diantaranya:
DISPEPSIA
Merupakan kumpulan gejala/simtom atau sindrom yang terdiri dari keluhan nyeri ulu
hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, rasa penuh/begah dan
rasa panas di dada/epigastrium. Keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada setiap
pasien, dan bahkan pada satu pasien pun keluhan dapat bervariasi dari segi jenisnya
ataupun kualitasnya dari waktu ke waktu.
Sindrom dyspepsia ini secara garis besar dapat disebabkan oleh gangguan lokal atau
sistemik serta oleh gangguan yang bersifat organik atau fungsional.
Etiologi
Gangguan pada lumen saluran cerna: tukak peptik, tumor, gastritis.
Obat-obatan: anti-inflamasi nonsteroid, antibiotic, digitalis, teofilin.
Penyakit pada hati, pancreas, dan saluran empedu.
Penyakit sistemik: diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
Fungional: dyspepsia fungsional atau dispepsianon-ulkus.
Pendekatan Diagnostik
Anamnesis akurat untuk menilai apakah keluhan ini local atau berdasarkan gangguan
sistemik.
Pemeriksaan fisis untuk mengindentifikasi kelainan intralumen yang padat misalnya
massa intraabdomen, tanda peritonitis, organomegali.
DIARE
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi feses menjadi cair,
dan perut terasa mules ingin buang air besar. Secara praktis dikatakan diare bila
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair. Diare
digolongkan keadaan akut atau bila telah terjadi lebih dari 2 minggu digolongkan
dalam diare kronik.
Diare Akut
Etiologi
Virus
Protozoa: Giardia lamblia, Entamoeba hystolitica.
NYERI PERUT
Nyeri perut dapat merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang
bersifat fatal. Dapat berasal dari nyeri viseral abdomen akibat rangsang mekanik
(seperti regangan, spasme) atau kimiawi (seperti inflamasi, iskemia). Nyeri viseral ini
bersifat tumpul, rasa terbakar dan samara batas lokasinya. Sedangkan nyeri
peritoneum parietal lebih bersifat tajam dan lokasinya lebih jelas. Ujung saraf nyeri
pada organ padat seperti hati dan ginjal terbatas pada kapsula-nya,jadi rasa nyeri
timbul bila ada regangan karena pembesaran organ. Referred pain dapat dijelaskan
pada keadaan di mana serat nyeri viseral dan serat somatic berada pada satu tingkat
di susunan saraf spinal.
Etiologi
Inflamasi peritoneum parietal: perforasi, peritonitis, apendistis, divertikulitis,
pankreatitis, kolesistitis.
Kelainan mukosa viseral: tukak peptik, inflammatory bowel disease, colitis infeksi,
esofagitis.
Obstruksi visceral: Ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
Regangan kapsula organ: hepatitis, kista ovarium, pielonefritis.
Gangguan vascular: iskemia atau infark intestinal.
Gangguan motilitas: irritable bowel syndrome, dyspepsia fungsional.
Ekstra abdominal: herpes, trauma muskuloskletal, infark miokard dan paru dan
lainnya.
Pendekatan Diagnostik
Berdasarkan lokasi nyeri:
Lokasi nyeri
Difus
Kualitas nyeri: perlu diketahui kualitas rasa nyeri tersebut. Hal ini tidak mudah,
terutama di Indonesia, di mana ekspresi bahasa tidak sama untuk menggambarkan
rasa nyeri. Pada dasarnya harus dibedakan rasa nyeri kolik seperti pada obstruksi
intestinal dan bilier, rasa nyeri yang bersifat tumpul seperti pada batu ginjal, rasa
seperti diremas pada kolesistitis, rasa panas seperti pada esofagitis, apendisitis
menimbulkan rasa nyeri tumpul dan menetap.
Intensitas nyeri: pada keadaan akut, intensitas nyeri relative dapat diurut berdasarkan
intensitas nyeri yang paling hebat sampai ke relative ringan sebagai berikut; perforasi
ulkus, pankreastitis akut, kolik ginjal, ileus obstruksi, kolesistitis, apendisitis, tukak
peptic, gastroenteritis, dan esofagitis. Sedangkan pada nyeri kronik lbih sulit
menentukannya karena banyak factor psikologis yang turut berperan.
Factor yang mencetuskan dan factor yang meringankan nyeri: nyeri perut yang dapat
diringankan dengan minum antacid dapat diperkirakan menderita tukak peptic
(terutama tukak duodenum). Nyeri pada penyakit pancreas sering terjadi setelah
makan, dan juga pada iskemia intestinal. Pada penyakit kolon, rasa nyeri berkurang
setelah buang air besar.
Harus juga ditelusuri gejala sistemik lain yang menyertainya.
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi 2: Alat genitalia externa dan Alat genitalia
interna.
Alat Genitalia Externa
Mons veneris adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada wanita dewasa
ditutupi oleh rambut kemaluan. Pada wanita umumnya batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha.
Labia mayora terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, dan terisi
oleh jaringan lemak. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.
Labia minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam dari labia mayora.
Klitoris kira-kira sebesar kacang hijau dan terdiri dari glans klitoridis, korpus klitoridis,
dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis.
Vulva kurva berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan
dibatasi di muka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua labia minora, dan di belakang
oleh perineum.
Bulbus vestibuli sinistra et dextra terletak di bawah selaput lendir vulva, dekat ramus
os pubis.
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Perineum yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Alat Genitalia Interna
Vagina adalah suatu penghubung antara introitus dan uterus. Bentuk vagina sebelah
dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum. Di vagina tidak didapatkan kelenjar-kelenjar
bersekresi. Epitel vagina terdiri dari epitel gepeng tidak bertanduk, dibawahnya
terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah.
Vagina mendapat darah dari:
Arteria uterina yang memberikan darah ke bagian sepertiga atas vagina.
Arteria vesikalis inferior yang memberikan darah ke bagian sepertiga tengah vagina.
Arteria hemoroidalis mediana dan Arteria pudendus interna yang memberikan darah
ke bagian sepertiga bawah vagina.
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng ke arah
muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Uterus terdiri
dari fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Uterus ini sebenarnya terapungapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya.
Ligamenta yang menyokongnya adalah:
Ligamentum kardinale (Mackenrodt).
Ligamentum sakro-uterina.
Ligamentum rotundum.
Ligamentum latum.
Ligamentum infundibulo-pelvikum.
Uterus diberi darah oleh Arteria uterina sinistra et dextra yang terdiri dari ramus
asenden dan ramus desenden. Pembuluh darah ini berasal dari Arteria iliaka interna
(Arteria hipogastrika). Pembuluh darah lain yang memberi darah ke uterus adalah
Arteria ovarika sinistra et dextra.
Tuba falloppii terdiri atas pars interstisialis, pars ismika, pars ampullaris, dan
infundibulum.
Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira
4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Wanita pada umumnya mempunyai dua
ovarium kiri dan kanan.
2. Pemeriksaan Pelvis
Pemeriksaan pelvis yang dilakukan oleh seorang dokter pria harus ditemani oleh
asisten wanita. Usahakanlah agar pasien tetap santai dengan memberitahukannya
tentang setiap bagian pemeriksaan dan mengajaknya berpartisipasi sepanjang
pemeriksaan dilakukan.
Pastikan bahwa pasien baru saja buang air kecil. Posisi litotomi merupakan posisi yang
terbaik untuk melakukan pemeriksaan. Periksalah dengan inspeksi rambut pubis,
perineum, dan genitalia externa untuk melihat adanya peradangan dan anatomi
abnormal. Di bagian anterior, periksalah klitoris yang ditutupi kedua labia mayora
untuk melihat tanda-tanda iritasi, ulkus, atau pembesaran. Di bawah klitoris di garis
tengah, terdapat meatus uretra. Carilah jaringan yang meradang dan pengeluaran
sekret. Di samping uretra, periksalah himen, kelenjar parauretral, kelenjar bartolin,
dan vestibulum vagina. Jika dapat dilihat, membengkak dan nyeri tekan, kemungkinan
besar disebabkan oleh infeksi
Lanjutkan dengan pemeriksaan spekulum. Pertama, lumasi spekulum dengan air lalu
masukkan jari-jari tangan yang memakai sarung tangan, lakukanlah penekanan ke
arah posterior dan masukkan spekulum dalam posisi vertikal, lakukan penekanan ke
arah posterior dan putarlah spekulum tersebut dan bukalah. Visualisasikanlah serviks
dan dinding vagina.
Pemeriksaan bimanual dilakukan dengan tujuan untuk meraba uterus dan adneksa,
antara tangan pada vagina dan tangan pada abdomen dan untuk mengkombinasikan
palpasi vagina dan rektum dengan palpasi abdominal, untuk menggambarkan organorgan yang terdapat dalam rongga pelvis. Satu atau dua jari tangan vaginal kita
basahi dengan bahan pelicin dan dengan hati-hati kita masukkan ke dalam introitus
vagina. Rabalah dinding vagina sambil anda terus memasukkan jari anda lebih dalam
dan kalau jari anda telah menyentuh serviks, maka perhatikan konsistensi serviks dan
adanya lesi-lesi yang telah ada sebelumnya. Selain itu, perhatikan adanya perasaan
nyeri atau pergerakan serviks. Kemudian letakkan jari anda ke forniks posterior dan
dengan tangan anda yang lain, lakukan palpasi pada garis tengah abdomen kira-kira
sepertiga jarak ke umbilikus. Kemudian dengan mempergunakan jari vaginal,
angkatlah serviks dan uterus ke atas agar anda dapat meraba kedua tangan anda.
Perhatikan kedudukan, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, dan mobilitas uterus.
Setelah melakukan pemeriksaan bimanual, maka lakukan pemeriksaan gabungan
rekto-vaginal untuk menilai tonus m.sfingter ani dan kompetensinya, dan untuk
menemukan adanya hemoroid dan penyakit rektum lainnya. Kalau anda telah selesai
melakukan pemeriksaan ini, perhatikan jari rektal anda akan kemungkinan adanya
darah dan warna tinja.
B. Pemeriksaan Fisik Genitalia Pria
Anatomi Genitalia Pria
Penis
Batang penis dibentuk oleh 3 kolumna dari jaringan erektil pembuluh darah yaitu
korpus spongiosum ( berisi uretra) dan 2 korpora kavernosa. Korpus spongiosum
membentuk bulbus penis yang berakhir pada glans dan bagian yang melebarnya
(corona). Pada laki-laki yang belum disirkum, glans ditutup oleh preputium dimana
smegma terkumpul. Sedangkan letak uretra adalah di ventral dari batang penis.
Normalnya meatus uretra terletak di ventral dari ujung glans
Skrotum
Skrotum adalah suatu kantong yang terdiri dari 2 kompartemen yang berisi testis.
Testis sendiri berfungsi menghasilkan spermatozoa an testosteron. Testosteron
tersebut yang akan menstimulasi pertumbuhan genetalia dan perkembangan sex
sekunder.
Kantong skrotum merupakan suatu kantong kulit, otot polos dan fasia yang terletak
posteroinferior terhadap dasar batang penis. Kantong skrotum tidak simetris, sisi kiri
tergantung lebih rendah daripada sisi kanan pada kebanyakan pria dan lebih tinggi
daripada sisi kanan pada beberapa pria. Setiap bagian dari kantong yang terbagi ini
terdiri dari testis, epididimis dan kumpulan struktur secara selektif yang dikenal
dengan korda spermatika; struktur ini terdiri dari vas deferens, arteri dan vena,
limfatik dan suplai saraf.
Kelenjar Prostat
Prostat merupakan struktur glandular yang terletak di dalam pelvis, sekitar 2 cm
dorsal terhadap simfisis pubis. Dua lobus lateral dan lobus posterior dari prostat dapat
dinilai melalui dinding rektum.
Riwayat kesehatan
Gejala yang perlu ditanyakan adalah :
Fungsi seksualnya, orientasi seksual
Respon seksual : Libido, orgasme, ejakulasi
Cairan yang keluar dari penis atau lesi di penis
Skrotum : Nyeri, bengkak dan lesi
Menurunnya libido disebabkan faktor psikogenik seperti depresi, dan juga disebabkan
oleh disfungsi endokrin dan efek samping obat.
Gangguan ereksi disebabkan faktor psikogenik, menurunnya hormon testosteron,
menurunnya aliran darah pada sistem arteri hypogastrik, gangguan pada inervasi
persyarafan.
Ejakulasi dini disebabkan oleh obat, pembedahan, gangguan neurologik, menurunnya
androgen dan psikogenik.
Keluarnya cairan dari penis bisa disebabkan oleh gonococcal bila cairannya berwarna
kuning dan non gonococcal uretritis bila cairannya berwarna jernih atau putih.
Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna
Gaya berat mempermudah pemeriksaan genital pria, terutama penilaian untuk hernia
inguinalis. Pasien diminta untuk berdiri dan pemeriksa duduk berhadapan dengan
pasien. Klinisi selalu menggunakan sarung tangan untuk memimpin pemeriksaan.
Daerah inguinal dan genital seluruhnya terpapar, baik dengan
Hipospadia adalah kelainan kongenital di mana meatus terletak pada inferior penis
Meatus uretra
Periksa posisi meatus uretra , periksa adakah tanda-tanda peradangan atau sekret.
Jangan sentuh meatusnya kecuali jika biakan diindikasikan, karena riwayat atau
adanya sekresi yang terlihat. Setelah inspeksi glans, korona dan meatus uretra,
perbaiki letak preputium. Caranya adalah dengan menekan glans di antara dua jari,
jari telunjuk di atas dan ibu jari di bawah. Buka meatus uretra sehingga meatus
terbuka dan memungkinkan kita melihat cairan yang keluar dari meatus. Normalnya,
tidak ditemukan sekret.
Jika pasien mengatakan adanya cairan keluar dari uretra tetapi anda tidak melihat,
maka suruh dia melakukan gerakan mengurut penis dari pangkal penis ke glans. Atau
bila perlu kita melakukannya sendiri, sehinnga cairan bisa terdorong keluar melalui
meatus uretra dan taruh di slide kaca untuk pemeriksaan kultur.
Palpasi
Palpasi adanya abnormalitas pada penis, adanya nyeri dan indurasi.
Indurasi di sepanjang permukaan ventral penis, memberi kesan adanya striktur uretra
atau karsinoma.
Rasa nyeri sekitar daerah indurasi berarti adanya suatu peradangan periuretra, akibat
sekunder dari striktur uretra.
SKROTUM DAN ISINYA
Inspeksi
Inspeksi skrotum meliputi:
q Kulit
Lipat ke atas untuk melihat bagian permukaan posterior, perhatikan adanya kulit
kemerahan, kista epidermoid dan kemungkinan kanker kulit.
Kulit kantong skrotum biasanya lebih hiperpigmentasi dibandingkan dengan tempat
lain, tebal dan mempunyai rugae kasar. Bagian skrotum kiri biasanya lebih panjang
daripada yang kanan sebagai akibat dari korda spermatika kiri yang lebih panjang
sehingga menyebabkan skrotum tidak simetris. Kantong skrotum memberikan respons
terhadap rangsangan luar dan sebagai contoh dapat terlihat berkontraksi dan
menebal jika ruangan dan tangan pemeriksa dingin atau pasien gelisah.
q Bentuk perabaan dari skrotum
Catat adanya pembengkakan, benjolan keras dan vena-vena.
Adanya gangguan perkembangan skrotum pada satu atau dua sisi, kemungkinan
adanya cryptorchidism( undescensus testikulorum).
Skrotum yang bengkak dapat disebabkan oleh ; hernia inguinal indirect, hidrokel, dan
skrotum yang bengkak.
Adanya pembengkakan skrotum yang nyeri dapat disebabkan epididimitis akut,
orkhitis akut, hernia inguinal strangulasi
Palpasi
a. Palpasi masing-masing testis dan epididimis
Palpasi masing-masing testis dan epididimis, menggunakan ibu jari dan dua jari
pertama
Catat ukuran, bentuk, konsistensi, dan rasa nyeri serta rasakan adanya nodul.
Penekanan pada testis normalnya menimbulkan rasa nyeri viseral dalam.
Adanya nyeri ringan pada nodul dalam pada testis ada kemungkinan suatu kanker
testikuler
HERNIA
a. Hernia inguinalis
Terdapat dua tempat yang menunjukkan hernia inguinalis. Pertama adalah defek
kongenital dekat tuberkel pubis (hernia direk) dan kedua, yang paling sering, adalah
lemahnya integritas cincin abdominal melalui daerah dimana isi korda spermatika
keluar dari kavun pelvis (hernia indirek).
INSPEKSI
Observasi daerah inguinal untuk memeriksa adakah tonjolan. Suruh pasien untuk
berbaring.Batuk , tertawa atau maneuver Valsava dapat menyebabkan tonjolan.
Adanya tonjolan menunjukan adanya hernia
PALPASI
Untuk mencari hernia inguinalis, gunakan tangan kanan untuk sisi kanan pasien dan
tangan kiri untuk sisi kiri pasien.Tekan kulit skrotum dengan jari telunjuk, mulai
dengan titik yang cukup rendah sehingga jari-jari anda mempunyai cukup mobilitas
untuk meraih kanalis inguinalis sejauh mungkin. Ikuti korda spermatika ke atas sampai
di sebelah atas ligamentum inguinalis dan temukan segitiga pintu dari kanalis
inguinalis eksterna. Segitiga tersebut letaknya sedikit di atas dan lateral pons pubis.
Bila cincin kanalis melebar, memungkinkan jari telunjuk anda masuk ke dalam dan bila
mungkin ikuti alur dari kanalis inguinalis ke arah lateral sedikit obliq. Dengan jari, cari
lokasi dari cincin kanalis sebelah luar. Caranya dengan menyruh pasien untuk
mengejan dan batuk. Apabila ada hernia maka massa hernia akan tersentuh jari kita
Untuk mengevaluasi hernia femoralis, tempatkan jari-jari pada sebelah anterior paha
di regio kanalis femoralis. Suruh pasien untuk menejan atau batuk lagi. Lihat adanya
pembengkakan atau rasa nyeri .
Auskultasi
Dengarkan massa dengan stetoskop, jika terdengar bunyi usus berarti suatu hernia,
tetapi jika terdengar bising usus berarti suatu hidrokel