Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi suatu keharusan. Profesional
kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas dalam
memberikan pelayanan yang mutakhir kepada pasien dan keluarga sebagai pelanggan
eksternal yang berdasarkan pada standar profesionalisme, sehingga dapat memenuhi
harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan
persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar
tertulis.

Pelayanan Rawat Inap Bedah di RSUD Banten perlu di tingkatkan secara kualitas dan
dikembangkan secara kuantitas dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan,
pengobatan, perawatan, ke pasien baik dengan penyakit infeksius ataupun non infeksius.

Pedoman pelayanan dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan
serta hasil yang ingin dicapai. Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan, pedoman
merupakan landasan normatif dan parameter untuk menentukan tingkat keberhasilan
dalam memenuhi kebutuhan yang seharusnya. Dalam penyusunan standar diharuskan
untuk memperhatikan proses dan harapan yang akan terjadi dalam upaya meningkatkan
mutu layanan.

Standar praktik sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan di Rawat Inap. Standar
sangat membantu keperawatan untuk memcapai asuhan yang berkualitas. Standar
digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri sendiri, inspeksi dan
akreditasi.

B. Tujuan
Pedoman Pelayanan Ruang Rawat Inap Bedah dibuat dengan tujuan untuk memberikan
arah dalam pengelolaan ruang rawat inap untuk mewujudkan pelayanan pasien yang
aman dan nyaman sehingga mensuport program keselamatan pasien (patient safety).
C. Ruang Lingkup

1
Pelayanan rawat inap yang meliputi:
1. Asuhan Medik.
2. Asuhan Keperawatan.
3. Pelayanan Farmasi.
4. Asuhan Gizi.
D. Batasan Operasional
Ruang rawat inap adalah ruang rawat untuk pasien yang memerlukan pelayanan medis
dan asuhan keperawatan berkesinambungan lebih dari 24 jam.
E. Landasan Hukum.
1. Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek kedokteran
2. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan no 850/Kemenkes/SK/V/2000 tentang
6. Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2000-2010
7. Permenkes RI no HK. 02.02/Menkes/148/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Keperawatan.
8. PerMenKes No 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
9. PerMenKes No 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik
10. PerMenKes No 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medik

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2
A. Kualifikasi sumber daya manusia
Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di Rawat Inap Bedah 1, pada tabel dibawah
ini:
No. Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah
1 Kepala Ruangan S1 + Ners Pelatihan BTCLS 1
2 Perawat Penanggung S1 + Ners Pelatihan BTCLS 4
Jawab Asuhan (PPJA)
3 Perawat pelaksana D-III Keperawatan Pelatihan BTCLS 40
4 Admin D-III Kebidanan 2

B. Distribusi ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Rawat Inap Bedah yaitu:
1. Untuk Dinas Pagi :
Kategori:
Kepala Ruangan
2 orang PPJA
1 Orang Perawat Pelaksana
2. Untuk Dinas Sore :
Kategori:
Minimal 2 orang Pelaksana
3. Untuk Dinas Malam :
Kategori:
Minimal 2 Orang Pelaksana

C. Pengaturan jaga
Hari kerja rumah sakit adalah 7 (tujuh) hari kerja dalam seminggu dan jam kerja standar
perusahaan adalah dalam satu minggu. RS Umum Banten merupakan rumah sakit yang
beroperasional selama sehari untuk melayani masyarakat umum dan disesuaikan
dengan jam kerja rumah sakit.
Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secara mandiri
oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu
selama dalam satu minggu dengan hari kerja. Untuk karyawan yang berkerja melebihi

3
jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan lembur
perusahaan.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang

VIP A VIP C VIP E VIP G VIP I


Door Access

Nurse Station

Waiting Room
Lift

VIP B VIP D VIP F VIP H VIP J

4
B. Standar fasilitas
Standar Ruang
No. Nama Ruang Jumlah Satuan
1 Ruang Perawatan :
VIP 10 Tempat Tidur
2 Ruang Jaga perawat 1

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Penerimaan Pasien Baru


1. Menyiapkan tempat tidur dan fasilitas lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Menerima pasien dan berkas rekam medis.
3. Mengantar pasien ke ruangan/tempat tidur.
4. Serah terima dengan petugas pengantar pasien.
5. Melakukan pengkajian awal, memeriksa tanda vital dan memberikan tindakan awal
pasien.
6. Memberikan informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga meliputi cara cuci
tangan, etika batuk dan edukasi lain sesuai kebutuhan (menggunakan leaflet
informasi rawat inap).
7. Memberi pengantar kartu ijin tunggu pada keluarga bagi pasien yang boleh ditunggu
8. Melapor ke dokter jaga( diluar jam kerja )
9. Menulis instruksi/terapi sesuai advice dokter.
10. Mengirim permintaan obat ke apotik, dan mengambil obat.

5
11. Memberikan pengobatan sesuai program terapi dokter.
12. Memberitahukan kepada bagian gizi mengenai pasien baru untuk mendapatkan diet
yang sesui instruksi DPJP.

B. Lapor DPJP.
1. Apabila pasien belum mendapatkan pemeriksaan DPJP rawat inap di IGD atau di
poliklinik maka perawat segera melaporkan pasien baru kepada DPJP rawat inap
atas persetujuan dr. jaga.
2. Apabila setelah 3 x pelaporan atau 1 jam mulai pasien baru masuk tidak berhasil
menghubungi DPJP maka perawat melapor kepada Dokter Jaga Bangsal untuk
mendapatkan terapi.
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Dokter membuat permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Formulir permintaan pemeriksaan dikirim ke instalasi laboratorium.
3. Semua persiapan pemeriksaan dilakukan oleh petugas lab / ruangan yang telah
berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas laboratorium.
4. Petugas laboratorium melayani pengambilan semple darah sesui permintaan
ruangan.
D. Pemeriksaan Radiologi
1. Dokter membuat permintaan pemeriksaan Radiologi .
2. Untuk pemeriksaan Pasien dari bangsal di antar perawat / POS, datang ke Instalasi
Radiologi dengan membawa surat permintaan Radiologi.
3. Jika pemeriksaan memerlukan kontras perawat akan mendaftarkan ke Radiologi
melalui telpon dan petugas Radiologi akan memberi penjelasan tentang persiapan
dan penjadwalan kapan waktu pelaksanaan pemeriksaan akan dilakukan.

E. Pelayanan Obat – Obatan.


1. Seluruh permintaan obat dan peresepan obat harus dilakukan oleh dokter.
2. Dalam hal DPJP tidak ada di tempat atau instruksi terapi diberikan lewat telepon
maka dokter jaga yang melakukan penulisan resep.

6
F. Pelayanan Tranfusi Darah
1. Dokter :
a. Memberikan instruksi transfuse darah kepada perawat sesuai indikasi.
b. Memberikan informasi dan meminta persetujuan pada pasien / keluarga.
c. Menandatangani formulir permintaan darah.
2. Perawat :
Memberitahukan kepada petugas laboratorium bahwa ada pasien yang memerlukan
trasfusi darah.
3. Petugas Lab
Petugas lab Mengambil contoh darah dari pasien dan menyerahkan ke PMI disertai
formulir permintaan darah.
G. Tindakan Operasi
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Menjelaskan kepada pasien dan kelurga bahwa pasien tersebut memerlukan
tindakan operasi (informed concent)
c. Melakukan konsul ke dokter Anastesi atau dokter lain ( sesuai dengan kasus
operasi) yang diperlukan untuk persiapan operasi.

2. Perawat Ruangan pre operasi


a. Menyiapkan form. Informed concent untuk diisi dan ditandatangani oleh dokter
serta pasien/keluarga.
b. Entry pemesanan Kamar Bedah melalui SIMRS
c. Melapor ke Kamar Operasi/IBS
d. Menyiapkan pasien.
e. Mengirim dan melakukan serah terima pasien beserta dengan status pasien ke
Kamar Operasi jika telah dipanggil oleh petugas kamar operasi.
3. Petugas Kamar Operasi/IBS
a. Menerima dan melakukan serah terima pasien.
b. Mengecek kelengkapan persiapan operasi.
c. Melaksanakan tindakan
d. Mencatat laporan perkembangan pasien
e. Memberitahu petugas ruang untuk mengambil pasien.

7
f. Melakukan serah terima pasien.
4. Perawat Ruangan pasca operasi
a. Menjemput pasien dan melakukan serah terima pasien.
b. Menempatkan pasien dikamar pasien.
c. Melakukan perawatan paska operasi sesuai kebutuhan rawat berdasarkan hasil
pengkajian ulang / asesmen ulang.

