PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penarapan
Asuhan Keperawatn pada anak dengan Gangguan Sistem Pensyarafan
gejala kejang demam.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Manfaat gambaran nyata dan pengkajian, analisa data dan
merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada “ dengan
gangguan system pensyarafan kejang demam.
b. Memperoleh gambaran nyata dalam merumuskan asuhan
keperawatan pada “ dengan gangguan system pensyarafan kejang
demam
c. Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan rencana
asuhan keperawatan “ dengan gangguan system pensyarafan
kejang demam.
d. memperoleh gambaran nyata dalam rencana asuhan keperawatan“
dengan gangguan system pensyarafan kejang demam
e. Memperoleh gambaran nyata dalam mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan “ dengan gangguan system
pensyarafan kejang demam.
f. Menganalisa perbedaan yang yang terjadi antara teori dan kasus
nyata “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam.
2
Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara
perawatan dan pencegahan penyakit kejang demam.
d. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
menerapkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba
yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak sensasi atau memori
yang bersifat sementara. (Hudak and Gallo, 1996).
Kijang demam adalah kejang yang terkjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang
yang lama yang mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan
di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau social
yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar
Wahidiyah, 2002 : 858).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang tejadi dari kumpulan
gejala dengan demam (Walley and Wong’s Edisi III, 1996).
2.2. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis termasuk
tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan
eloktrolit, dan gangguan pututs alcohol, obat gangguan metabolik, uremia,
overhidrasi, toksitk subcutan dan anoksiaselebral. Sebagaian kejang
disebabkan oleh adanya suatu awitan hipertemiayang timbul mendadak pada
infeksi atau firus. Sebagian kejang merupakan idiopti (tidak diketahui
etiologinya).
1. Intra kranial
Asfiksia : Ensevolopati hipoksis – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoit, subdural, intraventrikular
Infeksi : bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks selebri, sindrong zelluarge,
sindrom smith Lemli- opitz.
2. Ekstra klaniel
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia,
4
gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksit : Intoksikasi anestesi lokal, sindrong putus obat
Kelainan yang diturunkan: gangguan metabolik asam amino
ketergantungan dan kekurangan produksi
kernikterus.
3. Idiopatik
Gejang neo natus fancilie benigna, kejang hari kelima ke-5 (the
fith day fits).
2.3. Patofisiologi
a. Untuk mempertahankan hidup sel / organ otak diperlukan bahan baku /
energi terpenting yang didapat dari hasil metabolisme (glukosa) yang
prosesnya bersifat oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.
b. Energi otak/ glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air.
c. Sel dikelilingi oleh membran dari permukaan dalam (lipoid) dan
permukaan luar (ionik).
d. Normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K + ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan
elektrolik lainnya, kecuali ion klorida (Cl), akibatnya konsentrasi K +
dalam sel neoron tinggi dan kosentrasi Na + rendah, sedang diluar sel
neoron terdapat keadaan sebaliknya.
e. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat potensial membaran yang disebut potensial membran dari
neoron, dan untuk keseimbangan potensial membran ini diperlukan
energi dan bantuan enzim Na – K ATP - ase yang terdapat pada
permukaan sel, dan keseimbangan potensial memberan ini dapat diubah
oleh :
o Perubahan konsetrasi ion diruang ekstaseluler
o Ransangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
5
o Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
f. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C saja akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%.
g. Pada umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibanding orang dewasa yang hanya 15%, oleh karena itu kenaikan suhu
tubuh dapat merubah keseimbangan membran sel neoron, dalam waktu
singkat terjadi difusi ion kalsium / natrium melalui membran akibat
terjadinya lepas muatan listrik yang besar dan dapat meluas leseluruh sel
/ memberan sekitarnya dengan bantuan bahan (neurotransmiterr) dan
terjadilah kejang.
h. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda sesuai tinggi
rendahnya atau kejang pada suhu tertentu, misalnya:
o Anak dengan ambang kejang rendah, telah terjadi kejang pada suhu
38o C.
o Anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi bila suhu
mencapai 40oC atau lebih
Dengan demikian berulangnya kejang demam sering pada anak dengan
ambang kejang rendah, sehingga penaggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkah laku suhu berapa anak yang menderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak
berbahaya / tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai :
Apenia
Hipoksemia (meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi skelet)
Hiperkapnia
Asidosis laktat akibat metabolisme anaerobic
Hipotensi arterial disertai denyut jantung tidak tertaur/suhu tubuh
meningkat oleh meningkatnya aktivitas otot → metabolisme otak
meningkat
6
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah/hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler → metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah / hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permiabilitas kapiler → timbul edema otak → kerusakan
neoron otak
o Kerusakan daerah medial lobus temporalis jadi matang di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan oleh sebab kelainan anatomis
otak akibat kejang demam yang berlangsung lama
2.4 Prognosis
a. Baik / tidak menyebabkan kematian apabila penanggulangan
cepat dan tepat
b. Angka kejadian epilepsi berbeda – beda tergantung penelitian,
misalnya :
Lumban tobin (1975) : 6 %
Livingston (1954) / golongan kejang demam
sederhana : 2,9 %
Provakasi oleh demam : 97 %
c. Resiko yang dihadapi anak setelah kejang demam tergantung dari
beberapa faktor, sebagai berikut :
Riwayat penyakit kejang tanpa
demam dalam kelurga
Kelainan dalam perkembangan / saraf sebelum anak menderita kejang
demam
Kejang yng berlangsung lama / kejang fokal
Bila terdapat sedikitnya 2 atau 3 faktor diatas, kemudian hari sekitar
13 % akan mengalami serangan tanpa demam, dibanding 1 atau tidak ada
sama sekali faktor diatas dengan serangan tanpa demam hanya 2 %- 3 % saja.
7
Hemiparese terjadi pada kejang demam lama ( lebih dari 30 menit )
baik umum / fokal, dan kelumpuhannya sesuai kejang fokal, mula –
mula bersifat flaksid dan setelah 2 minggu timbul spastis.
Tidak terdapat kelainan IQ bila kejang sederhana, tetapi kejang
demam dengan kelainan neorologis sebelumnya IQ akan lebih rendah
dibanding saudaranya, dan jika kejang diikuti dengan kejang berulang
tanpa demam maka akan terjadi retardasi mental 5 kali lebih besar.
8
Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan
pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luasa dan hebat. Gambaran
EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
2.7 Penatalaksanaan
a. Medik :
Ada beberapa faktor yang perlu di lakukan, yaitu :
Memberantas kejang secepat mungkin :
2.7.1 Berikan diazepam i.v untuk menekan kejang ( 80-90 %) dengan efek
teraupetik ± 30 detik -5 menit dan efek toksik serius hampir tidak di
jumpai bila di beri perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg / injeksi.
Dosis di beri sesuai BB, bila BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg /
kg BB (minimal dalam spoit 7,5 mg ), dan BB diatas 20 kg : 0,5 mg /
kg BB. Dosis yang rata – rata biasa dipakai 0,3 mg / kg BB / kali
dengan maksimum 5 mg untuk umur kurang dari 5 tahun dan 10 mg
pada anak lebih besar.
2.7.2 Setelah suntika pertama tidak berhasil selama 15 menit, di ulang
dengan dosis yang sama, setelah 15 menit belum berhasil juga di
9
ulang lagi dosis sama secara intramuskuler, dan bila tidak berhasil
juga dapat di beri fenobarbital paraldehid 4 % antra vena.
2.7.3 Efek dizepam adalah mengantuk, laringospasme, henti jantung,
hipotensi dan penekanan pusat pernafasan, kedua terakhir ini terjadi
apabila sebelumnya anak telah di beri fenobarbital.
2.7.4 Diazepam di beri tanpa pelarut perlahan kira – kira 1 ml / menit, bayi
1 mg dalam satu menit
2.7.5 Diazepam bisa efektif diberi melalui rektum bila pemberian intra
vena sulit pada anak yang kejang, dapat diberi oleh siapa saja asalkan
mengetahui dosisnya. Dosis sesuai adalah : BB kurang 10 kg : 5 mg
dan BB, kemasan 5 mg / 10 mg dalam rektiol.
2.7.6 Bila dosis awal belum berhasil setelah 15 menit dapat di beri lagi i.v
dengan dosis 0,3 mg / kg BB
2.7.7 Cara pemberian rektiol sebagai berikut : sebelumnya diolesi vaselin /
minyak pada ujungnya, masukkan dalam rektum sepanjang 3 – 5 cm (
pasien dalam sikap miring ) di pijit hingga kosong, setelah di tarik
lubang anus di tutup / di rapatkan ke dua muskulus gluteus
2.7.8 Fenobarbital diberi ( i.m) bila diazepam tidak ada dengan dosis awal :
bayi baru lahir : 30 mg / kg. BB/ kali, umur 1 bulan – 1 tahun. 50
mg / kg. BB / kali, 1 tahun ke atas : 75 mg /kg. BB / kali kemudian di
tunggu selama 15 menit, bila belum berhasil dapat di ulang dengan
dosis : neonatus 15 mg, 1 bulan 30 mg dan di atas 1 tahun 50 mg i.m.
untuk pemberian i.v dosisnya : 5 mg / kg. BB dalam infus, Kecepatan
tidak lebih dari 50 mg / menit, kadar teraupetik dalam darah akan
menetap dalam 24 jam.
2.7.9 Bila dengan obat – obat di atas kejang tidak dapat di hentika, maka
pasien segera di rujuk ke ruang ICU untuk di beri anestesi umum
teopental oleh ahli anestesi
10
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk manjamin
kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi
trakeotomi
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen
Fungsi vital seperti : kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan dan fungsi jantung ediawasi ketat
Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
monitoring kelainan metabolik dan elektrolit
Tidak boleh diberi cairan dengan kadar natrium
tinggi bila ada tekanan intra kranial
Hibernasi dengan kompres alkohol dan es untuk
suhu yang meningkat/hipereksia dan pemberian hibernasi seperti
klorpromazin 2 – 4 mg/kg. BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
prometazon 4 – 6 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 3 dosis injeksi
Edoma otak dicegah dengan kortikosteroid dasis
20 -30 mg/kg.BB/hari dibagi dalam 4 dosis, sebaiknya
glukokortikoid seperti deksametazon 0,5 – 1 ampul setiap 6 jam
sampai keadaan membaik
11
2.9 Pathways Keperawatan
Exogenus pyrogene
Pusat termoregulator
Meningkatkan thermostat
Cemas
Kurang
pengetahuan
12
Sumber : Suriadi, 2001 & Ngastiyah, 1997
13
- Pre natal
- Natal
- Post natal
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi klien lengkap yaitu : BCG, DPT I, II, III, IV, hepatitis
I, II, III, IV, dan campak
14
7. Riwayat psikologis
Lingkungan rumah klien berda di tengah kota dan kota jauh
dari sekolah maupun dari tempat ibadah, hubungan anggota keluarga
harmonis, serta klien diasuh oleh ibunya.
8. Riwyat spiritual
Tentang support syistem dalam keluarga dan bagaimana
kegiatan keaagamaan
9. Riwayat hospitalisasi
a. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
b. Pemahaman klien tentang sakit dan rawat inap
c. Respon
- Perilaku : klien menangis pada saat disuntik dan diinfus ]
- perpisahan : klien merasa sedih karena perpisahan dengan
keluarga
10. Aktivitas sehari-hari meliputi:
a. Nutrisi
b. Cairan
c. Istirahat tidur
d. eliminasi (BAB dan BAK)
e. Personal hgiene rekreasi atau olahraga
f. Aktifitas / mobilitas fisik
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda – tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
S : 37,7 0C
N : 102 x/i
P : 30 x/i
c. Antropometri :
BB sekarang : 8 kg
TB sekarang : 82 cm
15
Lingkar kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 49 cm
Lingkar perut : 48 cm
b.Sistem Pernafasan
Gejala yang baisanya timbul yaitu takipnea, infeksi saluran
pernafasan dan apabila terjadi kenaikan suhu tubuh akan terjadi
bangkitan kejang yang disebabkan oleh ekstra kranium
c.Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis, bibir kering, cardial output menurun
d.Sistem pencernaan
Bibir kering nafsu makan menurun
e.Sistem perkemihan
Produksi urine kurang, fitrasi menurun
f. Muskulokletal
Kelemahan, kelelahan, massa otot menurun
g.Integumen
Kulit kotor,torgor kulit jelek,kuku panjang dan kotor
b. Diagnosa keperawatan
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme
tubuh akibat hipertermi
c. Perencanaan
16
0
Kriteria hasil : tidak terjadi serangan kejang ulang, suhu 36 – 37,5 C,nadi 100 –
110 x / I, kesadaran compus mentis
No Intervensi Rasional
1 Longgarkan pakaian, berikan Proses konveksi akan
pakaian tipis yang mudah terhalang oleh pakaian yang
menyerap keringat ketat dan tidak menyerap
keringat
2 Berikan kompres dingin Perpindahan panas secara
konduksi
17
No Intervensi Rasional
18
dapat menghambat
penurunan suhu tubuh
2 Observasi TTV tiap 4 Pemantauan TTV yang
jam sekali teratur dapat menentukan
perkembangan
keperawatan yang
selanjutnya
3 Pertahankan suhu tubuh Suhu tubuh yang dapat di
normal pengaruhi oleh tingkat
aktifitas, suhu
lingkungan, kelembaban
yang tinggi akan
mempengaruhi panas /
dinginnya tubuh
4 Ajarkan kepada keluarga Proses konduktif /
memberikan kompres perpindahan panas
dingin pada kepala / dengan suatu bahan
ketiak perantara
5 Anjurkan untuk Proses hilangnya akan
menggunakan baju tipis terhalangi pakaian tebal
dan terbuat dari kain dan tidak dapat
katun menyerap keringat
6 Atur sirkulasi udara Penyediaan udara bersih
ruangan
7 Beri ekstra cairan dengan Kebutuhan cairan
menganjurkan pasien meningkat karena
banyak minum penguapan tubuh
meningkat
8 Batasi aktifitas fisik Aktifitas meningkatkan
metabolisme dab
meningkatkan panas
19
Kriteri hasil : keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya,
keluarga mampu diikut sertakan dalam proses keperawatan, keluarga
mentaati setiap proses keperawatan.
No Intervensi Rasional
20
NDX 5 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya
metabolisme tubuh akibat hipertermi
Tujuan : Akan menunjukan pola tidur yang nyaman
Kriteria hasil : konjungtiva tidak anemis, TTV dalam keadaan normal, suhu
tubuh 36 – 37,50 C, nadi : 100 – 110 x /i , RR : 24 – 28 x /i
No Intervensi Rasional
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2018 jam 10.00 WIB
21
Tempat pengkajian : kamar bersalin (Necnatus)
Tanggal MKS : 14 Juli 2006, jam 09.00 WIB
Register : 042152
I.BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An “ E”
Umur : 1 tahun 2 bulan
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Baji pamai 2. No. 12
3. Identitas orang tua klien
Ayah
Nama : Yulius
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : D- III
Alamat : Baji pamai 2. No.12
Ibu
Nama : Fani
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Alamat : Baji pamai 2. No.12
22
III. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang :
Pada saat pengkajian pasien sedang terbaring di tempat tidur,
kaki sebelah kanannya di pasangi infus dengan cairan Glukosa 5 %
dan kondisi tubuh klien sangat lemah untuk melakukan aktifitas .
Riwayat kesehatan masa lalu :
Khusus untuk anak di bawah 0 – 5 tahun
1. Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan : ibu selalu ke
puskesmas
Keluhan selama hamil : sering mual –
mual
Imunisasi TT : di beri 2 kali
pada kehamilan 4 bulan dan 6 bulan
2. Natal
Tempat persalinan : rumah sakit
Persalinannya : tidak ada sobekan pada
perineum
Penolong persalinan : Dokter
3. Post natal
Kondisi bayi sehat dengan BB 3,2 kg,
PB 54 cm
Masalah pada saat anak lahir : tidak
ada masalah
Riwayat kesehatan keluarga
II. Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit
keturunan
V. Riwayat Imunisasi
23
pemberian pemberian
1 BCG lupa demam
24
3. Cara pemberian : tidak ada
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
X. Reaksi hositalisasi
Pemahaman keluarga tentang penyakit dan rawat inap orang tua klien
membawa anaknya ke umah sakit karen demam tinggi di sertai kejang –
kejang dan keluarga klien percaya dengan pengobatan di rumah sakit
Klien belum memahami tentang penyakitnya
25
Frekwensi makan porsi dihabiskan
Makanan yang di sukai Nasi, sayur dan
Makanan pantangan lauk Bubur dan
Cara makan mandiri telur
3X sehari 3X sehari
Tidak ada
disuap
2 Cairan
Jenis minuman Air putih, susu Air putih
Frekewnsi minum dan the
Kebutuhan cairan 1500/ 2500 cc/ 4-5 x / hari
Cara pemenuhan hari Terpasang
infus D5%
16 tts /i
3 Eliminasi
1. BAB
Tempat pembuangan WC WC
frekwensi 1X / hari Belum
kesulitan pernah
2. BAK Tidak ada Tidak ada
Tempat pembuangan
Frekwensi WC WC
3-4X / hari
Bau Omoniak 2-3X / hari
kuning Amoniak
Warna kuning
4 Istirahat tidur
1. jam tidur
siang 14.00 – 16.00 Tidur sering
malam 21.00-06.00 terjaga
2. pola tidur Teratur Tidur sering
3. kebiasaan sebelum tidur Berdoa terjaga
Tidak ada
26
5 Personal Hygiene
1. Mandi
cara Diguyur Belum
frekwensi 2 x sehari mandi
alat mandi Sabun Badan kotor
2. Cuci rambut dan berbau
frekwensi keringat
cara 3 x seminggu Tidak mandi
Cuci rambut Di lap
3.Guting kuku sendiri Tidak dicuci
frekwensi Rambut
alat kotor
cara 1 x seminggu
o Gosok gigi Menggunakan
frekwensi gunting kuku Tidak
cara Di potong pernah
alat sendiri Tidak
2X sehari pernah
Mengosok
sendiri Tidak
Sikat gigi dan pernah
odol
Tidak
pernah
Tidak ada
6 Aktifitas / mobilitas fisik Pergi ke
kegiatan sehari – hari sekolah Tidak pergi
penggunaan alat bantu aktifitas Tidak ada
kesulitan pergerakan tubuh Pada kaki
Tidak ada
Tidak ada
7 Rekreasi
perasaan setelah bermain Senang Tidak
27
kegiatan waktu luang Nonton TV Tidak
kegiatan hari libur Hanya d rumah pernah
Tidak
28
gerakan dada mengikuti pola nafas
tidak ada nyeri tekan
e. Sistem cardiovaskuler
konjungtifa tidak anemi
bibir lembab
suara jantung 1 (lub) dan 2 (dup)
f. Sistem pencernaan
Mulut
kemampuan menelan baik
lidah tampak bersih
tidak ada stomatitis ( sariawan )
Abdomen
bentuk perut datar dan ikut gerakan nafas
tidak ada benjolan
tidak ada nyeri tekan
Anuas
tidak ada lecet
tidak ada hemoroid / wasir
g. sistem indra
Mata
bentuk mata simetris kiri dan kanan
bulu mata tidak mudah rontok
alis mata simetris kiri dan kanan
Hidung
simetris kiri dan kanan
tidak ada polip
tidak ada cuping hidung
Telinga
- Bentuknya simetris kiri dan kanan
- Tidak ada serumen
h. Sistem pensyarafan
Fungsi kranial
29
N I .(olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau pada kedua
hidungnya
N II. (optikus ) : klien mampu melihat
N II. (okulomotorius ) : bola mata dapat bergerak ke segala
arah
N IV (troklearis ) : klien mampu melirik kekanan dan kekiri
N VI. (abdusen ) : klien mampu melirik ke atas dan ke bawah
N V. ( trigeminus) : klien mampuh merasakan sentuhan kain
basah di pipinya,dan pada saat mengunyah terlihat gerakan
temporalis
N VII. (fasialis) : otot wajah, kulit dan kulit dan pengecap
motorik : wajah klien simetris kiri
dan kanan pada saat tersenyum dan dapat
menggerakan kening
Sensorik : klien mampu membedakan rasa manis, asam, asin
dan pahit
N VIII (akusilkus ) : klien mampu mendengar dengan baik
dengan menggelingkan kepala kearah suara
N IX . (glassofaringeus) : kliem mampu menelan dengan baik
N X ( vagus) : adanya rangsangan muntah bila ujung lidah di
masukkan tangan
N XI (aksesoris) : klien mampu memutar kepala atau
menundukan keatas dab ke bawa dan menahan
N XII (hipoglessus) : klien dapat menjulurkan lidahnya ke kiri
dan kekanan
Fungsi kranial
Bereaksi dengan otot misalnya : dapat mengkerutkan
kening
Fungsi sensorik : bereaksi dengan sentuhan dan suhu,
misalnya : bila di sentuh oleh air dingin pada pipinya dia
kaget
Refleks biceps : berupa reaksi dari siku dan adanya
kontraksi otot biceps
30
Refleks miceps : responnya ekstensi dari siku dan adanya
kontraksi oto biceps
Refleks patella : gerakan ekstensi dan tungkai bawah
Refleks babinski : penekanan dari jari – jari
i. Sistem muskuloskletal
Kepala : bentik kepala bulat
Lutut :
simetris kiri dan kanan
tidak ada benjolan
Kaki :
simetris kiri dan kanan
tidak ada udem
Tangan :
tidak ada udem
jari tangan lengkap
j. Sistem imun
klien tidak ada riwayat alergi dengan bulu binatang, dengan
obat, dan cuaca
Sistem integumen :
Rambut : tidak mudah rontok
Kulit : kulitb sawo matang, dan tampak bersih
Kuku : kuku tampak bersih
k. Sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
Suhu tubuh panas
l. Sistem perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu
m. Sistem reproduksi
Srotus kiri dan kanan simetris
31
Tidak ada udema
32
mengatakan
sangat cemas - Tanda – tanda vital
dengan keadaan TD : 100/60 mmHg
anaknya dan S : 38,4 0C
kapan anaknya N : 100 x/i
bisa pulang P : 32 x/i
33
kuku panjang dan kotor
Gangguan
personal hygiene
No Diagnosa keperawatan
34
1 Potensial terjadi kejang ulng berhubungan dengan hipertermi
35
demam N : 100 x/i selama anak - pemantauan
P : 32 x /i panas yang teratur
- Berikan anti menentukan
DO : piretik dan tindakan yang
- klien lemah pengobatan akan di
- badan klien sesuai medis lakukan
teraba - aktifitas dapat
panas meningkatkan
metabolisme
dan
meningkatkan
panas
- menurungkan
panas pada
pusat
hipotalamus
dan sebagai
propilaksis
2 Gangguan rasa Kebutuhan 1. kaji pola sebagai dat
nyaman personal kebutuha dasar untuk
berhubungan hygiene n melakukan
dengan terpenuhi personal intervensi
hipertermi di dengan kriteria hygiene selanjutnya
tandai dengan : : 2. bantu agar klien
DS : - mulut klien klien merasa nyaman
Ibu klien tampak bersih dalam mulut klien
mengatakan dan gigi tidak members kelihatan
anaknya selama di kotor ihkan bersih dan
rumah sakit badan sehat
belum pernah 3. anjurkan pakaian yang
mandi pada bersihkan
DO : klien meningkatkan
rambut kotor dan untuk personal
36
kulit kepala kotor selalu hygiene klien
badan klien kotor menyikat kuku yang
dan bau keringat gigi 2 x panjang dan
kuku panjang dan sehari kotor akan
kotor 4. anjurkan menyebabkan
klien infasi kuman
untuk dalam tubuh
menggan
ti baju
yang
bersih
gunting kuku
klien
3 Kurangnya Pengetahuan Kaji tingkat Mengetahui
pengetahuan bertambah penge tahuan sejauh mana
keluarga tentang keluarga pengetahuan
berhubungan penyakit 5. Beri yang di miliki
dengan anaknya penjelasan keluarga dan
keterbatasannya dengan kepada kebenaran
informasi Kriteria hasil : keluarga sebab informasi yang
Kurangnya - keluarga dan akibat di dapat
pengetahuan tidak sering kejang demam Penjelasan
keluarga bertanya 6. Jelaskan tentatang
berhubungan tentang setiap kondisi yang
dengan penyakit tindakan dialami dapat
keterbatasannya anaknya perawatan menambah
informasi di - keluarga yang akan di wawasan
tandai dengan : mampu diikut lakukan keluarga
DS : sertakan dalam7. Berikan Agar keluarga
-Ibu klien proses HE tentang mengetahui
mengatakan keperawatan caramelong anak tujuan setiap
sangat cemas - keluarga kejang dan tindakan
dengan keadaan mentaati setiap mencegah kejang keperawatan
37
anaknya proses demam, antara Sebagai upaya
- Ibu klien selalu keperawatan lain : ahli informasi
bertanya kapan 1. jangan panik dan mendidik
anaknya bisa saat kejang keluarga agar
pulang 2. baringkan mandiri dalam
DO :ibu klien anak ditempat mengatasi
selalu bertanya rata dan lembut masalah
tentang penyakit 3. kepala kesehatan
anaknya dimirinkan Mencegah
- Tanda – 4. pasang peningkatan
tanda vital gagang sendok suhu lebih
TD : 100/60 yang telah di tinggi dan
mmHg ungkus kain serangan
S : 38,4 0C yang basah, kejang ulang
N : 100 x/i lalu dimasukan Sebagai upaya
P : 32 x /i di mulut. prefentif
5. setelah serangan ulang
kejang berhenti Imunisasi
dan pasien pertusis
sadar segera memberikan
minum obat reaksi panas
tunggu sampai yang akan
dengang dapat
6. jika suhu menyebabkan
tinggi saat kejang demam
kejang
lakukan
kompres
dingin
dan beri
banyakmi
num
38
3.6 Implemntasi
Nama : An “ E” Ruangan :
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 14-07-2018
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Hari/Tgal NoDX Jam Implementasi Paraf
1. 1 . Melonggarkan pakaian
Hasil: Klien mau melongarkan pakaianya
2. berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
Hasil : Klien mau memakai pakaian tipis
yang mudah menyerap keringat
3. Berikan kompres hangat
Hasil : ibu klien mau melakukan kompres
hangat
4. Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
Hasil : ibu klien mau memberikan susu, sari
buah dan dll
5. Obserfasi TTV tiap 4 jam
Hasil :
6. Batasi aktifitas selama anak panas
Hasil :
1. Berikan anti piretik dan pengobatan
sesuai medis
2 2 1. kaji pola kebutuhan personal hygiene
Hasil : personal hygiene sudah
dilakukan seperti klien sudah
kelihatan segar
2. bantu klien dalam membersihkan
badan
Hasil : klien sudah membersihkan
badannya
3. anjurkan pada klien untuk selalu
39
menyikat gigi 2 x sehari
Hasil klien sudah mau melakukan
gosok gigi 2 x sehari
4. anjurkan klien untuk mengganti baju
yang bersih
Hasil : klien sudah menggunakan
baju yang bersih
5. gunting kuku klien
Hasil : klien sudah menggunting kuku
3 1.Kaji tingkat penge tahuan keluarga
Hasil : keluarga klien telah banyak
mengetahui tentang penyakit yang
diderita klien
2.Beri penjelasan kepada keluarga sebab
dan akibat kejang demam
Hasil : keluarga klien sudah mengerti tentang
penjelasan 3.perawat mengenai penyebb dan
akibat penyakit klien
Jelaskan setiap tindakan perawatan yang
akan di lakukan
4. Berikan HE tentang cara melong anak
kejang dan mencegah kejang demam.
Hasil : keluarga klien sudah mengerti tentang
penjelasan perawat mengenai
cara menolong anak kejang dan mencegah
kejang demam.
3.7. Evaluasi
Nama : An “ E” Ruangan :
Umur : 1 tahun 2 bulan pengkajian : 14-07-2018
Jenis Kelamin : Laki – laki DX medik : Kejang demam
No Hari/Tgl NDX Jam Evaluasi Paraf
40
1 08.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak
1. kejang lagi
O : Klien tidak kejang lagi
A : Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi :
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis
yang mudah menyerap keringat
- Berikan kompres dingin
- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam
- Batasi aktifitas selama anak panas
- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai
medis
2. 2 S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah
melakukan personal hygiene
O : klien bersih dan segar
A : masalah teratasi
Pertahankan intervensi :
1. kaji pola kebutuhan personal hygiene
1. bantu klien dalam membersihkan
badan
2. anjurkan pada klien untuk selalu
menyikat gigi 2 x sehari
3. anjurkan klien untuk mengganti
baju yang bersih
4. gunting kuku klien
3. 3 S : Keluarga klien mengatakan sudah
mengerti apa yang sudah di jelaskan oleh
perawat
O : klien dan keluarganya mengerti
A : Masalah terata
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji tingkat penge tahuan keluarga
41
2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab
dan akibat kejang demam
8. Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan di lakukan
Berikan HE tentang cara melong anak
kejang dan mencegah kejang demam.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan,
pengumpulan data akut yang sistematis dan membantu dalam menentukan
42
status kesehatan klien dan merumuskan diagnosa keperawatan, berdasarkan
hal tersebut, penulis mengadakan pengkajian pada anak “E” yang di rawat di
ruang anak.
Pola pengkajian tidak terlalu banyak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dengan kasus. Adapun menurut teori Potensial terjadi trauma
fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot Sedangkan pada kasus
ditemukan kejang demam dengan gejala Potensial terjadi kejang ulang dan
demam
Berdasarkan kasus di atas jika di bandingkan antara teori dan kasus
yang ada masih terdapat beberapa kesenjangan sebagai berikut : pada teori di
temukan Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot sedangkan pada kasus di temukan kejang demam dengan
gejala Potensial terjadi kejang ulang dan demam.
43
Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus
pada anak “E”. Kasus ini dapat terjadi di sebabkan karena respon manusia
yang berbeda dalam beradaptasi dengan adanya gangguan dalam tubuh
4.3 Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang muncul, penulis merencanakan tindakan
keperawatan dari diagnosa tersebut Pada tahap perencanaan penulis
membuat suatu rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah yang muncul.
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
Tujuanya : klien tidak mengalami kejang selama berhubungan
dengan hipertermi
Intervensi : Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat, Berikan kompres dingin, Berikan ekstra cairan
( susu, sari buah dll), obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam, Batasi
aktifitas selama anak panas, Berikan anti piretik dan pengobatan
sesuai medis
44
udara ruangan, Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien
banyak minum, Batasi aktivitas fisik
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
Intervensi : kaji tingkat pengetahuan keluarga , Beri
penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam, Jelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan, Berikan HE tentang
cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, Berika HE
agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas, Jika anak
sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu, Beri tahukan keluarga
jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam
4.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan
ini berdasarkan hal baik yang di rencanakan.
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tindakan keperawatan : - Longgarkan pakaian, berikan
pakaian tipis yang mudah menyerap keringat,- Berikan kompres dingin -
Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll), - obserpasi kejang dan TTV
tiap 4 jam,- Batasi aktifitas selama anak panas, - Berikan anti piretik dan
pengobatan sesuai medis
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot -Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur
yang rendah, -Tinggalah bersama klien selama fase kejang,-Berikan
tongue spatel di antara gigi atas dan bawa,-Letakkan klien di tempat yang
45
lembut,-Catat tipe kejang ( lokasi, lama ) dan frekwensi kejang, -Catat
TTV sesudah fase kejang
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
Tindakan keperawatan : - Kaji faktor – faktor terjadinya hipertermi, -
Observasi TTV 4 jam sekali, - Pertahankan suhu tubuh normal, -
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak,
- Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun, -
Atur sirkulasi udara ruangan, - Beri ekstra cairan dengan menganjurkan
pasien banyak minum, - Batasi aktivitas fisik
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tindakan keperawatan
- kaji tingkat pengetahuan keluarga
- Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
-Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan di lakukan
-Berikan HE tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang
demam
-Berika HE agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
a. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
b. Beri tahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
4.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evaluasi untuk
menilai apakah keperawatan tercapai atau tidak yang di lakukan selama 3
hari. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan klien An “M”, adapun
alasan yang teratasi adalah resiko kejang berulang berhubungan dengan
hipertermi, Gangguan pemenuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan
nafsu makan menurun, gangguan personal higiene berhubungan dengan
perawatan diri, ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
46
keluarga mengenai penyakit klien. Semua teratasi karena pasien sudah
pulang.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang di lakukan maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang
yang lama yang mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang
menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik,
mental atau social yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An “M” adalah :
47
a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi
b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
informasi
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya
metabolisme tubuh akibat hipertermi
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka diperoleh diagnosa yang
teratasi adalah
a. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi
b. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot.
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
informasi
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya
metabolisme tubuh akibat hipertermi
5.2 Saran
Dengan melihat kenyataan yang ada pada pelaksanaan studi kasus An
“E” diruang perawatan anak maka penulis mengajukan beberapa saran yang
kiranya dapat diterima atau paling tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan:
1. Pola pengkajian dapat dilaksanakan secara komprehensif dengan tehnik
sistem tubuh
2. Tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada teori tetapi juga mengacu pada
kondisi klien dan kondisi rumah sakit
3. Kepada petugas rumah sakit ( perawat dan tenaga kesehatan) yang ada
senantiasa dapat melakukan kerja sama yang baik dalam hal perawatan dan
pengobatan sehingga apa yang diharapkan dapat dilaksanakan
48
4. Kepala perawt ruangan dan anggota kesehatan lainya agar melanjutkan
rencana keperawtan dan masalah yang belum teratasi dengan memodifikasi
sesuai kondisi klien
5. Bagi Klien diharapkan untuk menerapkan apa yang menjadi anjuara
perawat dan tenaga kesehatan lainya dengan mempercepat dengan
penyembuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobin SM, 1989, Penata laksanaan mutakhir Kejang pada anak, Gaya Baru,
Jakarta
Lynda JuallC, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa 1 Made,
EGC, Jakarta.
49
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis pada anak, Edisis ke 2, PT. sagung Seto :
Jakarta
Ngastiyah, 1997, perawatan Anak Sakit. EGC< Jakarta.
Rendlen John, 1994, Ikhitisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta
Santosa, NI, 1989, Perawatan 1 ( Dasar-dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Keperawatan Dalam Konsep Keluarga, Depkes RI,
Jakarta…
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh kembang anak, EGC jakarta
Suharso Darto, 2994,Pedoman diagnosis dan terapi, F.K. Unifersitas erlanga,
surabaya
Sumijati M.E, dkk 2000, Asuhan keperawatan pada kasus penyakit yang lazim
Terjadi pada anak, PERKANI: surabaya.
Wahidiyat iskandar, 1985, Ilmu kesehatan anak, Edisi 2, Info medika, Jakarta
50