Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Klien Dengan OMA (Otitis Media Akut)


Di Ruang Poli THT
RSI SAKINAH MOJOKERTO

I. DEFINISI
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu,
juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis
mediasifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva (Djaafar, 2007).
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala
dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau
sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam,
gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran
timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman,
2003).
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai
dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad
pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore
(Kerschner, 2007).

II. PENYEBAB (ETIOLOGI)


a. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya
melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus
lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme
penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-
30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai
patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-
hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif.
Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada
anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus
influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang
dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak
(Kerschner, 2007).
b. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza
virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai
parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa
dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun
lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba
dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).
Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus
specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat
diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada
75% kasus (Buchman, 2003).

III. TANDA GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)


Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.
a. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.
b. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
c. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai
39,50oC, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
d. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan
jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek)
IV. PATOFISIOLOGI

Invasi bakteri/virus

Infeksi telinga tengah

Proses peradangan Peningkatan Tekanan udara Pengobatan tak


produksi cairan telinga tengah (-) tuntas /episode
serosa berulang

Nyeri
Akumulasi cairan Retraksi membran Infeksi berlanjut
mukus dan serosa timpati dapat sampai telinga
dalam

Hantaran suara udara Terjadi erosi pada Tindakan


yang diterima menurun kanalis semisirkularis mastiodektomi

Gangguan persepsi Resiko injury Resiko infeksi


sensori

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan
tidak tembus cahaya dengan kerusakan mobilitas.
b. Kultur cairan melalui membran timpani yang pecah untuk mengetahui
organisme penyebab.
c. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
a. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan
fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik
untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga
harus diobati dengan memberikan antibiotik.
b. Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika
terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau
sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya
adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau
eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
c. Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik
juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
d. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e. Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan
ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar
sekret diduga telah terjadi mastoiditis.

VII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


1. Edukasi kepada pasien untuk tidak memanipulasi telinga yang terinfeksi
2. Edukasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan
3. Edukasi kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi

VIII. KOMPLIKASI
Menurut Jeffrey P. Harris dan David H. Darrow membagi komplikasi ini menjadi
dua yaitu :
a. Komplikasi intrakranial meliputi:
1. Meningitis
Meningitis dapat terjadi disetiap saat dalam perjalanan komplikasi infeksi
telinga. Jalan penyebaran yang biasa terjadi yaitu melalui penyebaran
langsung, jarang melalui tromboflebitis. Pada waktu kuman menyerang
biasanya streptokokkus, pneumokokkus, atau stafilokokkus atau kuman
yang lebih jarang H. Influenza, koliform, atau piokokus, menginvasi ruang
sub arachnoid, pia-arachnoid bereaksi dengan mengadakan eksudasi cairan
serosa yang menyebabkan peningkatan ringan tekanan cairan spinal.
2. Abses subdural
Abses subdural merupakan stadium supurasi dari pekimeningitis interna.
Sekarang sudah jarang ditemukan. Bila terjadi harus dianggap keadaan
gawat darurat bedah saraf, karena harus mendapatkan pembedahan segera
untuk mencegah kematian.
3. Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah diantara durameter dan tulang
yang menutupi rongga mastoid atau telinga tengah. Abses ekstradural jika
tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan meningitis, trombosis
sinus sigmoid dan abses otak (lobus temporal atau serebelar, tergantung
pada sisi yang terkena.
4. Trombosis sinus lateralis
Sejalan dengan progresifitas infeksi, trombus mengalami perlusan
retrograd kedaerah vena jugular, melintasi sinus petrosus hingga ke daerah
sinus cavernosus. Komplikasi ini sering ditemukan pada zaman pra-
antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi.
5. Abses otak
Sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis, abses otak dapat timbul di
serebellum di fossa kranii posterior, atau pada lobus temporal di fossa
kranii media. Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan langsung
infeksi telinga atau tromboflebitis.
6. Hidrosefalus otitis
Kelainan ini berupa peningkatan tekanan intrakranial dengan temuan cairan
serebrospinal yang normal. Pada pemeriksaan terdapat edema papil.
Keadaan ini dapat menyertai otitis media akut atau kronis.
b. Komplikasi intratemporal meliputi :
1. Facial paralisis
2. Labirintitis
3. Abses Subperiosteal

IX. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
2) Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada
telinga, penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan
telinga
3) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang,
riwayat alergi, riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat(
sterptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin ), riwayat operasi
4) Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami
penyakit telinga, sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan
luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetic
b. Pengkajian Persistem
1) Suhu meningkat, keluarnya otore
2) Nadi meningkat
3) Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo,
pusing, refleks kejut
4) Nausea vomiting
5) Malaise, alergi
c. Pengkajian Psikososial
1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2) Aktivitas terbatas
3) Takut menghadapi tindakan pembedahan
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Tes audiometri : pendengaran menurun
2) Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid
e. Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan, tes garputala

2. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan trauma, respon inflamasi, edema, dan
pembengkakan karena bakteri atau jamur.
 Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
 Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
mengenai penyakitnya
 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi (NIC)


No. Tujuan (NOC)
Keperawatan
1 Nnyeri akut yang Pain Control Pain Management
berhubungan Comfort level
dengan trauma, 1. Lakukan pengkajian nyeri
respon inflamasi, Setelah dilakukan tindakan secara komprehensif
edema, dan keperawatan selama 1 x 15
termasuk lokasi, karakteristik,
pembengkakan menit, klien mengungkapkan
durasi, frekuensi, kualitas dan
karena bakteri nyeri berkurang dengan
atau jamur. kriteria hasil : faktor presipitasi
1. Mengenali gejala-gejala
2. Observasi reaksi non verbal
nyeri
dari ketidaknyamanan
2. Menyatakan nyeri sudah
3. Gunakan teknik komunikasi
terkontrol
terapeutik untuk mengetahui
3. Mampu melaporkan
pengalaman nyeri pasien
kepuasan dengan tingkatan
4. Bantu pasien dan keluarga
mandiri
untuk mencari dan
4. Mampu mengekspresikan
menemukan dukungan
kepuasan dengan kontrol
5. Kontrol lingkungan yang
nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi
7. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
12. Tingkatkan istirahat
2 Gangguan Kompensasi Tingkah Laku Communication Enhancement
persepsi sensori Pendengaran : Hearing Deficit
pendengaran
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan serumen dengan
dengan obstruksi, keperawatan selama 1 x 15 irigasi, suntion, spoeling atau
infeksi di telinga menit, gangguan persepsi
instrumentasi
tengah atau sensori pendengaran teratasi
2. Kurangi kegaduhan
kerusakan di dengan kriteria hasil :
syaraf lingkungan.
1. Pasien bisa mendengar
pendengaran 3. Ajari klien untuk
dengan baik
menggunakan tanda non
2. Telinga bersih
verbal dan bentuk
3. Pantau gejala kerusakan
komunikasi lainnya.
pendengaran
4. Kolaborasi dalam pemberian
4. Posisi tubuh untuk
terapi obat
menguntungkan
5. Beritahu pasien bahwa suara
pendengaran
akan terdengar berbeda
5. Menghilangkan gangguan
dengan memakai alat bantu
6. Memperoleh alat bantu
6. Jaga kebersihan alat bantu
pendengaran
7. Mendengar dengan penuh
7. Menggunakan layananan
perhatian
pendukung untuk
8. Menahan diri dari berteriak
pendegaran yang lemah
pada pasien yang mengalami
gangguan komunikasi
9. Dapatkan perhatian pasien
melalui sentuhan
3 Ansietas Anxiety self-control Anxiety Reduction
berhubungan Anxiety level
dengan Ansietas a. Gunakan pendekatan yang
Coping
berhubungan Setelah dilakukan tindakan menenangkan
dengan prosedur keperawatan selama 1 x 15 b. Nyatakan dengan jelas
operasi, menit, tidak terjadi infeksi
harapan terhadap pelaku
diagnosis, dengan kriteria hasil :
prognosis, pasien
anestesi, nyeri, - Klien mampu
c. Jelaskan semua prosedur dan
hilangnya fungsi, mengidentifikasi dan
apa yang dirasakan selama
kemungkinan mengungkapkan gejala
penurunan prosedur
cemas
pendengaran d. Temani pasien untuk
lebih besar memberikan keamanan dan
- Mengidentifikasi,
setelah operasi
mengungkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk e. Berikan informasi faktual
mengontol cemas mengenai diagnosis, tindakan
- Vital sign dalam batas prognosis
normal f. Dorong keluarga untuk
- Postur tubuh, ekspresi menemani anak
wajah, bahasa tubuh dan g. Lakukan back / neck rub
tingkat aktivitas h. Dengarkan dengan penuh
menunjukkan perhatian
berkurangnya kecemasan i. Identifikasi tingkat
kecemasan
1. pasien menunjukkan tidak
j. Bantu pasien mengenal
cemas, terbuka,
situasi yang menimbulkan
menunjukan prilaku tidak
kecemasan
gelisah
k. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

4. Defisiensi Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process


Pengetahuan Kowledge : health Behavior
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang
dengan keperawatan selama 1 x 15 tingkat pengetahuan pasien
kurangnya menit, diharapkan tentang proses penyakit yang
pajanan informasi pengetahuan klien meningkat
spesifik
mengenai dengan kriteria hasil :
penyakitnya 2. Jelaskan patofisiologi dari
1. Klien dan keluarga
penyakit dan bagaimana hal
menyatakan pemahaman
ini berhubungan dengan
tentang penyakit, kondisi,
anatomi dan fisiologi, dengan
prognosis dan program
cara yang tepat.
pengobatan
3. Gambarkan tanda dan gejala
2. Klien dan keluarga mampu
yang biasa muncul pada
melaksanakan prosedur
penyakit, dengan cara yang
yang dijelaskan secara
tepat
benar
4. Gambarkan proses penyakit,
3. Klien dan keluarga mampu
dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa
5. Identifikasi kemungkinan
yang dijelaskan
penyebab, dengna cara yang
perawat/tim kesehatan
tepat
lainnya
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
5 Gangguan rasa Relaxation control Relaxation Therapy
nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk
berhubungan keperawatan selama 1 x 15 bernapas dalam ketika merasa
dengan gejala menit, gangguan rasa nyaman
tidak nyaman
terkait penyakit teratasi dengan kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh 2. Anjurkan klien untuk
lemas beristirahat
2. Klien tidak mengeluh Environmental Management :
Comfort
pusing
1. Kaji ketidaknyaman yang
3. Klien dapat meningkatkan
dirasakan klien
ADL
2. Berikan posisi yang nyaman
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC: Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Nurjaman,Intansari.2015.Nursing Interventions Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Moco


Media

Nurjaman,Intansari.2015.Nursing Outcomes Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Moco Media

Iskandar, Nurbaiti dan Soepardi. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Kepala dan Leher.
Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai

  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen16 halaman
    Hiperemesis Gravidarum
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Defisit Perawatan Diri
    Defisit Perawatan Diri
    Dokumen10 halaman
    Defisit Perawatan Diri
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • ISK
    ISK
    Dokumen9 halaman
    ISK
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Makalah Stunting Kel 8
    Makalah Stunting Kel 8
    Dokumen18 halaman
    Makalah Stunting Kel 8
    lelidiniah
    89% (61)
  • ISK
    ISK
    Dokumen9 halaman
    ISK
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen17 halaman
    Kejang Demam
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Desiminasi Awal Manajemen
    Desiminasi Awal Manajemen
    Dokumen45 halaman
    Desiminasi Awal Manajemen
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Dokumen3 halaman
    LP Keluarga
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen16 halaman
    Hiperemesis Gravidarum
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Bo (Blighted Ovum)
    Bo (Blighted Ovum)
    Dokumen11 halaman
    Bo (Blighted Ovum)
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen17 halaman
    ISPA
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Colic Abdomen
    Colic Abdomen
    Dokumen12 halaman
    Colic Abdomen
    FATMA EKA WATI
    100% (1)
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Dokumen3 halaman
    LP Keluarga
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Discharge Planing R. Sunan Bonang
    Discharge Planing R. Sunan Bonang
    Dokumen37 halaman
    Discharge Planing R. Sunan Bonang
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen25 halaman
    ASKEP
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen23 halaman
    BBLR
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Desiminasi Awal Manajemen
    Desiminasi Awal Manajemen
    Dokumen45 halaman
    Desiminasi Awal Manajemen
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Normal
    Kehamilan Normal
    Dokumen36 halaman
    Kehamilan Normal
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Normal
    Kehamilan Normal
    Dokumen36 halaman
    Kehamilan Normal
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • MENOMETRORAGIA
    MENOMETRORAGIA
    Dokumen14 halaman
    MENOMETRORAGIA
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen17 halaman
    Kejang Demam
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen17 halaman
    Kejang Demam
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen14 halaman
    Anemia
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • ISPA
    ISPA
    Dokumen19 halaman
    ISPA
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • CA Nasofaring
    CA Nasofaring
    Dokumen21 halaman
    CA Nasofaring
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen14 halaman
    Anemia
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • Colic Abdomen
    Colic Abdomen
    Dokumen12 halaman
    Colic Abdomen
    FATMA EKA WATI
    100% (1)
  • CA Nasofaring
    CA Nasofaring
    Dokumen21 halaman
    CA Nasofaring
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen9 halaman
    ASKEP
    FATMA EKA WATI
    Belum ada peringkat