OLEH
Kelompok VIII
Dorkas Tutupahar
Eugenius E. S Tenawahang
Ivonia T. P. M Fernandes
Madeleine A. C Tokang
Mekar W. Y Samiun
Nelci Y. Sin Lae
Novianti S. Nesimnasi
Nurhayaty Odja
Robertina P. Bura
Rahmi Amelia
Veronica S. Ratuloli
Dalam keperawatan
penanganan konflik
yang tepat dikaitkan
peningkatan kualitas
perawat mengurangi
kesalahan pengobatan
dan jika penanganan
konflik yang buruk
konflik yng tidak
diinginkan
mempengaruhi
perawat, organisasi
dan hasil pasien
secara keseluruhan
Brinkert, 2010;
Johansen, 2012;
McKibben, 2017).
Tanta Vol. 21 Loly M. Abozied1 , Effect of Keterampilan menggunakanrata-rata, Persentasetinggi(76,3%) Melakukan
Scientific No. 2 Fouada M. Shabaan , Educational negosiasi adalah simpanganbaku,berpas
Nursing (Suppl) Karima A. El-syaid , Program on Head kualitas yang angan uji-t, chi- perawatICUadatingkat ihansecarab
Journal May, Walaa M Eid Nurses memungkinkan dua kuadratdanLinear
2021 Negotiation Skills pihak atau lebih Koefisien Korelasi [r] tinggi dan 13,7% dan aryadansem
for Resolution of untuk mencapai suatu
Conflict among kompromi. Ini 10,0% masing-masing palaperawa
Nurses in mencakup
memiliki tingkat konflik garkanpeng
Intensive Care kemampuan seperti
Units komunikasi, praktik ket
sedang dan rendah. Pra
persuasi,
perencanaan, dan kepalaprogramperawat7 negosiasi u
bekerja sama.
Kepala perawat 4,3%menunjukkantingk konflik per
yang memahami
prinsip-prinsip dasar atpengetahuantotalyang
dan keterampilan
negosiasi akan siap buruktentangketerampil
untuk menghadapi
situasi yang saling annegosiasi,berubahmenj
bertentangan dengan
sukses dan menjadi adi82,9%diantaranyamen
negosiator yang
kuat. unjukkantingkatpengetah
uanpascaprogramyangbai
k.kepalaperawat 25,7%
menunjukkan praprogram
tingkat memuaskan
menjadi 88,6%
padamemuaskan tingkat
praktik total
keterampilan negosiasi
pasca program.
Scandinavi 2019; 33; Tuija Ylitormanen; Perceptions on Di Finlandia, ada - desain survei cross- Temuan menunjukkan Selanjutnya, d
an 731–740 Tarja Kvist; nurse–nurse sekitar 70.000 sectional bahwa persepsi kolaborasi pemimpin kep
Juperawat Hannele Turunen collaboration perawat (20) dan di - tempat di i dua perawatperawat baik di memfasilitasi k
terdaftaral among registered Norwegia sekitar rumah sakit kedua negara. Namun, intra-kelompo
of Caring nurses in Finland 105.100 perawat (21) perawatan akut di perbedaan antar negara yang meningkatkan
Sciences and Norway dipekerjakan di Finlandia dan signifikan ditemukan dalam setiap perawat
(Persepsi tentang angkatan kerja. Studi Norwegia. subskala kolaborasi. pada giliranny
kolaborasi sebelumnya Dibandingkan dengan rekan- yang sehat dan
- Sampel: Kriteria
perawat-perawat melaporkan bahwa rekan Finlandia mereka,
untuk berpartisipasi
di antara perawat perawat terdaftar di perawat Norwegia
adalah pendidikan
terdaftar di Nor way lebih puas memberikan skor yang lebih
perawat terdaftar.
Finlandia dan dengan pekerjaan tinggi untuk manajemen
- Teknik pengambilan
Norwegia) mereka daripada konflik, komunikasi, proses
sampel:
perawat terdaftar Menggunakan bersama, koordinasi dan
Finlandia (22). Di kuesioner elektronik, profesionalisme. Hasil
Finlandia, 27% dari perawat terdaftar penelitian menunjukkan
perawat tidak puas dengan convenience bahwa karakteristik perawat,
dengan pekerjaan sampling selama seperti waktu kerja utama
mereka, sedangkan di tahun 2015. dan total pengalaman kerja,
Norwegia 21%. terkait dengan persepsi
Lebih dari separuh kolaborasi
perawat terdaftar di
Finlandia melaporkan
bahwa lingkungan
kerja buruk atau adil,
sedangkan jumlahnya
29% di Norwegia
(23). Dengan
demikian, kolaborasi
perawatperawat
sangat penting untuk
menjaga tempat kerja
yang sehat dan untuk
kesejahteraan
perawat terdaftar.
Henneman (4)
mendefinisikan
kolaborasi sebagai
'bekerja bersama
untuk tujuan bersama'
dan menggambarkan
proses kolaborasi
sebagai hubungan
non-hierarki yang
didasarkan pada
pengetahuan dan
keahlian, dan di mana
kekuasaan dibagi.
Kolaborasi termasuk
berbagi aturan,
negosiasi dan
pemahaman (25), dan
isu-isu seperti
kepercayaan,
kesetaraan dan rasa
hormat (4, 26).
Kolaborasi yang baik
dibangun berdasarkan
(i) percakapan di
tempat kerja yang
mendukung yang
meningkatkan
pertukaran
pengetahuan dan
informasi (12) dan
(ii) proses umpan
balik mengenai
kinerja kerja (9).
Perawat dapat
menafsirkan arti
kolaborasi secara
berbeda (3). Namun,
konsultasi,
komunikasi dan
kolegialitas
merupakan
komponen penting
dari kolaborasi (26).
Kolaborasi
intraprofesional
memerlukan
pemahaman dan
pengetahuan tentang
bagaimana perawat
memandang satu
sama lain dan faktor-
faktor apa saja yang
mendorong
kolaborasi yang baik.
Hubungan antara
kolaborasi perawat-
perawat telah
dieksplorasi relatif
sedikit, meskipun
kolaborasi
intraprofessional
merupakan faktor
penting untuk
lingkungan kerja
yang sehat.
American 2018; Ebtesam Saeed Ahmed The Effect Of Persiangan di - Sampel: Semua staf Temuan penelitian ini Rumah sakit h
Journal Of 7(5): Abd-Elrhaman, Aya Conflict lingkungan kerja dan perawat (116) dan menunjukan bahwa ada melaksanakan
Nursing 192-201 Ghoneiny Hasani Management perbedaan individu Convenience peningkatan yang sangat pelatihan layan
Science Ghoneimy Program On terus meningkatkan sampling/accidental signifikan secara statistik berkelanjutan
Quality Of Patient konflik diantara staf. sampling: 200 dalam pengetahuan staf kebijakan dan
Care Konflik diantara staf pasien perawat tentang program yang memfasil
dianggap sebagai - Rumah sakit konflik secara menyeluruh. kaloboratif dan
masalah yang sangat universitas Benha Selain itu, ada peningktana proaktif untuk
penting dalam - Teknik sangat signifikan secara konflik dan
lingkungan pengumpulan data : statistik dalam strategi penyelesaianny
Kesehatan di seluruh 1. Kusioner manajemen konflik dan
dunia. Dari pengetahun tingat kualitas perawatan
pengalaman klinis manajemen konflik pasien secara menyeluruh
yang diamati bahwa 2. Rahim
perawat yang organization conflik
menghadapi banyak invotory II (ROCI
situasi yang saling II), Subordinate
bertentangan yang form B
secara negative 3. kusioner kualitas
mempengaruhi perawatan pasien
efisiensi mereka
dalam memberikan
perawatan yang
berkualitas
Managemen Konflik, Negosiasi dan Kolaborasi
Wahyudi, 2011).
Hasil penelitian Leodoro J. Labrague dm, tahun 2018 Gaya Manejemen konflik
yang paling sering digunakan adalah integrasi, kolaborasi dan akomodasi. Gaya
manajemen konflik yang paling jarang digunakan ialah menghindar dan bersaing.
Faktor individu mempengaruhi penggunaan gaya manajemen konflik diantaranya
jenis kelamin, usia, status, masa jabatan, pangkat dan tingkat pendidikan.
Menurut penulis manajemen konflik yang konstruktif adalah diterapkannya
gaya menajemen konflik kolaborasi yaitu kedua pihak mengeksplorasi masalah,
bekerjasama untuk mencapai alternatif yang diterima dan menghasilkan solusi yang
memuaskan. Sedangkan gaya manajemen konflik negosiasi adalah kualitas yang
memungkinkan dua pihak atau lebih untuk mencapai suatu kompromi. Hal Ini
mencakup kemampuan seperti komunikasi, persuasi, perencanaan, dan bekerja
sama. Kepala perawat yang memahami prinsip-prinsip dasar dan keterampilan
negosiasi akan siap untuk menghadapi situasi yang saling bertentangan dengan
sukses dan menjadi negosiator yang kuat. Oleh kerena itu penulis ingin meninjau
gaya managemen konflik yang telah diterapkan di ruangan perawatan rumah sakit
yang dituju bersifat konstruktif atau bersifat dekstruktif. Sehingga Penulis ingin
melakukan intervensi managemenn gaya penyelesaian konflik dengan cara negosiasi
serta kolaborasi di ruang keperawatan.
KONSEP TEORI
A. Konsep Konflik
1. Pengertian Konflik (Tuasikal, 2020)
Menurut Marquis dan Hutson (1998) mendefenisikan konflik sebaga masalah
internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat,
nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih
Menurut Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai
suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi akibat
ketifdaksetujuanantara dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya
terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian
tindakan yang dilakukan dua orang atau kelompok, dimana setiap orang
atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak
lawan. Sumber konflik dalam sebuah organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan
komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku
kompetisi dan kepribadian, serta peran yang membingungkan
2. Penyebab Konflik (Tuasikal, 2020)
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:(Mito 2014)
Batasan pekerjaan yang tidak jelas.
Pendeskripsian batasan pekerjaan yang tidak jelas dapat memicu munculnya
konflik dikarenakan adanya orang/individu yang tidak tahu
pekerjaanya dan dapat mengganggu tugas dan wewenang dari orang
lain.
Hambatan komunikasi
Konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu komunitas tidak
berjalan lancar, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
misunderstanding/kesalahpahaman.
Tekanan waktu.
Tekanan waktu juga dapat memicu adanya konflik, jika dalam suatu
komunitas tidak dapat memanage waktu dengan baik dan menggunakannya
secara efektif dalam mencapai mencapai target yang ditentukan.
Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal, juga dapatmemicu
konflik dikarenakan adanya standar, peraturan dan kebijakan yang tidak dapat
diwujudkan.
Pertikain anatara pribadi
Pertiakain antara pribadi juga dapat memicu adanyakonflik karena akan muncul
tidak adanya senergi atau kerja sama antara pribadi yang bertikai dan mencari
pembenaran pribadi masing-masing.
Perbedaan status
Perbedaan status juga termaksud pemicu munculnya konflik karena ada yang
merasa superioritas atau diatas dari pada yang lain
Harapan yang tidak terujud
Akan memicu konflik karena akan menjadi halangan tersendiri bagi komunitas
atau individu ketika adanya harapan yang tidak terwujud dapat menurunkan sel
convidance atau kepecayaan dirinya menurun sehingga terjadi kesusahan dalam
mempercayai diri maupun oaring lain.
Perilaku menentang
Dapat menimulkan konflik yang menghasilkan prasaan bersalah pada seseorang
dimana perilaku itu ditunjukan.
3. Kategorti Konflik (Tuasikal, 2020)
Konflik apat dibedakan menjadi 3 yaitu:
Konflik intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu itu sendiri
Konflik interpersonal
Terjadi antar 2 orang atau lebih
Konflik antara kelompok (intergroup)
Konflik yang terjadi antara dua atau lebih kelompok
4. Proses Konflik (Tuasikal, 2020)
Proses konflik dibagi menjadibeberapa tahapan;
Konflik laten
Konflik yang terjadi terus menerus dalam suatu organisasi
Konflik yang dirasakan
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman,
ketakutan, tidak percaya dan marah.
Konflik yang tampak atau sengaja dimunculkan
Konflik yang segaja dimunculkan untuk dicari solusinya.
Resolusi konflik
Suatu peneyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang terlibat
didalamnya dengan prinsip win-win solution
Konflik aftermath
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama.
5. Penyelesaian Konflik (Tuasikal, 2020)
Pengkajian
- Analisis situasi. Identifikasi jeniskonflik utnuk menentukan waktu yang
setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalisasi semua perkiraan
melalui pengkajian lebih mendalam kemudian siapa yangterlibat dan
berperan masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat berubah
- Analsis dan mematikan isu yang berkembang. Jelaskan masalah dan
prioritaskan fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama yang
memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut dari
penyelesaian masalah dalam satu waktu.
- Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
Identifikasi
Mengelolah perasaan, hindari respon emosional; marah, sebab setiap orang
mempunyai reson yang berbeda karena terhadap kata-kata, ekspresi, dan
tindakan.
Intervensi
- Masuk pada konflik yang dinyakini dapat diselesaikan dengan mudah atau
baik. Selajutnya identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
- Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang penting
sesuai untuk menyeleksi konflik yang terjadi.
Strategi penyelesaian konflik
- Kompromi atau negosiasi. Suatu strategi penyelesain konflikn dimana
semua pihak yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan
bersama.
- Kompetisi strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation
penyelesaian ini menekakankan hanya ada satu orang atau kelompok yang
menang tanpa mempertimbangkan kalah.
- Akomodasi/cooperative situation. Konflik ini berlawanan dengan
kompetisi. Pada srategi ini seseorang berusaha mengakomodasi
permasalahan, dan member kesempatan pada orang lain untuk menang.
- Smooting. Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik.
- Menghindar. Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini,
menyadari tentang masala yang dihadapi tetapi memilih untuk menghindar
atau tidak menyelesaikan masalah.
- Kolaborasi strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam
kolaborasi, kedua belah pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama
dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan.
B. Konsep Negosiasi (Tuasikal, 2020)
1. Pengertian Negosiasi
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosia
si juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan Huston, 19
98). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik denga
n pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terliba
tmenyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan
antarakeduanya.
Smeltzer (1991) dalam Tuasika (2020) mengidentifikasi dua tipe
dasarnegosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu
orangyang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah
satu ataukedua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung
denganmeningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki
adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif. Namun, jika hanya
salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan, maka yang muncul adalah
tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada pihak yang menang dan kalah,
sebagai negosiator pentinguntuk memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk
mencapai tujuan bersama,meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang
kalah tetap dapat tujuan bersama,dan membuat kedua belah pihak merasa puas
terhadap hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk
memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator har
us tertirik terhadap “take and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus
saling percaya.