Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormon pertumbuhan (GH)
yang berlebihan pada saat dewasa (Patrik Davey . 2003)
Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatotrop hipofisis anterior mensekresi
sejumlah besar hormon pertumbuhan ketika dewasa.
Akromegali adalah keadaan setelahpertumbuhansomatisselesai, hipersekresi GH
tidakakanmenimbulkangigantisme, tetapimenyebabkanpenebalantulang-
tulangdanjaringanlunak.(Syaiffudin. 2006)

2.2 Etiologi
Hipersekresi GH biasanya disebabkan oleh adenoma somatotrop, dan dapat juga
disebabkan oleh lesi ekstrapituitary tetapi cukup jarang. Selain adenoma somatotrof yang
mensekresi GH, tumor mammosomatotrop dan adenoma acidophilic stem-cell yang
mensekresikan GH dan PRL (prolaktin). Pada pasien adenoma acidophilic stem-cell,
gambaran hiperprolaktinemia lebih dominan dibandingkan dengan tanda akromegali.
Pelepasanhormonpertumbuhanberlebihanhampirselaludisebabkanoleh tumor
hipofisejinak (adenoma). Dapatjugaterjadikelainanhipotalamus yang
mengarahpadapelepasanhormonberlebihan (Price, 2005)

2.3 Manifestasi Klinis


a. Tangan dan kaki membesar dan jari-jari tangan dan kaki sangat menebal. Tangan
tidak saja menjadi lebih besar tetapi bentuknya akan menyerupai persegi empat
(seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Kaki juga menjadi
lebih besar. Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan penebala
tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.
b. Sering terjadi gangguan saraf perifer, akibat penekanan saraf alat jaringan yang
menebal dan karena hormone pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa
zat penting tubuh. Penderita sering mengalami problema metabolisme termasuk DM.
c. Perubahan bentuk raut wajah. Raut wajah menjadi kasar, sinar paranalis dan
frontalis membesar. Raut wajah frontal menonjol. Tonjolan supraorbital menjadi
semakin nyata dan terjadi deformitas mandibula disertai timbulnya prognatisme
(rahang yang menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran
mandibula menyebabkan gigi-gigi rengang. Lidah juga membesar sehingga
penderita sulit berbicara, suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
d. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri dipunggung dan perubahan fisiologik lengkung tulang belakang,
(kifosis). Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong. Sering
ditemukan nyeri sendi. Dan setelah beberapa tahun bisa terjadi atritis degeratif yang
melumpuhkan.
e. Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya,
karena jaringan yang membesar menekan persyarafan yang membawa sinyal dari
mata ke otot juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama
lapang pandang sebelah luar.
f. Tumor hipofisis bisa menyebabkan sakit kepala hebat.

2.4 Patofisiologi
Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena sekresi yang berlebihan
dari GH, bila kelebihan GH selama masa anak-anak dan remaja maka pertumbuhan
longitudinal pasien sangat cepat dan pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa.
Setelah pertumbuhnan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme,
tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dari jaringan lunak. Kelebihan pertumbuhan ini
terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal ini akan
menimbulkan penebalan tulang terutama akral terutama diikuti pertumbuhan jaringan lunak
disekitarnya yang disebut akromegali. Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota
gerak.Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan,
tangan dan kaki membesar dan jari tangan dan kaki menebal.Pembesarannya ini biasanya
disebabkan karena pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan
lunak.Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat penekanan saraf oleh jaringan yang
menebal.Dan karena hormon pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting
tubuh, penderita sering mengalami problem metabolisme termasuk diabetes mellitus.
Selain itu perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada inspeksi.Raut
wajah makin kasar, sinus paranalisis dan sinus frontalis membesar. Bagian frontal menonjol,
tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata dan terjadi deformitas mandibula disertai
timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat
menggigit. Pembesaran mandiblua menyebabkan gigi-gigi renggang.Lidah juga membesar
sehingga penderita sulit berbicara.Suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri di punggung radiografi dan perubahan fisiologik lengkung tulang
belakang.Pemeriksaan radiografik tengkorak pasien akromegali menunjukkan perubahan
khas disertai pembesaran sinus paranalis, penebalan kalvirum, deformitas mandibula (yang
menyerupai boomerang) dan yang paling penting ialah penebalan dan destruksi sela tursika
yang menimbulkan adanya dugaan tumor hipofisis.
Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin mengalami
nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal akibat
penyebaran supraseral tumor tersebut dan penekanan kiasma optikum. Pasien dengan
akromegali memiliki kadar basal GH dan juga IGF-1 yang tinggi dan juga dapat diuji dengan
pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi hiperglikemia dengan glukosa
akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien akromegali gigantisme kadar GH gagal
ditekan. CT-scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan mikroadenoma hipofisis serta
makroadenoma yang meluas keluar sel mencakup juga sisterna diatas sela dan daerah sekitar
sela atau sinus sphenoid.