H. Pengadaan Diet.
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Menginstruksikan pemberian diet dan dokumentasikan di formulir catatan
perkembangan pasien terintegritas.
2. Perawat
a. Menulis diet di formulir catatan perkembangan pasien terintegritas.
b. Memberi tahu ke petugas gizi tentang kebutuhan diet pasien baru / perubahan
diet kepada petugas gizi melalui system informasi rumah sakit dan bila perlu
disertai pemberitahuan melalui telpon.
3. Petugas Gizi
a. Menerima permintaan diet sesuai dengan permintaan dari ruangan.
b. Menyediakan makan sesuai permintaan.
c. Menyajikan makanan kepada pasien.
I. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik / Tindakan Di Rumah Sakit Lain.
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien / keluarga dan perawat bahwa pasien perlu
dirujuk untuk pemeriksaan atau tindakan di rumah sakit lain
c. Menulis surat pengantar rujukan.
2. Perawat
a. Melihat catatan medik, menghubungi rumah sakit rujukan untuk mendaftarkan
pemeriksaan penunjang / tindakan, menanyakan persiapan pasien yang
dibutuhkan dan biaya pemeriksaan / tindakan.

8
b. Memberitahu kepada pasien tentang besaran biaya pemeriksaan / tindakan
kepada pasien / keluarga
c. Memberitahukan kepada sopir ambulan pemakaian ambulan untuk merujuk
pasien.
d. Mengantar pasien sampai selesai pemeriksaan / tindakan.
e. Menempatkan kembali pada tempat /kamar pasien.

3. Petugas kasir
a. Pasien Umum
Menyiapkan uang untuk biaya pemeriksaan dan biaya transport ambulan dan
surat pengantar rujukan pemeriksaan dari dokter.
b. Pasien BPJS
Meminta uang kepada kelurga pasien untuk biaya transport ambulan.
J. Pindah Pasien ke Ruangan Lain.
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Menginstruksikan pindah ruang rawat / memberikan persetujuan pindah ruang
rawat (bila pindah ruang atas indikasi)
(Pindah ruang diperbolehkan atas permintaan pasien / keluarga hanya atas dasar
pertimbangan sosial ekonomi)
2. Perawat Ruang Lama
a. Mengkonfirmasi kesediaan ruangan di ruang perawatan baru
b. Memberitahu keluarga
c. Memesan tempat kebagian pendaftaran.
d. Mengisi formulir serah terima pasien ke ruang perawatan baru.
e. Entry data pindah pasien pada SIMRS (mengeluarkan)
f. Mengantar pasien ke ruang perawatan baru.
3. Petugas Pendaftaran.
a. Mengkonfirmasi ulang ketersediaan tempat di ruang perawatan baru.
b. Segera menginformasikan biaya (umum) / iur bayar (BPJS).
4. Perawat Ruang Baru
a. Menyiapkan tempat sesuai kebutuhan pasien.

9
b. Menerima pasien dan melengkapi formulir serah terima pasien dan
menempatkan sesuai permintaan.
c. Melakukan asesmen ulang pasien rawat inap.
d. Melapor ke dokter DPJP yang merawat.
e. Verifikasi data pindah pasien pada SIMRS.
K. Menyiapkan Pasien Pulang.
1. Dokter
a. Menyatakan pasien boleh pulang.
b. Membuat resume pasien pulang
c. Mengisi surat kontrol dan menulis resep pulang (jika perlu)

2. Perawat
a. Meneliti berkas catatan medik.
b. Melakukan verifikasi data billing untuk memastikan semua biaya sudah
dimasukkan kedalam SIMRS (komputer) meliputi biaya akomodasi, visite, obat,
pemeriksaan penunjang diagnostic, tindakan & pemakaian BHP, biaya
pemeriksaan diluar RS, dll
c. Mengirim seluruh obat pasien, resume pasien pulang dan resep obat ke bagian
farmasi.
d. Menyampaikan kepada petugas kasir untuk mempersiapkan penyelesaian
administrasi pasien rawat inap dengan menyebutkan nama dan nomer RM.
e. Memberitahu keluarga untuk menyelesaikan administrasi ke bagian keuangan
(kasir) setelah mendapat informasi dari petugas keuangan bahwa administrasi
siap diselesaikan.

3. Petugas Farmasi.
a. Menerima resep, obat dan retur obat pasien pulang dari bangsal rawat inap.
b. Segera entry biaya obat resep dan returan obat.
c. Menyiapkan obat baru sesuai resep.
d. Menyiapkan obat-obat yang akan dibawa pulang pasien sesuai daftar obat pada
pasien pulang.
e. Menerima nota penyelesaian administrasi pasien.

10
f. Menyerahkan obat.
g. Menyerahkan kembali nota penyelesaian administrasi pasien dan resume pasien
pulang kepada pasien / keluarga untuk diberikan kepada perawat di bangsal
perawatan.
h. Mengucapkan terima kasih.

4. Petugas kasir
a. Menerima pemberitahuan dari perawat bangsal rawat inap.
b. Membuka billing.
c. Melakukan verifikasi dan melengkapi data billing sesuai dengan catatan / note
perawat.
d. Mempersiapkan rincian biaya, nota pelunasan dan nota penyelesaian
administrasi.
e. Memberitahukan kepada perawat bangsal rawat inap bahwa administrasi siap
diselesaikan.
f. Menyelesaikan administrasi dengan keluarga.
g. Menyerahkan nota asli dan nota penyelesaian administrasi kepada pasien /
keluarga.
h. Meminta pasien / keluarga ke bagian farmasi untuk mengambil obat yang akan
dibawa pulang dengan menyerahkan nota penyelesaian administrasi.
i. Mengucapkan terimakasih.

5. Perawat
a. Menerima nota penyelesaian administrasi dan resume pasien pulang.
b. Memberikan penyuluhan – pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan.
c. Mengantar pasien sampai pintu utama.
d. Mengucapkan terimakasih dan selamat jalan.
L. Merujuk Pasien / Pindah Rumah Sakit.
1. Dokter
a. Memeriksa pasien
b. Memberi penjelasan keluarga dan perawat bahwa pasien perlu dirujuk

11
c. Menulis surat pengantar rujukan.
2. Perawat
a. Mengontrol catatan medik, menghubungi rumah sakit rujukan.
b. Menyiapkan, obat, hasil-hasil penunjang diagnostic untuk disertakan pasien.
c. Mengembalikan obat ke apotek jika ada obat yang tidak perlu disertakan dalam
rujukan.
d. Pesan pemakaian ambulance untuk merujuk pasien.
e. Memastikan semua billing telah di entry dalam sistem (komputer).
f. Mengirimkan berkas-berkas ke kasir.
g. Memberi penjelasan keluarga untuk dapat menyelasikan pembayaran /
adminstrasi dikasir.

3. Petugas kasir
a. Menerima berkas pasien untuk verifikasi.
b. Menyelesaikan administrasi dengan keluarga
c. Memberikan bukti penyelesaian administrasi.
4. Perawat
a. Menerima bukti penyelesaian administrasi dari keluarga.
b. Mengantar/Mengirim pasien sesuai kebutuhan.

12
BAB V
LOGISTIK

A. Standar alat medic / keperawatan


NO NAMA ALAT SPESIFIKASI JMLH STNDR

1. Resusitator Ambubag 1

2. Blood Warmer Animec 1

3. Bak Injeksi Stainless 2

5. Baskom Mandi Plastik 5

6. Bengkok Stainless 6

8. Glukotest Acu ceck 1

9. Gunting Biasa Stainless 1

13. Mesin Nebulizer Omron 1

16. Stetoscope Anak Littman 1

18. Tensimeter Riester 1

19. Pispot Stainless 6

23. Tiang Infus Beroda One Med 9

24. Stetoskop Littman 2

26. Termometer Digital For Head 1

27. Timbangan BB Emco 1

28. Torniquet Elastic 1

29. Urinal Plastik 8

30. WWZ / Buli buli Karet 1

B. Standar Alat Rumah Tangga


NO NAMA ALAT SPESIFIKASI JUMLAH

13
1. Tempat Tidur Pasien Paramount 10

2. Kasur Pasien Mak 10

3. Bantal Pasien Dakron 19

4. Bedside Kayu 9

5. Jam Dinding Pasien Standar 11

6. Bed tunggu pasien Chitose 19

8. Air Conditioner Daikin 11

9. Gayung Kamar Mandi Plastik 11

10. Tempat Sampah Kecil Plastik 19

12. Almari Tempat Linen Alumunium 1

13. Almari Tempat Obat Alumunium 1

14. Laptop Lenovo 1

15. Kulkas VIP/Utama 1 Pintu / 11


Glacio

16. Kursi Ruang Perawat Yesnice Putar 2

17. Meja Ruang Jaga Perawat Geniotec 1

18. Meja Dokter Geniotec 1

19. Kulkas Obat Panasonic 1

20. Ember Mandi Plastik 11

21. Tempat Sampah Domestik Plastik 4

22. Tempat Sampah Infeksius Plastik 1

23. Safety box Kardus 3

25. Pesawat Telephone Panasonic 1

28. Rak Piring Stainless 1

32. Sofa VIP/Utama Busa 3

33. Televisi LG 10

35. Sofa Kelas I Busa 6

36. Almari Alkes 1

14
C. Standar Alat Tulis Kantor
NO NAMA ALAT SPESIFIKASI

1. Buku Tulis Folio Glatik Kembar

2. Buku Tulis ½ Folio Glatik Kembar

3. Buku Vital Sign Jilidan

5. Spidol Marker Hitam Snowman

6. Spidol Board Marker Hitam Snowman

9. Pensil Warna Star

10. Pulpen Hitam Standart AE 7

11. Pensil Stladder

12. Penghapus Stladder

13. Penggaris Besi Snowpeak

14. Gunting Kertas Gunindo

15. Stappler KenKo

16. Perforator KenKo Punch

17. Penghapus Papan Tulis Stabill

18. Map Bening Exclusive

19. Lem Provinal

20. Pisau Cutter KenKo L-500

21. Amplop Putih Merpati

22. Blanko Permintaan Barang Cetak Bendel

23. Blanko Resep Putih Cetak Bendel

24. Blanko Resep Kuning Cetak Bendel

27. Blanko Surat Keterangan Cetak Bendel

28. Penggaris Mika Butterfly

29. Trigonal Clips Sea Gull

15
16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
C. Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

17
ADVERSE EVENT:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event:
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)


Near Miss:
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event:
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah.

18
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah suatu
penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium
tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan
terutama menyerang parenkim paru

A. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk batang

19
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman
ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
(Amin, 2007)
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas
(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke).
keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil
tersebuT.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh
2001)
1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2). Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi kartikoteroid
atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang adekuat
5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by pass
gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7). Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal di daerah kumuh

20
9). Petugas kesehatan

A. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan
.keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana badan dapat
mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini
,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini
sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi
produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada
kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru
dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering ditemukan
berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus (berat badan turun), sakit

21
kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price,
2005). Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak
teratur.
Takikardia
A. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel
pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari
5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas
(lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang
terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah
tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari
pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus
difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan

22
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi
didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga
kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas.
Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang
dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang
biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang
dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar
keorgan-organ lainnya.

A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
B. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

23
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang diukur di Ruang rawat inap RS Umum Banten adalah:
1. Angka kelengkapan asesmen awal perawatan
2. Angka phlebitis
3. Angka kepuasan pasien rawat inap.
Profil Indikator mutu sebagai berikut:

PROFIL INDIKATOR MUTU 1


Kode : 05-IAM/IX/2015
Nama Indikator Mutu : KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
Definisi Operasional :  Kepuasan adalah pernyataan puas pelanggan
rawat inap terhadap pelayanan rumah sakit.

24
 Pelayanan rumah sakit yang dmaksud adalah
pelayanan dokter, pelayanan perawat,
pelayanan obat, pelayanan makanan, dan
kebersihan lingkungan ruang rawat
 Pelanggan rawat inap yang dmaksud adalah :
pasien rawat inap mulai hari ke-2 perawatan
Penanggung Jawab : Pj Mutu disetiap ruang rawat inap.
Kebijakan Mutu : Kenyamanan
Dasar Pemikiran : Hasil survey output kepuasan pelanggan rumah
sakit akan muncul angka indek kepuasan pasien.
Hal ini penting bagi rumah sakit sendiri dan bagi
pihak pemerintah atau lembaga lainnya untuk
mengetahui rating pelayanan.
Numerator : Nilai yang didapat dari pasien
Denominator : Jumlah nilai maksimal
Formula : Nilai yang didapat dari pasien
------------------------------------------- ------ x100
Jumlah nilai maksimal
Kriteria Inklusi : Pasien yang dirawat lebih dari 2 hari.
Kriteria Ekslusi : Pasien dirawat kurang dari 2 hari.
Metodologi : Retrospektif
Tipe Pengukuran : Proses
Waktu Pelaporan : Bulanan
Frekwensi Pelaporan : Triwulan
Target Kinerja : 80
Standar Kinerja : 90
Jumlah Sample : 30 pasien setiap ruang rawat inap perbulan
Area Monitoring : Seluruh unit rawat inap
Rencana Komunikasi : Dalam Rapat Struktural dan Sistem Manajemen
Informasi Dokumen Akreditasi.

PROFIL INDIKATOR MUTU 2


Kode : 01-IAK/II/2016

25
Nama Indikator Mutu : ANGKA INFEKSI JARUM INFUS
(FLEBITIS)
Definisi Operasional : Angka kejadian terjadinya infeksi pembuluh
darah vena (flebitis) yang timbul setelah 3x24
jam di ruang rawat inap.
Penanggung Jawab : Supervisor Unit Rawat Inap
Kebijakan Mutu : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Dasar Pemikiran :  Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
 PPI. 6 Rumah sakit menggunakan
pendekatan berdasarkan risiko dalam
menentukan fokus dari program pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit
adalah pencegahan, pengendalian dan
pengurangan infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
 Rumah sakit harus mengumpulkan,
mengevaluasi data dan tempat infeksi yang
relevan salah satunya adalah peralatan
intravaskuler invasif, seperti insersi dan
pelayanan kateter vena sentral, saluran vena
perifer dan lain sebagainya.
Numerator : Jumlah hari terpasang infus yang mengalami
infeksi (febitis)
Denominator : Jumlah hari terpasang infus.
Formula : Jumlah hari terpasang infus yang mengalami
infeksi (febitis). x 100 %
--------------------------------------------------
Jumlah hari terpasang infus.
Kriteria Inklusi : Semua pasien yang terpasang infus pada saat di
rawat dengan tanda-tanda flebitis.
Kriteria Ekslusi : Infeksi intra vena (flebitis) yang didapatkan
pada pemasangan infus sebelum pasien dirawat
di rumah sakit.

26
Metodologi : Concurrent
Tipe Pengukuran : Outcome
Waktu Pelaporan :
Frekwensi Pelaporan : Setiap 3 bulan
Target Kinerja : < 10 per-mill.
Standar Kinerja : 0%
Jumlah Sample : Seluruh hari terpasang infus.
Area Monitoring : Ruang Rawat Inap
Rencana Komunikasi : Dalam Rapat Struktural dan Sistem Manajemen
Informasi Dokumen Akreditasi.

PROFIL INDIKATOR MUTU 3


Kode : 2-IAK/II/2016
Nama Indikator Mutu : ANGKA KETERLAMBATAN ASESMEN
AWAL KEPERAWATAN PASIEN RAWAT
INAP
Definisi Operasional : Asesmen awal keperawatan pasien rawat
dilakukan lebih dari 1 x 24.
Penanggung Jawab : Supervisor Unit Rawat Inap
Kebijakan Mutu : Kelengkapan Asesmen Pasien
Dasar Pemikiran : Standar AP.1
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus
diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui
suatu proses asesmen yang baku.
Numerator : Jumlah asesmen awal keperawatan pasien rawat
inap yang dilakukan lebih dari 1 x 24 jam dalam
periode tertentu
Denominator : Jumlah pasien baru rawat inap dalam periode
yang sama.
Formula : Jumlah asesmen yang lebih dari 1 x 24 jam
dalam periode tertentu x 100 %
------------------------------------------------------

27
Jumlah pasien baru rawat inap dalam periode
yang sama.
Kriteria Inklusi : -
Kriteria Ekslusi : -
Metodologi : Concurrent
Tipe Pengukuran : Proses
Waktu Pelaporan :
Frekwensi Pelaporan : Setiap 3 bulan
Target Kinerja : 0%
Standar Kinerja : 0%
Jumlah Sample : Seluruh pasien rawat inap
Area Monitoring : Ruang Rawat Inap
Rencana Komunikasi : Dalam Rapat Struktural dan Sistem Manajemen
Informasi Dokumen Akreditasi

BAB IX PENUTUP

28
Pelayanan Rawat Inap RS Umum Banten merupakan bagian integral dan system
pelayanan Rumah Sakit. Upaya peningkatan mutu pelayanan Rawat Inap berarti peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan
operasinal, standart ketenagaan, standart fasilitas, tata laksana, logistik. Hal tersebut
diperlengkapi dengan keselamatan pasien, dan keselamatan kerja agar diperoleh mutu yang
optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indikator mutu pelayanan.
Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan outcome dapat memberikan gambaran
mutu Unit Rawat Inap. Standart Pelayanan Unit Rawat Inap ini disusun untuk membenikan
informasi tentang hal-hal tersebut.
Pedoman standart Pelayanan Rawat Inap ini diharapkan menjadi acuan bagi
pelaksanan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga indikator mutu
output dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini berharap dapat bermanfaat untuk
pemenuhan kebutuhan sumberdaya sehingga indikator mutu input dapat tercapai.

29

Anda mungkin juga menyukai