Anda di halaman 1dari 10

A.

Konsep Dasar Teori


1. Defenisi
A. Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akan pelepasan hormone pertumbuhan
yang berlebihan (Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah).
B. Akromegali adalah Growth hormone berlebihan pada orang dewasa setelah penyatuan
epifisis (kedokteran klinis edisi ke enam)
C. Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan ikat, dijumpai pada orang
dewasa dengan kelebihan GH. (E.J.Corwin, Buku saku patofisiologi).
2. Etiologi
Pelepasan hormone pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor,
hipofisis jinak (adenoma) yang mensekresi Growith hormone atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejalanya berupa:
A. Tangan dan kaki membesar dan jari-jari tangan dan kaki sangat menebal. Tangan
tidak saja menjadi lebih besar tetapi bentuknya akan menyerupai persegi empat
(seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Kaki juga menjadi
lebih besar. Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan penebala
tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.
B. Sering terjadi gangguan saraf perifer, akibat penekanan saraf alat jaringan yang
menebal dan karena hormone pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat
penting tubuh. Penderita sering mengalami problema metabolisme termasuk DM.
C. Perubahan bentuk raut wajah. Raut wajah menjadi kasar, sinar paranalis dan frontalis
membesar. Raut wajah frontal menonjol. Tonjolan supraorbital menjadi semakin
nyata dan terjadi deformitas mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang
menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandibula
menyebabkan gigi-gigi rengang. Lidah juga membesar sehingga penderita sulit
berbicara, suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
D. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri dipunggung dan perubahan fisiologik lengkung tulang belakang,
(kifosis). Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong. Sering
ditemukan nyeri sendi. Dan setelah beberapa tahun bisa terjadi atritis degeratif yang
melumpuhkan.
E. Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya, karena
jaringan yang membesar menekan persyarafan yang membawa sinyal dari mata ke
otot juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama lapang
pandang sebelah luar.
F. Tumor hipofisis bisa menyebabkan sakit kepala hebat.
4. Patofisiologi
Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena sekresi yang
berlebihan dari GH, bila kelebihan GH selama masa anak-anak dan remaja maka
pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan pasien sangat cepat akan menjadi
seorang raksasa. Setelah pertumbuhnan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan
menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dari jaringan
lunak. Kelebihan pertumbuhan ini terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng
epifisis menutup. Hal ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama akral terutama
diikuti pertumbuhan jaringan lunak disekitarnya yang disebut akromegali. Penebalan
tulang terutama pada wajah dan anggota gerak.Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi,
bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan, tangan dan kaki membesar dan jari tangan
dan kaki menebal.Pembesarannya ini biasanya disebabkan karena pertumbuhan dan
penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.Sering terjadi gangguan
saraf perifer akibat penekanan saraf oleh jaringan yang menebal.Dan karena hormon
pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting tubuh, penderita sering
mengalami problem metabolisme termasuk diabetes mellitus.
Selain itu perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada
inspeksi.Raut wajah makin kasar, sinus paranalisis dan sinus frontalis membesar. Bagian
frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata dan terjadi deformitas
mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok kedepan) dan gigi
geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandiblua menyebabkan gigi-gigi
renggang.Lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara.Suara menjadi lebih
dalam akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan
timbulnya nyeri di punggung radiografi dan perubahan fisiologik lengkung tulang
belakang.Pemeriksaan radiografik tengkorak pasien akromegali menunjukkan perubahan
khas disertai pembesaran sinus paranalis, penebalan kalvirum, deformitas mandibula
(yang menyerupai boomerang) dan yang paling penting ialah penebalan dan destruksi
sela tursika yang menimbulkan adanya dugaan tumor hipofisis.
Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin
mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia
bitemporal akibat penyebaran supraseral tumor tersebut dan penekanan kiasma optikum.
Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan juga IGF-1 yang tinggi dan juga
dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi
hiperglikemia dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien
akromegali gigantisme kadar GH gagal ditekan. CT-scan dan MRI pada sela tursika
memperlihatkan mikroadenoma hipofisis serta makroadenoma yang meluas keluar sel
mencakup juga sisterna diatas sela dan daerah sekitar sela atau sinus sphenoid.

5. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
B. Kadarh Growth Hormon (GH) berlebihan mencapai 400 mg/dl
C. Tes toleransi glukosa: hipoglikemia
D. Kadar somatomatin mengikat (2,0621 u//ml), 031-1,4 u/ml
E. CT-Scan
F. MRI
6. Penatalaksanaan
A. Untuk menghentikan atau mengurangi produksi hormon pertumbuhan yang
berlebihan, maka tumor diangkut atau dihancurkan melalui pembedahan atau
terapi penyinaran. Terapi penyinaran menggunakan penyinaran berkekuatan
tinggi. Terapi ini tidak terlalu menimbulkan trauma dan biasanya tidak
mempengaruhi pembentukan hormone hipoksia lainnya.
B. Suntikan akreuid bisa membantu menghalangi pembentukan hormone
pertumbuhan obat yang lain juga membantu adalah hipoksia lainnya.
C. Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi peningkatan tekanan intra cranial.
D. Radiasi konvesional (sinar protein) energi tinggi apabila papil edema dan
penyempitan lapang pandang.

7. Komplikasi
A. Hipertrofi jantung
B. Hipertensi
C. Diabetes mellitus dapat terjadi akibat efek GH pada peningkatan glukosa
darah dan penurunan kepekaan sel terhadap insulin.
8. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah:
A. Menormalkan kembali kadar GH/IGH1/SM-C
B. Memperkecil kembali/menstabilkan besarnya tumor
C. Menormalkan fungsi hipofisis
D. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF/SM-C
E. Akibat pembesaran tumor
Ada 3 macam teraphy:
A. Terapi pembedahan
B. Terapi radiasi
 Radiasi secara konvensional
 Radiasi dengan energy tinggi parfical berat
C. Terapi madikomentosa
 Agonis dupamin
B. KONSEP DASAR ASKEP
1. Pengkajian
A. Identitas klien (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan, umur dan tanggal MRS)
B. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama.
2) Riwayat penyakit keluarga
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat hubungan sosial
C. Pemeriksaan fisik
1) TTV
2) Pemeriksaan fisik B1-B6
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6B (Breathing, Blood, Brain,
Bladder, Bower dan Bone) untuk menguji apakah ditemukan ketidaksimetrisan
rongga dada, apakah pasien pusing, pemeriksaan pada lingkar kepala, hidung dan
mandibularis. Pemeriksaan pada gigi, ibu jari serta jari-jari pada tangan dan kaki.

2. Diagnosa Keperawatan
A. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme, lidah, membesar, mandibula tumbuh berlebihan dan gigi menjadi
terpisah.
B. Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
C. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
D. Perubahan proses keluarga b/d keluarga dengan akromegali.
E. Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi tentang penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
A. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolism tubuh, lidah,
membesar, mandibula tumbuh berlebihan dan gigi menjadi terpisah.
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
Kriteria hasil:
1) Klien dapat menunjukkan atau tidak mengalami penurunan berat badan.
2) Napsu makan klien meningkat.
Intervensi:
 Askultasi bising usus.
Rasional Bising usus hiperaktif menunjukan peningkatan motilitas
lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi.
 Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari dan
laporkan adanya penurunan
Rasional Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan
masukan kalori yang cukuo merupakan indikasi kegagalan dalam terapi
medical.
 Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makanan dan juga
makanan kecil dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang dicerna.
Rasional Membantu pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya
hipermetabolik.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan makanan yang
dihabiskan pasien.
Rasional Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
 Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik
atau cultural.
Rasional Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukan dalam
pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayahkan setelah pulang.
 Libatkan keluarga pasien dalam pencernaan makanan ini sesuai dengan
indikasi.
Rasional Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
 Lakukan konsultasi dengan ahli gizi.
Rasional Sangat bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
B. Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan
aktivitas.
Kriteria hasil:
1. tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien dalam melakukkan aktivitas.
2. Klien tidak merasa malas saat akan melakukan aktivitas.
Intervensi:
 Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan
dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktivtas alternative dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa
gangguan.
Rasional Mencegah kelelahan
 Pantau nadim frekuensi, pernapasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional Mengidenfikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
Rasional Pasien akan daat melakukan lebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energi pada bulan setiap kegiatan.
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas setiap hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
 Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan atau masase.
Rasional Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya dapat
meningkatkan relaksasi.
 Sarankan pada pasien untuk mengurangis aktivitas dan meningkatkan istirahat
ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.
Rasional Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
C. Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan body image pada pasien.
Kriteria hasil:
1. Klien dapat menerima perubahan diri
2. Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan

Intervensi:
 Kaji makna atau perubahan pada psien atau orang terdekat
Rasional Epiose akromegali perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi
membuat kehilangan pada perubahan dan kehilangan tubuh yang diraskaan.
 Terima dan kais ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, malu, menarik dri
dan penggunaan penyangkalan.
Rasional Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa
yang terjadi membantu memperbaik, ini tidak membantu atau keinginan
mendorong pasien sebelum siap untuk menerima situasi.
 Berikan pengaruh positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk
mengikuti ujian rehabilitasi
Rasional Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan
untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas.
 Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi
Rasional Mempertahankan atau membuka garis komunikasi dan
memberikan dukungan terus menerus pada pasien dan keluarga.
 Berikan kelompok pendukung untuk orang tersebut
Rasional Meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon
yang lebih membantu.
D. Perubahan proses keluarga b/d keluarga dengan akromegali.
Tujuan: mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota keluarga dengan
akromegali.
Kriteria hasil:
1. klien dapat menerima perubahan diri.
2. Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan

Intervensi:
 Kaji proses piker pasien dan keluarga
Rasional Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
 Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional Menentukan keadaan klien seperti menangis dan tidak dapat
beristirahat.
 Kaji tingkat ansietas keluarga
Rasional Ansietas dapat merubah proses piker.
 Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi pasien dan
memberikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi
pasien.
E. Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi tentang penyakit.
Tujuan: pasien dapat mengetahui kondisi penyakit yang dideritanya dan pasien tidak
stress.
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis dan
pengobatannya.
2. Mengidentfikasi keadaan yang membuat stress sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi:
 Tinjau ulang keadaan penyakit dan harapan masa depan
Rasional Memberikan pengetahuan pasien yang dapat memilih
berdasarkan informasi.
 Berikan informasi tanda dan gejala dari akromegali dan kebutuhan akan
evaluasi secara teratur
Rasional Pasien yang dapat pengobatan akromegali besar
kemungkinannya mengalami akromegalo yang dapat terjadi segera setelah
pengobatan.
 Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat.
Rasional Mencegah munculnya kelelahan, menurunkan kebutuhan
metabolism keadaan normal yang dapat dicapai.
 Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur
Penting sekali untuk menentukan efektivitas dari terapi dan
pencegahan terhadap komplikasi fatal yang sangat potensial terjadi.
4. Implementasi
Sesuai intervensi
5. Evaluasi
Sesuai implementasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai