Anda di halaman 1dari 51

BLOK 22

MASALAH KESEHATAN KERJA,


LINGKUNGAN DAN PERBATASAN

Buku Panduan Skills Lab


Kesehatan Perbatasan

Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
2021
BLOK 22
MASALAH KESEHATAN KERJA,
LINGKUNGAN DAN PERBATASAN

Buku Panduan Skills Lab


Kesehatan Perbatasan

Edisi ke - 5

Fakultas Kedokteran
Universitas Riau
2021

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 2


BLOK 22
Buku Panduan Skills Lab Kesehatan Perbatasan

MASALAH KESEHATAN KERJA,


LINGKUNGAN DAN PERBATASAN

Edisi ke - 5
Copyright®(2016) oleh Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FKUR)
Foto sampul:
Karya Trimuhti Puja Kesuma
Mahasiswa FKUR angkatan 2014

Desain sampul dan format buku:


Tim Medical Education Unit FKUR 2017

Diterbitkan oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi


buku ini dengan cara dan dalam bentuk apa pun tanpa izin dari
Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 3


VISI DAN MISI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

VISI
Menjadi fakultas kedokteran berbasis riset dengan unggulan kesehatan
wilayah pesisir dan perbatasan di kawasan ASEAN pada tahun 2035

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang bermutu untuk
menghasilkan dokter yang kompeten dan bermartabat
2. Menyelenggarakan penelitian bermutu untuk menyelesaikan masalah
kesehatan wilayah pesisir dan perbatasan
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sebagai kontri-
busi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
4. Menyelenggarakan kepemimpinan dan tata kelola fakultas yang baik
dan akuntabel.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 4


LEMBAR PENGESAHAN

Pejabat yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM(K)


NIP : 19760629 200112 1 003
Jabatan : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, maka dengan ini


kami menyatakan:

Judul Buku : Panduan Skills Lab Kesehatan Perbatasan Edisi ke-5

Nama Jabatan Tim Pengelola


1 dr. Handayani, MKK, Sp.KKLP Ketua
2 Armoni Suci Dewi, M.KK Sekretaris
3 dr. Amru Sofian, Sp.OG(K)Onk Koordinator Tutorial
4 drg. Yusdiana, M.Si Koordinator Skills lab
5 Fifia Chandra, SKM,MKM Koordinator Evaluasi
6. Doni Pahlevi, S.T Sekretariat
7. Irwanto Fasarella E, M.Pd

Penyusun :
Dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Blok 22 “Masalah
Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Perbatasan” pada Kurikulum Berbasis Kom-
petensi (KBK) Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FKUR).

Demikian surat pernyataan ini dibuat semoga dapat dipergunakan se-


bagaimana mestinya.
Pekanbaru, Oktober 2021
Dekan,

Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, DFM, SpFM(K)


19760629 200112 1 003

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 5


PENYUSUN

dr. Handayani, MKK, Sp.KKLP


Armoni Suci Dewi, M.KK
dr. Amru Sofian, Sp.OG(K)Onk
drg.Yusdiana,MSi
Fifia Chandra, SKM, MKM
Irwanto Fasarella E, M.Pd
Doni Pahlevi, S.T
Irwanto Fasarella, M.Pd

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 6


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT, maka selesai


juga penyusunan Buku Panduan Skills Lab edisi ke-5 ini. Buku ini di-
harapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan Blok 22 Masalah
Kesehatan Kerja, Lingkungan dan Perbatasan (khususnya modul
Kesehatan Perbatasan) pada Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Blok 22 yang dahulunya merupakan muatan lokal dimana salah
satunya adalah mengenai konsep kesehatan perbatasan. Hal ini
mengingat Provinsi Riau merupakan salah satu jalur masuknya
perdagangan maupun transportasi dari dan ke dalam negeri Indonesia
yang berada di wilayah Selat Melaka. Oleh karenanya rawan untuk
terjadi penyebaran penyakit PHEIC (Publich Health Emergency of
International Concern) atau KKMD (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia). Untuk mencegahnya maka diperlukan
pengetahuan dan keterampilan dalam upaya deteksi, cegah dan tangkal
penyakit tersebut melalui perlintasan batas darat, laut dan udara.
Dengan adanya masa pandemi ini maka pembelajaran skills lab kesper
yang biasanya dilakukan dengan field trip, maka dilakukan secara
daring melalui penggunaan video sebagai media edukasi.
Terimakasih penyusun tujukan kepada rekanan kami yakni pihak
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru yang selalu bersedia
turut Bersama mengajar dan membimbing mahasiswa FK Unri dalam
mempelajari ilmu kesehatan perbatasan. Terima kasih penyusun hatur-
kan juga kepada para sejawat dan seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku ini. Semoga Blok 22 Masalah Kesehatan Kerja, Ling-
kungan dan Perbatasan dapat berjalan sesuai tujuan dan memberikan
manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Oktober 2021

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 7


DAFTAR ISI
Halaman

Halaman judul……………………………………………………………… 2
Halaman hak cipta ………………………………………………………… 3

Visi misi FKUR …………………………………………………………….. 4


Lembar Pengesahan ..……………………………………………………. 5
Penyusun ………………...………………………………………………… 6
Kata Pengantar…………………………………………………………….. 7
Daftar Isi…………………………………………………………………….. 8
Tujuan Pembelajaran Keterampilan Medik.......................................... 9
Persyaratan Ujian Skill Lab Mahasiswa .……………………………….. 10
Daftar Keterampilan............................................................................. 11

Skill Lab 1 Pemeriksaan Sanitasi Kapal ……………………………... 12

Checklist Pemeriksaan Sanitasi……….………………………………… 29


Skill Lab 2 Kekarantinaan Kapal Laut ……………………….………… 33
Checklist Pemeriksaan Kapal …….……………………………………... 40
Skill Lab 3 Edukasi Kepada Calon Penumpang ……………………... 42
Checklist Penilaian Komunikasi ……………………………………….. 47
Daftar Nama Instruktur …………………………………………………... 48
Jadwal Skills Lab Kesehatan Perbatasan …………………..…………. 49
Daftar referensi..................................................................................... 50

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 8


TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEDIK

a. Mahasiswa memahami konsep ilmu kesehatan perbatasan


b. Mahasiswa dapat menjelaskan PHEIC dan kaitannya potensi
penularan melalui lintas batas darat, laut dan udara
c. Mahasiswa mampu melakukan lingkup kekarantinaan,
pengendalian risiko lingkungan, dan upaya kesehatan lintas
wilayah.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tehnik pemeriksaan sanitasi
kapal.
e. Mahasiswa mampu melakukan edukasi kepada calon
penumpang mengenai PHEIC dan hal terkait lainnya.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 9


PERSYARATAN UJIAN SKILLS LAB MAHASISWA

Ujian Keterampilan Medik


a. Kehadiran pada kegiatan keterampilan medik adalah 100%.
b. Ketidakhadiran hanya ditolerir apabila mahasiswa sakit, izin akibat
kejadian atau musibah pada keluarga inti dan izin untuk mengikuti
kegiatan kemahasiswaan/ekstra kurikuler, maksimal 20% dari total
jadwal keterampilan medik.
c. Ketidakhadiran akibat hal-hal seperti yang disebutkan dalam poin 3.b
harus diganti dengan mengikuti repetisi keterampilan medik sebelum
pelaksaan ujian keterampilan medik.
d. Pelaksanaan repetisi dilaksanakan oleh pengelola blok bekerja sama
dengan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Keterampilan Medik.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 10


MODUL KESEHATAN PERBATASAN

DAFTAR KETERAMPILAN:

Skill lab 1. Pemeriksaan Sanitasi Kapal


Skill lab 2. Kekarantinaan (karantina laut/kapal)
Skill lab 3. Edukasi Kepada Calon Penumpang

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 11


SKENARIO
Skill lab 1. Pemeriksaan Sanitasi Kapal

“Datangnya kapal eks-im dari Cina”


Kepala KKP Kelas III Dumai menerima permohonan pemeriksaan
sanitasi kapal dari sebuah agen pelayaran yang melakukan bisnis
ekspor-impor furniture dari Cina. Kapal direncanakan akan tiba es-
ok hari.

Kepala KKP mendisposisi surat ke Kasie PRL untuk melakukan


pemeriksaan sanitasi kapal. Staf dari Sie PRL yang ditunjuk untuk
melakukan pemeriksaan melakukan koordinasi dengan agen pe-
layaran untuk menentukan waktu pemeriksaan.

Pertanyaan untuk skills lab :


1) Apa saja perlengkapan yang harus disiapkan petugas PRL ?
2) Apa saja dokumen yang harus diisi oleh petugas PRL ?
3) Apa saja dokumen sertifikasi kapal yang harus dimiliki setiap
kapal ?

