Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

M
DENGAN FEBRIS DI DESA PURWOYOSO 2
KOTA SEMARANG

DI SUSUN OLEH

1. EVA ZULIANA SAFITRI (2008023)


2. RIDYA LISTIANA (2008072)
3. IPAH SETYOWATI (2008032)
4. LINDA PUTRI OCKTAVIANI (2008040)

KELOMPOK 4
PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan pada anak M

dengan febris di desa purwoyoso 2 kota semarang" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Stase Anak . Selain itu, makalah ini

bertujuan menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada penyakit febris bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Wahyuningsih., M. Kep

selaku Dosen Stase Anak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan

kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang 25 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis,yang tentunya bertujuan umtuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan.
Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima
tingkatan prioritas.Tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis,seperti
udara,air,dan makanan.Tingkatan yang ke dua yaitu kebutuhan keselamatan
dan keamanan.Tingkat yang ketiga yaitu kebutuhan cinta dan rasa
memiliki.Tingkat yang ke empat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga
diri.Tingkat yang terahir adalah kebutuhan aktualitas diri.(Potter & Perry,2016)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggidalamHierarkMaslow.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, salah satunya
adalah kebutuhan kesehatan temperatur tubuh (Mubarak, 2018).
Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalahdemam atau
hipertermi.Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal.
Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 29-52%,
sedangkan11-20% dengan keganasan, 4%dengan penyakit metabolik, 11-12%
dengan penyakit lain (Avin,2017).
Di Indonesia ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasankondisi febris akut dalam dua
tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada
bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik
(Rudolph, 2006: 584)rincian diagnosis yang ditemukan pada anak dengan suhu
tubuh tinggimeliputi febris typoid (23,1%), observasi febris (30%), GE (17%),
DHF (20%), diare sedang (6,6%) dan kejang demam serta asma (3,3%).
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37ºC, suhu tubuh dapat diartikan
sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang
dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk
memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi
panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab,
misalnya penyakitatau setres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun
dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2018)

B. Tujuan

1. TujuanUmum:
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit febris di Desa
Purwoyoso 2 kota semarang.
2. TujuanKhusus:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan febris di Desa
purwoyoso 2 kota semarang .
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien febris di desa purwoyoso 2
kota semarang
c. Menyusunperencanaantindakankeperawatanpadapasiendengan febris di
desa purwoyoso 2 kota semarang.
d. Melaksanakantindakankeperawatanpadapasiendengan febris di desa
purwoyoso 2 kota semarang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan febris di desa
purwoyoso 2 kota semarang
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh
ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid
biasanya suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari,
2016).

Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan
anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis,
osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat
mula – mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi. Tantangan
bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi bakteri serius,
tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus
(Setiawati, 2013).

2. Etiologi

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi yang timbul
pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap suatu penyakit. Namun
berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah infeksi. Penelitian di RSCM
menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan oleh infeksi mencapai angka 80%,
sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak
5%. Untuk penyakit infeksi karena bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan
infeksi sakuran kemih (ISK) sebagai penyebab tertinggi (Bakry b, Tumberlaka A, Chair I. 2015).

Dalam studi yang dilakukan oleh Limper M et. al (2011), mereka mendapatkan temuan
yang sama seperti yang dilakuakn di RSCM. Ditemukan bahwa infeksi merupakan penyebab
demam terbanyak. Hal ini sudah dipastikan melalui kultur darah. Ditemukan bahwa bakteri yang
di temukan paling banyak adalah bakteri gram positif dengan infeksi saluran pernafasan atas dan
bawah sebagai diagnosis terbanyak. Untuk bakteri gram negatif sendiri lebih cendrung
menyebabkan bakterimia,atau dengan kata lainmemberikan infeksi sistematik. Hanya 1 dari 20
pasien yang ditemukan dengan demam selain dari bakteri ( Limper M et, al. 2011 ). Penyebab
demam paling non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam karena kanker melalui jalur tumor,
alergi, dan tranfusi darah (Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2016).

3. Patofisiologi

Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke dalam mulut
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella. Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi masuk ke usus halus. Jika responimunitas
humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembussel epitel (sel m)
dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum
distal dan kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah (Lestari, 2016).

Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika hal
ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat,
protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung
dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis (Sacharin.
2002 ).

Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus hilang.
Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren
dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin. 2002 ).

Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini
mempengaruhi keseimbangan termoregulasi dihipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi
atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
mengalami gangguan.

Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan
pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya
pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan.
LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, (
pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk ).
4. Pathways

5. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:


a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)

Tanda dan gejala demam antara lain :


1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat,
takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang
spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Carpenito.
2010).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis danefaluasi
secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status generalis tidak dapat
diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri
dari evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit,
dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses, pengembalian
cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis
leokosit (Suriadi dan Yuliani, 2001).

7. Komplikasi

Menurut Corwin (2000), komplikasi febris diantaranya:

a. Takikardi

b. Insufisiensi jantung
c. Insufisiensi pulmonal

d. Kejang demam

e. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh

f. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).

8. Penatalaksanaan

Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan
dengan tindakan farmakologis, tindakan non-farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:

1) Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk


menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan
demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya.
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu,
peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa
urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek


antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap
parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek
penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan
gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

b. Tindakan non farmakologis

Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti (Nurarif,

2015):

1) Memberikan minuman yang banyak

2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal

3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal

4) Memberikan kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan


atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang
telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah
2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di
lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-
32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit
melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar
keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah
yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas klien

Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang
tua, alamat, suku, bangsa, agama.

b. Keluhan utama

Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat,
mual/muntah.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya
yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri
otot dan sendi.

d. Riwayat kesehatan dulu

Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit
menular, ataupun penyakit yang sama.

f. Genogram

Petunjuk anggota keluarga klien.

g. Riwayat kehamilan dan kelahiran

Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.

h. Riwayat sosial

Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

i. Kebutuhan dasar

1. Makanan dan minuman

Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga
kekurang asupan nutrisi.

2. Pola tidur

Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa gelisah dan
berkeringat.

3. Mandi
4. Eliminasi

Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa mengakibatkan
terjadi konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran

Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi badan

2) Tanda – tanda vital

Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i

3) Head to toe

a) Kepala dan leher

Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

b) Kulit, rambut, kuku

Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.

c) Mata

Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut

Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien
dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.

e) Thorak dan abdomen

Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x i.

f) Sistem respirasi

Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.

g) Sistem kardiovaskuler

Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat

h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.

i) Sistem pernafasan

Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma

k. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien


2) Motorik halus

Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret – coret, menggunting

3) Motorik kasar

Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga

4) Kognitif dan bahasa

Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.

l. Data penunjang

Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya
> 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.

m. Data pengobatan

Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien, seperti
ibuprofen, paracetamol.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Menurut SDKI (2016), kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Hipertermi (Tim pokja SDKI PPNI, 2016, p. 284)


Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentan normal tubuh.
Penyebabnya :

1) Dehidrasi

2) Terpapar lingkungan panas

3) Proses penyakit(mis. Infeksi, kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma

7) Aktivitas berlebih

8) Penggunaan inkubator

Gejala tanda mayor

Subjektif : Tidak tersedia

Objektif

• Suhu tubuh diatas nilai normal


• Gejala tanda minor

Subjektif : Tidak tersedia

Objektif

• Kulit merah

• Kejang

• Takikardi

• Takipnea

• Kulit terasa hangat Kondisi klinis terkait.

• Proses infeksi

• Hipertiroid

• Stroke

• Dehidrasi

• Trauma

• Prematuritas

2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (PPNI, 2016, hal. 87).

Definisi : berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan


dari intraveskuler, interstisial atau intraselular.

Faktor Risiko

1) Prosedur pembedahan mayor


2) Trauma/pembedahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Ketidakseimbangan cairan
6) Obstruksi intestinal
7) Peradangan pancreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestinal

Kondisi Klinis Terkait.

• Prosedur pembedahan mayor


• Penyakit ginjal dan kelenjar
• Perdarahan
• Luka bakar

3. Risiko Defisit Nutrisi (PPNI, 2016, hal. 81).


Definisi : Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.

Faktor Risiko

1) Ketidakmampuan menelan makanan


2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Factor ekonomi (mis. Financial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

Kondisi Klinis Terkait

• Stroke
• Parkinson
• Mobius syndrome
• Cerebral plays
• Cleft lip
• Cleft plate
• Amyotropic lateral sclerosis
• Kerusakan neuromuscular
• Luka bakar
• Kanker
• Infeksi
• AIDS
• Penyakit Crohn’s
• Enterokolitis
• Fibrosis kistik

4. Gangguan Rasa Nyaman(PPNI, 2016, hal.166).

Definisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospirtual,
lingkungan dan sosia.

Penyebab

1) Gejala penyakit

2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan

3) Ketidakaekuatan sumber daya mis (mis. dukungan finansial, sosial dan pengetahuan)

4) Kurangnya privasi

5) Gangguan stimulus lingkungan

6) Efek samping terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)

7) Gangguan adaptasi kehamilan


Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

• Mengeluh tidak nyaman

Objektif

• Gelisah

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

• Mengeluh sulit tidur


• Tidak mampu rileks
• Mengeluh kedinginan/kepanasan
• Merasa gatal
• Mengeluh mual
• Mengeluh lelah

Objektif

• Menunjukan gejala distres


• Tampak merintih/menangis
• Pola eliminasi berubah
• Postur tubuh berubah
• Iritabilitas Kondisi Klinis Terkait
• Penyakit kronis
• Keganasan
• Distres psikologis
• Kehamilan
5. Intolerasi Aktivitas (PPNI, 2016, hal.128).

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.

Penyebab

1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2) Tirah baring

3) Kelemahan

4) Imobilitas

5) Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

• Mengeluh lelah
Objektif

• frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

• Dispnea saat/setelah aktivitas


• Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
• Merasa lemah

Objektif

• Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


• Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
• Gambaran EKG menunjukan iskemia
• Sianosis

Kondisi Klinis Terkait

• Anemia
• Gagal jantung kongesif
• Penyakit jantung koroner
• Penyakit katup jantung
• Aritmia
• Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
• Gangguan metabolik
• Gangguan muskuloskeletal

3. INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


o.
Hasil

1. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajmen Hipertermia


keperawatan selama 3 x 24 jam O:
diharapkan termoregulasi membaik. 1. Monitor suhu tubuh
Dengan kriteria hasil : 2. Monitor haluan urine
1. Suhu tubuh klien membaik 3. Identifikasi penyebab
2. Kulit memerah menurun hipertermia
3. Suhu kulit klien teraba 4. Monitor komplikasi akibat
membaik hipertermia
4. Ventilasi membaik T:
5. Sediakan lingkungan yang
dingin
6. Longgarkan pakaian atau
lepaskan pakaian
7. Basahi dan kipas
permukaan tubuh
8. Memberikan cairan oral
E:
9. Anjurkan tirah baring
K:
10. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
intravena

Edukasi Termoregulasi
O:
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
T:
2. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
E:
4. Ajarkan kompres hangat jika
demam
5. Anjurkan penggunaan pakaian
yang dapat menyerap keringat
6. Anjurkan pemberian
antipiretik
7. Anjurkan menciptakan
lingkungan yang nyaman
8. Anjurkan memperbanyak
minum
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Manajemen kenyamanan
nyaman keperawatan selama 3x24 jam lingkungan
berhubungan diharapkan status kenyamanan O:
dengan gejala meningkat. 1. Identifikasi sumber
penyakit Dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan
1. Klien tidak gelisah T:
2. Klien tampak rileks meningkat 2. Sediakan ruangan yang
3. Keluhan sulit tidur menurun tenang dan mendukung
4. Keluhan kepanasan menurun 3. Fasilitasi kenyamanan
5. Frekuensi Menangis klien lingkungan
menurun 4. Atur posisi yang nyaman
5. Berikan pemijatan
E:
6. Ajarkan cara
manajmen sakit
7. Anjurkan istirahat yang
cukup
8. Ajarkan terapi relaksasi

3. Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajmen Cairan


ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam O :
cairan berhubungan diharapkan keseimbangan cairan 1. Monitor status hidrasi
dengan kekurangan meningkat. 2. Monitor berat badan
intake cairan Dengan kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Asupan cairan meningkat T:
2. Tanda vital membaik 3. Berikan asupan cairan oral
3. Asupan makanan meningkat 4. Berikan cairan intravena
4. Kelembapan membran K:
mukosa membaik 5. Kolaborasi dalam pemberian
deuretik
Pemantauan Cairan
O:
1. Monitor tanda vital
2. Monitor intake dan output
cairan
4. Risiko defisit Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajmen gangguan makan
nutrisi berhubungan selama 3x24 jam diharapkan status O :
dengan factor nutrisi membaik Dengan kriteria hasil : 1. Monitor asupan dan
1. Frekuensi makan membaik
psikologis tidak keluarnya makanan dan cairan
2. Nafsu makan klien meningkat
nafsu makan. 3. Membran mukosa lembab serta kebutuhan kalori
T:
2. Timbang berat badan secara
rutin
E:
3. Anjurkan pengaturan diet
yang tepat
K:
4. Kolaborasi dengan ahli gizi

Manajmen Nutrisi
O:
1. Identifikasi makanan yang
disukai
2. Monitor asupan makanan T
:
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi
kalori
Edukasi Nutrisi Anak
O:
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
T:
2. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
E:
4. Jelaskan kebutuhan gizi
seimbang pada anak
Anjurkan menghindari makanan
jajanan yang tidak sehat.
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajmen Energi O :
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor kelelahan fisik
dengan kelelahan diharapkan toleransi aktivitas dan emosional
meningkat. 2. Monitor pola dan jam
Dengan kriteria hasil : tidur
1. keluhan lelah menurun 3. Monitor ketidaknyamanan
2. Perasaan lelah menurun saat beraktivitas
3. Warna kulit membaik kemudahan T:
dalam melakukan aktivitas 4. Sediakan lingkungan yang
nyaman
E:
5. Anjurkan tirah baring
6. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi
kelelahan
K:
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk peningkatan asupan
makanan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal : 26 April 2021, Jam 14.00 WIB

1. Identitas Data

Nama : An. M

Alamat : Desa Purwoyoso 2

Tanggal lahir/ umur : 22 September 2018 / 31 Bulan

Jenis kelamin : Prempuan

Agama : Islam

No Register :-

Tanggal masuk/ jam :-

Diagnosa Medis : Febris

Nama penaggung jawab

Nama Ayah : Tn. A

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Nama Ibu : Ny. N

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan, sudah 1 hari suhu badan anaknya tinggi 38,3 C dan anaknya rewel.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 April 2021 pada pukul 14.00 WIB, ibu klien
mengatakan anaknya demam sejak pulang dari luar kota kemarin dan diberikan (byebyefever) namun
anaknya tetap demam, klien kurang mau makan dan minum semenjak demam, dan klien rewel. Pagi
tadi klien sudah dibawa berobat kepuskesmas dan sudah diberikan obat penurun panas dan sudah
dikompres hangat.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Pre Natal

