2. Gigantisme
Gigantisme terjadi karena hipersekresi growth hormone (GH) selama masa remaja dan
sebelum penutupan lempeng lempeng epifisis mengakibatkan pertumbuhan tulang
panjang yang berlebihan (gigantisme hipofisis). Jenis sekresi berlebihan ini biasanya
disebabkan oleh tumor hipofisis yang jarang terjadi.
3. Akromegali
Akromegali terjadi karena hipersekresi growth hormone (GH) setelah penutupan
lempeng epifisis tidak menyebabkan penambahan panjang tulang panjang, tetapi
menyebabkan pembesaran yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan
tulang pipih dan wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan kaki.
Sasaran pengobatan akromegali /gigantisme adalah mengendalikan pertumbuhan /
menormalkan sekresi GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi : IGF-1
normal dan kadar GH < 1 ng/ml setelah beban glukosa ( 13 ).
Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan radiasi.
1.
Pengobatan medis.
Pengobatan medis / farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan
medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek lokal dari tumor dan / atau
kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml
pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l dengan cara
IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin.
Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh
pendek maka yang digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1
kali sebulan. Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor
somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan
octreotide dapat menurunkan kadar GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan
menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali. Lanreotide, suatu analog
somatostatin sustained-release yang dapat diberikan satu kali dua minggu ternyata
efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.
Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam
menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif dibandingkan dengan
oktreotid. Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu cabergoline ternyata lebih efektif
dan lebih dapat ditolerir dalam menekan GH terutama apabila terdapat kombinasi
dengan hiperprolatinemia.
Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor GH terbukti dapat
2.
akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan / menormalkan kadar GH / IGF-1.
Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan keterampilan ahli bedahnya.
Angka remisi mencapai 80 85% pada mikroadenoma dan 50 65% pada
makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 90%
3.
menghabiskan beberapa liter air (polidipsia). Pada umunya ada dua jenis diabetes
insipidus dengan dua penyebab yang berbeda.
1. Diabetes Insipidus Sentral
Jenis diabetes Insipidus yang paling banyak dijumpai, yang pada dasarnya disebabkan
karena terjadi gangguan pada saat hormon antidiurektik melakukan proses produksi
yang disebabkan karena daerah sekitar hipotalamus mengalami gangguan. Gangguan
yang terjadi pada hipotalamus dapat disebabkan karena pertumbuhan tumor atau luka
cidera pada hipotalamus itu sendiri, atau bisa juga disebabkan karena kelenjar
hipofisis mengalami kerusakan atau gangguan pada pembuluh darah. Kondisi tersebut
yang jika tidak ditangani dengan cepat akan mengakibatkan dan memicu munculnya
penyakit diabetes Insipidus sentral.
2. Diabetes Insipidus Nefrogenesis
Sedangkan untuk jenis penyakit diabetes insipidus nefrogenesis, lebih disebabkan
karena adanya gangguan pada ginjal. Ginjal yang seharusnya bertugas untuk
memberikan reaksi pada hormon vasopresin justru tidak bisa melaksanakan tugasnya
dengan baik. Hormon vasopresin tetap diproduksi dengan normal, akan terapi kondisi
ginjal yang tidak prima membuat ginjal tidak mampu untuk merespon dengan baik,
maka dari itu cairan urin yang semestinya bisa dikontrol pengeluarannya jadi tidak
bisa terkontrol sehingga seseorang yang menderita penyakit diabetes insipidus
nefrogenesis akan lebih sering ke kamar kecil untuk buang air kecil. Dibutuhkan
serangkaian tes yang cukup rumit dan berat untuk mengetahui apakah menderita
penyakit ini atau hanya menderita penyakit kencing biasa. Dan apakah penyebab
diabetes inspidius nefrogenesis beserta gejala nya cocok dengan apa yang dikeluhkan.
Gejala penyakit diabetes insipidus di bawah ini:
- Mual dan pusing. Tidak terikat pada satu jenis penyakit tertentu, mual dan pusing
bisa menjadi tanda nyata jika tubuh tengah berusaha untuk melawan penyakit.
Bila gejala ini sering terjadi tanpa henti selama beberapa hari, perlu dilakukan sesi
-
2. Hipersekresi kadang terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau karena tumor.
Hal ini mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh, dan peningkatan volume darah.
Abnormalitas Sekresi Hormon Tiroid
1. Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat, dan peningkatan
simpanan lemak.
a. Pada orang dewasa,kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan
akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat.
Miksedema adalah penyakit kekurangan tiroksin pada tubuh orang dewasa. penyakit
miksedema ini ditandai dengan gejala tubuh yang lesu, terjadi kelebihan berat badan,
kebotakan, denyut nadi yang lemah, temperatur tubuh yang rendah, serta kulit yang
terasa kasar. Penyakit miksedema pada orang dewasa ini bisa disembuhkan dengan
cara mengkonsumsi tiroksin atau jaringan tiroid kering.
b. Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke
dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi
kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka
akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai
kesulitan bernapas dan disfagia.
Patogenesis Struma
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan
lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic
goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya.
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar
tiroid hiperaktif.
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut
sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi
tetapi bukan mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme
bertambah ber at dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis
tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit
dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai
simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di
daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen
yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tandatanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik.
Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak
mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan
keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu
penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak
disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.