12
SKILL LAB 1. PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL

Landasan Teori

Sarana transportasi yang dianggap sebagai lingkungan tempat ting-


gal sementara yang memiliki waktu menetap relatif lama adalah kapal
laut. Sesuai dengan keadaan tersebut, serta amanat Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, maka pemeriksaan san-
itasi di kapal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mendukung pengawasan kesehatan khususnya manusia di dalamnya
maupun masyarakat pada umumnya.1 Setiap kapal yang melakukan pe-
layaran di wilayah perairan Indonesia wajib memiliki Sertifikat Sanitasi
Kapal
Definisi kapal menurut Permenkes no. 40 tahun 2015 tentang ser-
tifikat sanitasi kapal, kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis apa pun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, ken-
daraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan tera-
pung yang tidak berpindah-pindah. Pelabuhan adalah tempat yang
terdiri dari daratan dan/atau perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
yang dipergunakan sebagai tempat kapal sandar, berlabuh, naik turun,
penumpang, dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang Pelabuhan ser-
ta sebagai tempat perpindahan intra dan moda transportasi.
Pemeriksaan Sanitasi adalah kegiatan pemeriksaan faktor risiko
kesehatan masyarakat di atas Kapal. Tindakan Sanitasi adalah upaya
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 13


mencegah penyebaran penyakit atau kontaminasi, meliputi disinfeksi,
dekontaminasi, disinseksi, dan deratisasi
Pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertif-
ikat sanitasi. Sertifikat Sanitasi Kapal adalah dokumen Kapal yang
menerangkan kondisi sanitasi Kapal yang bebas Tindakan Sanitasi atau
telah dilakukan Tindakan Sanitasi guna memperoleh Surat Izin
Kesehatan Berlayar (SIKB). Sertifikat Sanitasi Kapal terdiri atas : a.
SSCEC (Ship Sanitation Control Exemption Certificate); dan b. SSCC
(Ship Sanitation Control Certificate). Adapun institusi yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan adalah Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP). Menurut Permenkes No.356/Menkes/IV/2008, bah-
wa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, ke-
karantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan /
Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan ling-
kungan.4
Untuk memperoleh Sertifikat Sanitasi Kapal, pemilik Kapal atau na-
hkoda melalui agen pelayaran menyampaikan permohonan secara tertu-
lis kepada Kepala KKP. Kepala KKP setelah menerima permohonan se-
bagaimana dimaksud, menugaskan Kasie PRL untuk melakukan
Pemeriksaan Sanitasi dan Kasie PKSE untuk penerbitan dokumen.
Kasie PRL berkoordinasi dengan agen pelayaran untuk melakukan
Pemeriksaan Sanitasi terhadap Kapal sesuai permohonan. Kasie PRL
melaporkan hasil kepada Kepala KKP.
Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi atau risiko rendah, Jika
kapal yang diperiksa dinyatakan risiko tinggi maka diterbitkan Ship Sani-
tation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan pemerik-
saan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation

14
2,3
Exemption Control Certificate (SSCEC). Sertifikat Sanitasi Kapal
harus ditandatangani oleh kepala KKP. Sertifikat Sanitasi Kapal berlaku
selama 6 (enam) bulan;

Tingkat Resiko Tinggi lakukan tindakan penyehatan :


a. Ka. KKP melalui Kabid/Kasie Pengendalian Karantina & SE memberit-
ahukan kepada pemilik kapal/ nahkoda melalui agen pelayaran untuk
dilakukan tindakan penyehatan.
b. Agen pelayaran membuat surat permohonan tertulis kepada Ka. KKP
untuk dilakukan tindakan penyehatan.
c. Tindakan penyehatan dilakukan oleh BUS yang memiliki ijin (DK I dan
DK II) yang masih berlaku.
d. Ka. KKP menunjuk pengawas / BUS melalui usulan Kabid/Kasie Pen-
gendalian Karantina & SE, kemudian Ka. KKP menerbitkan SPK.
e. Pengawas melaporkan hasil tindakan penyehatan kepada Ka. KKP
melalui Kabid/Kasie Pengendalian Karantina & SE
f. Ka. KKP mendisposisikan ke Kabid/Kasie Pengendalian Karantina &
SE untuk menerbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)
Sertifikat Sanitasi Kapal dinyatakan tidak berlaku apabila :
a) ditemukan Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat. Faktor Risiko
Kesehatan Masyarakat adalah semua faktor yang berpotensi men-
imbulkan penularan penyakit
b) berganti nama;
c) masa berlaku sudah berakhir;
d) berubah bendera;
e) sertifikat dicoret, dihapus, atau dinyatakan rusak; dan/atau
f) keterangan dalam sertifikat tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.

15
Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal me-
lalui nakhoda kapal dan anak buah kapal.ABK bertanggung jawab ter-
hadap kebersihan kapal dan sarana lainnya yang mendukung sanitasi
kapal. Peningkatan sanitasi kapal adalah usaha merubah keadaan ling-
kungan alat angkut yang dapat berlayar menjadi lebih baik sebagai
usaha pencegahan penyakit dengan memutuskan mata rantai penularan
penyakit.
Tujuan peningkatan sanitasi kapal menurut Permenkes No. 530/
Menkes/Per/VII/1987 adalah:2
1. Meniadakan/menghilangkan sumber penularan penyakit di dalam
kapal.
2. Agar kapal tetap bersih sewaktu mau berangkat maupun sedang ber-
layar.
3. Supaya penumpang maupun ABK senang berada didalamnya, bagi
penumpang.

International Health Regulations (IHR) 2005 menekankan


pengawasan di pintu keluar masuk suatu negara melalui pelabuhan
maupun lintas batas. Untuk itu Sertifikat Sanitasi kapal (SSCC dan
SSCEC) diperlukan sebagai alat bantu suatu negara dalam mengurangi
faktor risiko penyebaran penyakit akibat dari pelayaran kapal Nasional
dan Internasional.5
Menurut IHR tahun 2005, kapal yang sudah dinyatakan layak sani-
tasinya akan diberikan sertifikat sanitasi sesuai dengan IHR tahun 2005,
sertifikat Ship Sanitation Control Exemption Certificate (SSCEC) berlaku
maksimal selama 6 bulan. Masa berlaku ini dapat diperpanjang satu bu-
lan jika pemeriksaan atau pengawasan yang diminta tidak dapat dil-
aksanakan di pelabuhan.5

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 16


Dalam rangka pemeriksaan dan pengawasan sanitasi kapal yang
baik diperlukan adanya pencegahan dan pengawasan yang terus-
menerus dengan melakukan koordinasi yang terpadu dan terarah baik
dari awak kapal maupun pemilik kapal itu sendiri.
Adapun standar dalam pemeriksaan sanitasi kapal laut berdasarkan
Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (1989) adalah sebagai berikut:6
1. Dek
Tiap hari dek dibersihkan sedikitnya satu kali, bila basah dikeringkan,
kotoran/sampah tidak boleh berserakan dan semua barang-barang/alat-
alat diatur dengan rapi. Dek yang bersih dan rapi selain mencegah pen-
yakit kecelakaan juga memberikan kesan awal yang baik bagi setiap
pengunjung serta membuat orang/penumpang betah tingal di dalam ka-
pal.

2. Kamar ABK dan Penumpang:


Ventilasi dan penerangan yang cukup serta kebersihan dapat menjamin
kesehatan, kesejahteraan serta keamanan ABK maupun penumpang.
Bila penerangan secara alami tidak mencukupi, maka diberikan pen-
erangan secara mekanis dengan menggunakan lampu neon.

Alat penerangan di dalam kapal tidak boleh menggunakan lilin atau lam-
pu minyak. Tujuan adanya ventilasi adalah untuk memasukkan udara
segar dan mengeluarkan udara yang kotor. Bila kamar tidak mempunyai
sistem ventilasi yang baik, akan menimbulkan beberapa keadaan yang
dapat merugikan kesehatan seperti sesak nafas.

3. Kamar Mandi dan Kakus


Kamar mandi dan kakus sebaiknya setiap waktu dalam keadaan ber-

17
sih.Di dalam kamar mandi juga sebaiknya tersedia pembersih lantai atau
kreolin 5% dalam larutan air dan selalu tersedia air bersih yang cukup
serta memenuhi syarat kesehatan.Diusahakan agar penyaluran air kotor
lancar.Diusahakan agar penyaluran air kamar mandi dan kakus tidak di-
perkenankan sebagai tempat penyimpanan.Di samping itu, kran harus
berfungsi dengan baik, lantai tidak boleh licin dan tidak diperkenankan
para penumpang untuk mencuci alat makan dalam kamar mandi/kakus

4. Dapur
Dapur merupakan tempat penyimpanan dan tempat pencucian alat-alat
dapur (alat makan / minum, dan sebagainya).Makanan dan minuman
yang disediakan, diolah, disimpan dan disajikan harus secara hygienis
untuk memperkecil kemungkinan timbulnya penyakit seperti disentri,
cholera, typus, keracunan dan sebagainya.

5. Kamar Pendingin, termometer ditempatkan di kamar pendingin


dengan suhu ruangan 100C.

6. Tempat Penyimpanan Makanan yang tak membusuk


Selain bersih tempat penyimpanan makanan juga memerlukan ventilasi
yang cukup, makanan yang berserakan akan menarik tikus dan serang-
ga; Pengaturan barang harus sedemikian rupa, sehingga tikus tidak
bersembunyi / bersarang di antara barang-barang; Pestisida dan se-
jenisnya dilarang disimpan di tempat penyimpanan makanan.

7. Pengelola makanan
Mempunyai perilaku hygienis dan saniter yaitu: selalu mencuci tangan
bila kotor, menutup hidung dan mulut sewaktu batuk / bersin dan tidak
mero- Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 18
Petunjuk Pemeriksaan kapal, mengacu ketentuan WHO Interim technical
advice for inspection and issuance of ship sanitation certificates August
2007

Part 1. Guidance on inspection areas for Annex 3 IHR (2005): Model Ship
Sanitation Control Exemption Certificate/Ship Sanitation ControlCertifi-
cate

Galley: preventing food and vector-borne international disease spread


1. Is there a schedule for cleaning and maintenance on a routine basis, for and
includingfixtures, fittings and equipment used during production and food
handling?. Evidence: build up of dirt, dirty equipment. Use cleaning logs,
crew member interviews for information.
2. Does the crew assigned to galley duties understand cleaning procedures, as
well as safe food. Holding and preparation methods, for example minimum/
maximum temperature requirements depending of the type of food stuff and
avoidance of cross-contamination procedures?. Evidence: food holding and
preparation errors, galley records. Use crew member interviews forinfor-
mation.
3. Do galley staff display good personal hygiene and demonstrate knowledge of
when and how to wash hands. Evidence: no hand washing, poor handwash-
ing, or no handwashing performed after an act of contamination or possible
food cross-contamination.
4. Is there at least one dedicated handwashing station accessible to the galley
staff and is it properly equipped (paper towels/blow dryers, soap and waste
receptacle)?. Evidence: absence of any the above.
5. Are utensils, pots/pans and food contact portions of equipment adequately
cleaned and sanitized/disinfected? Evidence: presence of residual build-up
(wet or dry grease, food and other residuals from food handling).
6. Is there a build-up of food matter attractive to rodents or insects? Evidence:
food matter under tables, behind equipment.
7. Is there any galley area that could provide harborage for rodent or insect dis-
ease vectors/hosts? Evidence: untidy areas that are not easily cleaned,
where rodents or insects could hide.
8. Are food-handling areas restricted for this purpose only? Evidence: presence
of unrelated equipment, staff, no separation from other ship activities. Use
crew member interviews for information.
9. Is there an adequate supply of safe hot and cold water? Is there hot and cold
water provided at all times of food preparation and service? Evidence: lack of
hot and cold water supply to galley during food preparation and service, lack
of water treatment, on-board or laboratory sample results.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 19


10. Do any of the crew members assigned to galley duty exhibit any communica-
ble disease symptoms, like jaundice, diarrhea, vomiting, fever, visibly in-
fected skin lesions or boils or discharge from the nose, eyes or ears? Evi-
dence: existence of any of the symptoms described in a crew member on
board or prior to embarkation for the voyage. Use medical log indicating
treatment of illness, interviews with crew members.
11. Is exhaust ventilation provided and is it adequate for the equipment and gal-
ley staff? Evidence: visible condensation on deckheads or bulkheads,
food workers perspiring heavily from high heat and humidity, and/or food
or food-contact surfaces contaminated with condensation.
12. Is adequate lighting provided? Evidence: food counters and equipment
should be sufficiently illuminated to inspect for cleanliness, identify soil,
and evidence/presence of pests in open areas.
13. Are all food handling areas constructed of impervious material with a smooth
surface to facilitate cleaning, and not conducive to creating harborage for
rodent or insect vectors/hosts? Evidence: inadequate, damaged or soiled
material, and/or presence of vectors-hosts.

Pantry and stores: preventing the international spread of food-borne and


vector-borne disease

1. Are all food storage areas constructed of impervious material with a smooth
surface tofacilitate cleaning, and not conducive to creating harboring for ro-
dent or insect vectors/hosts? Evidence: inadequate, damaged or soiled mate-
rial and/or presence of vectors-hosts.
2. Food should be kept in a safe distance (approximately 6” or 15cm) off the
deck and protected from the entry of water and other potential contamination.
Evidence: foodstuffs in contact with the deck or, if above the deck, contacts
standing water or other contaminant.
3. Food should not be exposed to out-of-temperature conditions for any extend-
ed period. Examples of typical recommended temperatures for perishable
food storage include the following:
A. food to be held hot would typically be placed in a hot-holding apparatus
already at a temperature of at least 62.8ºC (145ºF) and maintained at that
temperature until required.
B. all perishable food or drink would typically be kept at or below 4ºC (40ºF)
except during preparation or when held for immediate serving after prepara-
tion. When such foods are to be stored for extended periods, a temperature
of 4ºC (40ºF) is recommended. Fruits and vegetables would typically be
stored in cool rooms. Ideally, meat and fish would typically be maintained at 0
to 3ºC (32 to 37ºF), milk and milk products at 4ºC (40ºF) and fruit and vegeta-
bles at 7-10ºC (45 to 50ºF). For more practical purposes, if there are limited
refrigerated spaces, meat and meat products, fish and fish products, milk and
milk products and eggs and egg products can be stored at < 5ºC (41ºF)
whilst fruit and vegetables can be stored at < 10ºC (50ºF).

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 20


C. Frozen foods would typically be kept below -12ºC (10ºF).
Evidence: spoiled food, temperatures too high. Use crew member inter
views for information.

4. Is the food safe, without adulteration (chemical or other substances), and ob-
tained from sources that comply with applicable local, regional, or coun-
try of origin laws and regulations?. Evidence: presence of food adultera-
tion, contamination or spoilage and food sources not in compliance with
applicable local, regional or country of origin laws and regulation.

5. Storage systems should prevent contamination of food by foreign bodies,


dust, harmful fumes, unwanted chemicals and cross contamination be-
tween foods. Evidence: presence of contamination, dust, harmful fumes,
unwanted chemicals in contactwith food and different groups of food
stored together leading to cross contamination.

Holds: preventing international spread of contamination or infection from


cargo

1. All holds, particularly those carrying consumable products, should be pro-


tected from the entry of water or insect or rodent vectors and any other
contamination or infection. Cargo should be observed for evidence of
contamination, or spoilage, in the case of consumable products. Evi-
dence: entry of water or other contamination, entry of insects, rodents.
2. Holds should normally be empty for inspection or when the presence of
ballast water or other materials, is of such nature or so disposed as to
make a thorough inspection of holds possible. Evidence: presence of car-
go and other materials at holds create barriers for inspection.

Quarters, crew members and officers: preventing person-to-person spread


of disease internationally

1. Crew member quarters should comply with existing conventions on crew


member accommodation contained in ILO conventions related to crew
members’ accommodation and food and catering. Crew members’ quar-
ters should not provide harborage for insects or rodents (Screening of
outside cabins should be considered if local infestation of vectors and
reservoirs exists), and should be clean and welllit.

Evidence: presence of insects and rodents, absence of vector protection


screening outside cabins (if needed and adequate for vector protec-
tion, due to local infestation of vectors and reservoirs), insufficient
lighting and cleaning.
Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 21
2. Crew member illness should be reported in the medical log.
Evidence: presence of any illness in crew members not reported and logged.
Use crew member interviews and Request Maritime Declaration of
Health if written information required.

Potable water
1. All tanks, hoses, valves and equipment for handling potable water should be
exclusively for this purpose and clearly labeled “for potable water only”. Col-
our coding on piping may also be used. Evidence: tanks, hoses, valves and
equipment not dedicated for handling potable water and or not well identified
for this purpose. Potable water hose fits non-potable liquid connection.
2. Potable water tanks should not share a common wall with the hull of the ves-
sel or with tanks or piping containing non-potable water or other liquids or
materials. Evidence: presence of cross contamination or potable water tanks
walls not isolated from others tanks or piping containing non-potable water or
other liquids or materials.
3. Potable water tanks should be constructed of materials that do not contribute
to contaminate the water stored within. Evidence: presence of contamination
from water tanks materials or uncontrolled high risk of contamination due to
kind of material used to construct water tanks.
4. Potable water tanks should be located in areas of the vessel where they will
not be affected by dirt, insects, rodents or other contamination or excessive
heat. Evidence: presence of dirt, insects, rodents or other contamination or
excessive heat.
5. Potable water tanks should have an inspection cover for easy inspection and
access for cleaning or maintenance, and should be fitted with an independent
drainage system. Evidence: absence of inspection cover and independent
drainage system, creating difficulties to access for cleaning and maintenance.
Presence of dusty and other residual materials.
6. Potable water systems should incorporate a halogenation/chlorination system
or other means to adequately remove or kill microbes and to remove other
contamination. Evidence: absence of operational system for remove or kill
microbes and to remove other contamination.
7. When bunkering water, water quality test reports from the port supply should
be requested, and shipboard water quality should be verified regularly.
Onboard test kits are acceptable if they meet Standard Methods for the Ex-
amination of Water, when a port water quality report cannot be obtained.
Evidence: absence of regular water quality test reports or logged results from
onboard test kits.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 22


8. Potable water systems should have “backflow” prevention installed. Evi-
dence: presence of -contamination and or absence of “backflow” preven-
tion installed.

Sewage: preventing international disease spread from discharge and contami-


nation of crew members through leaks or overflows

Sewage systems should be secure, leak-proof and isolated from other systems to
prevent cross-contamination. Tanks should be of sufficient capacity, without risk of
overflow. Sewage treatment plants should be inspected regularly. There should be
no discharge in restricted areas (ports) and no discharge to bilge. Evidence: evi-
dence of leaks, overflow or cross-contamination. Use design and construction draw-
ings and crew member interviews for information.

Ballast tanks: preventing international disease spread through discharge

Ballast tanks should have valves set in “off” position and not pose an accidental dis-
charge risk, unless risk assessment had been made and discharge authorized previ-
ously by competent port and health authorities, according to the provisions of IHR
and the international Convention on Control and Management of Ships Ballast Water
and Sediments. Evidence: valves not in “off” position, risk of unauthorized discharge.
Use information from recommended ballast water form IMO 868-20 and on board
logs, crew member interviews and visual check.

Solid and medical waste: preventing international disease spread through dis-
charge

Storage areas should be protected against vermin (food waste and dry refuse).
There should be protected storage of infectious medical waste.
Discharge of solid waste, food and medical waste should be undertaken in compli-
ance with international and local regulations and ordinances for discharge. Evi-
dence: unlawful/unsafe discharge or storage of waste. Use logs and company con-
tracts, crew member interviews for information.

Standing water: preventing international transport of insect vectors

Standing water can hold insect larvae and should not be present. Areas like lifeboat
covers, bilges, scuppers, awnings, gutters, air treatment plants should be inspected
when not in use. Evidence: presence of standing water.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 23


Engine rooms: preventing international transport of vectors and hosts

Engine rooms should be free of rodents or insects. Engine casings and insulation
should be inspected for insect and rodent infestation. Evidence: evidence of rodent
or insect infestation.

Medical facilities: preventing person-to-person spread of disease

Areas designated for the examination and treatment of ill crew members should be
separate from other crew member activities, well-lit, clean and private. Examination/
treatment facilities must be clean and properly maintained, with potable water and
hand washing areas. A treatment log should be maintained, as well as accommoda-
tion for adequate disposal of sharps and bio-medical waste.

Operational manuals should be in place, according to the complexity of the facility


and if qualified medically trained crew members are not present on board, proce-
dures should be in place to contact external support for emergency medical advice
services, in case of a health emergency event and/or an outbreak on board. Evi-
dence: space available, medical logs and equipment not properly maintained, medi-
cines not properly stored, bio-medical waste and sharps not properly disposed, pres-
ence of vectors andothers sources

Part 2. Guidance on inspection areas for Annex 3 IHR (2005):

Attachment to Model Ship Sanitation Control Exemption Certificate/ Ship Sani-


tation Control Certificate

In addition to the information for each inspection area contained in Part 1 above,
officers inspecting large vessels should consider the following items from the attach-
ment of Annex 3, where applicable:

1. Food

1. Source
All food should typically be obtained from shore sources approved or considered
satisfactory by the relevant health administration. Food needs to be clean, whole-
some, free from spoilage and adulteration, and otherwise safe for human consump-
tion. Raw materials and ingredients should ideally not be accepted by the ship if they
are known to contain parasites, undesirable microorganisms, pesticides, veterinary
drugs or toxins, decomposed or extraneous substances which would not be reduced
to an acceptable level by normal sorting and/or processing. Where appropriate,
specifications for raw materials can be defined and applied. Stocks of raw materials
and ingredients would typically be subject to effective stock rotation.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 24


2. Storage
 Refrigerated compartments should maintain chilled foods and frozen foods at ap-
propriate temperatures and records should be kept.
 Chemicals or toxic items should be stored in separate and secure facilities and nev-
er with or above foodstuffs.
 Food shall be stored in a designated secured space, protected from contamination
and infestation.
 Food shall be stored in a clean, dry location, not exposed to splashes, dust or other
contamination, and approximately 15 cm/6 in above the deck.

3. Preparation
 Written cleaning and maintenance policies and procedures should be in place for
each critical area in the galley that can contribute to infection or contamination of
food on board.
 Staff assigned to galleys should have competency qualifications obtained by com-
pleting a training course in food handling and preparation. This training should be
up-to-date and records of training should be kept.
 Logs of food holding temperatures should be kept.
 All surfaces, equipment and fixtures should be appropriate for their assigned use –
e.g. nonabsorbent, easily cleaned, properly sealed or protected from the entry of
insects or rodents.
 Foods should be purchased from safe sources and be properly stored, prepared
and served.
 All galleys and food preparation or handling areas shall have conveniently located
and ready access to dedicated hand wash stations, and the stations should be sup-
plied with soap, a disposable paper towel, and a waste receptacle.
 The hand wash station should be for this use only and remain accessible at all
times.

4. Service
 Food openly on display at buffet counters -- whether packaged, on the counter, in
a service-line, or under salad bar food guards --, should be protected by appropri-
ate display cases or by other effective ways to prevent crew or guest contamina-
tion.
 Self-service buffet or salad bar operations with unpackaged ready-to-eat
foods,should be provided with serving utensils and dispensing methods that pre-
vent food/drink contamination.
 Foods should be protected from contamination in storage or transport from sources
such as seawater, bilge water, wastewater, hydraulic or fuel lines.
 Hot foods should be kept hot and cold foods should be kept cold on display and
service areas and buffets.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 25


Water

1. Source
The quality of drinking water taken from a shore supply should be assessed be-
fore being taken on board. Port and local competent authorities should investigate
the level of water safety. This investigation should be a routine part of the on
board water management procedures. Water quality should be verified at mini-
mum by water quality reports from the port from which thewater is taken, or by
onboard water quality kits which meet Standard Methods for the Examination of
Water.
For ships that produce water with onboard evaporators or reverse osmosis sys-
tems, these systems should not be operated in polluted areas, harbors, or at an-
chor.
Ships should not take water from suspect shore supplies such as multi-use tank
trucks or multi-use barges, but should ensure the trucks and barges are approved
or considered satisfactory by the relevant health administration and used for pota-
ble water only. The ship water management procedures should ensure that the
reception, handling, storage and delivery to ship water systems be carried out un-
der completely sanitary conditions to protect water safety.
Potable water filling hoses should be constructed and used for this purpose only.

2. Storage
Potable water needs to be stored in tanks that are constructed, located and pro-
tected as to be safe against any contamination from outside the tank.
Treatment used should be suitable for the water to be purified from water tank fill-
ing by shore or onboard production plant and capable of ensuring efficient opera-
tion with the production of potable water that conforms to the Guidelines for drink-
ing-water quality 2004 (WHO 2004) or any relevant competent authority’s require-
ments. If chlorination is being used, it should have effective contact time and pro-
vide a measurable free chlorine residual in the tanks being filled.
If potable water from tanks is piped to technical system endpoints, approved back-
flow prevention devices should be installed to protect the potable water system.
Potable water tanks should not share a common wall with the hull or other non-
potable water tanks.
Piping systems carrying non-potable liquids should not pass inside potable water
tanks.

Distribution
Potable water distribution systems should have appropriate backflow prevention
devices wherever there are cross-connections with non-potable water, industrial
fluids or gas which may enter the potable water distribution system.
Backflow preventers should be inspected and maintained in good condition.
Potable water in distribution should be further treaed if necessary to ensure it re-
mains in a potable condition (WHO) for end users.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 26


Waste

All solid food and medical waste material should be held in a clearly marked space
that is identified for this purpose only.
All holding and discharge of waste should be included in written company policies
and procedures in a waste management plan. This plan should take into account the
local regulations or protocols in place for waste management at the ports visited.
Wastes should be discharged under contract to approved waste management firms
or agencies.

Swimming pools and spas


1.Swimming pools and whirlpools should meet the WHO Guidelines for Safe Recre-
ational Water Environments, Vol. 2 Swimming pools, Spas and Similar Recreation-
al Water Environments - 2004.
2.Swimming pools and whirlpool spas must be supplied with seawater or a potable
water supply that passes through an air gap or approved backflow prevention de-
vice.
3.No bather should be allowed to use a pool before it goes through a disinfection
process where pathogenic microorganisms are removed or inactivated by chemi-
cal (e.g. chlorination) or physical (e.g. filtration, UV radiation) means, unless pool
is in flow-through, seawater mode, such that they represent no significant risk of
infection.
4.Written or electronic records of operations, disinfection processes and mainte-
nance should be maintained in accordance with manufacturer’s recommendations.

Medical facilities

1. Equipment and medical devices


Adequate medical equipment and devices should be in good operational and
hygiene conditions, operated and maintained according to manufacturer’s
recommendations.
2. Operations
 Credentialed medical staff (physician/nurse) or other crew members designat-
ed to work in these facilities should be trained for his/her duty in basic medical
first aid.
 A well organized, legible and up to date medical log should be in place in the-
se facilities. The log should list cases of illness, passengers/crew concerned
and any medication dispensed. Log entries should list: 1) first date of clinic
visit, name, age, and gender of patient; 2) passenger or crew member desig-
nation; 3) crew member position or job; 4) cabin number; 6) date/time of ill-
ness onset; 7) illness symptoms; and 8) note regarding specimen collection or
other action taken, if applicable.
 The medical log should be available during inspections.
 There should be adequate hand washing facilities within the examination/
treatment areas.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 27


3. Medicines
 Medications should only be dispensed to passengers or crew by trained and
authorized personnel; and adequate records of consumption must be kept.
 Confidentiality of personal medical and health information
 Personal medical and other health in formation concerning passengers, crew
or others, maintained in the above records or otherwise, must be processed
and maintained confidentially in accordance with applicable laws and regula-
tions.

Other areas

1.Sanitary control measures should be in place for all animals and their waste
products.
2.Faecal accident procedures should be considered for passenger vessels.
3.Passengers’ quarters: all practicable measures should be in place, consistent
with the IHR (2005), to permanently keep all passenger accommodation free
of sources of infection or contamination, including vectors and reservoirs (i.e.
insects or rodent vectors).

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 28


CHECKLIST PEMERIKSAAN SANITASI KAPAL

A. Data Umum
1. Nama Kapal : 8. Bendera :
2. Jenis Kapal : 9. Nomor IMO :
3. Besar Kapal : 10. Nama pemilik :
4. Datang dari : 11. Tujuan :
5. Tanggal tiba : 12. Tanggal berangkat :
Jam tiba : Jam berangkat :
6. Diperiksa tanggal : 13. Lokasi sandar :
7. Jumlah awak : 14. Jumlah penumpang:

KONDISI
No Lokasi yang di periksa Memenuhi Tidak Rekomendasi
syarat memenuhi
1. Dapur
2. Ruang Rakit Makanan
3. Gudang
4. Palka / Cargo
5. Ruang tidur / Quarter
- ABK / Crew
- Perwira / Officer
- Penumpang / Passanger
- Geladak / Deck
6. Air Minum
7. Limbah Cair
8. Air Balast
9. Limbah Medis / Padat
10. Air Tergenang / Permukaan
11. Ruang Mesin
12. Fasilitas Medik
13. Area Lainnya
Keterangan: * Beri tanda (V) pada kolom sesuai dengan kondisi
Catatan pemeriksaan:
……………………………………………………………………………………
Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021
………………………………………………………………………………….. 29
Pemeriksaan Kelengkapan Obat-Obatan / P3K di Kapal
Nama kapal : GT :
Tanggal Periksa : FLAG :
Nama Nahkoda : CREW :
Keagenan/Owner : WILKER :
No Nama Obat / ALKES Ada Tidak EXP Ket
I. Obat Dalam / Dimakan
a Obat cuci perut / laxantia (Dulcolax, Broklak, dll)
b Obat panas / anti piretik (Paracetamol,Panadol)
c Obat anti nyeri /analgetik (Antalgin,Asam mefenamat)
d Obat batuk kering /antitusif (Dextromethorfan Hbr,dll)
e Obat batuk berdahak /expectorant (OBH syrup,dll)
f Obat lambung (Antasida,Promag,Cimetidin,Ranitidin)
g Obat anti diare/menceret (Norit,New Diatab,dll)
h Obat anti alergi (CTM,Loratidine,Cyproheptadine,dll)
i Obat anti infeksi (Amoxilin,Trisulfa,Cyprofloxacin,dll)
j Obat anti spasme (Papaverin,Spasimal,dll)
k Obat anti asma (Asmasoho,Salbutamol,dll)
l Obat anri rematik (Neo Rheumacyl,Voltadex,dll)
II. Obat Luar
a Obat mata (Kemicetin,Visine,Insto Boor Water,dll)
b Obat luka (Betadine,Rivanol,Alkohol 70%,dll)
c Obat mulut (Borax Gliserin,dll)
d Obat tetes telingan (Earlamycetin,dll)
e Obat gosok untuk nyeri (Balsem,Rheumason,dll)
f Obat luka luar (Levvertant, Burnazin,Biplacenton,dll)
III Alat Medis
a Arteri klem
b Gunting medis
c Hansaplast
d Nierbeken
e Kain segitiga
30
f Kapas
No Nama Obat / ALKES Ada Tidak EXP Ket
g Kassa steril / kassa gulung
h Peniti
i Plester gulung
j Sarung tangan

Hasil Pemeriksaan : Lengkap / Tidak lengkap


Catatan : …………………………………………………………..

Nahkoda / Master Kapal Petugas Pemeriksa

……………………………. ………………………………..

31
SKILL LAB 2. KEKARANTINAAN KAPAL LAUT

Landasan Teori
Tugas dan fungsi bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans
epidemiologi, mengacu pada Undang-undang tentang karantina laut,
tanggal 13 Desember 1961.

International Health regulations dan Manual kantor Kesehatan pelabuhan yang


diterbitkan oleh Direktorat Epidemiologi dan karantina Ditjen P3 M Depkes RI
dengan maksud sebagai penuntun dalam pelaksanaan tugas di bidang
Karantina dan Undang-undang Karantina sebagai dasar hukumnya.

Pasal 11
Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan dibidang
kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial wabah
dan muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta
pengembangan teknokogi, pendidikan dan pelatihan bidang ke karantinaan di
wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Bidang
Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi menyelenggarakan fungsi:
a. Kekarantinaan surveilans epidemiologi penyakit dan penyakit potensial
wabah serta penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali;
b. Kesiapsiagaan, pengkajian, serta advokasi penanggulangan KLB dan ben-
cana/Pasca bencana bidang kesehatan;
c. Pengawasan lalu lintas OMKABA ekspor dan impor serta alat angkut,
termasuk muatannya;
d. Kajian dan diserminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
e. Pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;
f. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kekarantinaan;
g. Pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah
kerja bandara, pelabuhan, dan lintas barat darat negara;
h. Penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans
epidemiologi.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 32


SKENARIO
Skill lab 2. Karantina Kapal

“Waduh, kapal berpenyakit datang”

Kepala KKP Kelas III Dumai menerima permohonan pemeriksaan


kapal dari sebuah agen pelayaran yang melakukan bisnis ekspor-
impor furniture dari Cina. Kapal direncanakan akan tiba esok hari.

Dari laporan kapten kapal, diketahui bahwa :


1) Terdapat 2 awak kapal yang sedang demam tinggi sejak 3 hari
yang lalu yang sudah dipisahkan kamar tidurnya dari awak
lainnya.
2) Sempat terjadi diare pada sebagian awak kapal pada 7 hari
yang lalu setelah memakan sajian chef, namun kondisi tidak
parah dan sembuh dengan obat diare yang ada di kotak P3K.

Pertanyaan untuk skills lab :


1) Apa hal yang harus dilakukan oleh petugas PRL dalam
pemeriksaan sanitasi kapal ?
2) Apa saja tindakan yang harus dilakukan dalam karantina
laut ?
3) Kapan kapal dinyatakan selesai karantina laut ?

33
LANDASAN TEORI

Penatalaksanaan Penyakit Karantina

Dasar hukum :
Soal karantina laut sehingga sekarang diatur oleh "Quarantaine
Ordonnantie" (Staasblad No. 277 tahun 1911), yang perlu diganti dengan
Peraturan perundang-undangan baru, sesuai dengan jiwa Undang-undang
Pokok Kesehatan, yang menghendaki supaya peraturan-peraturan perundangan
lama segera dapat dicabut.

Berhubung dengan perkembangan lalu lintas, laut yang makin ramai dan
adanya wabah-wabah dinegara-negara sekeliling Indonesia atau adanya wabah
disalah satu pulau, perlu karantina ini segera diatur sebaik-baiknya. Sebagai
pedoman tehnis dipergunakan "International Sanitary Regulations" (I.S.R.) dari
Organisasi Kesehatan Sedunia karena undang-undang kita harus pula sesuai
dengan ukuran-ukuran internasional.

- Pasal 5 ayat (1) & pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
- Undang-undang pokok kesehatan (Undang-Undang no 9,1960 – lembaran
negara 1960 no 131, telah diganti Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang
kesehatan.
- Dalam Undang-Undang no 6 tahun 1962 tentang wabah, telah diganti Undang
- Undang no 4, tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
- Pasal 3 Undang-undang no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular,
menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah.
- Permenkes NO 560 / Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis-jenis penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporan dan
tata cara penanggulangan seperlunya (18 jenis penyakit).
1. Kholera 7. Influenza 13. Polio
2. Demam kuning 8. Tifus perut 14. Pertussis
3. Tifus bercak wabah 9. Encephalitis 15. Malaria
4. Campak 10. Pes 16 Hepatitis
5. Difteri 11. Demam bolak-balik 17. Meningitis
6. Rabies 12. DHF 18. Antrax
19. SARS. Kepmenkes no 424/Menkes/SK/IV/ 2003 tentang penetapan severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai penyakit yang dapat
menimbulkan wabah (sebagimana diubah dengan Kepmenkes no 514/
Menkles/SK/IV 2003 à lampiran E tentang Rumahs sakit rujukan.

20. Flu burung. Kepmenkes no 1371/Menkes/SK/IX/ 2005 tentang penetapan


flu burung (Avian Influenza) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan
wabah
21. Influenza abru H1n1. Kepmenkes no 311/Menkes/SK/V/ 2009 tentang
penetapan flu baru H1N1 (Mexican strain) sebagai penyakit yang dapat
Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 34
Definisi :

Tindakan karantina : ialah tindakan-tindakan terhadap kapal beserta isinya dan


daerah pelabuhan untuk mencegah penjangkitan dan
penjalaran penyakit karantina.
Dalam karantina : ialah suatu keadaan kapal yang berada di suatu tempat
yang tertentu untuk dapat menyelenggarakan tindakan
karantina.
Isyarat karantina : ialah isyarat menurut buku "Peraturan Isyarat
Internasional".
Pemeriksaan kesehatan : ialah pengunjungan dan pemeriksaan kesehatan oleh
dokter pelabuhan dan/atau stafnya terhadap keadaan
kapal dengan isinya.
Wabah : ialah penjalaran atau penambahan banyaknya peristiwa
penyakit karantina.
Seorang terjangkit : ialah seorang yang menderita atau yang dianggap oleh
dokter pelabuhan menderita penyakit karantina.
Seorang tersangka : ialah seorang yang dianggap oleh dokter pelabuhan telah
mengalami kemungkinan ketularan suatu penyakit
karantina.
Pelabuhan : ialah suatu daerah yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai tempat kapal berlabuh.
Kapal : ialah semua alat pengangkut, juga termasuk kepunyaan
Angkatan Bersenjata, yang dapat berlayar.
Awak kapal : ialah para pegawai suatu kapal yang dipekerjakan untuk
bertugas di atasnya.
Dokter pelabuhan : ialah dokter yang berwenang untuk menjalankan Undang-
undang ini.
Isolasi : ialah pengasingan seseorang atau beberapa orang dari
yang lain dalam suatu stasion karantina, rumah sakit atau
tempat lain oleh dokter pelabuhan untuk mencegah
penularan penyakit.
Pengawasan : ialah suatu tindakan karantina yang mewajibkan
seseorang memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga ia
dapat melanjutkan perjalanannya.
Surat keterangan kesehatan : ialah keterangan kesehatan yang harus diberikan
kepada dokter pelabuhan oleh nakhoda
mengenai keadaan kesehatan di kapal yang
memenuhi syarat- syarat internasional

Dokumen kesehatan, mengacu pada Undang-undang tentang karantina


laut tanggal 13 Desember 1961.

BAB V. DOKUMEN KESEHATAN.


Pasal 15.
Untuk kapal yang dikenakan pemeriksaan kesehatan diisi suatu keterangan
kesehatan maritim yang harus diberikan kepada dokter pelabuhan oleh
nakhoda mengenai keadaan kesehatan di kapal.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 35


Pasal 16.
Tiap penumpang dan awak kapal dari suatu kapal yang ada di dalam
perjalanan internasional diharuskan memiliki keterangan vaksinasi cacar yang
berlaku; Menteri Kesehatan menetapkan bentuk dan isi keterangan vaksinasi
tersebut.

Pasal 17.
Tiap kapal harus memiliki surat keterangan hapus-tikus/atau surat keterangan
bebas hapus-tikus; bentuk dan isi surat keterangan tersebut ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

Pasal 18.
Dokumen-dokumen tersebut dalam pasal 15, 16 dan 17 tentang bentuk dan
isinya disesuaikan dengan bentuk-bentuk yang dilampirkan pada "International
Sanitary Regulations 1951".

Pasal 19.
Kapal yang berbendera Indonesia dan kapal yang melakukan pelayaran pantai
di dalam wilayah Indonesia, harus mempunyai suatu buku kesehatan, yang
bentuk dan isinya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Tata cara dan tindakan karantina

BAB VI. TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA.

a. Tata-cara pada kedatangan kapal.

Pasal 20.
(1) Tiap kapal yang datang dari luar negeri berada dalam karantina.
(2) Tiap kapal yang datang dari suatu pelabuhan dan/atau daerah wilayah
Indonesia yang ditetapkan terjangkit suatu penyakit karantina berada
dalam karantina.
(3) Tiap kapal yang mengambil penumpang dan/atau muatan dari kapal yang
disebut dalam ayat (1) dan (2) berada dalam karantina.
(4) Kapal yang disebut pada ayat (1), (2) dan (3) baru bebas dari karantina,
bila telah mendapat surat izin karantina.

Pasal 21.
Nakhoda kapal yang dalam karantina dilarang menurunkan atau menaikkan
orang barang, tanaman dan hewan, sebelum memperoleh surat izin karantina.

Pasal 22.
Nakhoda kapal menyampaikan permohonan untuk memperoleh suatu izin atau
memberitahukan suatu keadaan dikapal dengan memakai isyarat sebagai
berikut :

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 36


Siang hari.
Bendera Q : kapal saya sehat/saya minta izin karantina.
Bendera Q diatas panji pengganti kesatu : kapal saya tersangka.
Bendera Q diatas bendera L : kapal saya terjangkit.

Malam hari.
Lampu merah diatas lampu putih dengan jarak maximum 1,80 meter : saya
belum mendapat izin karantina.

Pasal 23.
(1) Izin lepas karantina diberikan oleh dokter pelabuhan setelah dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan dan terdapat bahwa kapal itu sehat atau kalau
segala tindakan yang dianggap perlu oleh dokter pelabuhan telah selesai
dilakukan.
(2) Jika kepada suatu kapal tidak dapat diberikan izin lepas karantina, tetapi
dokter pelabuhan berpendapat bahwa bahaya kemasukan serangga
suatu penyakit karantina tidak seberapa membahayakan, maka dokter
pelabuhan dapat memberikan izin terbatas karantina kepada kapal yang
bersangkutan untuk jangka waktu yang tertentu.
(3) Jika dalam waktu berlakunya izin lepas dan/atau izin lepas terbatas
karantina timbul suatu kematian atau penyakit karena suatu penyakit
karantina, izin yang dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) tidak berlaku lagi.
Dalam hal itu kapal menuju kesuatu pelabuhan karantina untuk mendapat
tindakan-tindakan karantina yang diperlukan.

Pasal 24.
(1) Untuk kapal yang datang dari luar negeri dan akan singgah di suatu
pelabuhan bukan pelabuhan karantina dan untuk kapal yang mempunyai
pelayaran tertentu antar luar negeri dan pelabuhan-pelabuhan Indonesia
bukan pelabuhan karantina oleh Menteri Kesehatan dapat diberikan surat
izin sementara karantina tanpa dibebaskan dari tindakan karantina.
(2) Surat izin yang dimaksudkan pada ayat (1) dapat diberikan atas
permintaan perusahaan pelayaran kapal tersebut yang bertempat
kedudukan di Indonesia atau mempunyai hubungan lalu-lintas pelayaran
tetap dengan tempat-tempat tertentu.

Pasal 25.
(1) Kepada kapal yang tidak mau tunduk pada peraturan karantina tidak
diberikan "izin karantina"; kepadanya diperintahkan supaya berangkat lagi
atas tanggungan sendiri dan tidak diizinkan memasuki pelabuhan lain di
Indonesia.
(2) Kapal tersebut pada ayat (1) diizinkan mengambil bahan bakar, air dan
bahan makanan di bawah pengawasan dokter pelabuhan.
(3) Kapal yang tersebut pada ayat (1) yang terjangkit demam kuning
terhadapnya dilakukan tindakan karantina.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 37


Pasal 26.
(1) Pemeriksaan kesehatan atas suatu kapal oleh dokter pelabuhan
dilakukan secepat mungkin kecuali kalau keadaan cuaca tidak
mengizinkan.
(2) Urutan pemeriksaan yang dimaksudkan pada ayat (1) ditetapkan dokter
pelabuhan.
(3) Nakhoda kapal menyampaikan segala keterangan kepada dokter
pelabuhan dan memberi segala bantuan yang diminta oleh penjabat
tersebut. Jika di kapal bekerja seorang dokter kapal, maka dokter tersebut
ikut serta melakukan pemeriksaan kesehatan yang dimaksudkan pada
ayat (1).
(4) Keterangan mengenai keadaan kesehatan kapal diberikan oleh nakhoda
(dan jika ada dokter kapal, juga oleh dokter tersebut) atau dokter kapal di
bawah sumpah kepada dokter pelabuhan.
(5) Pada waktu kapal tiba di pelabuhan orang yang terjangkit dapat
diturunkan dari kapal dan diasingkan; jika diminta oleh nakhoda, hal ini
adalah suatu keharusan.
(6) Dokter pelabuhan dapat melakukan pengawasan karantina terhadap
seorang tersangka.
(7) Pengawasan karantina ini tidak boleh diganti dengan isolasi, kecuali bila
dokter pelabuhan berpendapat, bahwa kemungkinan penularan oleh
sitersangka besar sekali.
(8) Terhadap kapal Angkatan Bersenjata pemeriksaan kesehatan dapat
diganti dengan keterangan-keterangan tertulis atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh dokter pelabuhan; keterangan-keterangan
tertulis itu dibuat oleh komandan kapal tersebut.
(9) Jika keterangan-keterangan yang dimaksudkan pada ayat (8)
berdasarkan pendapat/pertimbangan dokter pelabuhan tidak mencukupi,
maka dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Pasal 27.
(1) Pada waktu tiba dipelabuhan nakhoda kapal menyediakan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
a. keterangan kesehatan maritim;
b. keterangan hapus-tikus, atau bebas hapus-tikus yang berlaku;
c. sertipikat-sertipikat vaksinasi;
d. buku kesehatan sekedar mengenai kapal-kapal yang dimaksud dalam
pasal 19.
(2) Dokter pelabuhan dapat memeriksa daftar penumpang, awak kapal dan
muatan.

b.Tata-cara pada pemberangkatan kapal.


Pasal 28.
(1) Dokter pelabuhan mengambil tindakan untuk :\\
a. Mencegah pemberangkatan orang yang terjangkit atau tersangka
berpenyakit karantina;
Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 38
b. mencegah dimasukkannya barang-barang, tanamanan atau hewan, dan lain-
lain benda yang dapat diduga akan menyebarkan infeksi penyakit karantina di
dalam kapal yang akan berangkat.

(2) Untuk mempercepat pemberangkatan kapal, maka pemeriksaan


kesehatan terhadap penumpang dilakukan pada waktu yang sama
dengan pemeriksaan Jawatan Bea dan Cukai dan lain-lain jawatan.
(3) Seorang dalam perjalanan antar negara yang pada waktu tiba
dipelabuhan berada dalam pengawasan karantina, diperkenankan untuk
meneruskan perjalanannya.
(4) Nakhoda kapal menyiapkan pada waktunya segala dokumen kesehatan
yang dimaksud pada pasal 16, 17 dan 19.
(5) Dokter pelabuhan memeriksa segala dokumen kesehatan dan mencegah
pemberangkatan sesuatu kapal yang tidak mempunyai dokumen yang
dimaksud pada pasal 17 yang berlaku.
(6) Jika diminta, diberikan surat keterangan perihal tindakan-tindakan yang
dilakukan terhadap kapal serta alasannya dan cara melakukannya tanpa
pembayaran keterangan dapat juga diberikan mengenai penumpang dan
muatan.

c. Tindakan-tindakan lain.

Pasal 29.
(1) Tindakan karantina mencakup pemeriksaan kesehatan dan segala usaha
penyehatan terhadap kapal, bagasi, muatan barang, muatan hewan dan
muatan tanaman.
(2) Tindakan penyehatan terhadap bagasi dan muatan barang dilakukan, bila
hama penyakit karantina dan barang-barang tersebut akan diturunkan
dipelabuhan.
(3) Terhadap hewan, diturunkan atau tidak, atau dipindahkan kekapal lain
dilakukan usaha-usaha penyehatan, kalau dokter pelabuhan menganggap
perlu.
(4) Pelaksanaan tindakan penyehatan harus dilakukan secepat mungkin
dengan sedapat-dapatnya tidak menyebabkan kerusakan pada alat
pengangkutan dan muatan.
(5) Surat pos, buku-buku dan barang-barang cetakan lainnya dibebaskan dari
segala usaha penyehatan dimaksudkan pada ayat (1)dan ayat (2),
terkecuali paket yang dicurigakan.

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 39


CHECKLIST INSTRUMEN PEMERIKSAAN KAPAL DALAM KARANTINA

I. Data Umum
Nama kapal : Nahkoda :
Bendera : GRT :
IMO : Agent :
Pelabuhan asal : Tujuan :
Tg. Labuh : Jam/lokasi :
Tg. Tambat : Jam/Lokasi :
Tg. Diperiksa :
Jmlh ABK WNA: person Penumpang WNA: person
WNI: person WNI: person
II. Data Khusus
A. Pelanggaran karantina
1. Isyarat karantina 2. Aktifitas diatas kapal
Pasang set diluar dam Ada bongkat muat sebelum penerbitan free pr
Pasang saat sandar Menaikkan/menurunkan orang sebelum free p
Tidak terpasang Tidak ada / N.A
No Jenis Dokumen Kondisi Keterangan
1 MDH Ada Tidak If no, specify
2 SSCEC/SSCC Ada Tidak Bila tidak
Terbit di : ada ada,alasannya…..
Tg terbit : If no,specify
Berlaku s.d :
3 Daftar ABK Ada Tidak If no, specify
4 Vaccination Ada Tidak If no, specify
5 Buku kuning (ICV) Ada Tidak Bila tidak
ada,alasannya….
Berlaku Tidak If no, specify
6 P3K/Medical Test Ada Tidak Bila tidak ada,
Terbit di : alasannya……
Tg terbit : Lengkap Tidak If no, specify
Berlaku s.d : lengkap

7 Buku kesehatan Ada Tidak Bila tidak ada,


Terbit di : ada alasannya….
Tg terbit : If no, specify
8 Voyage Memo Ada Tidak If no, specify
9 PHC Last Port Ada Tidak Bila tidak ada,
Terbit di : ada alasannya….
Tg terbit : If no,specify
10 Sertifikat Hapus Serangga Ada Tidak
Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 40
C. Faktor Risiko PHEIC
Tidak ada Ada (tanda kehidupan tikus,kecoa,lalat dll)
YES, SPECIFY
III. Kesimpulan
1. Pelanggaran 2. Masalah PHEIC
Tidak ada Tidak ada
Ada Ada
3. Dokumen Kesehatan
Lengkap dan berlaku Lengkap dan tidak berlaku
Tidak lengkap dan Tidak lengkap dan tidak berlaku
Tidak berlaku
IV. Rekomendasi
1. Pelanggaran karanti- na 2. Penangan masalah PHEIC
Surat pernyataan Tata Laksana kasus
Proses verbal Tindakan sanitasi / Penyehatan kapal

3. Dokumen kesehatan 4. Freepratique


Melengkapi No
Memperbaharui Tg
Investigasi Jam

Mengatahui, Pekanbaru,

…………………………... …………………………….

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 41


SKENARIO
Skill lab 3. Edukasi calon penumpang

“Syarat apa lagi sih nih ???”

Adanya pandemi covid ini menimbulkan pembatasan gerak warga


Indonesia untuk bepergian lintas wilayah maupun negara, baik me-
lalui darat, laut dan udara. Untuk penerbangan, beberapa kali su-
dah dilakukan revisi syarat penerbangan; mulai dari wajib di-
lakukan rapid test, ataupun sekarang berupa wajib PCR test
maksimal 1 hari sebelum keberangkatan. Menunjukkan kartu
vaksin atau minimal 1 buah sertifikat vaksin ataupun sudah men-
jadi kewajiban syarat pra terbang.

Cukup banyak masyarakat yang tak mengetahui hal ini.


Penumpang menjadi bertumpuk di pos pelayanan verifikasi tes
kesehatan KKP Kelas II Pekanbaru dalam area Angkasa Pura
Bandara Sutan Syarif Kasim II. Apalagi pernah ditemukan adanya
pemalsuan surat keterangan rapid test. Untuk itu Pemerintah su-
dah menggalakan informasi agar masyarakat mengunduh aplikasi
PeduliLindungi. Pihak Angkasa Pura pun sudah menyediakan dua-
buah mesin untuk membantu verifikasi dokumen kesehatan.

Pertanyaan untuk skills lab :


1) Apa saja syarat penerbangan domestik dan internasional
saat ini ?
2) Apa saja dokumen yang harus disiapkan untuk ditunjukkan di
gerbang masuk ?
3) Apa manfaat penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk pe
nerbangan ataupun keperluan bepergian dengan cara
lainnya ?

42
SKILL LAB 3. EDUKASI KEPADA CALON PENUMPANG

Industri aviasi terutama sektor penerbangan, memiliki peranan da-


lam hubungannya dengan Public Health Emergency of International
(PHEIC). Kemampuan untuk mentransportasikan penumpang dalam
jumlah banyak dan konstan ke berbagai dunia berpotensi menjadi trans-
misi penyakit menular dan berkontribusi dalam penyebaran penyakit
secara luas, baik sebelum, selama, ataupun setelah penerbangan.
Lemahnya pengawasan dipintu masuk diikuti kejadian pertama pada
terpaparnya korban positif Covid-19 di Indonesia. Untuk itu sebagai salah
satu langkah untuk pencegahan diperlukan validasi dokumen kesehatan
sebagai syarat penerbangan.
Sesuai surat edaran Kasatgas No. 17 tahun 2021 tentang ketentu-
an perjalanan orang dalam negeri pada masa pandemi Corona Virus Dis-
ease pada point ke tiga disebutkan bahwa pelaku perjalanan jarak jauh
denga moda transportasi udara dari dan ke pulau jawa dan bali berserta
daerah yang ditetapkan melalui Instruksi Mentri Dalam Negri sebagai
daerah dengan kategori PPKM level 4 dan PPKM level 3 wajib menunjuk-
kan kartu vaksin (minimal vaksinasi dosis pertama) dan surat keterangan
hasil negative RT-PCR yang sampelnya diambil dalam kurun waktu
maksimal 2 x 24 jam sebelum keberangkatan sebagai persyaratan perjal-
anan.

Validasi Dokumen Kesehatan sebagai Syarat Penerbangan


Validasi menurut KBBI adalah suatu tindakan pembuktian yang
bertujuan untuk membuat sesuatu yang resmi diterima atau disetujui.
Validasi dokumen kesehatan sebagai syarat penerbangan melalui ap-
likasi Peduli Lindungi bertujuan untuk menentukan status “Layak
Terbang” atau “Tidak Layak Terbang” bagi calon penumpang. Hal terse-
but untuk mencegah pemalsuan dokumen kesehatan oleh calon
penumpang. Kebijakan validasi ini diatur dalam surat edaran Nomor
HK.02.01/MENKES/847/2021 tentang digitalisasi dokumen kesehatan
bagi pengguna trasnportasi udara yang terintegrasi dengan aplikasi
Peduli Lindungi :
A. Aplikasi Electronic Health Alert Card (e-HAC) Kementrian
Kesehatan telah terintegrasi kedalam system informasi satu data
Covid-19 Peduli Lindungi.
B. Seluruh laboratorium dan fasyankes yang melakukan pemeriksaan
RDT Antigen dan PCR milik pemerintah, Pemda, dan masyarakat/
swasta wajib melakukan entry data secara Real -Time kedalam ap-
likasi NAR selanjutnya akan terintegrasi dengan system informasi
satu data Covid-19 secara Real -Time.
43
D. Proses validasi dokumen kesehatan berupa hasil pemeriksaan l
aboratorium RDT Antigen dan PCR, e-HAC, dan kartu vaksinasi
Covid-19 di bandar udara dilakukan pada saat di counter check-in
melalui scan barcode.
E. Jika terdapat kendala atau keraguan pada saat validasi dokumen
melalui scan barcode tadi, proses validasi bias dilakukan secara
manual oleh petugas KKP di Bandar udara.
F. Dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelukan
perjalanan udara, petugas KPP tetap melakukan pemantaun sta-
tus kesehatan penumpang dan berkoordinasi dengan petugas di
Bandar udara dan pemangku kepentingan lainnya.
G. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pembinaan
dan pengawasan untuk memastikan seluruh laboratorium dan
fasyankes yang bekerja sama diatas untuk melakukan entry data
sesuai dengan ketentuan.

Prosedur Validasi Dokumen Kesehatan


Sebelum melakukan validasi dokumen kesehatan, calon
penumpang harus mengunduh aplikasi Peduli Lindungi terlebih dahulu
dari PlayStore atau pun AppStroe. Lalu klik menu “Paspor Digital” dan
klik “Hasil Tes Covid-19”, kemudian calon penumpang akan mendapat-
kan barcode yang akan digunakan untuk validasi dokumen kesehatan.
A. Langkah 1 : Calon penumpang melakukan pemindaian barcode
yang tertera pada aplikasi Pedilu Lindungi menggunakan QR
Code Scanner yang telah disesuaikan. Jika hasilnya “Layak
Terbang” maka calon penumpang bias melanjutkan ke pintu
Check-in.
B. Langkah 2 : Jika langkah 1 gagal atau calon penumpang tidak
memilki aplikasi Peduli Lindungi, input NIK pad microsite Peduli
Lindungi pada mesin yang telah disediakan.
C. Langkah 3 : Jika langkah 2 gagal, maka calon penumpang harus
melakukan validasi dokumen secara manual dengan menye-
rahkan dokumen kesehatan kepada petugas KKP.

Untuk bisa menginformasikan hal diatas kepada calon penumpang


diperlukan keterampilan seseorang dalam berkomunikasi dengan baik
dan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian informasi.

44
Keterampilan komunikasi merupakan yang sangat penting dimiiki
oleh dokter yang dalam tugasnya akan melakukan kegiatan mengumpul-
kan informasi dari seseorang atau sekelompok orang. Dengan komu-
nikasi, yang dapat dilakukan dengan cepat, sederhana, murah,efektif,
akan diperoleh informasi yang akurat.
Banyak kelemahan hasil wawancara (interview) disebabkan ket-
erampilan komunikasi yang kurang memadai serta sikap sementara
pewawancara (interviewer) yang kurang memperhatikan aspek psikologi
responden (menempatkan responden sebagai subjek tapi sebagai objek
semata). Atas kenyataan tersebut diatas maka keterampilan komunikasi,
jelas akan sangat membantu kita dalam melakukan tugas-tugas sebagai
dokter.
Komunikasi sebagai garis besar adalah proses penyampain sinyal.
Ada beberapa macam komunikasi, tetapi pada kesempatan ini yang di-
maksud dengan komunikasi verbal dengan tujuan untuk:
 Membangun sambung rasa antara dua pihak yang melakukan
komunikasi
 Memperoleh informasi/ data dari seseorang atau sekelompok orang
(pada kegiatan wawancara)
 Memberikan penerangan/penjelasan kepada seseorang (advis)
atau sekelompok orang (penyuluhan)

Pada komunikasi ada 3 jenis keterampilan yang dilatihkan, yaitu:


A. Sambung rasa dalam bentuk wawancara
Wawancara dilakukan melalui kegiatan penugasan di lapangan
yang selanjutnya dibahas dalam Focus Group Discussion(FGD)
B. Sambung rasa dalam bentuk komunikasi dokter-pasien
Komunikasi dokter-pasien dilakukan dalam bentuk simulasi pada
kegiatan latihan keterampilan di skill lab
C. Melakukan penerangan / penjelasan kepada sekelompok orang
dalam bentuk penyuluhan / presentasi

Etika komunikasi
1. Sebelum melakukan komunikasi, kita harus meminta izin dengan
mengucapkan salam.
2. Usahakan agar kunjungan dapat diatur sedemikian rupa sehingga
responden ada waktu kita melakukan edukasi.
3. Pada waktu melaksanakan edukasi mulailah dengan memperkenal-
kan diri dan menjelaskan maksud kedatangan kita. Bila perlu tun-
jukkan surat tugas/tanda pengenal.
4. Minatalah waktu dan perkirakan waktu yang diperlukan. Jika re-
sponden menolak carilah alternative(responden pengganti)
45
5. Sebelum melakukan edukasi beri penjelasan tentang pentingnya
informasi yang akan disampaikan dan yakinkan bahwa ke-
rahasiaan data yang diperoleh dari mereka.
6. Tegaskan bahwa keterangan-keterangan yang diberikan akan di-
pergunakan untuk keperluan responden.
7. Kerjasama dengan responden perlu diperhatikan sehingga tidak
segan-segan untuk menjawab pertanyan-pertanyaan dengan te-
pat.
8. Tunjukkan sikap ramah, sopan santun, dan sabar.
9. Dalam melaksanakan edukasi kita akan menemui berbagai sikap
responden, ada yang senang dan ragu-ragu.
10. Jika responden membelokkan percapakan kembalikan pembic-
araan awal kearah tujuan dan usahakan untuk menjelaskan
dengan tepat.
11. Jangan memberikan tanggapan dan komentar yang tidak baik ter-
hadap jawaban yang diberikan atau hilang kesabaran.
12. Bersabar atas sikap ingin tahu mereka, dan jawablah pertanyaan
mereka dengan tepat dan jelas.
13. Diakhir edukasi ucapkan terimakasih atas waktunya dan ucapkan
salam.

46
Checklist Penilaian Komunikasi/ Edukasi
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Penampilan
Berpenampilan sederhana, rapi, dan bersih
2. Awal edukasi
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan maksud edukasi
(Bila perlu tunjukkan surat tugas/tanda pengenal)
 Meminta waktu kepada penumpang dan memberi prakiraan
waktu yang diperlukan edukasi
 Sebelum melakukan edukasi menjelaskan dulu tentang pent-
ingnya edukasi yang akan diberikan
 Meyakinkan penumpang mengenai kerahasiaan data yang
diperoleh
 Menjalin kerjasama dengan penumpang
3. Proses edukasi
 Memakai Bahasa (verbal/nonverbal) yang sesuai antara
keadaan pemberi edukasi dengan penumpang
 Memperlihatkan wajah yang ramah, sikap sopan santun
 Menciptakan suasana yang santai dan menyenangkan
 Memberikan edukasi yang jelas, singkat dan lugas
 Menanyakan pemahaman dengan apa yang sudah disam-
paikan dengan cross check untuk meyakinkan bahwa infor-
masi yang disampaikan sudah jelas
 Memperhatikan lamanya edukasi
 Membuat catatan hasil edukasi
4. Pada akhir edukasi
 Menyatakan terimakasih atas waktunya
 Mengucapkan salam perpisahan

47
DAFTAR INSTRUKTUR

No Nama Kelompok

1 Dr.Laode Burhanudddin M.Biomed 1

2 Dr.Suyanto,MPH,PhD 2

3 drg. Rita Endriani,M.Kes 3

4 Armoni Suci Dewi, MKM 4

5 drg. Yusdiana, M.Si 5

6 dr.Huriatul Masdar,M.Sc 6

7 dr.Eka Bebasari,M.Sc 7

8 dr.Lilly Haslinda, M. Biomed 8

9 dr.Nurhasanah,Sp.GK 9

10 Dr.dr. Sri wahyuni, M. Kes 10

11 dr. Zulharman,M.Med Ed 11

12 Fifia Chandra SKM.MKM 12

13 dr .Inayah M.Sc 13

14 dr.Yulia Wardhani,Sp.M 14

15 dr.Yossy Matyanti,M.Biomed.Sp.S Cadangan

16 Dr.dr Zuhirman ,Sp.U Cadangan

17 dr.Handayani MKK Cadangan

18 Dr.Amru Sofian Sp.OG (K) Onk Cadangan

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 48


JADWAL SKILL LAB KESPER

NO SKILL LAB HARI/TANGGAL WAKTU METOD


Skills lab KP 1 : Senin, 04 Oktober 13.00 - 14.50 Zoom
2021
Pem. Sanitasi Kapal
1
Kekarantinaan Kapal Laut

Skills lab KP 2 : Rabu, 06 Oktober 13.00 - 14.50 Zoom


2021
2 Edukasi kepada Calon
Penumpang

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 49


DAFTAR REFERENSI
1. Achmadi Fahmi Umar. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Uni-
versitas Indonesia Press, 2008
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 2, Tam-
bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2373);
3. UU no 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 No-
mor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3273);
5. UU 23 Tahun 1997 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggu-
langan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik In-
donesia Tahun 1991 Nomor 49 Tambahan Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Nomor 3447);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Ke-
pelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No-
mor 5070);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No-
mor 5570);
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemi-
ologi Penyakit Menular dan Tidak Menular;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
KLB;

Buku Panduan Skills Lab Blok 22 Kesper FK UNRI 2021 50


14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 431/Menkes/SK/IV/2007 ten-
tang Pedoman Teknis Pengendalian Resiko Kesehatan Ling-
kungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam rangka Kar-
antina Kesehatan;
15. Kepmenkes 264 Tahun 2004 tentang Kriteria Klasifikasi KKP
16. Kepmenkes 949 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
17. Kepmenkes 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu
18. Kepmenkes 1116 Tahun 2003 tentang Pedoman penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Kep. Dirjen PPM & PL
451 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/SK/IV/2008 ten-
tang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan se-
bagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan No-
mor 2348 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 877);
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan (Berita Nega-
ra Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun
2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
21. Permenkes no 40 tahun 2015 tentang sertifikat sanitasi kapal
22. Permenkes 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang
Dapat Menimbulkan Wabah
23. International Health Regulation 2005
24. Surat Edaran Kasatgas No.17 Tahun 2021 tentang ketentuan per-
jalanan orang dalam negeri pada masa pandemi Corona Virus Dis-
ease (Covid-19)
25. Surat Edaran Kemenkes No. HK.02.01/MENKES/847/2021 tentang
digitalisasi dokumen kesehatan bagi pengguna transportasi udara
yang terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi

51

Anda mungkin juga menyukai

  • POLIP ENDOMETRIUM Sava
    POLIP ENDOMETRIUM Sava
    Dokumen2 halaman
    POLIP ENDOMETRIUM Sava
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • TUGAS PRESEPTOR DR - Anton
    TUGAS PRESEPTOR DR - Anton
    Dokumen1 halaman
    TUGAS PRESEPTOR DR - Anton
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Lain
    Pemeriksaan Lain
    Dokumen2 halaman
    Pemeriksaan Lain
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Ink Ukdi
    Ink Ukdi
    Dokumen4 halaman
    Ink Ukdi
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • RINGKASAN
    RINGKASAN
    Dokumen13 halaman
    RINGKASAN
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Form Uji Kemiripan
    Form Uji Kemiripan
    Dokumen1 halaman
    Form Uji Kemiripan
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Modul 1 Blok 23
    Modul 1 Blok 23
    Dokumen9 halaman
    Modul 1 Blok 23
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • NEWYORK
    NEWYORK
    Dokumen19 halaman
    NEWYORK
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen5 halaman
    DAPUS
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • BUK021
    BUK021
    Dokumen68 halaman
    BUK021
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Soal Obat
    Soal Obat
    Dokumen5 halaman
    Soal Obat
    Worldhealth
    Belum ada peringkat
  • Krisis Tiroid
    Krisis Tiroid
    Dokumen17 halaman
    Krisis Tiroid
    Worldhealth
    Belum ada peringkat