P1A0, Ibu klien mengatakan waktu hamil ia rutin periksa ANC ke RSIA Kusuma Pradja
Semarang dan ada riwayat keletihan dan kaki bengkak saat hamil. Ibu klien mengatakan periksa,
sebanyak 2 kali dalam sebulan, ibu klien mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT.

b. Intra Natal

Ibu klien mengatakan saat melahirkan ditolong oleh Dokter spesialis obgyn di RS Permata
Medika Semarang secara cesar saat usia kehamilan 38 minggu, BB anak saat lahir 2,950 kg, PB
saat lahir 49 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar lengan 12 cm.

c. Post Natal

An.M lahir secara caesar, langsung menangis, saat lahir diberikan ASI hanya sampai umur 1
minggu, dikarenakan ASI tidak keluar dengan lancar dan setelahnya diberikan susu formula BMT
Platinum, diberikan makanan tambahan saat berumur 6 Bulan.

5. Riwayat Kesehatan Masa Lampau

a. Penyakit waktu kecil

Ibu klien mengatakan selama ini An.M hanya demam dan batuk flu biasa dan mempunyai riwayat
kulit sensitif, selalu berobat kepuskesmas ataupun ke praktek dokter, tidak ada riwayat penyakit
alergi makanan atau obat.

b. Pernah dirawat di rumah sakit

Ibu klien mengatakan An.M tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sejak kecil, jika sakit hanya
diperiksakan di praktek dokter anak, dan mendapatkan obat.

c. Obat-obatan yang digunakan

Ibu klien mengatakan jika anaknya sakit ia membawa anaknya berobat kepuskesmas ataupun ke
praktek dokter.

d. Tindakan operasi
Ibu klien mengatakan An.M tidak pernah dioperasi.

e. Alergi

Ibu klien mengatakan An.M tidak memiliki riwayat alergi baik alergi makanan maupun alergi
obat.

f. Kecelakaan

Ibu klien mengatakan An.M tidak pernah mengalami kecelakaan.

g. Imunisasi

Ibu klien mengatakan imunisasi dasar An.M lengkap.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Genogram ( 3 generasi ) ke atas

Keterangan

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Meninggal

: Pasien

b. Adakah penyakit keturunan? Adakah yang menderita penyakit seperti klien?

Nenek klien memiliki riwayat keturunan penyakit Darah tinggi dan jantung, paman klien
memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Tidak ada yang memiliki penyakit sama seperti klien.
7. Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh

Ibu klien mengatakan yang mengasuh anaknya ia sendiri.

b. Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu klien mengatakan hubungan An.M dengan semua anggota keluarganya baik.

c. Pembawaan secara umum

Ibu klien mengatakan jika sehat An.M sangat periang, tidak rewel dan aktif, namun An.M
pendiam.

d. Lingkungan rumah

Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan 20 meter dari rumah terdapat selokan yang
cukup bersih, tidak ada sampah yang menyumbat.

8. Pola Sehari-hari

a. Pola istirahat /tidur

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.M biasanya tidur malam 10 jam perhari

Selama sakit : An.M tidur 9 jam perhari dan sering terbangun saat tidur dan lansung menangis.

b. Personal Hygiene

Sebelum sakit : An.M mandi 2x sehari saat pagi dan sore dan klien dimandikan oleh ibunya

Selama sakit : An.M belum pernah mandi hanya di lap menggunakan kain basah.

c. Pola eliminasi

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan sebelum sakit biasanya An.M, BAB 1x sehari dan BAK 5-
7x sehari.

Selama sakit : Selama sakit An.M baru 1x BAB konsistensi lunak dan berwarna kekuningan, dan
BAK 4x sehari sekitar 250cc.

d. Pola Aktivitas Latihan

Sebelum sakit : An.M selalu bermain boneka dan bermain dengan teman sebayanya.

Selama sakit : An.M hanya menonton youtube, berbaring dan digendong.


Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan ✓
Mandi ✓
Berpakaian ✓
Eliminasi ✓
Mobilisasi di ✓
tempat tidur
Berpindah ✓
Ambulansi ✓
Naik Tangga ✓

Tingkat Aktivitas Mobilitas Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

e. Pola Nutrisi : Analisa Z Score

Selama sakit An.M tidak mau memakan buah, tapi masih mau memakan sayur bayam, dan
meminum vitamin dari dokter,

Hasil perhitungan Z score

• Umur = 31 Bulan
• TB : 90cm
• BB : 14kg
RUMUS :
Bila nilai riel lebih besar dari nilai mediaan maka menggunakan rumus :
Nilai Riel – Nilai Median
Zscore = 𝑆𝐷 𝑈𝑝𝑝𝑒𝑟

Bila nilai riel lebih kecil dari nilai mediaan maka menggunakan rumus :
Nilai Riel – Nilai Median
Zscore = 𝑆𝐷 𝐿𝑎𝑤

1. BB menurut umur (WAZ)


Tabel Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Anak Perempuan Umur 0 – 60 Bulan
UMUR Berat Badan (kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
31 Bulan 9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.3
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 (14 𝑘𝑔 – 12,9 𝑘𝑔) 1,1,
BB / U = [ (+1𝑆𝐷)−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 ]
= (14,7 𝑘𝑔−12,9)
= 1,8
= 0,6

Dengan hasil status BB/U = 1SD = Berat Badan Normal, Gizi Normal

2. TB menurt umur (HAZ)


Tabel Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Anak Perempuan Umur 24 – 60 Bulan
UMUR Berat Badan (kg)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
31 Bulan 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−𝑇𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 (90 𝑐𝑚 – 91,4 𝑐𝑚) −1,4
TB / U = [ (−1𝑆𝐷)−𝑇𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 ]
= (87,9 𝑐𝑚 − 91,4 𝑐𝑚) = −3,5
= 0,4

Dengan hasil status TB/U = -1 SD = Tinggi Badan Normal

3. BB menurut TB ( WHZ)
Tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Anak Perempuan Umur 24 – 60 Bulan
UMUR Tingi Badan (cm)
- 3SD - 2 SD - 1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
31 Bulan 7.9 8.6 9.4 10.2 11.2 12.3 13.6
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 (14 𝑘𝑔 – 10,2 𝑘𝑔) 3,8
BB / TB = [ (+3𝑆𝐷)−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 ]
= (13,6 𝑘𝑔−10,2 𝑘𝑔)
= 3,4
= 1,1

Dengn hasil status BB/TB = 1 SD, artinya anak memiliki gizi baik, normal.

f. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Kemampuan Motorik
Kemampuan Usia Gerak kasar Gerak halus
Motorik 31 Bulan An.M bisa latihan An. M bisa memilih
menghadapi dan
rintangan, mengelompokkan
Melompat jauh, benda-benda
melempar dan menurut jenisnya,
menangkap bola Bermain boneka,
besar. menyusun balok-
balok.
Bicara dan Bahasa 31 Bulan An. M mampu menyebut nama nya
sendiri, nama ayah, ibu, nama teman,
hewan, buah, warna, menyebut berbagi
jenis pakaian. menyatakan keadaan
suatu benda, tapi artikulasi bahasa
masih kurang jelas.

Kemampuan 31 Bulan An. M bisa memilih pakaian sendiri, bisa

Bersosialisasi dan makan sendir, menyisir rambut, bermain

Kemandirian gadget dan bermain dengan teman di


sekitar rumah.

9. Pemeriksaaan Fisik

a. Keadaan Umum

lemah, kesadaran composmetis.

b. Tanda-tanda Vital

HR :97x/menit (Nilai rujukan : 80-90 x/menit)

RR : 27x/menit (Nilai rujukan : 20-30 x/menit)

Suhu : 38,3C (Nilai rujukan : 36,5-37,5C)

TD : Tidak terukur

c. Kepala

Bentuk kepala bulat simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan pada kepala, kulit kepala bersih,
tidak ada cekung pada ubun-ubun, rambut panjang bergelombang berwar hitam, rambut bersih,
tidak kusam dan tidak terdapat lesi disekitar kepala

d. Mata

Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri kanan, konjugtiva normal, pupil isokor, sklera tidak
iterik, tidak terdapat oedem. Pupil kiri dan kanan isokor, reflek pupil terhadap cahaya baik,
konjuctiva berwarna pink, sclera berwarna putih, fungsi penglihatan normal, dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.

e. Hidung

Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan, hidung simetris, tidak ada alergi terhadap
debu, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada
perdarahan, hidung bersih, dan tidak ada keluhan pada hidung.

f. Mulut

Bersih, tidak terdapat kotoran, gigi susu sedang tumbuh, mukosa bibir kering, bibir simetris kiri
kanan, keadaan rahang normal, tidak ada kelainan.

g. Telinga

Telinga bersih, tidak tampak serumen, telinga kiri dan kanan simetris, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.

h. Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, frekuensi nafas 27x/menit, tidak ada menggunakan
otot bantu pernafasan.

Palpasi : Pada thorak kiri dan kanan getarannya sama kuat, tidak ada kelainan.

Perkusi : Suara resonan (sonor)

Auskultasi : Suara napas vesikuler, irama napas normal, tidak ada suara napas tambahan.

i. Jantung (IPPA)

I: Simetris kiri dan kanan, Iqtus Cordis terlihat, tidak ada palpitasi

P: Ictus Cordis teraba di ICS ke V

P: Gallop

A: Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup

j. Paru-paru (IPPA)

I: Simetris kiri kanan, tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan, tidak menggunakan
cuping hidung, pernafasan 27 x menit

P: Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada oedem
P: Sonor

A: Irama pernafasan vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

k. Abdomen (IAPP)

I: Perut klien simetris, tidak terdapat lesi, ositakrik tidak ada

P: Supel, tidak ada oedem atau masa, nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada, pembesaran
hepar tidak ada.

P: Tympani

A: Suara peristaltik terdengar, bising usus ± 10 x menit

l. Punggung

Tidak ada kelainan pada punggung, tidak terdapat luka dan

lesi.

m. Genetalia

Tidak terdapat gangguan

n. Ekstremitas

1) Atas : tidak terpasang infus, tidak terdapat luka

2) Bawah :Tidak ada gangguan

3) Kekuatan Otot

5555 5555

5555 5555

o. Kulit

Kulit teraba hangat, turgor kulit bagus, akral hangat, CRT >2 detik., tidak ada bintik-bintik
merah.

10. Therapi

- Obat Antipiretik (parasetamol) untuk menurunkan suhu tubuh.

- Antibiotik
11. Data Penunjang

a. Laboratorium : -

b. Radiologi : -

ANALISA DATA

Nama : An.M

Umur : 2 Tahun 7 Bulan (31 Bulan)

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Hipertermia Proses penyakit
- Ibu klien mengatakan sudah 1 hari suhu (D.0130 P.284) (febris)
badan anaknya tinggi 38,3 C dan
anaknya rewel.
DO :
- Kulit teraba hangat
- Warna kulit kemerahan
- HR : 97x/menit
- RR : 27x/menit
- Suhu : 38,30C
2 DS : Risiko defisit Factor psikologis
- Ibu klien mengatakan anaknya nutrisi (keengganan
makan hanya 2 sampai 3 sendok saja (D.0032 P.81) untuk makan)
- Ibu klien mengatakan selama sakit
anaknya jarang menyusu
DO :
- Klien tampak lemah
- Makan 2-3 sendok
- Bibir kering
3 DS : Intoleransi Kelemahan
- Ibu klien mengatakan selama sakit klien aktivitas
hanya berbaring dan digendong (D.0056 P128)
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien hanya berbaring
- HR : 97x/menit
- RR : 27x/menit
- Suhu : 38,30C

DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuaikan buku SDKI)


1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (febris)
2. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN (SESUAIKAN BUKU SLKI DAN SIKI)


Nama : An. M
Umur : 2 tahun 7 Bulan (31 Bulan)
No Tgl/Jam Dx kep Intervensi
Tujuan Tindakan Rasional Ttd
1 26 April Hipertermi Tujuan : Setelah Manajemen Hipertermia 1. Untuk
2021 berhubungan dilakukan asuhan (I.15506) mengetahui
Jam dengan proses keperawatan Observasi : penyebab
14.30 penyakit (febris) selama 3x24 jam 1. Monitor suhu tubuh suhu tubuh
(D.0130) diharapkan 2. Identifikasi penyebab naik
termoregulasi hipertermia 2. Untuk
membaik. mengetahui
3. Monitor komplikasi
Kriteria Hasil : penyebab
akibat hipertermia
(L.14134) hipertermia
Teraupetic :
1. Suhu tubuh 3. Untuk
4. Sediakan lingkungan
membaik memonitor
yang dingin
2. Suhu Kuli adanya
5. Longgarkan pakaian
membaik akibat
atau lepaskan
3. Kulit merah hipertermi
pakaian
menurun 4. Untuk
6. Basahi dan kipas
4. Pucat menurunkan
permukaan tubuh suhu tubuh
menurun
7. Memberikan cairan 5. Untuk
5. Ventilasi
membaik oral menurunkan
Edukasi : suhu tubuh
8. Anjurkan tirah baring 6. Untuk
Kolaborasi : menurunkan
9. Kolaborasi dalam suhu tubuh
pemberian obat 7. Untuk
menjaga
cairan tubuh
8. Untuk
memberikan
rasa nyaman
9. Untuk
mengobati
hipertemi
2 26 April Risiko defisit Setelah dilakukan Manajmen Nutrisi 1. Untuk
2021 nutrisi asuhan (I.03119) mengatasi
Jam berhubungan keperawatan O: anak tidak
14.30 dengan faktor selama 3x24 jam 1. Identifikasi makanan mau
psikologis diharapkan status yang disukai makan
(keengganan nutrisi membaik. 2. Monitor asupan 2. Untuk
untuk makan) (L.03030) makanan menjaga
(D.0032) Kriteria Hasil : T: nutrisi
1. Frekuensi 3. Sajikan makanan anak
makan secara menarik dan 3. Untuk
membaik suhu yang sesuai menarik
2. Nafsu makan 4. Berikan makanan minat
klien tinggi kalori. makan
meningkat E: anak
3. Membran 5. Anjurkan posisi duduk 4. Agar anak
mukosa jika mampu nyaman
lembab K: 5. Untuk
6. Kolaborasi dengan ahli menjaga
gizi nutisi
keseimban
gan anak
3 26 April Intoleransi Setelah dilakukan Manajmen Energi 1. Untuk
2021 aktivitas asuhan O: menjaga
Jam berhubungan keperawatan 1. Monitor kelelahan energi
14.30 dengan selama 3x24 jam fisik dan anak
kelemahan diharapkan emosional 2. Untuk
toleransi aktivitas 2. Monitor pola dan jam menjaga
meningkat. tidur kesehatan
Kriteria Hasil : 3. Monitor ketidak anak
(L.05047) nyamanan saat 3. Untuk
4. keluhan lelah beraktivitas menghinda
menurun T: ri anak
5. Perasaan lelah 4. Sediakan lingkungan kelelahan
menurun yang nyaman 4. Untuk
6. Warna kulit E: membuat
membaik anak
5. Anjurkan tirah baring
7. kemudahan gembira
6. Ajarkan strategi
dalam 5. Menghind
koping untuk
melakukan ari anak
mengurangi kelelahan
aktivitas kelelahan
K:
6. Untuk
7. Kolaborasi dengan ahli
mengurang
gizi untuk peningkatan
i kelelahan
asupan makanan
7. Untuk
menjaga
asupan
nutrisi
anak