2.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan atau pengobatannya yaitu
a. Menormalkan kembali kadar GH/IGH1/SM-C
b. Memperkecil kembali/menstabilkan besarnya tumor
c. Menormalkan fungsi hipofisis
d. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF/SM-C
e. Akibat pembesaran tumor

Dalam hal ini dikenal 3 macamterapi, yaitu:


1. Terapipembedahan
Terapipembedahanadalahcarapengobatanutama. Dikenal 2
macampembedahantergantungdaribesarnya tumor yaitu:

a. Bedahmakrodenganmelakukanpembedahanpadabatokkepala (TC atau Trans


b. Cranial)
c. Bedahmikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH inidilakukandengancarapembedahanmelaluisudutantaracelah
intra orbitadanjembatanhidungantarakeduamatauntukmencapai tumor
hipofisis.

2. Terapiradiasi
Tindakanradiasidapatdilaksanakandalam 2 cara, yaitu:

a. Radiasisecarakonversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500


RAD)
b. Radiasidengan energy tinggipartikelberat (High Energy Particles Radiation,
150 69 15000 RAD)

3. Terapimedikamentosa
a. Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atauagosis dopamine dapatmeningkatkankadar
HP tetapitidakdemikianhalnyapadapasienakromegali. Padaakromegali dopamine
ataupunagosis dopamine menurunkankadar HP dalamdarah.
Contohagosis dopamine:
1. Brokriptin
Dianjurkanmemberikandosis 2,5 mg sesudahmakanmalam,
dandinaikkansecaraberkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikanklinis yang
dicapaiantara lain adalah:
• Ukurantangandanjarimengecil, serta
• Terjadiperbaikangangguantoleransiglukosa
Efeksamping yang terjadiadalahvasospasme digital, hipotensiortostatik,
sesaknafasringan, nausea, konstipasi, dll.
2. Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberianmelaluisubkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogramdiberikansetiap 8 jam.
Perbaikanklinis yang dicapai:
Ø Menurunkankadar HP menjadidibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
Ø Menormalkankadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
Ø Penyusunan tumor
Ø Efeksamping: ringandanmempunyaisifatsementarayaitunyeri local/ di
daerahsuntikan

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
b. Kadarh Growth Hormon (GH) berlebihan mencapai 400 mg/dl
c. Tes toleransi glukosa: hipoglikemia
d. Kadar somatomatin mengikat (2,0621 u//ml), 031-1,4 u/ml
e. CT-Scan
f. MRI

2.7 Komplikasi
a. Hipertrofi jantung
b. Hipertensi
c. Diabetes mellitus dapat terjadi akibat efek GH pada peningkatan glukosa darah
dan penurunan kepekaan sel terhadap insulin.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.Identitas pasien
2.Riwayat Keperawatan
a.Keluhan Utama : Gangguan tidur
b.Riwayat Kesehatan Sekarang: Buang air kecil yang sering dan perasaan dahaga yang
hebat akan mengganggu istirahat pasien
c.Riwayat Kesehatan Dahulu : Trauma, inflamasi yang pernah terjadi
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga dan
pengaruhnya terhadap diabetes insipidus
3.pola Fungsi Kesehatan
a.Pola Istirahat Tidur : Pola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering dan
dahaga yang hebat.
b.Pola Aktivitas :Aktivitas terganggu karena BAK yang sering
c.Pola Nutrisi : Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi.
d.Pola Eliminasi : Pada eliminasi urine klien mengalami sering BAK.
4.Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : lemah, lemas
- TTV : Nadi, Suhu, TD, RR
- Berat Badan : sama atau kurang dari berat badan sebelumnya.
- Kepala dan wajah : wajah sayu,mata cowong
- Mulut : bibir kering, mulut pucat
- Dada : nafas cepat dan dangkal
- Jantung : denyut cepat tapi lemah
- Ekstremitas : ekstrimitas dingin
5.Pemeriksaan Penunjang
- Tes defripasi cairan
- Pengukuran kadar vasopressin plasma
- Pengukuran osmolalitas plasma serta urin.

B. Diagnosa Keperawatan

(1) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan dalam persyarafan kandung
kemih
(2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada pola aktivitas
(3) Ansietas berhubungan dengan faktor internal stress psikologis
(4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun

C.Perencanaan

(1) Diagnosa I : perubahan pola eliminasi urin berhubungan gangguan dalam persyarafan
kandung kemih
Tujuan : pola eliminasi urin pasien kembali normal
Kriteria hasil : - pasien akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
- pasien akan mempertahankan keseimbangan masukan/haluaran urin
- pasien akan mengungkapkan/mendemonstrasikan perilaku dan teknik untuk mencegh
retensi urin.
Intervensi:
1.Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingan keluaran urin dan masukan
cairan dan catat berat jenis urin
R/: mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal
dan keseimbangan cairan.
2.Palpasi adanya distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairan
R/: disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan berhubungan dengan hilangnya
kontraksi kandung kemih untuk merilekskan sfingter urinarius
3.Anjurkan pasien untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang mengandung
asam askorbat
R/: membantu mempertahan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu
4.Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter bila perlu
R/: menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/kerusakan kulit
5.Pantau BUN, kretinin, SDP
R/: meggambarkan fungsi ginjal dan mengidentifikasi komplikasi
6.Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti: vitamin dan atau antiseptik urinarius
R/: mempertahankan lingkungan asam dan menghambat pertumbunhan bakteri (kuman)

(2) Diagnosa II : gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada pola aktivitas
Tujuan : pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur
Kriteria Hasil : - pasien akan mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang
- pasien akan melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
1.Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari,
turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
R/: karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur
2.Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
R/: peningkatan kebingungan, disorientasi da tingkah laku yang tidak koopertif dapat
malanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas
3.Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan masase punggung
R/: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
4.Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur
R/: menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi/berkemih selama
malam hari
5.Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih
R/: menurunkan stimulasi sensori dengan menghanbat suara-suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.
(3) Diagnosa III : ansietas berhubungan dengan faktor internal stress psikologis
Tujuan : pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi
Kriteria Hasil : - pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi
- pasien mengidentifikasi ketidakefektifan pereilaku koping dan konsekuensinya
Intervensi:
1.Kaji tingkat ansietas pasien tentukan bgaimana pasien menangani masalah dimasa yang lalu
dan bagaiman pasien malakukan koping dengan masalah yang dihadapinya sekarang
R/: membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan ketrampilan yang mungkin membantu
pasien mengatasi keadaannya sekarang dan atau kemungkinan lain untuk memberikan
bantuan yang sesuai
2.Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
R/: memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas pengetahuannya.
3.Berikan kesempatan psien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
R/: kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respon
dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang
dihadapinya
4.Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien
R/: orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk
mempertahankan ketergantungan dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu
melakukannya tanpa bentuan orang lain

(4) Diagnosa IV : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan menurun
Tujuan : nafsu makan pasien kembali normal
Kriteria Hasil : - pasien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai laboraturium normal dan tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi:
1.Timbang berat badan tiap hari
R/: memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi
2.Anjurkan istirahat sebelum makan
R/: menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan
3.Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi
tidak terburu-buru, temani
R/: lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan
4.Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diit
R/: keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut akanan akan menyebabkan
eksaserbasi gejala
5.Kolaborasi dengan ahli gizi
R/: membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan daan fungsi
usus
D. Implementasi
(1)Mengkaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Membandingkan keluaran urin
dan masukan cairan dan catat berat jenis urin.
(2)Memberikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, menganjurkan latihan saat siang
hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
(3)Mengkaji tingkat ansietas pasien tentukan bagaimana pasien menangani masalah dimasa
yang lalu dan bagaiman pasien malakukan koping dengan masalah yang dihadapinya
sekarang.
(4)Memberikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.
(5)Memerikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
(6)Mengajarkan klien tentang HE yang akan diberikan dengan hasil klien mengerti.
E. Evaluasi
(1) Pola eliminasi urin pasien mendekati normal
(2) Pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur
(3) Pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi
(4) Nafsu makan pasien kembali normal
(5) Pasien mulai mengerti dengan penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai