Anda di halaman 1dari 7

2019-12-04 10:10 PM

FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN INTERPROFESIONAL


COLLABORATION DI RUMAH SAKIT

Putri Leony Hasibuan / 181101058


putrileony1@gmail.com

Abstrak
Sebagian besar tenaga kesehatan belum memiliki persepsi yang tepat mengenai definisi
kolaborasi interprofesi atau interprofesional collaboration di rumah sakit. Sistem kesehatan
dunia juga saat ini dalam kondisi krisis, sehingga menyebabkan kebutuhan kesehatan terhadap
masyarakat tidak terpenuhi. Misalnya pada tingginya angka kematian pada ibu di Indonesia
yang mana menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan maternitas belum optimal. Solusi yang
ditawarkan saat ini ialah penerapan interprofessional collaborative practice Sebagian besar
rumah sakit di Indonesia belum menerapkan kesetaraan dalam kolaborasi tim saat ini. Dengan
adanya interprofesional collaboration practice ini diharapkan semua tenaga kesehatan terutama
perawat dapat melaksanakan kolaborasi interprofesional dengan baik.

Kata kunci: perawat, interprofesional collaboration, rumah sakit.

1. Latar Belakang diatasi, dapat mempengaruhi kondisi

Pemanfaatan keahlian berbagai kesehatan masyarakat dunia, salah

anggota tim untuk berkolaborasi dapat satunya adalah kesehatan ibu dan anak.

mengoptimalkan hasil akhir asuhan Salah satusolusi yang paling

kesehatan (Sitorus, 2006). Kolaborasi menjanjikan adalah interprofessional

tim kesehatan ini didukung oleh salah collaborative practice. Praktek

satu pilar MPKP yaitu hubungan kolaborasi dapat menurunkan angka

profesional (kolaborasi). Sistem komplikasi, lama rawat di rumah sakit,

kesehatan di seluruh dunia saat ini konflik diantara tim kesehatan, dan

sedang mengalami kondisi krisis, yaitu tingkat kematian. Sedangkan dibidang

kekurangan tenaga kesehatan, distribusi kesehatan mental, praktek kolaboratif

serta perpaduan tenaga kesehatan yang dapat meningkatkan kepuasan pasien

belum merata sehingga menyebabkan dan tim kesehatan, mengurangi durasi

pelayanan kesehatan terfragmentasi dan pengobatan, mengurangi biaya

kebutuhan kesehatan masyarakat tidak perawatan, mengurangi insiden bunuh

terpenuhi. Jika permasalahan diri, dan mengurangi kunjungan rawat

permasalahan tersebut tidak segera jalan. perbedaan cara pandang terhadap


2019-12-04 10:10 PM

kolaborasi antar profesi dapat menjadi 2. Tujuan


penghambat. Satu profesi memandang Untuk mengetahui apa saja
kolaborasi interprofesi dalam perspektif faktor yang dapat menghambat
yang berbeda dari profesi lain. Dokter keberhasilan pelaksanaan
mungkin berpikir bahwa kerjasama interprofesional collaboration di rumah
tersirat dalam tindak lanjut sehubungan sakit.
dengan mengikuti instruksi atau
perintah daripada saling berpartisipasi 3. Metode
dalam pengambilan keputusan.
Metode yang digunakan dalam
Pelaksanaan instruksi dokter
penelitian ini yaitu deskriptif dengan
oleh perawat atau bidan dipandang
pengumpulan data dari berbagai buku
sebagai kolaborasi oleh
(textbook) ataupun jurnal.
dokter,sedangkan perawat dan bidan
merasa mereka sedang diperintahkan
4. Hasil
untuk melakukan sesuatu. Faktor lain
Interprofessional collaboration
adalah masih adanya perasaan inferior
atau kolaborasi interprofesional sangat
dari profesi satu terhadap profesi yang
berpengaruh terhadap sikap profesional
lain. Hal ini dapat terjadi karena
serta persepsi antar tenaga kesehatan
perbedaan tingkat pendidikan dan
sehingga dapat menunjang keberhasilan
pengetahuan. Perbedaan tingkat
pelaksanaan kolaborasi interprofesional.
pengetahuan dan pendidikan antar
Namun terdapat beberapa faktor yang
profesi dapat berdampak pada
dapat menyebabkan kolaborasi
kemampuan anggota profesi dalam
interprofesional ini terhambat.
bertukar pikiran dengan profesi lain,
juga berdampak pada perbedaan
interpretasi terhadap masalah kesehatan 5. Pembahasan
pasien sehingga akan mempengaruhi Kolaborasi interprofesi

kualitas penanganan yang diberikan. dibutuhkan untuk mengoptimalkan

Kesenjangan tingkat pendidikan dan asuhan kesehatan. Pendidikan

pengetahuan ini akan menghambat interprofesi atau

proses komunikasi yang efektif. Inter Professional Education


(IPE) adalah salah satu strategi untuk
2019-12-04 10:10 PM

mempersiapkan ketrampilan permasalahan tersebut tidak segera


berkolaborasi sejak dalam pendidikan. diatasi, dapat mempengaruhi kondisi
Salah satu penerapan IPE di tataran kesehatan masyarakat dunia, salah
klinik adalah melalui mentoring satunya adalah kesehatan ibu dan anak.
kolaborasi oleh instruktur klinik (CI). Salah satusolusi yang paling
Kemajuan zaman dan meningkatnya menjanjikan adalah interprofessional
kebutuhan masyarakat akan pelayanan collaborative practice. Praktek
kesehatan yang berkualitas menuntut kolaborasi dapat menurunkan angka
adanya perbaikan pelayanan kesehatan. komplikasi, lama rawat di rumah sakit,
Permasalahan kesehatan tidak konflik diantara tim kesehatan, dan
bisa diselesaikan hanya dengan salah tingkat kematian. Sedangkan dibidang
satu profesi kesehatan, namun perlu kesehatan mental, praktek kolaboratif
adanya kerjasama atau kolaborasi dapat meningkatkan kepuasan pasien
interprofesi. Kolaborasi dan model dan tim kesehatan, mengurangi durasi
interdisiplin merupakan fondasi utama pengobatan, mengurangi biaya
dalam memberikan asuhan keperawatan perawatan, mengurangi insiden bunuh
yang bermutu tinggi dan hemat biaya. diri, dan mengurangi kunjungan rawat
Pemanfaatan keahlian berbagai jalan.
anggota tim untuk berkolaborasi dapat Perbedaan cara pandang
mengoptimalkan hasil akhir asuhan terhadap kolaborasi antar profesi dapat
kesehatan (Sitorus, 2006). Kolaborasi menjadi penghambat. Satu profesi
tim kesehatan ini didukung oleh salah memandang kolaborasi interprofesi
satu pilar MPKP yaitu hubungan dalam perspektif yang berbeda dari
profesional (kolaborasi). Sistem profesi lain. Dokter mungkin berpikir
kesehatan di seluruh dunia saat ini bahwa kerjasama tersirat dalam tindak
sedang mengalami kondisi krisis, yaitu lanjut sehubungan dengan mengikuti
kekurangan tenaga kesehatan, distribusi instruksi atau perintah daripada saling
serta perpaduan tenaga kesehatan yang berpartisipasi dalam pengambilan
belum merata sehingga menyebabkan keputusan.
pelayanan kesehatan terfragmentasi dan Pelaksanaan instruksi dokter
kebutuhan kesehatan masyarakat tidak oleh perawat atau bidan dipandang
terpenuhi. Jika permasalahan sebagai kolaborasi oleh
2019-12-04 10:10 PM

dokter,sedangkan perawat dan bidan memang mereka berbagi lingkungan


merasa mereka sedang diperintahkan kerja dengan para perawat tetapi mereka
untuk melakukan sesuatu. Faktor lain tidak dididik untuk menanggapinya
adalah masih adanya perasaan inferior sebagai kolega.
dari profesi satu terhadap profesi yang Data penelitian dari Cipolle10
lain. Hal ini dapat terjadi karena juga mengungkapkanbahwa keterlibatan
perbedaan tingkat pendidikan dan ahli farmasi dalam pelaksanaan
pengetahuan. Perbedaan tingkat kolaborasi interprofesi masih rendah.
pengetahuan dan pendidikan antar Hal ini tidak sesuai dengan definisi dari
profesi dapat berdampak pada International Pharmaceutical Federation
kemampuan anggota profesi dalam (IPF) yang menyatakan bahwa
bertukar pikiran dengan profesi lain, tanggung jawab seorang ahli farmasi
juga berdampak pada perbedaan salah satunya adalah pharmaceutical
interpretasi terhadap masalah kesehatan care dimana seorang ahli farmasi
pasien sehingga akan mempengaruhi bertanggung jawab dalam pemberian
kualitas penanganan yang diberikan. pelayanan obat sampai timbulnya
Kesenjangan tingkat pendidikan dan dampak yang jelas atau terjaganya
pengetahuan ini akan menghambat kualitas hidup pasien.
proses komunikasi yang efektif. Pekerjaan pharmaceutical
Menurut Siegler dan careinirelatif masih baru, yang
Whitney9,kesenjangan yang terjadi berlawanan dengan pekerjaan ahli
antar profesi dapat terjadi karena pola farmasi beberapa tahun lalu, sehingga
pikir yang ditanamkan sejak awal banyak ahli farmasi yang belum mau
proses pendidikan. Mahasiswa menerima tanggung jawab ini. Peran
kedokteran pra-klinis sering terlibat ahli farmasi yang semula hanya peracik
langsung dalam aspek psikososial obat (compounder) dan suplair sediaan
perawatan pasien melalui kegiatan farmasi lambat laun bergeser kearah
tertentu seperti gabungan bimbingan– pemberi pelayanan dan informasi, dan
pasien. Selama periode tersebut hampir saat ini berubah lagi kearah pemberi
tidak ada kontak formal dengan para kepedulian pada pasien. minimnya
perawat, pekerja sosial atau profesional komunikasi yang terjalin diantara
kesehatan lain. Sebagai praktisi anggota profesi. Hal ini disebabkan oleh
2019-12-04 10:10 PM

adanya sikap egosentris profesi dokter, mengenai interprofessional


minimnya waktu interaksi yang dimiliki collaborative practiceitu sendiri.
dokter serta munculnya stereotyping Keberhasilan pelaksanaan
antar profesi. Hal ini sesuai dengan kolaborasi dapat ditingkatkan melalui
pernyataan dari Cross-Sudworth12 yang sosialisasi interprofessional
mengungkapkan bahwa komunikasi collaborative practice terhadap tenaga
adalah salah satu aspek terpenting kesehatan, memberikan kesempatan
dalam kolaborasi interprofesi. Tanpa tenaga kesehatan untuk mengadakan
komunikasi yang efektif dan tepat, pertemuan rutin antar profesi.
perawatan pasien seperti kehilangan Perencanaan pelatihan kolaborasi
hubungan manusia dan hanya interprofesi yang tepat bagi tenaga
mengandalkan pada stereotyping dan kesehatan menjadi langkah penting
dugaan semata. untuk penerapan kolaborasi interprofesi.
Penerapan elemen koordinasi
juga masih mengalami kendala, yaitu 6. Penutup
tidak adanyapertemuan rutin antar
Dalam pelaksanaan kolaborasi
profesi yang melibatkan semua anggota
interprofesional di rumah sakit antar
profesi, tidak adanya ronde bersama
sesama tenaga kesehatan harus lah
atau visite bersama antar profesi serta
berjalan sesuai ketentuan. Namun
terdapatnya pelaporan pasien
kolaborasi interprofesional tersebut
berjenjang. Dari penelitian ini dapat
dapat terhambat karena beberapa faktor.
disimpulkan bahwa sebagian besar
Apabila kolaborasi interprofesional
tenaga kesehatan belum memiliki
tidak berjalan dengan baik makan
persepsi yang benar mengenai
hubungan antar tenaga kesehatan dalam
interprofessional collaborative practice.
melakukan tindakan sesuai keahlian
Tenaga kesehatan
masing-masing tidak akan berjalan
mendefinisikan interprofessional
dengan baik pula.
collaborative practice sama dengan
Sebagai tenaga kesehatan haruslah
definisi kolaborasi multiprofesi atau
dapat mengatasi faktor penghambat
kolaborasi tradisional. Keterbatasan
tersebut. Diadakannya pertemuan rutin
persepsi tenaga kesehatan disebabkan
antar semua profesi kesehatan serta staf
oleh kurangnya paparan informasi
pelaksana juga sangat penting untuk
2019-12-04 10:10 PM

perbaikan pelaksanaan kolaborasi Puskesmas DemanganKota


interprofesional. Madiun Dalam Menghadapi
Akreditasi’, Jurnal MKMI,
7. Referensi 13(4), pp. 329–336

Aihw 2013. Australian Hospital Rahma, P.A. 2012. Akreditasi Rumah

Statistic 2012 - 2013. Australian Sakit, Pengakuan Atas Kualitas

Institute Of Health And Welfare. Layanan. Mutu Pelayanan

Bangun, W. 2012. Manajemen Sumber Kesehatan. Oktober. Accessed

Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Oktober26, 2019.

Erlangga. http://mutupelayanankesehatan.n

Doucette, D. & Millin, B. 2011. Should et/index.php/component/content/

Key Performance Indicators For article/19-headline/151.

Clinical Services Be Robbins, P.S., Judge, T.A.,. 2013.

Mandatory? The Canadian Organizational Behavior. New

Journal Of Hospital Pharmacy, York: Prentice Hall.

64. Rozner, S. 2013. Developing And Using

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Key Performance Indicators A

Donnelly, J.H., Konopaske, R., Toolkit For Health Sector

2012. Organizations: Behavior, Managers.

Structure, Processes. Fourteenth Simamora. R.H. (2019). Buku Ajar:

Edition. New York: McGraw- Pelaksanaan Identifikasi Pasien.

Hill. Ponorogo, Jawa Timur: Uwais

Kaswan, 2015. Sikap Kerja: Dari Teori Inspirasi Indonesia.

dan Implementasi Sampai Bukti. Simamora. R.H. (2019). Documentation

Bandung: Alfabeta. Of Patient Identification into the

Kemkes 2009. Undang-Undang Electronic System to Improve

Republik Indonesia Nomor 44 the Quality of Nursing Services.

Tahun 2009 Tentang Rumah International Journal of

Sakit. In: Kesehatan, K. (Ed.). Scientific & Technology

Jakarta: Kementerian Kesehatan. Research, 8(9), 1884-1836.

Maghfiroh, L. and Rochmah, T. N. Simamora. R.H. (2019). Pengaruh

(2017) ‘Analisis Kesiapan Penyuluhan Identifikasi Pasien


2019-12-04 10:10 PM

dengan Menggunakan Media


Audiovisual terhadap
Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(1), 342-253.
Soemohadiwidjoyo, A.T.,. 2015.
Panduan Praktis Menyusun KPI
(Key Performance Indicator).
Jakarta: Penerbit Raih Asa
Sukses.
Sutoto. 2013. Perubahan Paradigma
Akreditasi Versi 2012 untuk
Asesor Internal. Workshop Para
Pimpinan Rumah Sakit. Jakarta,
Juni 28-29.
Sunaryo. 2009. Keselamatan Pasien
dan risiko klinis. Diponegoro
Universty Press. Semarang.
Torang, S.,. 2013. Organisasi dan
Manjemen: Perilaku, Struktur,
Budaya dan Perubahan
Oganisasi. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Wung, C. H.-Y., Yu, T.-H., Shih, C.-L.,
Lin, C.-C., Liao1, H.-H. &
Chung, K.-P. 2011. Is It Enough
To Set National Patient Safety
Goals? An Empirical Evaluation
In Taiwan. International

Anda mungkin juga menyukai