CATATAN KEPERAWATAN
Nama : An. M
Umur : 2 Tahun 7 Bulan ( 31 Bulan)
No. Tang Jam Implementasi Respon pasien Ttd
DP gal (S dan O)
1 Senin 14.00 1. Memonitor suhu DS :
26/04 tubuh - Ibu klien mengatakan sudah 1 hari
/2021 suhu anaknya tinggi 38,3°C dan
anaknya rewel
DO :
- S: 38,3°C
- Wajah klien tampak memerah
14.05 2. Mengidentifikasi DS :
penyebab - ibu klien mengatakan anaknya
hipertermia demam sejak pulang dari luar kota
DO :
- S: 38,3°C
- Kulit terasa hangat

14.10 3. Monitor DS :
komplikasi akibat - ibu klien mengatakan kulit anaknya
hipertermia hangat
DO :
- S: 38,3°C
- Kulit terasa hangat
- Kulit merah

14.15 4. Melonggarkan DS : -
pakaian atau DO :
melepaskan - Baju pasien longgar
pakaian

14.20 5. Anjurkan tirah DS :


baring - Ibu klien mengatakan anaknya hanya
dikasur
DO :
- Anak tertidur di kasurnya

14.25 6. Kolaborasi dalam DS :


pemberian obat - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
antipiretik minum paracetamol
(paracetamol) DO :
untuk menurunkan - Anak tertidur di kasurnya
suhu tubuh
14.30 7. Mengompres dan DS :
kipas permukaan - Ibu klien mengatakan sudah
tubuh mengompres anaknya
DO :
- Anak tertidur di kasurnya
- S: 38,3°C
2 Senin 14.35 1. Memonitor asupan DS :
26/04 makanan - Ibu klien mengatakan anaknya hanya
/2021 makan 2 sampai 3 sendok saja
DO :
- Anak tidak mau makan

14.40 2. Menyajikan DS :
makanan dalam - Ibu klien mengatakan anaknya tetap
porsi hangat susah makan
DO :
- Anak tidak mau makan

14.45 3. Memberikan DS :
makanan tinggi - Ibu klien mengatakan sudah
kalori menyiapkan
DO :
- Anak tidak mau makan
- Bibir tampak kering

14.50 4. Menganjurkan DS :
posisi duduk jika - Ibu klien mengatakan anaknya
mampu menangis
DO :
- An.M rewel dan menangis
- S: 38,3°C
3 Senin 14.55 1. Memonitor DS :
26/04 kelelahan fisik dan - Ibu klien mengatakan selama sakit
/2021 emosional klien hanya berbaring dan digendong
DO :
- Klien hanya berbaring di tempat
tidur

14.55 2. Memonitor pola DS :


dan jam tidur - Ibu klien mengatakan selama sakit
klien tidak nyenyak saat tidur, dan
sering terbangun
DO :
- Klien rewel

15.00 3. Menganjurkan DS :
tirah baring - Ibu klien mengatakan bersedia
DO :
- Klien berbaring di tempat tidur
1 Selasa 14.00 1. Memonitor suhu DS :
27/04/
2021 tubuh - Ibu klien mengatakan suhu anaknya
sudah mendingan
DO :
- S: 37,7°C

14.05 2. Monitor DS :
komplikasi akibat - ibu klien mengatakan kulit anaknya
hipertermia hangat
DO :
- S: 37,7°C
- Kulit terasa hangat

14.10 3. Melonggarkan DS : -
pakaian atau DO :
melepaskan - Baju pasien longgar
pakaian

14.15 4. Anjurkan tirah DS :


baring - Ibu klien mengatakan anaknya hanya
dikasur
DO :
- Anak tertidur di kasurnya

14.20 5. Kolaborasi dalam DS :


pemberian obat - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
antipiretik minum paracetamol
(paracetamol) DO :
untuk menurunkan - Anak tertidur di kasurnya
suhu tubuh

14.25 6. Mengompres dan DS :


kipas permukaan - Ibu klien mengatakan sudah
tubuh mengompres anaknya
DO :
- Anak tertidur di kasurnya
- S: 38,3°C
2 Selasa 14.35 1. Memonitor asupan DS :
27/04/
2021 makanan - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
mau makan
DO :
- Anak terlihat memakan biskuit

14.40 2. Menyajikan DS :
makanan dalam - Ibu klien mengatakan bersedia
porsi hangat DO :
- Anak sudah mau makan
14.45 3. Memberikan DS :
makanan tinggi - Ibu klien mengatakan sudah
kalori menyiapkan
DO :
- Anak sudah mau makan

14.50 4. Menganjurkan DS :
posisi duduk jika - Ibu klien mengatakan sudah mau
mampu duduk sendiri
DO :
- An.M duduk dan memakan biskuit
3 Selasa 14.55 1. Memonitor DS :
27/04/
2021 kelelahan fisik dan - Ibu klien mengatakan hari ini
emosional anaknya sudah mendingan
DO :
- Klien duduk di lantai

14.55 2. Memonitor pola DS :


dan jam tidur - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
tidur dengan nyenyak dimalam hari
DO :
- Anak tidak rewel

15.00 3. Menganjurkan DS :
tirah baring - Ibu klien mengatakan bersedia
DO :
- Klien berbaring di tempat tidur
1 Rabu 14.00 1. Memonitor suhu DS :
27/04/
2021 tubuh - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
tidak demam
DO :
- S: 37,0°C
14.05 2. Kolaborasi dalam DS :
pemberian obat - ibu klien mengatakan anaknya sudah
antipiretik minum obat
(paracetamol) DO :
untuk menurunkan - S: 37,0°C
suhu tubuh

14.10 3. Mengompres dan DS :


kipas permukaan - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
tubuh tidak demam
DO :
- Anak tertidur di kasurnya
2 Rabu 14.35 1. Memonitor asupan DS :
27/04/
2021 makanan - Ibu klien mengatakan anaknya sudah
mau makan
DO :
- Anak terlihat memakan nasi sayur

14.40 2. Menyajikan DS :
makanan dalam - Ibu klien mengatakan bersedia
porsi hangat DO :
- Anak sudah mau makan

14.45 3. Menganjurkan DS :
posisi duduk jika - Ibu klien mengatakan sudah mau
mampu duduk sendiri
DO :
- An.M duduk sendiri
3 Rabu 14.55 1. Memonitor DS :
27/04/
2021 kelelahan fisik dan - Ibu klien mengatakan hari ini
emosional anaknya sudah aktif kembali
DO :
- Klien bermain puzzle
14.55 2. Memonitor pola DS :
dan jam tidur - Ibu klien mengatakan pola tidur
anaknya sudah kembali seperti
biasanya
DO :
- Anak tidak rewel

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. M
Umur : 2 Tahun 7 bulan ( 31 Bulan)
No. Tanggal/Jam Evaluasi (SOAP) Ttd
DP
1 Senin S: Ibu klien mengatakan sudah 1 hari suhu anaknya
26/04/2021 tinggi 38,3°C dan anaknya rewel
Jam: 18.00 O:
- S: 38,3°C
- Klien tampak menangis terus
- Kulit teraba hangat
- Wajah klien tampak memerah
- Ibu klien memberikan anak obat
- Ibu klien menggendong anaknya
A: Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor suhu tubuh
- Mengidentifikasi penyebab hipertermia
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi dalam pemberian obat
- Mengompres dan kipas permukaan tubuh
2 Senin S:
26/04/2021 - Ibu klien mengatakan anaknya hanya makan 2
Jam: 18.00 sampai 3 sendok saja
- Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya
jarang menyusu
O:
- Klien tampak lemah
- Porsi makan hanya habis 2-3 sendok
- Bibir tampak kering
A:
- Masalah keperawatan belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Memonitor asupan makanan
- Menyajikan makanan dalam porsi hangat
- Memberikan makanan tinggi kalori
- Menganjurkan posisi duduk jika mampu
3 Senin S:
26/04/2021 - Ibu klien mengatakan selama sakit klien
Jam: 18.00 hanya berbaring dan digendong
O:
- Klien tampak lemah
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
A:
- Masalah keperawatan belum teratasi
P: lanjutkan Intervensi
- Memonitor kelelahan fisik dan emosional
- Memonitor pola dan jam tidur
- Menganjurkan tirah baring
1 Selasa S:
27/04/2021 - Ibu klien mengatakan panas sudah berkurang
Jam: 18.00 - Ibu klien mengatakan wajah klien masih
memerah
O:
- S: 38°C
- Kulit teraba hangat
- Wajah klien tampak memerah
- Klien mau minum sedikit-sedikit
- Ibu klien menyusui klien
A:
- Masalah keperawatan teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
2 Selasa S:
27/04/2021 - Ibu klien mengatakan klien sudah mau makan
Jam: 18.00 sedikit-sedikit
O:
- Klien tampak lemah
- Porsi yang dihabiskan 1/3 dari porsi biasa
- Bibir tampak lembab
A:
- Masalah keperawatan teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
3 Selasa S:
27/04/2021 - Ibu klien mengatakan klien sudah ada tenaga
Jam: 18.00 untuk duduk
O:
- Klien sudah tampak beraktivitas
- Klien digendong jika menangis
A:
- Masalah keperawatan teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
1 Rabu S:
28/04/2021 - Ibu klien mengatakan klien sudah tidak panas
Jam: 18.00 O:
- S: 37,2°C
- Kulit tidak teraba panas
- Wajah tidak memerah
- Klien mau minum sedikit-sedikit
- Ibu klien menyusui klien
A:
- Masalah keperawatan teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
2 Rabu S:
28/04/2021 - Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
Jam: 18.00 meningkat
O:
- Klien sudah mau makan 1 porsi
- Klien tampak makan snack yang disediakan oleh
ibu klien
- Bibir tampak lembab
A:
- Masalah keperawatan teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
3 Rabu S:
28/04/2021 - Ibu klien mengatakan klien sudah lebih aktif
Jam: 18.00 O:
- Klien tampak lebih segar
- Klien tampak beraktivitas
A:
- Masalah keperawatan teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan
Pada tinjauan teori dan asuhan keperawatan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tinjauan teori sesuai dari yang diambil di jurnal dan teori teori yang ada di buku
keperawatan
2. Asuhan keperawatan mengacu pada SDKI,SLKI,dan SIKI
3. Kesesuaian diagnosis asuhan keperawatan dengan keluhan pasien dan tinjauan teori yang
sudah di jelaskan diatas.

II. Saran
1. Saran untuk diri sendiri :

• Agar menjadi lebih baik lagi dalam bekerja, berpikir, dan berproses.

• Menjadi lebih matang dan dewasa dalam segala hal, terutama dalam mendesain.

• Berpikir positif, jauh ke depan, dan memikirkan solusi yang tepat bagi setiap masalah.

2. Saran untuk pihak Rumah Sakit:

• Agar dapat menjadi lembaga yang lebih dikenal luas dan kredibilitasnya menjadi lebih baik
lagi, baik secara nasional maupun internasional.

• Lebih banyak dan lebih agresif dalam menyelenggarakan upaya meminimalisir perilaku
diskriminasi rasial di Indonesia.

• Meningkatkan upaya kerja sama dengan lembaga dan pihak terkait dalam upaya
memerangi demam berdarah.

3. Saran untuk masyarakat umum:

• Agar dapat mendukung, memajukan, dan menghargai perkembangan desain grafis di


Indonesia, khususnya di Kota Semarang.

• Ikut serta memaksimalkan kegiatan berantas demam panas.


III. Pembahasan
Pada asuhan keperawatan yang dilakukan kelompok kami mengacu diagnosa pada tinjauan
teori yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (febris) (D.0130), yang kedua yaitu
Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
(D.0032), dan yang ketiga yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056
P128).
Dengan intervensi pada SDKI SLKI dan SIKI yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu
manajemen hipertermia (I.15506) : Monitor suhu tubuh, Identifikasi penyebab hipertermia,
Monitor komplikasi akibat, yang kedua lakukan hipertermia. Teraupetic : Sediakan
lingkungan yang dingin, Longgarkan pakaian atau lepaskan pakaian, Basahi dan kipas
permukaan tubuh, Memberikan cairan oral. Yang ketiga lakukan Edukasi : Anjurkan tirah
baring. Yang keempat lakukan Kolaborasi : Kolaborasi dalam pemberian obat, Pada
diagnosa kedua intervensi yang dilakukan yg pertama yaitu Manajemen Nutrisi (I.03119) :
Identifikasi makanan yang disukai, Monitor asupan makanan, Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai, Berikan makanan tinggi kalori, Anjurkan posisi duduk jika
mampu, dan Kolaborasi dengan ahli gizi. Dan pada diagnosa intervensi ketiga yaitu
manajemen Energi : Monitor kelelahan fisik dan emosional, Monitor pola dan jam
tidur, Monitor ketidak nyamanan saat beraktivitas, Sediakan lingkungan yang nyaman,
Anjurkan tirah baring, Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan, Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk peningkatan asupan makanan.
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP SUHU
TUBUH PADA ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI
RUANG EDELWEIS RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU

Esti Sorena, Samwilson Slamet, Benny Sihombing


Program Studi D3 Keperawatan FMIPA, Universitas Bengkulu,Bengkulu Indonesia

Email; estisorena@gmail.com

Abstrak
Demam merupakan salah satu sebab yang sering membuat orang tua segera membawa anaknya
berobat. Panas atau demam kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di
atas 38oC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu>38.5oC. Salah satu
tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk penurunan panas adalah dengan kompres.
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami
demam. Tujuan penelitian in adalah untuk mempelajari efektifitas pemberian kompres hangat
terhadap suhu tubuh pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di ruang edelweis RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
pasien anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu pada bulan Mei 2018. Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan teknik
accidental sampling sebanyak 19 responden Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian didapatkan : kecenderungan
penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres hangat pada anak dengan peningkatan suhu
tubuh di ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan rata-rata penurunan (0,75260C)
. Diharapkan perawat anak dapat mengimplementasikan intervensi kompres hangat pada
peningkatan suhu tubuh yang di rawat di rumah sakit atau yang di rawat di rumah.

Kata Kunci: Kompres Hangat, Suhu Tubuh

1. Latar Belakang terserang penyakit akibat daya tahan tubuh


Permasalahan anak sakit merupakan yang lemah pula hingga anak diharuskan
permasalahan yang kompleks di Indonesia. untuk menjalani hospitalisasi. Hasil survei
Indonesia merupakan negara dengan angka UNICEF (2012), menunjukkan prevalensi
kematian anak 27 per 1000 kelahiran hidup anak yang menjalani perawatan di rumah
(UNICEF, 2015). Pada masa usia prasekolah sakit sekitar 84%.
aktifitas anak yang meningkat menyebabkan Di beberapa negara berkembang yang
anak sering kelelahan sehingga menyebabkan mencatat bahwa angka kematian akibat
rentan kesakitan pada balita itu berada pada

17
kisaran 40 per 1000 kelahiran hidup. WHO tubuh yang lebih banyak melalui dua
sendiri mengungkapkan bahwa sampai tahun mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah
2012 terdapat 13 juta balita telah meninggal perifer dan berkeringat (Potter & Perry,
tiap tahunnya data tersebut kemungkinan 2012)
bertambah setiap tahunnya rata-rata kejadian Dengan kompres hangat
meninggalnya bayi dan balita ini berada di menyebabkan suhu tubuh diluaran akan
negara berkembang, termasuk indonesia terjadi hangat sehingga tubuh akan
(Hartini, 2015) menginterpretasikan bahwa suhu diluaran
Angka kesakitan anak di Indonesia cukup panas, akhirnya tubuh akan
berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
(SUPAS) tahun 2015 di daerah perkotaan supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan
25,8%, usia 5-12 tahun membuat pembuluh darah tepi dikulit
sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar melebar dan mengalami vasodilatasi
9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. sehingga pori – pori kulit akan membuka dan
Angka kesakitan anak mempermudah pengeluaran panas. Sehingga
Salah satu tindakan nonfarmakologi akan terjadi perubahan suhu tubuh (Purwanti,
yang dapat dilakukan untuk penurunan panas 2015)
adalah dengan kompres. Kompres adalah Berdasarkan data rekam medik
salah satu metode fisik untuk menurunkan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu didapatkan
suhu tubuh anak yang mengalami demam. jumlah pasien anak yang dirawat pada tahun
Pemberian kompres hangat pada daerah 2016 mencapai 928 orang, tahun
pembuluh darah besar merupakan 2015 meningkat menjadi 945 orang dan
upayamemberikan rangsangan pada area tahun 2017 meningkat menjadi 1.380 orang.
preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu Sedangkan data yang diperoleh dari ruang
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah edelweis jumlah anak yang dirawat pada
ini menuju hipotalamus akan merangsang bulan Januari - Maret 2018 sebanyak
area preoptik mengakibatkan pengeluaran 290 orang. Berdasarkan survey awal peneliti
sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan di ruang Edelweis didapatkan pada bulan
menyebabkan terjadinya pengeluarn panas Maret-April jumlah pasien yang dirawat
dengan peningkatan suhu tubuh

18
sebanyak 24 orangusia 0-21 tahun apabila melalui sumsum tulang belakang. Ketika
dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk reseptor yang peka terhadap panas di
adalah 14,44% (Kemenkes RI, 2016) hypothalamus dirangsang, system efektor
Demam merupakan salah satu sebab mengeluarkan sinyal yang memulai
yang sering membuat orang tua segera berkeringat dan vasodilatasi perifer.
membawa anaknya berobat. Panas atau Perubahan ukuran pembuluh darah diatur
demam kondisi dimana otak mematok suhu oleh pusat vasomotor pada medulla
di atas setting normal yaitu di atas 38oC. oblongata dari tangkai otak, dibawah
Namun demikian, panas yang sesungguhnya pengaruh hypothalamic bagian anterior
adalah bila suhu>38.5C. Akibat tuntutan sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya
peningkatan tersebut tubuh akan vasodilatasi ini menyebabkan
memproduksi panas. Sebenarnya panas pembuangan/ kehilangan energi/panas
bukan penyakit melainkan gejala suatu melalui kulit meningkat, diharapkan akan
penyakit sebagai reaksi tubuh untuk melawan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
infeksi atau penyakit, yang bisa disebabkan mencapai keadaan normal kembali
oleh infeksi virus atau bakteri. Ketika (Djuwarijah, 2009).Pemberian kompres
melawan penyakit/ infeksi yang masuk, hangat pada daerah pembuluh darah besar
tubuh akan mengeluarkan sejumlah panas ke merupakan upaya memberikan
kulit tubuh (Hartini, 2015). rangsangan pada area preoptik
Kompres hangat adalah kompres dengan hipotalamus agar menurunkan suhu
air suam-suam kuku atau air hangat tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh
(Rudianto,2010).Manfaat darah ini menuju hipotalamus akan
kompres air hangat adalah dapat merangsang area preoptik
memberikan rasa nyaman dan mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh
menurunkan suhu tubuh. Kompres hangat sistem efektor. Sinyal ini akan
adalah melapisi permukaan kulit dengan menyebabkan terjadinya pengeluarn
handuk yang telah dibasahi air hangat panas tubuh yang lebih banyak melalui
dengan temperatur maksimal 43°C. dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh
Pemberian kompres air panas/hangat pada darah perifer dan berkeringat (Potter &
daerah tubuh akan memberikan sinyal ke Perry, 2012)
hypothalamus

19
Untuk mempertahankan suhu yang Penelitian ini bertujuan untuk
konstan, perawat harus sering mengganti mencari intervensi yang dapat mencegah
kompres atau menggunakan bantalan komplikasi-komplikasi yang mungkin
akuatermi yang hangat atau bantalan terjadi akibat peningkatan suhu tubuh
panas kedap air di atas kompres. Karena
kelembaban dapat mengantarkan panas, 2. METODE PENELITIAN
maka untuk membuat kompres lembab, Desain yang digunakan dalam
semua pengaturan suhu pada alat pemanas penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
harus lebih rendah dari pada membuat menggunakan The One Group Pretest
kondisi kering. Lapisan pembungkus Postest Design. Teknik yang digunakan
plastik atau handuk kering juga dapat adalah observasi yaitu suatu metode
mengisolasi kompres dan menahan panas. dimana pengamat (observer) ikut
Panas yang lembab dapat meningkatkan berpartisipasi dalam kegiatan yang
vasodilatasi dan evaporasi panas dari dilakukan (Notoatmojo, 2010).
permukaan kulit (Potter & Perry, Pengukuran dilakukan sebelum dan
2009)Dengan kompres hangat sesudah perlakuan sehingga mendapatkan
menyebabkan suhu tubuh diluaran akan perbandingan. Populasi dan sampel dalam
terjadi hangat sehingga tubuh akan penelitian ini menggunakan teknik
menginterpretasikan bahwa suhu diluaran accidental sampling yaitu seluruh pasien
cukup panas, akhirnya tubuh akan anak yang mengalami peningkatan suhu
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak tubuh di Ruang Edelweis RSUD Dr. M.
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur Yunus Bengkulu. Pengambilan sampel
tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan dilakukan mulai 01 Mei sampai 30 Mei
membuat pembuluh darah tepi dikulit 2018. Data primer yang diperoleh dari
melebar dan mengalami vasodilatasi observasi langsung dengan Mengukur
sehingga pori–pori kulit akan membuka suhu tubuh responden menggunakan
dan mempermudah pengeluaran panas. termometer dan pemberian kompres
Sehingga akan terjadi perubahan suhu hangat oleh perawat dan data sekunder
tubuh (Purwanti, 2015) diperoleh dari buku register dan rekam

20
medik pasien yang dirawat di Ruang dilakukan kompres hangat, didapat
o
Edelweis RSUD Dr. M. Yunus suhu
tubu minimum 38 C, suhu tubuh
Analisa univariat untuk
h o
menganalisa karakteristik demografi dan maksimum 40 C dan suhu tubuh rata-rata
klinis suhu tubuh anak dengan distribusi o
38,55 C dengan standar deviasi 0,5824
frekuensi dan distribusi rerata, Analisa
bivariat untuk menganalisa pengaruh
b) Gambaran suhu tubuh setelah
intervensi terhadap peningkatan derajat suhu
kompres hangat
tubuh pre dan post tindakan kompres hangat
Tabel 2 : Gambaran Suhu Tubuh Setelah
pada anak yang di rawat di ruang edelweiss
Kompres Hangat Pada AnakDengan
RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu.
Peningkatan Suhu Tubuh

3. Hasil Penelitian Std.


Mininum Maksimum Mean
a. Analisis Univariat Deviation

Analisis ini dilakukan untuk 36,7 39,7 37,80 0,7427


mendapatkan gambaran tentang masing-
masing variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel diatas,
a) Gambaran suhu tubuh sebelum didapatkan bahwa dari 19 orang anak
kompres hangat dengan yang dirawat dengan peningkatan
suhu tubuh, setelah dilakukan kompres
Tabel 1 : Gambaran Suhu Tubuh Sebelum hangat, didapat suhu
Kompres Hangat Pada Anak Dengan o
tubuh minimum 36,7 C, suhu tubuh
Peningkatan Suhu Tubuh o
maksimum 39,7 C dan suhu tubuh
rata-
Std. o
Minimum Maksimum Mean
Deviation rata 37,80 C dengan standar deviasi

38 40 38,55 0,5824 0,7427.

21
Kondisi ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan intervensi kompres hangat memiliki
bahwa dari 19 orang anakdengan yang pengaruh yang signifikan terhadap
dirawat dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan suhu tubuh dalam menurunkan
sebelum suhu tubuh pada anak, hal ini dikarenakan
b) Analisis Bivariat setelah dilakukan kompres hangat pasen
Analisis bivariat digunakan untuk merasa nyaman dan terjadi perpindahan
mengetahui efektifitas pemberian panas tubuh. Sesuai dengan teori menurut
kompres hangat terhadap suhu tubuh Djuwarijah (2009), bahwa manfaat kompres
pada anak dengan peningkatan suhu air hangat adalah dapat memberikan rasa
tubuh di ruang Edelweis RSUD Dr. M. nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Yunus. Dengan hasil sebagai berkut: Pemberian kompres air panas/hangat pada
daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
Tabel 3 : Efektifitas Pemberian Kompres hypothalamus melalui sumsum tulang
Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak belakang. Ketika reseptor yang peka
Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang terhadap panas di hypothalamus dirangsang,
Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu system efektor mengeluarkan sinyal yang
Variabel Rata-Rata Selisih memulai berkeringat dan vasodilatasi
Suhu sebelum perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah
kompres 38,558 diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
Suhu setelah 0,7526 oblongata dari tangkai otak, dibawah
kompres 37,805 pengaruh hypothalamic bagian anterior
sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya
Bedasarkan tabel diatas didapat nilai vasodilatasi ini menyebabkan
selisih mean antara suhu tubuh sebelum pembuangan/ kehilangan energi/panas
kompres dengan suhu tubuh setelah melalui kulit meningkat, diharapkan akan
kompres sebesar 0,7526 bernilai positif, terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
artinya terdapat kecenderungan penurunan mencapai keadaan normal kembali.
suhu setelah dilakukan kompres hangat Sejalan dengan teori menurut
dengan rata-rata Kozier (2010), bahwa kompres hangat
o dapat menurunkan suhu tubuh anak
penurunan 0,7526 C. demam karena tubuh dapat melepaskan
22
panas melalui empat cara yaitu radiasi, (Potter & Perry, 2012)
konduksi, konveksi dan evaporasi. Kesimpulan.
Hasil analisis factor-faktor yang
Secara umum tubuh akan melepaskan
mempengaruhi derajat peningkatan suhu
panas melalui proses konduksi yaitu tubuh didapatkan hasil yang signifikan
dengan pemberian kompres hangat.
perpindahan panas akibat paparan
a. Intervensi kompres hangat
lansung kulit dengan benda-benda yang
mempunyai pengaruh yang
ada disekitar tubuh. Biasanya proses
signifikan terhadap derajat
kehilangan panas dengan mekanisme
peningkatan suhu tubuh
konduksi sangat kecil, sedangkan
b. Terdapat kecenderungan penurunan
evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat
suhu tubuh setelah dilakukan
memfasilitasi perpindahan panas tubuh.
Setiap satu gram air yang mengalami kompres hangat pada anak dengan

evaporasi akan peningkatan suhu tubuh di ruang

menyebabkan kehilangan panas tubuh Edelweis RSUD Dr. M. Yunus


sebesar 0,58 kilo kalori. Pada kondisi Bengkulu dengan rata-rata
o
individu tidak berkeringat, mekanisme
penurunan 0,7526 C
evaporasi berlangsung sekitar 450-600
ml. Hal ini menyebabkan kehilangan
panas terus menerus dengan kecepatan DAFTAR PUSTAKA

12-16 kalori per jam


Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian
Pemberian kompres hangat pada daerah Keperawatan dan teknik Analisa Data.
pembuluh darah besar merupakan upaya Jakarta: Salemba medika

memberikan rangsangan pada area preoptik


Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan
hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini
menuju hipotalamus akan merangsang Kozier. Erb, Berman. Snyder.
2010. Buku Ajar Fondamental
area preoptik
Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik.
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh Jakarta: EGC
sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan
Nelson, W. E. 2012. Ilmu Kesehatan
terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih
Anak.
banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi Jakarta: EGC
pembuluh darah perifer dan berkeringat Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi
23
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Potter & Perry. 2009. Fundamental


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2012. Fundamental


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Purwanti, S. 2015. Pengaruh Kompres


Hangat Terhadap Perubahan Suhu
TubuhPada Pasien Anak Hipertermia Di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Diakses pada tanggal 2 April
2018,
darihttp://ejournal.stikestelogorejo
.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/
article/download/288/312

24
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. 2017. Pusat Data dan Informasi Kementrian RI.


http://www.depkes.go.id/resources/dowload/pusdatin/infodatin/infodatin %20.pdf.
Diakses pada 26 April 2021.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat


Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat


Nasional Indonesia.

Soetjiningsih. (2012). Perkembangan anak dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Tamsuri. Anas. (2006). Tanda – tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

Kykle T, Carman S. 2014. Keperawatan Pediatri. Praptiani W, Tiar E, Yuliani D, Wildiarti D.


(editor). EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Vol 2. Hal 467 – 481.

Rudianto, S. 2010. Demam Pada Anak. Jakarta: Gramedia Press

Anda mungkin juga menyukai