BAB I
PENDAHULUAN
penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari (Kemenkes RI,
2016).
Demam berdarah dengue yang tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan komplikasi seperti syok, perdarahan, gagal ginjal akut,
gagal hati akut, gagal nafas, hingga kematian. Anak memeliki resiko yang
lebih tinggi untuk mengalami kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
terjadinya syok dibandingkan orang dewasa (Prihaningtyas, 2014).
Dengan melihat kasus tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi
promotif adalah suatu kegiatan atau pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan, preventif yaitu
kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit, kuratif
adalah suatu kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin, adapun rehabilitative adalah kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya yang
dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan klien, memeriksa kondisi secara dini,
memberikan obat anti mikroba sesuai dengan jangka waktu tertentu untuk
mengobati penyebab dasar dan dalam perawatan diri klien secara optimal,
sehingga muncul pentingnya asuhan keperawatan dalam menanggulangi
klien dengan Dengue Hemoraggic Fever yang Rs. M. Ridwan Maureksa
Jakarta Timur .
Berdasarkan masalah dan data yang sudah di uraikan di atas maka
penulis tertarik mengangkat Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul“Asuhan
Keperawatan pada klien atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic
Fever)dengan masalah keperawatan Resiko Perdarahan di RS. M.
Ridwan Maureksa Jakarta Timur.”
4
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
mengambarkan dan mampu dalam melaksanakanAsuhan Keperawatan
pada klien atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic Fever) dengan
masalah keperawatan Resiko Perdarahan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien atas
Indikasi DHF (Dengue Haemoragic Fever) dengan masalah
keperawatan Resiko Perdarahan .
2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien atas
Indikasi DHF (Dengue Haemoragic Fever) dengan masalah
keperawatan Resiko Perdarahan.
3. Mampu dalam menyusun dan merencanakan tindakan
keperawatan pada pasien atas Indikasi DHF (Dengue
Haemoragic Fever) dengan masalah keperawatan Resiko
Perdarahan.
4. Mampu dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic Fever) dengan masalah
keperawatan Resiko Perdarahan
5. Mampu dalam melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
pada pasien atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic Fever)
dengan masalah keperawatan Resiko Perdarahan
6. Mampu dalam mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan
praktek pada pasien atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic
Fever) dengan masalah keperawatan Resiko Perdarahan
5
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi perawat
Karya tulis ini di harapkan dapat brguna bagi perawat
dalam menambah pengetahuan serta wawasan pada asuhan
keperawatan pada pasien atas Indikasi DHF (Dengue Haemoragic
Fever) dengan masalah keperawatan Resiko Perdarahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Dengue Hemorrgic Fever atau umumnya di sebut oleh
orang awam Demam Berdarah Dengue (DBD) ,merupakan salah satu
penyakit menular yang dapat menyerang semua orang, bahkan kejadian
DBD ini sering mewabah. Demam berdarah merupakan penyakit yang
banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis. Host
alami DBD adalah manusia, sedangkan agentnya adalah virus dengue.
Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti yang terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia (Candra, 2010; Yogyana, Ibrahim & Bintara,
2013).
Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut
Dengue Hemerragic Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan
system pembekuan darah, sehngga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika, termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo :
2012
Penyakit dengeu adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengeu dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai dengan ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis
hemoragik. (Nanda nic-noc, 2015) Demam dengue dan demam berdarah
dengue / DBD (dengue haemorragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
8
2.2. Etiologi
Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Stadium telur, larva dan pupa
luar rumah (outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang
perindukan yang ada Di luar rumah (halaman) kaleng bekas, botol, dll.
a. Iklim
rumah)
akibatnya umur nyamuk lebih pendek dan cepat mati. Sebaliknya suhu
2.3. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk
aedes aegypti atau aedes albapictus. Organ sasaran ari virus adalah organ
target utama virus dengue adalah APC (antigen presenting cells) dimana
pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer
dari hepar dapat juga terkena. Virus bersikulasi dalam darah perifer di
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran hati
dengan viremia yang berlangsung 2-7 hari. Akibat infeksi virus ini
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ke-3 dan
2.4. Klasifikasi
2.3. 1. Derajat 1
Demam disertai dengan gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan.
2.3. 2. Derajat 2
Seperti derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain
2.3. 3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan nadi cepat dan
lemah serta penyempitan tekanan darah rendah kurang atau
hipotensi disertai sdsnys kulit yang dingin dan lembab serta gelisah
2.3. 4. Derajat 4
Syok hebat yang di sertai dengan tekanan darah atau nadi
tidak terdektesi (WHO).
12
2.5. Pathway
13
2.7. Komplikasi
Menurut Desmawati (2013) komplikasi yang dapat ditimbulkan
oleh DHF antara lain :
1. Perdarahan luas.Sindrom Syok Dengue (SSD) seluruh kriteria DBD
disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi (nadi yang cepat
dan lemah, tekanan darah turun ≤ 20 mmHg, hipotensi
(dibandingkan standar sesuai umur), kulit dingin dan lembab,
dan gelisah).
2. Ensefalopati dengue pada umumnya terjadi sebagai komplikasi
syok yang berkepanjangan dengan perdarahan. Dikatakan pula
bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati
akut. Kerusakan hati ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable ) sampai
2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
3. Kelainan ginjal terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik, oedema paru adalah
komplikasi yang mungkin sering terjadi akibat pemberian cairan
yang berlebihan.
4. Penurunan kesadaran akibat dari infeksi virus dengue mengalami
replika maka terbentuk kompleks virus antibodi yang
menyebabkan efek salah satunya permeabilitas kapiler yang
mengikat sehingga terjadi penurunan transportasi oksigen.
5. Sedangkan menurut Rampengan (2008) komplikasi yang sering
dijumpai pada penderita DBD adalah gangguan keseimbangan
elektrolit dan overhidrasi. Pertama, gangguan keseimbangan
15
Intervensi:
i. Kaji saat timbulnya demam.
ii. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan)
setiap 3 jam
iii. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24
jam).
iv. Berikan kompres hangat.
v. Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat
menyerap keringat.
vi. Kaloborasi untuk pemberian obat antipiretik.
Rasional :
i. Untuk mengidentifikasi pola demam klien.
ii. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
iii. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
iv. Menghambat pusat simpisis di hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan.
v. Kondisi kulit yang lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur serta mencegah timbulnya ruam
kulit dan membantu proses penguapan.
vi. Untuk mengurangi demam dengan aksi sentral dii
hipotalamus (Wijayaningsih, 2013).
Intervensi:
i. Kaji tingkat nyeri dengan rentang nyeri skala 1-10.
ii. Beri posisi dan suasana yang nyaman.
iii. Kaji bersama pasien nyeri yang dialami
iv. Ajarkan pada pasien metode distraksi selama nyeri
v. Ajarkan tindakan penurunan nyeri invasiv.
vi. Kaloborasi pemberian obat analgetik
Rasional:
i. Mengetahui tingkat nyeri yang dialami klien sesuai
dengan respon individu terhadap nyeri.
ii. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses
relaksasi
iii. Membantu pasien dalam memilih cara yang nyaman
untuk mengurangi nyeri.
iv. Relaksasi akan mengalihkan perhatian selama nyeri.
v. Mengurangi nyeri tanpa beban/rasa yang
menyakitkan.
vi. Menurunkan nyeri secara optimal(Wijayaningsih,
2013).
Rasional :
i. Untuk mengetahui tanda-tanda perdarahan.
ii. Untuk mengetahui kemampuan mengedan pasien
meminimalisir adanya perdarahan.
iii. Untuk memperkecil resiko perdarahan.
iv. Untuk mengetahui keadaan umum pasien (Nurarif
& Kusuma, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN