Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN


(NYERI) PADA TN. B
DI DESA SEMPU KABUPATEN BATANG

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4

EVA ZULIANA SAFITRI (2008023)


INGGRID LOLEO (2008031)
IPAH SETYOWATI (2008032)
LINDA PUTRI OCKTAVIANI (2008040)
NELA SAGITHA DEWI (2008056)
RIDYA LISTIANA (2008072)
SEPTINA ASIH SUJIANTI (2008079)
VEGA ADZIMA KHOIRUNNISA (2008093)
LATAR BELAKANG

 Gangguan rasa nyaman merupakan keadaan atau perasaan kurang senang,


lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan
sosial. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
 Nyeri merupakan pengalaman yang tidak dapat dihindari seiring proses
penuaan, lansia lebih berisiko mengalami bermacam gangguan yang
berhubungan dengan nyeri, lansia berisiko tinggi mengalami nyeri akut dan
nyeri kronik yang dapat berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-
hari dan kualitas hidup mereka (Maas, 2011).
 Penyebab nyeri salah satunya adalah agen cedera fisiologis . merupakan
suatu keadaan miokard yang disebabkan oleh tidak adanya aliran darah
yang cukup pada waktu yang berkelanjutan, sehingga terjadi kekurangan
oksigen pada jaringan tersebut yang mengakibatkan kematian jaringan
miokard.
RUMUSAN MASALAH
 Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri pada klien
dengan asam urat (gout arthritis) di Desa Sempu RT 1/
RW 2 Limpung, Batang, Provinsi Jawa Tengah Tahun
2020?
TINJAUAN TEORI

 Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak


menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap
orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya.
 Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan.
 Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai suatu kerusakan
FISIOLOGI

1. Mekanisme Neuro Fisiologi Nyeri.


2. Transmisi Nyeri.
3. Bentuk Nyeri.
4. Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
Patofisiologi

a. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue


damage).
b. Transduksi (transduction).
c. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal.
d. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MENURUT SMELTZER, (2010)

1. Pengalaman Masa lalu


2. Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat
kompleks.
3. Budaya Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi
cara individu mengatasi nyeri.
4. Usia
5. Efek Plasebo
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Desa Sempu, RT 1/RW 2, Limpung, Batang
Dx. Medis : Asam urat

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. K
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Sempu, RT 1/RW 2, Limpung, Batang
Hub dengan Klien : Istri
Keluhan Utama :
Tn. B mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan
skala 4, nyeri hilang timbul, sebelumnya pernah
dibawa ke dokter dan mendapatkan obat Recolfar 0,5
mg.

Riwayat kesehatan lalu :


Tn. B mengatakan memiliki riwayat asam uart sejak 3
tahun yang lalu, dan kambuh apabila klien makan
kacang-kacangan dan daging, klien tidak pernah
kecelakaan, tidak memiliki riwayat alergi.
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan Nutrisi
Pola Makan
Sebelum sakit : Makan 2-3 kali sehari, 1 porsi habis, jenis makanan nasi, lauk, sayur
Selama sakit : Makan 3 kali sehari, 1 porsi, jenis makanan nasi, lauk, sayur, dan menghindari kacang-
kacangan dan makanan berlemak
BB sebelum sakit : 65 kg
BB selama sakit : 63 kg
TB : 162 cm
IMT : BB/TB2(m)
: 63/(1,62)2
: 22,6 (BB normal)

Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, frekuensi normal, warna kuning khas, konsistensi lembek, tidak ada
keluhan diare/konstipasi
Selama sakit : BAB 1x sehari, frekuensi normal, warna kuning khas, konsistensi lembek, tidak ada
keluhan diare/konstipasi

Eliminasi BAK
Sebelum sakit : BAK 5-6x sehari, frekuensi normal, warna kuning khas, tidak ada gangguan dalam
eliminasi
Selama sakit : BAK 5-6x sehari, frekuensi normal, warna kuning khas, tidak ada gangguan dalam
eliminasi
Kebutuhan Mobilisasi
Sebelum sakit : Kegiatan sehari-hari bekerja dirumah dengan membuka jasa servis mesin
jahit, olahraga berjalan, tidak ada kesulitan dalam bergerak
Selama sakit : Kegiatan sehari-hari bekerja dirumah dengan membuka jasa servis mesin
jahit, olahraga jalan, nyeri dibagian kaki ketika berjalan

Kebutuhan istirahat dan tidur


Sebelum sakit : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, tidak ada gangguan istirahat
tidur
Selama sakit : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, tidak ada gangguan istirahat tidur,
selama sakit tidak mempengaruhi istirahat tidur

Kebutuhan rasa nyaman nyeri


Sebelum sakit : tidak mengalami nyeri maupun pusing
Selama sakit : Nyeri di bagian mata kaki sebelah kanan
P : Nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri bertambah ketika aktivitas
S : Skala 4
T : Nyeri hilang timbul
Kebutuhan oksigenasi
Sebelum sakit : RR=22x permenit, tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Selama sakit : RR=24x permenit, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, tidak ada
gangguan pernafasan

Kebutuhan cairan
Sebelum sakit : minum 1500 cc/hari air putih
Selama sakit : minum 1500 cc/hari air putih
Kebutuhan personal Hygiene
Sebelum sakit : mandi 2xsehari, kebersihan lingkungan bersih, cuci tangan sebelum
makan
Selama sakit : mandi 2xsehari, kebersihan lingkungan bersih, cuci tangan sebelum makan

PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (e:4,m:6,v:5)
Penampilan : lemas
Vital sign
S : 37,0 C
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/menit
N : 87x/menit
Kepala : mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe
Mata : penglihatan baik, konjungtiva anemis, sklera anikterik, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak menggunakan alat bantu nafas,
penciuman baik
Telinga : Bersih, pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada infeksi
Mulut dan tenggorokan : tidak ada gangguan bicara, gigi berlubang, warna putih kekuningan,
tidak ada bau mulut, tidak ada nyeri dan kesulitan menelan mengunyah, tidak ada benjolan
dan pembesaran tonsil
Dada - Jantung : I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS 3 dan 4
P : Pekak
A: Bunyi jantung S1,S2 reguler, tidak ada bunyi tambahan
- Paru-paru : I : Dada simetris, tidak ada luka, tidak ada oedema
P: pengembangan paru kanan dan kiri simetris
P : Sonor
A : Vesikuler
- Abdomen : I : bentuk cembung
A : peristaltik usus 15x/menit
P : tidak ada masa dan nyeri tekan
P : timpani
Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter, tidak ada tanda infeksi
Ekstremitas Atas : tidak ada luka dan oedema, tidak terpasang infus, CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : tidak ada luka, terdapat oedema pada bagian kaki yang nyeri, fungsi otot
normal
Kulit : bersih, tidak ada oedema, tidak ada luka, warna sawo matang

PEMERIKASAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan penunjang : -
Diit yang diperoleh : rendah lemak, tidak pedas dan tidak mengandung purin
Therapy : Recolfar 0,5 mg 2xsehari
ANALISA DATA
Tn. B
Tanggal / Data Fokus Problem Etiologi
jam

22-12-20 DS: Tn. B mengatakan nyeri di mata kaki sebelah kanan Nyeri akut Agen
Jam 09.00 P : Mata kaki sebelah kanan pencedera
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk fisiologis
R : Nyeri bertambah ketika beraktivitas
S : Skala 4
T : Nyeri hilang timbul
DO: Tn. B tampak meringis dan memegangi area nyeri ketika nyeri
timbul
TD: 130/90 mmHg
S: 37,0 C
RR : 24x/menit

22-12-20 DS: Tn. B mengatakan cemas dan khawatir dengan kondisinya Ansietas Kurang
Jam 09.30 DO: Tn. B tampak gelisah dan tegang terpapar
TD: 130/90 mmHg informasi
S: 37,0 C
RR : 24x/menit
N : 86x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL/ Dx. kep Tujuan & kriteria hasil plenning
JM
22-12-20 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
Jam berhubungan diharapkan nyeri akut teratasi dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
10.00 dengan agen Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) intensitas nyeri
fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. TTV normal (5) 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
TD: 120/80 mmHg untuk mengurangi rasa nyeri
S:36,5 C - 37,5 C 5. Kontrol lingkungan yang
N: 60-100x/menit memperberat rasa nyeri (mis. suhu
RR: 16-24x/menit ruangan, pencahayaan, kebisingan)
6. Fasilitasi istirahat tidur
22-12-20
Jam 11.00
Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi relaksas
berhubungan diharapkan ansietas teratasi dengan 1. Identifikasi teknik relaksasi yang
dengan kurang Kriteria Hasil : pernah efektif digunaka
terpapar Tingkat ansietas (L,09093) 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi
informasi 1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi nadi, tekanan darah, dan suhu
yang dihadapi (5) sebelum dan sesudah latiha
2. Perilaku gelisah (5) 3. Ciptakan lingkungan tenang dan
3. Perilaku tegang (5) tanpa gangguan
Tgl/ jm dx. Kep Tujuan & kriteria Hasil Plenning

4. Keluhan pusing (5) 4. Berikan informasi tertulis


5. Tekanan darah normal (5) tentang persiapan dan prosedur
6. Frekuensi pernafasan (5) teknik relaksasi
7. frekuensiNadi (5) 5. Jelaskan tujuan manfaat,
8. Pucat (5) batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, napas dalam,
hipnosis)
6. Anjurkan mengambil posisi
nyaman Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
7. Demonstrasi dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
hipnosis)
Tgl/jm Dx. kep Implementasi Respon

22-12-20 1 Mengidentifikasi nyeri DS: Tn. B mengatakan nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Jam 09.00 P: Mata kaki sebelah kanan
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri bertambah ketika aktivitas
S: Skala 4
T: Nyeri hilang timbul
DO: Tn. B tampak meringis dan memegangi area nyeri
ketika nyeri timbul
TD: 130/90 mmHg
S: 37,0 C
RR : 24x/menit
N : 86x/menit

09.30 Menciptakan DS: Tn. B mengatakan sudah merasa nyaman dengan


1,2 lingkungan tenang dan lingkungannya
tanpa gangguan DO: Tn. B tampak nyaman dengan kondisi lingkungannya

DS: -
09.40 Memeriksa TTV  DO: TD: 130/90 mmHg
1,2 S: 37,0 C
RR : 24x/menit
N : 86x/menit
Tgl/jm Dx. Kep Implementasi Respon
09.50 1,2 Menjelaskan tujuan, DS: Tn. B mengatakan sudah paham manfaat teknik
manfaat, batasan, dan relaksasi nafas dalam
jenis relaksasi (napas DO: Tn. B dapat menjelaskan kembali manfaat teknik
dalam, hipnotis 5 jari) relaksasi nafas dalam

Mengidentifikasi nyeri
23-12- 1 DS: Tn. B mengatakan terkadang masih nyeri sedikit
20 P: Nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Jam Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
09.00 R: Nyeri bertanpah saat aktivitas
S: Skala 4
T: Nyeri hilang timbul
DO: Tn. B tampak meringis dan memegangi area nyeri
ketika nyeri timbul
TD: 140/90 mmHg
S: 36,8 C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
Menganjurkan
mengambil posisi DS: Tn. B mengatakan nyaman dengan posisinya
09.15 1,2 nyaman DO: Tn. B tampak nyaman dengan posisi duduk tegak

Memeriksa TTV DS: -


DO: TD: 140/90 mmHg
09.20 1,2 S: 36,8 C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
Tgl/jm Dx. Kep Implementasi Respon
09.30 1,2 Mengajarkan teknik DS: Tn. B mengatakan paham cara melakukan
nonfarmakologis untuk teknik hipnotis 5 jari
mengurangi rasa nyeri dan DO: Tn. B tampak bisa melakukan relaksasi nafas
ansietas dengan relaksasi dalam
nafas dalam

24-12-20 1 Mengidentifikasi nyeri DS: Tn. B mengatakan nyeri berkurang


Jam 09.00 P: Nyeri pada mata kaki sebelah kana
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri bertambah saat aktivitas
S: Skala 3
T: Nyeri hilang timbul
DO: Tn. B tampak lebih rileks dan tidak tegang
TD: 120/80 mmHg
S: 36,5 C
RR : 20x/menit
N : 83x/menit

09.15 DS: Tn. B mengatakan nyaman dengan posisinya


1,2 Menganjurkan mengambil DO: Tn. B tampak nyaman dengan posisi duduk
posisi nyaman tegak
Tgl/jm Dx. kep Implementasi Respon

09.20 1,2 Memeriksa TTV DS: -


  DO: TD: 120/90 mmHg
  S: 36,5 C
  RR : 20x/menit
N : 83x/menit
 
09.30 1,2 Mengajarkan teknik DS: Tn. B mengatakan paham cara melakukan
nonfarmakologis untuk hipnotis 5 jari
mengurangi rasa nyeri dan DO: Tn. B tampak bisa melakukan hipnotis 5
ansietas (hipnotis 5 jari) jari
 

09.40 1,2 Menganjurkan rileks dan DS: Tn. B mengatakan rileks


merasakan sensasi relaksasi napas DO: Tn. B tampak rileks saat melakukan
dalam dan hipnotis 5 jari teknik relaksasi napas dalam dan hipnotis 5
jari
EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/jm Dx. Kep Evaluasi
22-12-20 1 S: Tn. B mengatakan nyeri pada bagian mata kaki sebelah kanan
Jam 11.00 P: Nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri bertambah saat aktivitas
S: Skala 4
T: Nyeri hilang timbul
O: Tn. B tampak meringis dan memegangi area nyeri ketika nyeri timbul
TD: 130/90 mmHg
S: 37,0 C
RR : 24x/menit
N : 86x/menit
A: Intervensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Kaji nyeri secara komprehensif
Ajarkan relaksasi nafas dalam dan hipnotis 5 jari

S: Tn. B mengatakan masih sedikit cemas karena terkadang masih merasa


nyeri
11.20 2 O: Tn. B masih tampak sedikit tegang
TD: 130/90 mmHg
S: 37,0 C
RR : 24x/menit
N : 86x/menit
A: Intervensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Tgl/jm Dx. Kep Evaluasi

23-12-20 1 S: Tn. B mengatakan terkadang masih nyeri


Jam 11.00 P: Nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri bertambah saat aktivitas
S: Skala 4
O: Tn. B tampak sedikit tegang ketika nyeri timbul
TD: 140/90 mmHg
S: 36,8 C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
A: Intervensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Kaji nyeri secara komprehensif
Ajarkan hipnotis 5 jari
11.10
2 S: Tn. B mengatakan masih sedikit cemas karena terkadang masih merasa nyeri
O: Tn. B masih tampak sedikit tegang
TD: 140/90 mmHg
S: 36,8 C
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
A: Intervensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Ajarkan hipnotis 5 jari untuk mengurangi cemas
Tgl/jm Dx. Kep Evaluasi

24-12-20 1 S: Tn. B mengatakan nyeri berkurang


Jam 11.00 P: Nyeri pada mata kaki sebelah kanan
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri bertambah saat aktivitas
S: Skala 3
O: Tn. B tampak sedikit rileks
TD: 120/90 mmHg
S: 36,5 C
RR : 20x/menit
N : 83x/menit
A: Intervensi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Kaji nyeri secara komprehensif
11.10
2 S: Tn. B mengatakan cemas berkurang
O: Tn. B masih tampak lebih rileks
TD: 120/90 mmHg
S: 36,5 C
RR : 20x/menit
N : 83x/menit
A: Intervensi teratasi
P: Hentikan intervensi
KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan :
 Tinjauan teori sesuai dari yang diambil di jurnal dan teori teori
yang ada di buku keperawatan
 Asuhan keperawatan mengacu pada SDKI,SLKI,dan SIKI

 Kesesuaian diagnosis asuhan keperawatan dengan keluhan pasien

dan tinjauan teori yang sudah di jelaskan diatas.


 Saran
Penulis dapat mengembangkan diagnosis – diagnosis baru
yang muncul dari keluhan – keluhan pasien dan intervensi
yang dapat mengurangi rasa sakit pasien.
PEMBAHASAN
 Pada tinjauan teori ditemukan diagnosis nyeri akut dan
ansietas dengan intervensi pada diagnosa nyeri yaitu
Manajemen nyeri, Pemberian analgesik, Edukasi teknik
napas, Kompres panas, Terapi distraksi, Terapi relaksasi,
Terapi imajinasi terbimbing, Terapi murattal, Terapi sentuhan
kemudian untuk diagnosa kedua yaitu terapi relaksasi,
dukungan keyakinan, konseling, dukungan pelaksanaan ibdah,
teknik distraksi, dan terapi hipnotis
 Pada asuhan keperawatan yang dilakukan kelompok kami
mengacu diagnosa pada tinjauan teori yaitu nyeri dan ansietas
dengan intervensi sesuai dengan SDKI SLKI dan SIKI.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu
manajemen nyeri dengan tindakan seperti identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,frekuensi,
 kualitas dan intensitas nyeri, dilakukan identifikasi skala nyeri, identifikasi
respon nyeri non verbal dan ajarkan teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri. Pada diagnosa kedua intervensi yang dilakukan yaitu
terapi relaksasi dengan melatih pasien untuk melakukan teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian implemtasi yang
dilakukan kelompok yaitu memeriksa TTV, memberikan penkes tentang
nyeri, melatih pasien untuk mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi nafas
dalam dan untuk mengurangi ansietas dilakukan hipnotis 5 jari
 Hal ini sesuai dengan jurnal yang dilakukan oleh Rahmawati (2017) dengan
judul pengaruh pemberian terapi nafas dalam untuk menurunkan skala nyeri
saat dilakukan ROM pada pasien asam urat di panti wredha dharma bhakti
kasih surakarta dengan hasil lansia mengalami penurunan skala nyeri setelah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan p value 0,002 dengan hal
yang perlu diperhatikan pada saat relaksasi nafas dalam yaitu posisi yang
tepat, pikiran beristirahat dan lingkungan yang tenang.
 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2015) yang berjudul
penanganan ansietas dengan cara hipnotis lima jari dan mendengarkan musik
pada penderita diabetes melitus tipe 2 dan gagal ginjal kronik di RSMM
didapatkan hasil hipnotis lima jari dan mendengarkan musik dapat
menurunkan cemas pada pasien diabetes melitus tipe dua dengan komplikasi
gagal ginjal kronik.

Anda mungkin juga menyukai